Disusun
Oleh :
Kelompok :
Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas
Dan Kemlompokdengan Penyakit Tidak Menular (Ptm) : Rheumatoid Arthritis”.
Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini kelompok ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/
Ibu :
1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Marthalena simamora, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
4. Ns.Rumondang Gultom MKM, selaku dosen pengampu yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan kepada
kelompok.
5. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan
tugas makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................
1.1......................................................................................................La
tar Belakang ................................................................................
1.2......................................................................................................Tu
juan penulisan .............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS...................................................................
2.1 Konsep Komunitas .....................................................................
2.1.1 Defenisi...............................................................................
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan........................................
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
2.1.4 Peran Pewat komunitas.......................................................
2.2 Konsep Rhematoid Atrhitis..........................................................
2.2.1 Defenisi...................................................................
2.2.2 Etiologi...................................................................
2.2.3 Gambaran Klinis.....................................................
2.2.4 Patofisiologi............................................................
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................
2.2.6 Komplikasi..............................................................
2.2.7 Penatalaksanaan......................................................
2.3 Konsep Asuhan komunitas ..........................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS .........................................................................
3.1 Kasus ...........................................................................................
3.1.1 Pengkajian ........................................................................
3.1.2 Diagnosa keperawatan.......................................................
3.1.3 Intervensi keperawatan.......................................................
3.1.4 implementasi keperawatan.................................................
3.1.5 Evaluasi keperawatan.........................................................
BAB 4 PENUTUP..........................................................................................
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai
minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2013).
TINJAUAN TEORITIS
2.2.1 Defenisi
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyerang
persendian Muncul dalam bentuk peradangan, menyebabkan
pembengkakan, nyeri, dan akhirnya merusak bagian dalam sendi
(Kharisna, Adelia, Arfina, Febtriana, & Yanti, 2022). Rheumatoid
arthritis adalah penyakit multisistem dengan etiologi yang tidak
diketahui, ditandai dengan destruksi sinovitis (Nooreen, Nene, Jain,
Prasannanjaneyulu, Chitlangya, Otavi, & Srivastava, 2022).
2.2.2 Etiologi
Menurut Andari, & Wijaya (2022) Etiologi Rheumatoid arthritis
belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan
dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab
reumathoidatritis, yaitu:
a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolic
e. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan
mandi malam).
Menurut Ayu & Muhlisin, (2020) ada beberapa gambaran klinis yang
umum ditemukan pada pasien rheumatoid arthritis. Gambaran klinis
ini tidak harus timbul secara bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini
memiliki Gambaran klinis yang sangat bervariasi.
a. Gambaran-gambaran konstitusional, misalnya lelah,
anoreksia, berat badan menurun, dan demam. Terkadang
dapat terjadi kelelahan yang hebat.
b. Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalang distal, hampir semua sendi diartrodial
dapat terangsang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan
perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi.
Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat
serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri
mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat
pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau
nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah
melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat
bersifat generalisata terutama menyerang sendi-sendi.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartratis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
e. Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada
gambaran radiologic. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
f. Deformitas, kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi
jari, sublukasi sendi metakarpofalangeal, leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering di jumpai pasien.
Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang
besar juga dapat terangsang dan akan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerakan ekstensi.
g. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita
rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di
sepanjang permukaan ekstanor dari lengan, walaupun
demikarya ilmiah akhir ners nodul-nodul ini dapat juga
timbul pada tempat-tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya
merupakan suatu tanda penyakit yang aktif dan lebih berat.
h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga dapat
menyerang organ organ lain diluar sendi. Jantung
(pericarditis), paru-paru (pleuritis), mata,dan rusaknya
pembuluh darah
2.2.4 Patofisiologi
Menurut Hadinata (2022) dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen
yang tidak teridentifikasi menyebabkan respon imun menyimpang
pada pejamu yang rentan secara genetik. Sebagai akibatya antibodi
normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan menyerang
jarringan penjamu.antibodi yang berubah ini biasanya terdapat pada
orang yang mengalami RA, disebut Factor rematoid (rhematoid
faktor,RF), antibodi yang dihasilkan sendiri berkaitan dengan antigen
target mereka dlam darah dan membran sinovial, membentuk
kompleks imun.komplemen diaktivasi oleh kompleks imun,memicu
respons inflamasi pada jaringan sinoval.
2.2.6 Komplikasi
Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut Rahayu,
& Adriani (2022). rheumatoid arthritis dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian lain dari tubuh :
a. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
rheumatoid arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat
berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari. Pada rheumatoid
arthritis yang lanjut dapat pula dijumpa efusi pleura dan fibrosis
paru yang luas
b. Sistem kardiovaskuler
Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada rheumatoid arthritis
jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gangguan gagal jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat
juga dijumpai gejala perikarditis yang berat. Lesi inflamatif yang
menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan
katup jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi, aortitis dan
kardiomiopati.
c. Sistem gastrointestinal
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah
perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas
utama pada rheumatoid arthritis.
d. Sistem persarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai rheumatoid arthritis
umumnya tidak memberikan gambaran yang jelas sehingga sukar
untuk membedakan komplikasi neurologis akibat lesi artikular dari
lesi neuropatik. Pathogenesis komplikasi neurologis pada
umumnya berhubungan dengan mielopati akibat instabilitas
vertebre, servikal, neuropai jepitan atau neuropati iskemik akibat
vasculitis.
e. Sistem perkemihan : ginjal
Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada rheumatoid
arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada
pasien rheumatoid arthritis dijumpai proteinuria, umumnya hal
tersebut lebih sering disebabkan karena efek samping pengobatan
seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi sekunder akibat
amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai
pada syndrome sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih banyak
berhubungan dengan penggunaan OAINS. Penggunaan OAINS
yang tidak terkontrol dapat sampai menimbulkan nekrosis papilar
ginjal.
f. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran
eritrosit normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang
disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatan besi yang normal atau rendah merupakan gambaran
umum yang sering dijumpai pada rheumatoid arthritis. Enemia
akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi
besi yang juga dapat dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat
penggunaan OAINS atau DMARD yang menyebabkan erosi
mukosa lambung.
2.2.7 Penatalaksanaan
Menurut Fauziyah, & Maryoto, (2022) Penatalaksanaan yang
dilakukan utuk mengatasi nyeri antara lain:
1. Pendidikan: meliputi tentang patofisiologi, penyebab, tanda,
dangejala semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen.
2. Istirahat: pasien membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali
waktu beraktivitas diikuti oleh masa istirahat.
3. Latihan fisik dan termoterapi: latihan dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakanaktif
dan pasif pada semua sendi sedikitnya 2 kali sehari.
4. Kompres: kompres hangat jahe merah pada daerah sendi dan
sakit, danbengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
5. Diet seimbang: karbohidrat, protein, lemak. Makanan yang
tidakboleh dimakan seperti jeroan, kembang kol, bayam,
emping,daun singkong, makanan yang boleh dimakan seperti
tempe, tahu, daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-
buahan, nasi dan susu.
6. Terapi pengobatan: bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan, obat-obat yang di pakai untuk mengurangi nyeri,
meredakan peradangan dan mengubah
perjalananpenyakit
7. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri akibat inflamasi. OAINS yang
dapat diberikan: Aspirin mulai dosis 3-4
x/hari. Ibuprofen, nafroxen, poriksikam, diklofenak dan
sebagainya.
8. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya
untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi
akibat arthritis rheumatoid, jenis-jenis yang digunakan adalah:
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari
b. Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/hari
c. D-oenisilamin dosisnya 250-300 mg/hari
d. Kortikosteroid: dosis rendah prednisone 5-7,5 mg (dosis
tunggal pagi hari) sangat bermanfaat sebagai terapi dalam
mengatasi rheumatoid arthri
e. Rehabilitasi: bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
caranya dengan mengistirahatkan sendi yang sakit.
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.
BAB 3
TINAJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
b. Data demografi
Teknik Pengkajian Hal yang dikaji
Data Sekunder 1. Usia
(angket, KK) Balita : 17
Remaja : 66
Dewasa : 52
Pertengahan : 116
Lansia : 37
2. Jenis Kelamin
Laki-laki : 48,5% (184 orang)
Perempuan :52,1% (196 orang)
3. Suku Bangsa : Batak
4. Agama : Islam 90%, Katholik 10%
5. Tingkat Pendidikan : status pendidikan di
mayoritas SMP-SMA
c. Statistik vital
e. Komunikasi
f. Ekonomi
g. Rekreasi
3. Persepsi
10 % - 24,9 % 7 atau 8
1 % - 9,9 % 5 atau 6
2. Keseriusan masalah
Kriteria untuk skoring keseriusan masalah kesehatan :
Keefektifan Nilai
Sangat efektif (800-100%) 9 atau 10
Relatif efektif (60-80%) 7 atau 8
Efektif (40-60%) 5 atau 6
Cukup efektif (20-40%) 3 atau 4
Relatif tidak efektif (5-20%) 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0
Prioritas Masalah
Keterangan :
A = Presentasi populasi yang mengalami masalah kesehatan
B = Keseriusan masalah
C = Keefektivan intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluator
No
Keperawatan (NIC) Evaluasi
1 Manajemen Setelah dilakukan penyuluhan selama Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasiswa
Kesehatan Tidak 30 menit diharapkan Manajemen 1. Cek Laboratorium. Kader
Efektif ( D.0116) Kesehatan Tidak Efektif Teratasi 2. Beri saran kepada
Dengan Kriteria Hasil : masyarakat dengan hasil
yang lebih dari normal untuk
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
melakukan alternatif
1. Perilaku kesehatan masyarakat pengobatan.
dari yang buruk membaik.
2. Kemampuan masyarakat dalam Edukasi Kesehatan ( L.12383)
menjalankan perilaku sehat dari 1. Ajarkan perilaku hidup
kurang menjadi meningkat. bersih dan sehat
2. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
Perilaku Promosi Kesehatan bersih dan sehat.
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku Setelah dilakukan tindakan selama Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasisw
kesehatan 30 menit diharapkan Perilaku Psikomotor a
1. Identifikasi hambatan unt
cenderung kesehatan cenderung beresiko dapat masyaraka
uk merubah perilaku
beresiko (00188) teratasi dengan Kriteria Hasil : t
2. Bantu individu untuk ber
Kepercayaan Mengenai kesehatan
komitmen terhadap renca
: kontrol yang diterima (1702)
na tindakan untuk merub
1. Kemampuan masyarakat dala
ah perilaku
m menerima dan melaksanak
3. Berikan contoh atau tunj
an tanggung jawab terkait de
ukan perilaku yang diingi
ngan keputusan kesehatan dar
i kurang menjadi meningkat nkan
(170201) 4. Berikan informasi menge
2. Peningkatan keyakinan bahw nai perilaku yang diingin
a tindakan sendiri yang meng kan
ontrol hasil kesehatan yang se
mula kurang menjadi mening
kat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat dala
m keputusan kesehatan yang
kurang menjadi meningkat (1
70202)
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT DESA KAPTEN MUSLIM
5. Pemantauan jentik
nyamuk
3.5 Implementasi Keperawatan
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan pengkajian pada masyarakat Desa Kapten Muslim terdapat
beberapa masalah lingkungan yang memunculkan diagnose keperawatan manajemen
kesehatan tidak efektif dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif. Sehingga untuk
menentukan prioritas masalah dilakukan kegiatan musyawarah yang melibatkan warga
dan tokoh masyarakat. Pada musyawarah desa 2 menghasilkan prioritas masalah
pertama yaitu manajemen kesehatan tidak efektif dan yang kedua pemeliharaan
kesehatan tidak efektif. Pada diagnosa manajemen kesehatan tidak efektif kami
melakukan intervesi pemberian pendidikan kesehatan, mengadakan senam
osteoporosis, dan pengecekan kesehatan. Untuk diagnose pemeliharaan kesehatan tidak
efektif kami menyetujui untuk melakukan kerja bakti, pendidikan kesehatan, dan
penanaman tanaman obat keluarga (TOGA).
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam
meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
2. Bagi Keluarga
Diharapakan keluarga dapat menggunakan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita rheumatoid Arthritis.
DAFTAR PUSTAKA
Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, RT (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas beo kabupaten talaud. Jurnal
Keperawatan , 5 (1). https://doi.org/10.33559/eer.v2i1.653
Nurkholik, D., Nurlaelasari, I., Rohita, T., & Rosdiana, N. (2022). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kekambuhan Penyakit
Reumatik Di Kelurahan Linggasari Kecamatan Ciamis. Jurnal Keperawatan
Galuh , 4 (1), 13-18. http://dx.doi.org/10.25157/jkg.v4i1.7162
Ferawati, F., & Kep, M. (2017). Penerapan kompres jahe terhadap hangat dan kompres serai
penurunan intensitas nyeri artritis remathoid pada lanjut usia di desa mojoranu
kecamatan dander kabupaten bojonegoro. Jurnal ilmu kesehatan makia , 5 (1), 1-9.
https://doi.org/10.37413/jmakia.v5i1.31
Firdaus, M., Tonis, M., Zaky, A., Putra, A. D., & Prathivi, S. B. (2020). Counseling About
Giving Red Ginger Warm Compress To Reduce. 26–29.
https://doi.org/10.52999/sabb.v1i1.81
Handayani, I. (2020). Pengaruh Kompres Parutan Jahe Merah Terhadap Nyeri Sendi Pada
Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis Kecamatan Sendana. Healthy Papua-Jurnal
2000-an dan Kesehatan , 3 (1), 114-120. https://doi.org/10.52047/jkp.v9i18.52
Yada, AP, & Ka'arayeno, AJ (2019). Efektivitas Kompres Hangat Jahe Merah Dan Garam
Terhadap Nyeri Sendi Penderita Gout Artritis Di Kelurahan Merjosari Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang. Berita Keperawatan: Jurnal Ilmiah Keperawatan , 4 (2).
http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v13i1.1264
Kharisna, D., Adelia, G., Arfina, A., Febtriana, R., & Yanti, S. (2022). Penerapan Terapi
Kompres Jahe Merah sebagai Upaya Penurunan Nyeri Penderita Rheumatoid Artritis
(RA). In Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat: Peduli
Masyarakat (Vol. 2, No. 1, pp. 75-80). https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.925
Nooreen, R., Nene, S., Jain, H., Prasannanjaneyulu, V., Chitlangya, P., Otavi, S.,&
Srivastava, S. (2022). Polymer nanotherapeutics: A versatile platform for effective
rheumatoid arthritis therapy. Journal of Controlled Release, 348, 397-419.
https://doi.org/10.1016/j.jconrel.2022.05.054
Prasad, P., Verma, S., Ganguly, N. K., Chaturvedi, V., & Mittal, S. A. (2022). Rheumatoid
arthritis: advances in treatment strategies. Molecular and Cellular Biochemistry, 1-20.
https://doi.org/10.1007/s11010-022-04492-3
Wysham, K. D., Shofer, J., Lui, G., Trupin, L., Andrews, J. S., Black, D. M., ... & Katz, P. P.
(2022). Low cumulative disease activity is associated with higher bone mineral
density in a majority Latinx and Asian US rheumatoid arthritis cohort. In Seminars in
Arthritis and Rheumatism (Vol. 53, p. 151972). WB Saunders.
https://doi.org/10.1016/j.semarthrit.2022.151972
Andari, F. N., & Wijaya, A. K. (2022). Penurunan Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis dengan
Terapi Simple Reminiscance. Avicenna: Jurnal Ilmiah, 17(1), 41-51.
https://doi.org/10.36085/avicenna.v17i1.3210
Juartika, W., & Susmini, S. (2022). Peningkatan Pengetahuan Tentang Kompres Hangat
Dalam Mengurangi Nyeri Reumatik Pada Lansia Di Desa Sumber Harta: Reumatik,
Lansia, Kompres Hangat, pengetahuan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarkat
PUSTINGKIA, 1(I). https://doi.org/10.33862/citradelima.v2i1.11
Awaliah, R. F., & Apriani, A. (2022). Pemeriksaan Rheumatoid Factor (Rf) Dengan Laju
Endap Darah (Led) Yang Meningkat Pada Pasien Suspect Rheumatoid Arthritis
(RA). Jurnal Medical Laboratory, 1(1), 10-14. https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.834
Fauziyah, A. M., & Maryoto, M. (2022). Penatalaksanaan Nyeri Reumatoid Athritis Di Balai
Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap 2022. Pena Medika Jurnal Kesehatan, 12(1).