Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DAN KELOMPOK

DENGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) :


RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun

Oleh :

Kelompok :

1. Estovani Jesica Titania Saragi 200204018


2. Misnah Zuhrah 200204034
3. Riska Finta Nate 200204091

Dosen Pengampu : Ns. Rumondang Gultom MKM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kelompok ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan, atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Komunitas
Dan Kemlompokdengan Penyakit Tidak Menular (Ptm) : Rheumatoid Arthritis”.
Selama proses penyusunan makalah ini begitu banyak bantuan, nasehat dan
bimbingan yang kelompok terima demi kelancaran penyusunan makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini kelompok ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/
Ibu :

1. Dr. Parlindungan Purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara
Medan.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Marthalena simamora, S.Kep, M. Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
4. Ns.Rumondang Gultom MKM, selaku dosen pengampu yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan kepada
kelompok.
5. Serta terimakasih kepada teman-teman Mahasiswa/i Prodi Keperawatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah bersama-sama menyelesaikan
tugas makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka
dari itu kami dari kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran guna
memperbaiki di masa yang akan datang dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 25 Oktober 2022

Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................
1.1......................................................................................................La
tar Belakang ................................................................................
1.2......................................................................................................Tu
juan penulisan .............................................................................
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS...................................................................
2.1 Konsep Komunitas .....................................................................
2.1.1 Defenisi...............................................................................
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan........................................
2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas
2.1.4 Peran Pewat komunitas.......................................................
2.2 Konsep Rhematoid Atrhitis..........................................................
2.2.1 Defenisi...................................................................
2.2.2 Etiologi...................................................................
2.2.3 Gambaran Klinis.....................................................
2.2.4 Patofisiologi............................................................
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang..........................................
2.2.6 Komplikasi..............................................................
2.2.7 Penatalaksanaan......................................................
2.3 Konsep Asuhan komunitas ..........................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS .........................................................................
3.1 Kasus ...........................................................................................
3.1.1 Pengkajian ........................................................................
3.1.2 Diagnosa keperawatan.......................................................
3.1.3 Intervensi keperawatan.......................................................
3.1.4 implementasi keperawatan.................................................
3.1.5 Evaluasi keperawatan.........................................................

BAB 4 PENUTUP..........................................................................................
4.1 Kesimpulan ..................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai
minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan
dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana
mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama
(Riyadi, 2013).

Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang


merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat
mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara\
kesehatannya (Mubarak, 2011).

Praktik keperawatan komunitas akan berfokus kepada pemberian


asuhan keperawatan komunitas pada masalah kesehatan yang banyak
diderita oleh komunitas tersebut. Dengan terlebih dahulu melakukan
screening kesehatan untuk mengetahui masalah kesehatan apa yang
banyak diderita oleh masyarakat. Masalah kesehatan adalah suatu
masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah
– masalah lain diluar kesehatan sendiri. Demikian pula pemecahan
masalah kesehatan masalah, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri, tapi harus dilihat dari segi – segi yang ada pengaruhnya
terhadap masalah “ sehat sakit “ atau kesehatan tersebut (Sumijatun,
2012 ).
Salah satu penyakit yang menganggu sistem kekebalan tubuh akibat
terjadinya penuaan usia di namakan penyakit rheumatoid arthritis.
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit non-inflamasi sistemik,
progresif, sering kronis dan mempengaruhi sendi dan jaringan ikat
artikular simetris (Afnuhazi 2018). rheumatoid arthritis merupakan
penyakit yang menyerang anggota tubuh yang bergerak, yaitu bagian
tubuh yang berhubungan antara yang satu dengan yang lain dengan
perantaraan persendian, sehingga menimbulkan rasa nyeri. (Bawarodi,
Rottie & Malara, 2017).
Rheumatoid arthritis merupakan suatu penyakit peradangan berupa
nyeri,  pembengkakan, dan dapat menyebabkan kerusakan di sekitar
sendi yang berakibat dapat mengganggu aktivitas. Lansia sangat
beresiko terkena penyakit baik akut maupun kronis begitu juga dengan
penyakit degenerative (Nurkholik, Nurlaelasari, Rohita, & Rosdiana,
2022). Menurut WHO (2022) pravelensi rematik secara keselurah
dunia telah meningkat menjadi 1,5 miliar orang, laki-laki 30%,
perempuan 70%. Hasil data kementerian kesehatan republik Indonesia
(2018),
Berdasarkan peningkatan rheumatoid arthritis yang mengalami nyeri
sendi akibat kerusakan tulang jika tidak dirawat akan mengakibatkan
kondisi kelumpuhan (Purwanza, Diah, & Nengrum, 2022). Reumatoid
Artritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Karakteristik rematik adalah terjadinya
kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas (ferawati,2017).  Dampak dari Reumatoid Artritis dapat
menimbulkan beberapa keluhan dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan rheumatoid arthritis
dibutuhkan penangan yang tepat. Dengan banyaknya kejadian
rheumatoid arthritis, semakin jelas bahwa dibutuhkan peran perawat
untuk membantu pasien agar dapat mengatasi nyeri pada rheumatoid
arthritis (Wahyuni,2016). Nyeri sendi merupakan manifestasi klinis
yang mengganggu area sendi menyebabkan kerusakan fungsi fisik
pasien. Secara umum Nyeri sendi ini membuat pasien merasa
ketidaknyamanan saat menyentuh persendian, pembengkakan,
peradangan, Kaku dengan gerakan terbatas (Novianti dan Azwar,
2021).

Dalam penanganan nyeri yang dirasakan terdapat dua cara terapi


farmakologis dan Non-farmakologis . terapi farmakologi dapat
diberikan Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) Biasanya
digunakan untuk meredakan nyeri sendi. Namun, penggunaan NSAID
yang berkelanjutan Kontinuitas akan berdampak Efek samping yang
serius termasuk kerusakan Ginjal, perdarahan lambung, myelosupresi,
anoreksia, dan mual oleh karena itu ada salah satu cara dengan
menggunakan terapi Non-farmakologi yan dapat diberikan terapi
kompres jahe merah, dengan kompres panas dapat menimbulkan
tanggapan, Fisiologi tubuh yaitu peningkatan aliran darah darah,
relaksasi otot, dan dapat mengurangi Nyeri yang disebabkan oleh
kejang otot dan kekakuan efek samping yang didapat relatif rendah .
(Firdaus, 2020).

1.1 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
telah diperoleh pada tahap akademik secara nyata dalam memberikan
Asuhan Keperawatan Komunitas Desa Kapten Muslim
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat di
Kapten Muslim
b) Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat di Desa
Kapten Muslim
c) Menentukan diagnosa keperawatan hasil pengkajian pada
masyarakat di Desa Kapten Muslim
d) Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di Desa
Kapten Muslim
e) Menginformasikan perencanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa Kapten Muslim
f) Menginformasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Komunitas di
Desa Kapten Muslim
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Komunitas


2.1.1 Defenisi

Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang


mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun, 2010).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat
terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2011). Proses keperawatan
komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok
serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010).
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2011).

2.1.3 Strategi Intervensi Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama
sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di
dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih
cepat.

1. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan
seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan
perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan
kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga
dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila
dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan
menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang
dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas
juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya:
perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll.
Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik,
fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki
kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di wilayah binaan,
puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan
tempat kerjanya, perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang
berkualitas (Mubarak, 2011).

2.1.4 Peran Perawat Komuitas


Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di
masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku
sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan
dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.

Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian,


perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan
proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan
strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang
telah didapat (Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat
komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan
fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien.
Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien (Mubarak, 2011).

Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab


membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi
hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed
Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak
klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah
sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan
(Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli
gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitannya membantu
mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan kolaborasi atau
kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang
lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan
(Mubarak, 2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. 
Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah
mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring  terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang
timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui
kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan
pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,
merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim
kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change
Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang
berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat
perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney
mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya,
menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimbing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2011).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari


perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, perasaan dan
perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2011).
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan
kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan
masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan
bagian dari peran perawat komunitas.
2.2 Konsep Rhematoid Atrhitis

2.2.1 Defenisi
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyerang
persendian Muncul dalam bentuk peradangan, menyebabkan
pembengkakan, nyeri, dan akhirnya merusak bagian dalam sendi
(Kharisna, Adelia, Arfina, Febtriana, & Yanti, 2022). Rheumatoid
arthritis adalah penyakit multisistem dengan etiologi yang tidak
diketahui, ditandai dengan destruksi sinovitis (Nooreen, Nene, Jain,
Prasannanjaneyulu, Chitlangya, Otavi, & Srivastava, 2022).

Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang menyebabkan


peradangan sendi kronis dan mempengaruhi lebih dari lima sendi
(polyarthritis) (Prasad, Verma, Ganguly,, Chaturvedi, & Mittal,
2022). Rheumatoid arthritis adalah penyakit inflamasi nonbakterial
yang bersifat sistemik, progresif, dan seringkali kronis, menyerang
sendi dan jaringan ikat sendi secara simetris (Wysham, Shofer, Lui,
G., Trupin, Andrews, Black, & Katz, 2022),.

Berdasarkan beberapa defenisi Rheumatoid arthritis adalah penyakit


autoimun yang menyebabkan peradangan persendian yang kronis
yang mengalami peradangan dan nyeri.

2.2.2 Etiologi
Menurut Andari, & Wijaya (2022) Etiologi Rheumatoid arthritis
belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan
dengan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan.
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab
reumathoidatritis, yaitu:
a. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus nonhemolitikus
b. Endokrin
c. Autoimun
d. Metabolic
e. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan (gaya hidup dan
mandi malam).

Pada saat ini, reumathoid atritis diduga disebabkan oleh factor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II;
factor infeksi mungkin disebakan oleh virus dan organisme
mikroplasma atau group difteroid yang menghasilkan antigen
kolagentipe II dari tulang rawan sendi penderita (Juartika & Susmini,
2022)
Kelainan yang dapat terjadi pada suatu atritis rheumatoid yaitu:

1. Kelainan pada daerah artikuler


Kelainan pada daerah artikuler merupakan sendi yang telah rusak
berat, proses inflamasi dapat terus berlanjut dan secara serius
dengan mengakselerasi proses penyakit lainnya secara tahap :
a. Stadium I (stadium sinovitis)
Perubahan awal adalah kongesti vaskular dengan formasi
pembuluh darah baru, proliferasi sinoviosit dan infiltrasi lapisan
subsinovial oleh polimorf, limfosit dan sel-sel plasma. Terdapat
penebalan dari struktur kapsular, formasi vili pada sinovium dan
efusi yang kaya akan sel ke dalam sendi dan selubung tendon.
Walaupun terdapat nyeri, pembengkakan, nyeri tekan,
strukturstruktur tersebut tetap masih intak dan mobil, dan
kelainan tersebut masih reversible (Juartika & Susmini, 2022)

Pada stadium sinovitis, jaringan sinovial mengalami perubahan


dini (jaringan sendi tipis) ditandai dengan adanya
pembengkakan sendi, nyeri saat bergerak, dan bengkak. Sendi-
sendi yang terkena biasanya sendi yang mudah dilihat seperti
sendi lutut, sendi pergelangan tangan dan jari-jari (Asikin 2018)
b. Stadium II (Stadium destruksi)
Inflamasi menetap menyebabkan destruksi sendi dan tendon.
Terdapat erosi kartilago artikular, sebagian disebabkan oleh
enzim proteolitik, sebagian lagi oleh jaringan vaskular di dalam
lapisan sinovium, sebagian sisanya oleh invasi langsung
kartilago oleh jaringan granulasi yang tumbuh di permukaan
artikular. Invasi jaringan granulasi dan resorpsi tulang
menyebabkan erosi tulang pada tepi sendi. Perubahan serupa
terjadi pada selubung tendon, menyebabkan tenosynovitis,
invasi ikatan kolagen, dan pada akhirnya, ruptur tendon parsial
atau total. Efusi synovial, umumnya mengandung materi
fibrinoid dalam jumlah banyak, menyebabkan pembengkakan
sendi, tendon dan bursa (Juartika & Susmini, 2022).

Pada stadium destruksi, selain kerusakan pada jaringan sinovial,


kerusakan juga terjadi pada jaringan di sekitarnya ditandai
dengan adanya kontraksi tendon (Asikin,2018)

c. Stadium III (stadium deformitas)


Kombinasi dari destruksi artikular, peregangan kapsul dan
ruptur tendon mengarah pada instabilitas progresif dan
deformitas pada sendi. Proses inflamasi umumnya terus
berlanjut namun efek mekanis dan fungsional dari disrupsi sendi
dan tendon akan menjadi fatal (Juartika & Susmini, 2022)

Pada stadium deformitas, pada sendi diawali dengan perubahan


pada sinovitis, dan berlanjut pada pembentukan pannus
(jaringan granulasi), ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis
tulang (Asikin,2018)

2. Kelainan pada jaringa ekstrartikuler


Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-
artikuler adalah:
a. Otot : terjadi miopati
b. Pembuluh darah perifer : terjadi proliferasi tunika intima, lesi
pada pembuluh darah arteriol dan venosa
c. Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari
aliran limfe, sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas
system retikulo endothelial dan proliferasi yang
mengakibatkan splenomegaly
d. Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi
leukosit
e. Visera

2.2.3 Gambaran Klinis


Menurut Asikin (2018) Gambaran klinis Rheumatoid Arthtritis adalah
sebagai berikut :
a. Kekakuan dipagi hari : biasanya kurang lebih berlangsung
selama 1 jam
b. Pembengkakan 3 sendi atau lebih : pembengkakan sendi objektif
c. Pembengkakan sendi pergelangan tangan, MCP, atau PIP
d. Gambaran radiologi yang khas : gambaran yang paling
lazim adalah osteopenia peri artikular
e. Nodul subkutan : pada permukaan ekstensor siku, tonjolan
tulang pada punggung atau bahkan disepanjang
perjalanan tendo archiles.
f. Nyeri, pembengkakan, sensasi hangat, eritema, dan
kurangnya fungsi pada sendi adalah gejala klasik.
g. Palpasi sendi mengungkapkan adanya jaringan yang
menyerupai spons atau lunak.
h. Cairan biasanya dapat di aspirasi dari sendi yang meradang
(inflamasi)

Menurut Ayu & Muhlisin, (2020) ada beberapa gambaran klinis yang
umum ditemukan pada pasien rheumatoid arthritis. Gambaran klinis
ini tidak harus timbul secara bersamaan. Oleh karenanya penyakit ini
memiliki Gambaran klinis yang sangat bervariasi.
a. Gambaran-gambaran konstitusional, misalnya lelah,
anoreksia, berat badan menurun, dan demam. Terkadang
dapat terjadi kelelahan yang hebat.
b. Poliaritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi interfalang distal, hampir semua sendi diartrodial
dapat terangsang.
c. Pentingnya untuk membedakan nyeri yang disebabkan
perubahan mekanis dengan nyeri yang disebabkan inflamasi.
Nyeri yang timbul setelah aktivitas dan hilang setelah istirahat
serta tidak timbul pada pagi hari merupakan tanda nyeri
mekanis. Sebaliknya nyeri inflamasi akan bertambah berat
pada pagi hari saat bangun tidur dan disertai kaku sendi atau
nyeri yang hebat pada awal gerak dan berkurang setelah
melakukan aktivitas.
d. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat
bersifat generalisata terutama menyerang sendi-sendi.
Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartratis, yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam.
e. Arthritis erosif, merupakan ciri khas rheumatoid arthritis pada
gambaran radiologic. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
f. Deformitas, kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi
jari, sublukasi sendi metakarpofalangeal, leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering di jumpai pasien.
Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang
besar juga dapat terangsang dan akan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerakan ekstensi.
g. Nodula-nodula rheumatoid adalah massa subkutan yang
ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita
rheumatoid arthritis. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa elekranon (sendi siku), atau di
sepanjang permukaan ekstanor dari lengan, walaupun
demikarya ilmiah akhir ners nodul-nodul ini dapat juga
timbul pada tempat-tempat lainnya. Nodul-nodul ini biasanya
merupakan suatu tanda penyakit yang aktif dan lebih berat.
h. Manifestasi ekstra articular, rheumatoid arthritis juga dapat
menyerang organ organ lain diluar sendi. Jantung
(pericarditis), paru-paru (pleuritis), mata,dan rusaknya
pembuluh darah

2.2.4 Patofisiologi
Menurut Hadinata (2022) dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen
yang tidak teridentifikasi menyebabkan respon imun menyimpang
pada pejamu yang rentan secara genetik. Sebagai akibatya antibodi
normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan menyerang
jarringan penjamu.antibodi yang berubah ini biasanya terdapat pada
orang yang mengalami RA, disebut Factor rematoid (rhematoid
faktor,RF), antibodi yang dihasilkan sendiri berkaitan dengan antigen
target mereka dlam darah dan membran sinovial, membentuk
kompleks imun.komplemen diaktivasi oleh kompleks imun,memicu
respons inflamasi pada jaringan sinoval.

Leukosit tertarik pada membran sinoval dari sirkulasi,tempat neutrofil


dan makrofag mengingesti kompleks imun dan melepaskan enzim
yang megradasi jaringan sinoval dan kartilago artikular. Limfosit B
dan T menyebabkan penikatan produksi faktor rematoid dan enzim
yang meningkatkan dan melanjutkan proses inflamasi.

Membran sioval rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran


sinoval membengkak akibat infiltrasi leukosit dan menebal karena
sel berprofilerasi dan membesar secara abnormal. Prostaglandin
memicu vasodilatasi , dan sek sinovial dan jaringa menjadi hiperaktif.
Pembuluh darah baru tumbuh untuk menyokong hiperplasia sinovial,
membentuk jaringan granulasi vaskular disebut panus.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Awaliah, & Apriani (2022) Untuk mengetahui diagnosis
Rheumatoid Arthritis ada 2 tahap pemeriksaan penunjang :
1. Pemerikasaan awal Rheumatoid Arthritis ada beberapa:
a. Laju endap darah (LED) meningkat (80-100 mm/h) kembali
(v) sewaktu gejala-gejala meningkat.
b. Protein c-reaktif: positif
c. Sel darah putih: positif meningkat pada waktu timbul
prosesinflamasisampai 500-50.000 mm/h dan tampak keruh
d. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif lebih pada 50%
e. Ig (Ig M dan E): peningkatan besar menunjukan proses
autoimun sebagai penyebab Rheumatoid Arthritis.
2. Pemeriksaan Lanjut Rheumatoid Arthritis ada beberapa :
a. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukan pembengkakan
padajaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang
yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi
kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoarthritis yang terjadi secara bersamaan.
b. Scan radio nuklida: identifikasi peradangan sinovium
c. Artroposi langsung, aspirasi cairan synovial
d. Biopsy membrane synovial: menunjukkan perubahan inflamasi
dan Perkembangan panas.

2.2.6 Komplikasi
Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut Rahayu,
& Adriani (2022). rheumatoid arthritis dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian lain dari tubuh :
a. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
rheumatoid arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat
berupa nyeri tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang
umumnya terasa lebih berat pada pagi hari. Pada rheumatoid
arthritis yang lanjut dapat pula dijumpa efusi pleura dan fibrosis
paru yang luas
b. Sistem kardiovaskuler
Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada rheumatoid arthritis
jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gangguan gagal jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat
juga dijumpai gejala perikarditis yang berat. Lesi inflamatif yang
menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan
katup jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,
fenomena embolisasi, gangguan konduksi, aortitis dan
kardiomiopati.
c. Sistem gastrointestinal
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan
obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah
perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas
utama pada rheumatoid arthritis.
d. Sistem persarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai rheumatoid arthritis
umumnya tidak memberikan gambaran yang jelas sehingga sukar
untuk membedakan komplikasi neurologis akibat lesi artikular dari
lesi neuropatik. Pathogenesis komplikasi neurologis pada
umumnya berhubungan dengan mielopati akibat instabilitas
vertebre, servikal, neuropai jepitan atau neuropati iskemik akibat
vasculitis.
e. Sistem perkemihan : ginjal
Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada rheumatoid
arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada
pasien rheumatoid arthritis dijumpai proteinuria, umumnya hal
tersebut lebih sering disebabkan karena efek samping pengobatan
seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi sekunder akibat
amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai
pada syndrome sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih banyak
berhubungan dengan penggunaan OAINS. Penggunaan OAINS
yang tidak terkontrol dapat sampai menimbulkan nekrosis papilar
ginjal.
f. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran
eritrosit normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang
disertai dengan kadar besi serum yang rendah serta kapasitas
pengikatan besi yang normal atau rendah merupakan gambaran
umum yang sering dijumpai pada rheumatoid arthritis. Enemia
akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi
besi yang juga dapat dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat
penggunaan OAINS atau DMARD yang menyebabkan erosi
mukosa lambung.

2.2.7 Penatalaksanaan
Menurut Fauziyah, & Maryoto, (2022) Penatalaksanaan yang
dilakukan utuk mengatasi nyeri antara lain:
1. Pendidikan: meliputi tentang patofisiologi, penyebab, tanda,
dangejala semua komponen program penatalaksanaan termasuk
regimen.
2. Istirahat: pasien membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali
waktu beraktivitas diikuti oleh masa istirahat.
3. Latihan fisik dan termoterapi: latihan dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakanaktif
dan pasif pada semua sendi sedikitnya 2 kali sehari.
4. Kompres: kompres hangat jahe merah pada daerah sendi dan
sakit, danbengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.
5. Diet seimbang: karbohidrat, protein, lemak. Makanan yang
tidakboleh dimakan seperti jeroan, kembang kol, bayam,
emping,daun singkong, makanan yang boleh dimakan seperti
tempe, tahu, daging sapi, daging ayam, sayur kangkung, buah-
buahan, nasi dan susu.
6. Terapi pengobatan: bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan, obat-obat yang di pakai untuk mengurangi nyeri,
meredakan peradangan dan mengubah
perjalananpenyakit
7. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri akibat inflamasi. OAINS yang
dapat diberikan: Aspirin mulai dosis 3-4
x/hari. Ibuprofen, nafroxen, poriksikam, diklofenak dan
sebagainya.
8. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya
untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi
akibat arthritis rheumatoid, jenis-jenis yang digunakan adalah:
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari
b. Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/hari
c. D-oenisilamin dosisnya 250-300 mg/hari
d. Kortikosteroid: dosis rendah prednisone 5-7,5 mg (dosis
tunggal pagi hari) sangat bermanfaat sebagai terapi dalam
mengatasi rheumatoid arthri
e. Rehabilitasi: bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
caranya dengan mengistirahatkan sendi yang sakit.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus keperawatan yang
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat
dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
baik yang sehat maupun yang sakit (mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan), secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan melibatkan peran
serta aktif masyarakat secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya
untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
serta memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup sehat
sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat kesehatan
seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri dalam memelihara
kesehatannya (Chayatin, 2011).

Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan


melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan
pada kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).

Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan komunitas


dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan
komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan keperawatan yang
diberikan kepada komunitas atau kelompok adalah (Mubarak, 2011):

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga
atau kelompok yang menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor bagi
penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah
cukup menunjang, sehingga memudahkan masyarakat
mendapatkan pelayanan di berbagai bidang termasuk
kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang terima sesuai dengan
Upah Minimum Registrasi (UMR) atau sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan hasil
pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya,
misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau
medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga
dapat dirumuskan masalah kesehatan.
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnose keperawatan
komunitas akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang mungkin terjadi.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap
stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom atau
manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).

c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keprawatan yang sudah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan intervensi yang dapat
dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet yang
tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat untuk
memperbaiki lingkungan komunitas
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan
harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal
melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
(Mubarak, 2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan
tindakan yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas

e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun
tindakan dalam melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervensi.
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit.

BAB 3
TINAJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Wawancara Riwayat wilayah kapten muslim dahulu merupakan
(TOMA, TOGA) salah satu daerah kumuh yang terletak di dekat
Data Sekunder ujung jalan. Dahulu tidak terdapat sanitasi yang
baik dan merupakan RT dengan tingkat kepadatan
penduduk nomer 2 setelah Usia penduduk
mayoritas 50 tahun keatas dan berprofesi sebagai
buruh di pabrik.

b. Data demografi
Teknik Pengkajian Hal yang dikaji
Data Sekunder 1. Usia
(angket, KK) Balita : 17
Remaja : 66
Dewasa : 52
Pertengahan : 116
Lansia : 37
2. Jenis Kelamin
Laki-laki : 48,5% (184 orang)
Perempuan :52,1% (196 orang)
3. Suku Bangsa : Batak
4. Agama : Islam 90%, Katholik 10%
5. Tingkat Pendidikan : status pendidikan di
mayoritas SMP-SMA

c. Statistik vital

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer Berdasarakan hasil pengkajian melalui angket
didapatkan hasil :
(Angket) - mayoritas warga mengalami masalah
kesehatan athritis,ostereoporosis dan Stroke.
Dan sebagian kecil hanya mengalami
masalah kesehatan seperti batuk dan flu.
- lansia mengatakan tidak tahu bagaimana
menjaga kesehatan dan cara menangani
penyakit seperti : Rhematoid
athritis,ostereoporosis
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan hasil :
- Kapten muslim mengatakan dari jumlah
penduduk orang dewasa mayoritas
mempunyai riwayat HT .
- Kapten muslim mengatakan belum
dilakukan senam
Data Sekunder
(catatan medis
Puskesmas)

1.atrhitis 50% 2 Ostereoporosis

2. Pengkajian sub-sistem komunitas


a. Lingkungan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Keadaan lingkungan rumah mayoritas
- Observasi kurang bersih dan ada beberapa yang
- Wawancara bersih
- Keadaan perumahan cukup bersih
tidak ada genangan air
- Jarak antar rumah satu dengan yang
lain sangat dekat, tidak ada pagar
- Kualitas air bersih berasal dari sumur
dan PDAM
- Kualitas udara kurang baik dekat
dengan area pabrik dan dekat sungai
- Pengkajian sampah :
Terdapat tong sampah di setiap rumah
warga, pembuangan sampah per 3 hari
dikelola oleh petugas TPA. Tetapi
masyarakat tidak melakukan
pemilahan sampah bahkan kadang
membakarnya (5%).
- Terdapat vektor nyamuk (35%), tikus
(30%), kecoa (25%), dan kucing
(10%). Serta saat dilakukan
pemeriksaan ditemukan jentik nyamuk
pada 8 rumah warga.
b. Pendidikan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Tidak terdapat sekolah di lingkungan,
- Observasi sekolah terletak dikawasan kelurahan dan
- Wawancara kota
- Terdapat sekolah non formal yaitu TPQ di
masjid

c. Keamanan dan transportasi

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Masyarakat menggunakan transportasi
- Angket/ pribadi 88% dan kendaraan umum 12%
kuisioner dalam mobilisasi
- Akses mendapatkan transportasi mudah
dekat dengan jalan raya, pasar, dan
penggunaan aplikasi online.
- Observasi - Kondisi lalulintas jalan ramai lancar dan
kondisi jalanan baik.
- Dekat dengan kantor pemadam kebakaran
dan SatpolPP
- Tidak ada alat pemadam kebakaran
- Wawancara Kondisi lingkungan sekitar warga aman.

d. Politik dan pemerintahan

Teknik Pengkajian Hal yang dikaji


Data Primer - Kegiatan politik yang ada di masyarakat :
- Wawancara - Kebijakan kesehatan oleh Puskesmas
Sibela difasilitasi oleh kader kesehatan per
RT
- Masyarakat ikut serta dalam pengambilan
keputusan melalui musyawarah warga
- Jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia
dan balita, dilakukan sebulan sekali yang
diikuti seluruh lansia dan balita
- Angket - masyarakat ikut serta dalam posyandu
lansia dan balita
- ikut serta dalam kegiatan posyandu 1 kali
sebulan
- masyarakat ikut serta dalam JKN
- Observasi - Akses menuju pelayanan kesehatan mudah
dan dekat

e. Komunikasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Mendapatkan informasi layanan kesehatan dari
kader posyandu
- Angket
- Observasi - Perkumpulan warga melalui acara
pengajian dan PKK
- Penyebaran informasi melalui grup
whatsapp masing-masing kader

f. Ekonomi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer Tingkat ekonomi rendah-menengah dengan
- Angket penghasilan rata-rata > Rp. 1.668.700,-
- Observasi Dekat dengan kawasan pabrik, pertokoan dan
dekat dengan Pasar Mojosongo

g. Rekreasi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat sering menghabiskan waktu
- Angket luang dengan menonton TV (90%)
- Wawancara - Wilayah kapten muslim dekat dengan
Taman Jurug
- Observasi - Anak-anak bermain di tanah kosong dekat
rumah warga
- Tidak ada fasilitas rekreasi bagi warga

3. Persepsi

Teknik Pengkajian Hasil yang dikaji


Data Primer - Masyarakat mengatakan pentingnya
- Wawancara bersosialisasi antar warga dalam suatu
dengan TOGA, komunitas
TOMA, Petugas - Masyarakat mengatakan jika sumber
Puskesmas dan kekuatan yang dimiliki adalah dukungan
beberapa dan kerjasama dari semua warga
masyarakat - Masalah kesehatan yang sering dialami
dan dikeluhkan warga yaitu atrhitis
rematik dan osteroporesis
3.2 Analisa Data

No Data Fokus Diagnosa Keperawatan


1 DS : Manajemen Kesehatan Tidak
- Ketua Kapten Muslim mengatakan Efektif (D.0116)
bahwa posyandu lansia diadakan 1x
sebulan.
- Lansia mengatakan tidak tahu
bagaimana menjaga kesehatan dan
cara menangani penyakit
seperti :Rhematoid arthritis
- Ketua Kapten Muslim mengatakan
dari jumlah penduduk orang dewasa
mayoritas mempunyai riwayat Auto
imun .
- Warga Kapten Muslim mengatakan
belum dilakukan senam rutin
hipertensi
DO :
- setelah dilakukan pemeriksan TD
rata-rata warga lansia Kapten Muslim
mengalami nyeri pada sendi dan
lutut ,atrhitis dan osteoporosis
2 DS : Pemeliharaan Kesehatan Tidak
- warga ibu X mengatakan jika di Efektif (D.0117)
lingkungannya sudah disediakan
tempat sampah, tetapi tidak dapat
memilah jenis sampah dan
kadang membakarnya di dekat
lahan
DO :
- Terdapat jentik nyamuk di 8
rumah warga
- Lingkungan sekitar rumah
tampak kurang bersih
- Terdapat vektor nyamuk 35%,
kecoa 15%, tikus 30% dan
kucing 10% di lingkungan
sekitar

A. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Presentasi populasi dalam masalah kesehatan/ukuran masalah

Prosentasi populasi dalam masalah


Nilai
keperawatan

25 % atau lebih 9 atau 10

10 % - 24,9 % 7 atau 8

1 % - 9,9 % 5 atau 6

0,1 % - 0,9 % 3 atau 4

< 0,01 % 1 atau 2

2. Keseriusan masalah
Kriteria untuk skoring keseriusan masalah kesehatan :

Tingkat keseriusan Nilai


Sangat serius 9 atau 10
Serius 6,7, atau 8
Cukup serius 3,4, atau 5
Tidak serius 0, 1, atau 2
3. Penilaian keefektivan intervensi
Kriteria skoring untuk keefektifan masalah kesehatan :

Keefektifan Nilai
Sangat efektif (800-100%) 9 atau 10
Relatif efektif (60-80%) 7 atau 8
Efektif (40-60%) 5 atau 6
Cukup efektif (20-40%) 3 atau 4
Relatif tidak efektif (5-20%) 1 atau 2
Hampir tidak efektif 0

Prioritas Masalah

Masalah keperawatan Komponen BPR Skor Urutan/


A B C (A+2B)xC ranking
Manajemen Kesehatan 9 9 8 216 1
Tidak Efektif (D.0116)
Pemeliharaan Kesehatan 7 5 6 102 2
Tidak Efektif (D.0117)

Keterangan :
A = Presentasi populasi yang mengalami masalah kesehatan
B = Keseriusan masalah
C = Keefektivan intervensi

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116)
2. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
3.4 Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC) Rencana Tindakan / Intervensi Metode Evaluator
No
Keperawatan (NIC) Evaluasi

1 Manajemen Setelah dilakukan penyuluhan selama Skrining Kesehatan (6520) Psikomotor Mahasiswa
Kesehatan Tidak 30 menit diharapkan Manajemen 1. Cek Laboratorium. Kader
Efektif ( D.0116) Kesehatan Tidak Efektif Teratasi 2. Beri saran kepada
Dengan Kriteria Hasil : masyarakat dengan hasil
yang lebih dari normal untuk
Pemeliharaan Kesehatan (L.12106)
melakukan alternatif
1. Perilaku kesehatan masyarakat pengobatan.
dari yang buruk membaik.
2. Kemampuan masyarakat dalam Edukasi Kesehatan ( L.12383)
menjalankan perilaku sehat dari 1. Ajarkan perilaku hidup
kurang menjadi meningkat. bersih dan sehat
2. Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup
Perilaku Promosi Kesehatan bersih dan sehat.
(1602)
1. Peningkatan skrining
kesehatan masyarakat yang
kurang menjadi meningkat.
2. Terjadi peningkatan
keseimbangan aktivitas dan
latihan masyarakat dari
kurang menjadi meningkat
(160221)
2 Perilaku Setelah dilakukan tindakan selama Peningkatan efikasi diri (5395) Kognitif Mahasisw
kesehatan 30 menit diharapkan Perilaku Psikomotor a
1. Identifikasi hambatan unt
cenderung kesehatan cenderung beresiko dapat masyaraka
uk merubah perilaku
beresiko (00188) teratasi dengan Kriteria Hasil : t
2. Bantu individu untuk ber
Kepercayaan Mengenai kesehatan
komitmen terhadap renca
: kontrol yang diterima (1702)
na tindakan untuk merub
1. Kemampuan masyarakat dala
ah perilaku
m menerima dan melaksanak
3. Berikan contoh atau tunj
an tanggung jawab terkait de
ukan perilaku yang diingi
ngan keputusan kesehatan dar
i kurang menjadi meningkat nkan
(170201) 4. Berikan informasi menge
2. Peningkatan keyakinan bahw nai perilaku yang diingin
a tindakan sendiri yang meng kan
ontrol hasil kesehatan yang se
mula kurang menjadi mening
kat(170205)
3. Keterlibatan masyarakat dala
m keputusan kesehatan yang
kurang menjadi meningkat (1
70202)
PLAN OF ACTION ( POA ) INTERVENSI MASALAH KESEHATAN
MASYARAKAT DESA KAPTEN MUSLIM

No. Waktu & Penanggung


Masalah Tujuan Kegiatan Tempat
Dx sasaran Jawab
1 Manajemen kesehatan Setelah diakukan tindakan 1. Cek darah. Posko Setiap hari Mahasiswa
tidak efektif keperawatan selama 4 minggu : kesehatan warga dan Tokoh
- Diharapkan meningkat derajat Masyarakat
kesehatan masyarakat 2. Beri saran kepada Posko
Setiap hari
pasien dengan hasil kesehatan Mahasiswa
yang lebih dari normal Warga dan Kader
untuk melakukan
alternatif pengobatan. Mahasiswa
Lapangan Minggu,14 dan Kader
3. Mengadakan dan Maret 2020
mengajak lansia untuk
warga
mengikuti senam
osteoporosis Posko Mahasiswa
kesehatan dan warga ka
4. Melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan
2. Pemeliharaan Setelah diakukan tindakan 1. Lakukan pemantauan Posko Setiap hari Mahasiswa
kesehatan tidak efektif keperawatan selama 4 minggu : untuk menentukan kesehatan Warga
- Masyarakat memelihara tempat kebutuhan rujukan
pembuangan air limbah. Mahasiswa
1. Tidak ada air limbah yang 2. Bantu kelompok untuk Lingkup
tergenang untuk merubah perilaku Desa
2. Tidak ada lagi media untuk terhadap rencana Debegan
perkembangbiakan nyamuk tindakan (kerja bakti). Tanggal 20
3. Masyarakat mampu menerapkan Maret 2020 Mahasiswa
PHBS 3. Mengajak kelompok Warga Kader
untuk menanan TOGA
Tanggal 23 Mahasiswa
4. Ajarkan warga untuk Maret 2020
melakukan PHBS Warga
dengan cuci tangan 6
langkah Setiap ming Mahasiswa
gu Kader

5. Pemantauan jentik
nyamuk
3.5 Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Waktu Jenis Kegiatan Evaluasi Formatif


1 10 Oktober 11.00 WIB Melakukan Evaluasi Struktur :
2022 pemeriksaan tekanan - Pemeriksaan dilakukan oleh mahasiswa praktikan yang
darah bertempat di posko kesehatan
- Kegiatan dilakukan setiap hari
Evaluasi Proses :
- Pengecekan tekanan darah menggunakan
sphygnomanometer dan stetoskop
- Warga yang melakukan pemeriksaan sebelumnya
didata dan dicek berat badan
- Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian diberikan
pendidikan kesehatan.
Evaluasi Hasil :
- Masyarakat sangat antusias dan mendatangi posko
kesehatan untuk pengecekan tekanan darah
- Tekanan darah pasien 140/90 mmHg
- Dilakukan pengukuran berat badan, dan pendidikan
kesehatan hipertensi
2 11 Oktober 09.00 WIB Pemantauan jentik Evaluasi Struktur :
2022 nyamuk - Pemeriksaan dilakukan bersama dengan ibu kader
PKK dan mahasiswa
- Pemeriksaan ditujukan bagi seluruh rumah warga RT
04
- Mahasiswa menyiapkan senter dan ceklist pemeriksaan
Evaluasi Proses :
- Kegiatan dimulai pukul 09.00 WIB
- Kelompok dibagi menjadi 3 tim untuk melakukan
pengecekan rumah di 3 wilayah pembagian. Masing-
masing tim ditemani oleh ibu kader PKK
Evaluasi Hasil :
- Ditemukan 8 rumah terdapat jentik nyamuk
- Warga dihimabau untuk memperhatikan kebersihan
lingkungan
- Warga diberikan ceklist pemeriksaan jentik yang
ditempelkan pada depan rumah
4. Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi


1 Manajemen kesehatan tidak S : warga X mengatakan jika tidak tahu tentang penyakit hipertensinya
efektif dan mengeluh kepala pening, dan belum mengerti senam hipertensi
O : 9,5 mg/dl, saat ditanya riwayat darah tinggi pasien tidak mampu
menjawab
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
2 Pemeliharaan kesehatan S : warga X mengatakan jika belum mampu memilah sampahnya dan
tidak efektif mengatakan jika dirumahnya banyak nyamuk
O : terdapat jentik nyamuk di genangan air, di kamar mandi, dan
wadah penyimpanan air
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
5. Rencana Tindak Lanjut

Masalah Tujuan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Tanggung


Kesehatan jawab
Manajemen Untuk meningkatkan 1. Cek kesehatan Warga - Posko Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran 2. Pendidikan kesehatan Warga
efektif masyarakat akan kesehatan
kesehatan mengenai 3. Senam
pencegahan dan hipertensi
penanganan penyakit
Pemeliharaan Untuk meningkatkan 1. Pendidikan Warga Rumah Mahasiswa
kesehatan tidak kesadaran kesehatan Kepala Warga
efektif masyarakat dalam 2. Pemeriksaan desa
menerapkan pola jentik nyamuk
hidup bersih dan 3. Penanaman
sehat TOGA
4. Kerja bakti
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tindakan pengkajian pada masyarakat Desa Kapten Muslim terdapat
beberapa masalah lingkungan yang memunculkan diagnose keperawatan manajemen
kesehatan tidak efektif dan pemeliharaan kesehatan tidak efektif. Sehingga untuk
menentukan prioritas masalah dilakukan kegiatan musyawarah yang melibatkan warga
dan tokoh masyarakat. Pada musyawarah desa 2 menghasilkan prioritas masalah
pertama yaitu manajemen kesehatan tidak efektif dan yang kedua pemeliharaan
kesehatan tidak efektif. Pada diagnosa manajemen kesehatan tidak efektif kami
melakukan intervesi pemberian pendidikan kesehatan, mengadakan senam
osteoporosis, dan pengecekan kesehatan. Untuk diagnose pemeliharaan kesehatan tidak
efektif kami menyetujui untuk melakukan kerja bakti, pendidikan kesehatan, dan
penanaman tanaman obat keluarga (TOGA).

4.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat dalam
kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan berpartisipasi dalam
meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga lingkungan.
2. Bagi Keluarga
Diharapakan keluarga dapat menggunakan perawatan yang tepat terhadap anggota
keluarga yang menderita rheumatoid Arthritis.
DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh senam terhadap penurunan nyeri rematik pada lansia. Menara


Ilmu , 12 (1). https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i3.570

Bawarodi, F., Rottie, J., & Malara, RT (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kekambuhan penyakit rematik di wilayah puskesmas beo kabupaten talaud.  Jurnal
Keperawatan , 5 (1). https://doi.org/10.33559/eer.v2i1.653

Nurkholik, D., Nurlaelasari, I., Rohita, T., & Rosdiana, N. (2022). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dengan Sikap Lansia Dalam Mengatasi Kekambuhan Penyakit
Reumatik Di Kelurahan Linggasari Kecamatan Ciamis. Jurnal Keperawatan
Galuh , 4 (1), 13-18. http://dx.doi.org/10.25157/jkg.v4i1.7162

Purwanza, SW, Diah, AW, & Nengrum, LS (2022). Faktor Penyebab Kekambuhan


Rheumatoid Arthritis pada Lansia (55–85 Tahun). Jurnal Informasi
Keperawatan , 1 (2), 61-66. https://doi.org/10.54832/nij.v1i2.190

Ferawati, F., & Kep, M. (2017). Penerapan kompres jahe terhadap hangat dan kompres serai
penurunan intensitas nyeri artritis remathoid pada lanjut usia di desa mojoranu
kecamatan dander kabupaten bojonegoro. Jurnal ilmu kesehatan makia , 5 (1), 1-9.
https://doi.org/10.37413/jmakia.v5i1.31 

Wahyuni, N. (2016). Pengaruh Kompres Jahe Terhadap Intensitas Nyeri Pada Penderita


Rheumathoid Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Balam Medan Sunggal. Jurnal
Keperawatan Flora , 9 (1), 111-125. https://doi.org/10.32668/jitek.v5i2.27
Noviyanti, & Azwar, Y. (2021). Penerapan Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Pada Lansia Dengan Arthritis Rhematoid. Jurnal Ilmiah Permas, 11(1), 185–192.
https://doi.org/10.37402/jurbidhip.vol9.iss1.176 

Firdaus, M., Tonis, M., Zaky, A., Putra, A. D., & Prathivi, S. B. (2020). Counseling About
Giving Red Ginger Warm Compress To Reduce. 26–29.
https://doi.org/10.52999/sabb.v1i1.81 

Handayani, I. (2020). Pengaruh Kompres Parutan Jahe Merah Terhadap Nyeri Sendi Pada
Lansia Penderita Rheumatoid Arthritis Kecamatan Sendana. Healthy Papua-Jurnal
2000-an dan Kesehatan , 3 (1), 114-120. https://doi.org/10.52047/jkp.v9i18.52 

Yada, AP, & Ka'arayeno, AJ (2019). Efektivitas Kompres Hangat Jahe Merah Dan Garam
Terhadap Nyeri Sendi Penderita Gout Artritis Di Kelurahan Merjosari Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang. Berita Keperawatan: Jurnal Ilmiah Keperawatan , 4 (2).
http://dx.doi.org/10.26751/jikk.v13i1.1264

Kemenkes (2018) Riskesdes rheumatoid arthritis


https://pusdatin.kemkes.go.id/folder/view/01/structure-publikasi-pusdatin-info-
datin.html Di unduh Tanggal 26 Juni 2022

World Health Organization. (2021) Who Rhematoid arthritis


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441999/ Di unduh Tanggal 26 Juni 2022

Kharisna, D., Adelia, G., Arfina, A., Febtriana, R., & Yanti, S. (2022). Penerapan Terapi
Kompres Jahe Merah sebagai Upaya Penurunan Nyeri Penderita Rheumatoid Artritis
(RA). In Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat: Peduli
Masyarakat (Vol. 2, No. 1, pp. 75-80). https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.925 

Nooreen, R., Nene, S., Jain, H., Prasannanjaneyulu, V., Chitlangya, P., Otavi, S.,&
Srivastava, S. (2022). Polymer nanotherapeutics: A versatile platform for effective
rheumatoid arthritis therapy. Journal of Controlled Release, 348, 397-419.
https://doi.org/10.1016/j.jconrel.2022.05.054 

Prasad, P., Verma, S., Ganguly, N. K., Chaturvedi, V., & Mittal, S. A. (2022). Rheumatoid
arthritis: advances in treatment strategies. Molecular and Cellular Biochemistry, 1-20.
https://doi.org/10.1007/s11010-022-04492-3 

Wysham, K. D., Shofer, J., Lui, G., Trupin, L., Andrews, J. S., Black, D. M., ... & Katz, P. P.
(2022). Low cumulative disease activity is associated with higher bone mineral
density in a majority Latinx and Asian US rheumatoid arthritis cohort. In Seminars in
Arthritis and Rheumatism (Vol. 53, p. 151972). WB Saunders.
https://doi.org/10.1016/j.semarthrit.2022.151972 

Andari, F. N., & Wijaya, A. K. (2022). Penurunan Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis dengan
Terapi Simple Reminiscance. Avicenna: Jurnal Ilmiah, 17(1), 41-51.
https://doi.org/10.36085/avicenna.v17i1.3210 

Juartika, W., & Susmini, S. (2022). Peningkatan Pengetahuan Tentang Kompres Hangat
Dalam Mengurangi Nyeri Reumatik Pada Lansia Di Desa Sumber Harta: Reumatik,
Lansia, Kompres Hangat, pengetahuan. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarkat
PUSTINGKIA, 1(I). https://doi.org/10.33862/citradelima.v2i1.11 

Hadinata, D., Kp, S., & Kep, M. (2022). PATOFISIOLOGI. EDU PUBLISHER.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449 

Awaliah, R. F., & Apriani, A. (2022). Pemeriksaan Rheumatoid Factor (Rf) Dengan Laju
Endap Darah (Led) Yang Meningkat Pada Pasien Suspect Rheumatoid Arthritis
(RA). Jurnal Medical Laboratory, 1(1), 10-14. https://doi.org/10.32382/mak.v8i2.834 

Rahayu, T. H. S., & Adriani, P. (2022). Implementasi Penatalaksanaan Nyeri Dengan


Pemberian Terapi Back Massage Pada Pasien Rheumatoid Arthritis. Jurnal Inovasi
Penelitian, 3(2), 5101-5106. https://doi.org/10.32831/jik.v4i1.81 

Fauziyah, A. M., & Maryoto, M. (2022). Penatalaksanaan Nyeri Reumatoid Athritis Di Balai
Pelayanan Sosial Dewanata Cilacap 2022. Pena Medika Jurnal Kesehatan, 12(1).

Compston,Juliet.2002.Bimbingan Dokter Pada Osteoporosis.Jakarta:Dian Rakyat. Corwin,


Elizabet J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cosman, Felicia. 2009. Osteoporosis: Panduan Lengkap agar Tulang Anda Tetap Sehat.
Solo: Bintang Pustaka.
Handayani, Sri, dkk. 2006. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal”. Jakarta : EGC.
Junaidi, Iskandar. 2007. Osteoporosis. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Lane, Nancy E.
2001. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis. Jakarta : Fajar.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan KeperawatanKlien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC.
Nurarif, A.H &Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta :
MediaAction.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1. Edisi 6. Jakarta : EGC.
Chairuddin,Rasjad. 2007.Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Edisi Ketiga. Jakarta : Yarsif
Watampore.

Anda mungkin juga menyukai