Anda di halaman 1dari 66

KATA PENGANTAR

Kesehatan merupakan aspek yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.


Dalam upaya untuk memahami, merawat, dan meningkatkan kualitas kesehatan
individu serta masyarakat, ilmu keperawatan tentu memegang peran penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan di dunia. Asuhan keperawatan ini
bertujuan untuk membahas berbagai aspek yang terkait dengan asuhan
keperawatan komunitas pada lansia dengan Rheumatoid arthritis
Dalam tulisan ini akan menjelaskan berbagai aspek terkait hipertensi, termasuk
etiologi, gejala klinis, diagnosis, penatalaksanaan hingga asuhan keperawatan
yang dilakukan pada pasiennya. Kami berharap ini dapat menjadi sumber
informasi yang berguna bagi para praktisi keperawatan, mahasiswa keperawatan,
serta pihak-pihak yang tertarik untuk memahami lebih dalam tentang penyakit ini.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
makalah ini, Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam upaya kita untuk
menjaga dan meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat secara
keseluruhan.

Jakarta, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Tujuan........................................................................................................... 2
1.3. Manfaat......................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
2.1. Konsep Keperawatan Komunitas................................................................. 3
2.1.1 Definisi................................................................................................ 4
2.1.2 Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas...................................... 5
2.1.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas........................................ 6
2.1.4 Pusat Kesehatan Komunitas............................................................... 7
2.1.5 Peran Perawat Komunitas.................................................................... 8
2.1.6 Asuhan Keperawatan komunitas......................................................... 12
2.1.7 Teori Perubahan Komunitas.............................................................. 18
2.2. Konsep Lansia.............................................................................................. 22
2.2.1 Pengertian Lansia................................................................................ 22
2.2.2 Batasan lansia..................................................................................... 23
2.2.3 Klasifikasi lansia................................................................................... 23
2.2.4 Kebutuhan Dasar Lansia..................................................................... 24
2.2.5 Perubahan Pada lansia....................................................................... 25
2.3. Konsep Rheumatoid Arthritis........................................................................ 26
2.3.1 Pengertian Rheumatoid Arthritis.......................................................... 26
2.3.2 Etiologi Rheumatoid Arthritis............................................................... 26
2.3.3 Patofisiologi.......................................................................................... 28
2.3.4 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis........................................................... 29
2.3.5 Manifestasi Klinis................................................................................. 29
2.3.6 Komplikasi............................................................................................ 30
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang...................................................................... 30
2.3.8 Penatalaksanaan Keperawatan........................................................... 31
BAB III Asuhan Keperawatan.............................................................................. 33
3.1. Pengkajian.................................................................................................... 33
3.2. Diagnosa....................................................................................................... 34

ii
3.3. Intervensi...................................................................................................... 38
3.4. Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan.................................... 54
3.5. Implementasi................................................................................................. 58
3.6. Kesimpulan................................................................................................... 58
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 59
4.1. Kesimpulan................................................................................................... 59
4.2. Saran............................................................................................................ 59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 63

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang disebabkan
karena adanya peradangan atau inflamasi yang dapat menyebabkan
kerusakan sendi dan nyeri. Nyeri dapat muncul apabila adanya suatu
rangsangan yang mengenai reseptor nyeri. Penyebab arthritis rheumatoid
belum diketahui secara pasti, biasanya hanya kombinasi dari genetic,
lingkungan, hormonal, dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Yuliati,
2013).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan
inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi
(poliartritis) (Pradana, 2012).
Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah
mewujudkan hasil positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat
meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur
harapan hidup manusia, akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Zakir, 2014).
Jumlah penduduk yang bertambah dan usia harapan hidup lansia akan
menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologis,
dan sosial ekonomi. Permasalahan pada lansia sebagian besar adalah
masalah kesehatan akibat proses penuaan, ditambah permasalahan lain
seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna, dan tidak
produktif. Banyaknya permasalahan yang dihadapi lansia, maka masalah
kesehatanlah yang jadi peran pertama dalam kehidupan lansia seperti
munculnya penyakit-penyakit yang sering terjadi pada lansia (BKKBN,
2012).

1
Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat
proses alamiah yaitu proses menua (Aging) dengan adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial yang saling berinteraksi.
Permasalahan yang berkembang memiliki keterkaitan dengan perubahan
kondisi fisik yang menyertai lansia. Perubahan kondisi fisik pada lansia
diantaranya adalah menurunnya kemampuan muskuloskeletal kearah yang
lebih buruk (Nugroho, 2010).
Di Indonesia reumatik mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini
menunjukkan bahwa tingginya angka kejadian reumatik. Peningkatan
jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik juga terjadi di
Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2016), di Jawa Timur
jumlah lansia pada tahun 2015 adalah 173.606 orang, dengan status
kesehatan baik 64.818 orang, cukup baik 72.705 orang dan status
kesehatan kurang baik 36.083 orang.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo didapatkan jumlah 10
penyakit terbesar di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2016 yang pertama
adalah penyakit reumatik (16,76%), kemudian diikuti hipertensi (14,96%),
ISPA (13,15%), Maag (12,17%), Alergi (10.73%) dan yang terakhir adalah
mata (3,38%). Di Puskesmas Kecamatan Bungkal dalam dua bulan terakhir
juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia mengalami penyakit reumatik
yaitu berjumlah 180 orang, adapun secara keseluruhan angka kesakitan
penyakit reumatik Puskesmas se Kabupaten Ponorogo yaitu 3.047 orang
(Dinkes, 2016).

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok lansia dengan rheumatoid arthritis
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Melaksanakan pengkajian pada kelompok lansia dengan
rheumatoid arthritis Merumuskan diagnosis keperawatan pada
kelompok lansia dengan rheumatoid arthritis

2
2. Menyusun intervensi keperawatan pada kelompok lansia dengan
rheumatoid arthritis
3. Mengevaluasi pada kelompok lansia dengan rheumatoid arthritis
4. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada kelompok lansia
dengan rheumatoid arthritis

1.1. Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai penambahan sumber
pengetahuan mengenai asuhan keperawatan kelompok lansia dengan rheumatoid
arthritis serta pelaksanaan asuhan keperawatannya juga menjadi tambahan dan
pengembangan ilmu di bidang keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Keperawaatan Komunitas


2.1.1 Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang
jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun,
2010). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada
masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja,
masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2011).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta
masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan
perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu
yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan
(nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2011). Proses keperawatan komunitas merupakan
metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis,
dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan (Wahyudi,
2010

4
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah
untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat
melalui upaya-upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan
untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta
melibatkan peran serta masyarakat.

5
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan (Mubarak,
2011).
2.1.3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain
faktor pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.
Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan
bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan
tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu,
kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari
pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.
23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya; sehingga produktif
secara ekonomi maupun secara sosial.

6
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan
menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena
itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan
asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai
persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.
2.1.4. Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat
dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan
dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di
sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada
kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya
penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan
rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan
perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan
kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan
tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang.
Perawatan menjalankan program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.

7
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
(Mubarak, 2011).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan
khusus yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di
bidang komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan
di rumah misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah,
hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan,
kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik
yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian,
di wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2011).
2.1.5. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah:
a. Penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji
masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

8
b. Pendidik dan konsultan (Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas,
dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka
menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan
perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial
untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini
sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian
seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien
dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat
membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama
pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan
selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat
(Mubarak, 2011).
c. Role Model
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata
cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh
masyarakat.
d. Advokasi (Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok
atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-

9
hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa
yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi
dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2011).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah
bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan
dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan
karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2011).
e. Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat
mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas
dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik
dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam
kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien.
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses
pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak,
2011).
g. Perencana tindak lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang
telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau
rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang
sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.

10
h. Penemu masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status
kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan,
observasi dan pengumpulan data.
i. Koordinator pelayanan kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain
mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan
dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima
pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2011).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change
Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok
yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain
membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner
torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan
kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative,
menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber
daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase
dari proses perubahan dan membimbing klien melalui fase-fase
ini (Mubarak, 2011).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial
dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan,
perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan
dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan,
perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan
(Mubarak, 2011).

11
k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community
Care Provider and Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan
keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan
pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau
pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan
bagian dari peran perawat komunitas.

2.1.6. Asuhan Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus
keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu,
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun
yang sakit (mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara
komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
dan resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat
secara terorganisir bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat
mengenal masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta
memecahkan masalah-masalah yang mereka miliki dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan sesuai dengan hidup
sehat sehingga dapat meningkatkan fungsi kehidupan dan derajat
kesehatan seoptimal mungkin dan dapat diharapkan dapat mandiri
dalam memelihara kesehatannya (Chayatin, 2011).
Menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok resiko tinggi (Efendi, 2012).

12
Keperawatan komunitas merupakan Pelaksanaan
keperawatan komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang
tercakup dalam proses keperawatan komunitas dengan
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dinamis. Fase-
fase pada proses keperawatan komunitas secara langsung
melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai dengan pembuatan
kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi (Efendi, 2010). Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada komunitas atau kelompok
adalah (Mubarak, 2011):
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis,
psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual dapan ditentukan.
1) Pengumpulan Data Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau
kelompok antara lain :
a) Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas
yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin,
pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta riwayat
timbulnya kelompok atau komunitas.
b) Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara
lain:
i. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor
bagi penduduk
ii. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat

13
iii. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan
dan keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat
merasa nyaman atau tidak, apakag sering mengalami
stres akibat keamanan dan keselamatan yang tidak
terjamin
iv. Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan
masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan
v. Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini
atau memantau gangguan yang terjadi
vi. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan
yang terjadi
vii. Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang
dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit
viii. Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat
secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima
sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau
sebaliknya.
ix. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat.
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif
dan data objektif (Mubarak, 2011):
a) Data Subjektif Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui
lisan.
b) Data Objektif Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran

14
c) Sumber Data
i. Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
ii. Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat
kesehatan pasien atau medical record.
3) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa Tanya jawab
b) Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca indra
c) Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada tubuh
individu
d) Pengelolaan Data
i. Klasifikasi data atau kategorisasi data
ii. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan
telly
iii. Tabulasi data
iv. Interpretasi data
e) Analisa Data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi
oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
f) Penentuan Masalah atau Perumusan Masalah Kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.

15
g) Prioritas Masalah Prioritas masalah dapat ditentukan
berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham H Maslow:
i. Keadaan yang mengancam kehidupan
ii. Keadaan yang mengancam kesehatan
iii. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa Keperawatan
Kesehatan Diagnosis keperawatan ialah respon individu
pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial.
Diagnose keperawatan komunitas akan memberikan gambaran
tentang masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang
nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan
berdasarkan tingkat rekreasi komunitas terhadap stresor yang
ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga komponen, yaitu
problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom
atau manifestasi/data penunjang (S) (Mubarak, 2011).
c. Perencanaan/Intervensi
1) Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan
yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
pasien. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan
berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang
muncul diatas adalah (Mubarak, 2011):
2) Lakukan pendidikan kesehatan tentang penyakit
3) Lakukan demonstrasi ketrampilan cara menangani penyakit
4) Lakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan penyakit
5) Lakukan kerja sama dengan ahli gizi dalam mennetukan diet
yang tepat
6) Lakukan olahraga secara rutin
7) Lakukan kerja sama dengan pemerintah atau aparat setempat
untuk memperbaiki lingkungan komunitas

16
8) Lakukan rujukan ke rumah sakit bila diperlukan

d. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya
tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan
angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat (Mubarak,
2011). Perawat bertanggung jawab dalam melaksanakan tindakan
yang telah direncanakan yang bersifat (Efendi, 2009), yaitu:
1) Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
2) Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini
perilaku hidup sehat dan melaksanakan upaya peningkatan
kesehatan
3) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah
gangguan penyakit
4) Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
e. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan dengan pedoman atau
rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat
dilihat dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat
dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan atau
dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2011). Adapun tindakan dalam
melakukan evaluasi adalah:
1) Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah
dilakukan intervensi.

17
2) Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
3) Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah
sakit.

2.1.7. Teori Perubahan Komunitas


1. Teori Redin
Menurut Redin sedikitnya ada empat hal yang harus di
lakukan seorang manajer sebelum melakukan perubahan, yaitu :
a. Ada perubahan yang akan dilakukan
b. Apa keputusan yang dibuat dan mengapa keputusan itu dibuat
c. Bagaimana keputusan itu akan dilaksanakan
d. Bagaimana kelanjutan pelaksanaannya
Redin juga mengusulkan tujuh teknik untuk mencapai
perubahan :
a. Diagnosis
b. Penetapan objektif bersama
c. Penekanan kelompok
d. Informasi maksimal
e. Diskusi tentang pelaksanaan
f. Penggunaan upacara ritual
Intervensi penolakan tiga teknik pertama dirancang bagi
orang-orang yang akan terlibat atau terpengaruh dengan
perubahan. Sehingga diharapkan mereka mampu mengontrol
perubahan tersebut.
2. Teori roger (1962 )
Roger (1962) mengembangkan teori dari Lewin (1951) tentang 3
tahap perubahan dengan menekankan pada latar belakang individu
yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan
tersebut dilaksanakan. Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam
perubahan,yaitu: kesadaran,keinginan,evaluasi,mencoba, dan

18
penerimaan atau dikenal juga sebagai AIETA (Awareness, Interest,
Evaluation, Trial, Adoption).
Roger (1962) percaya bahwa proses penerimaan terhadap
perubahan lebih kompleks dari pada 3 tahap yang dijabarkan Lewin
(1951). Terutama pada setiap individu yang terlibat dalam proses
perubahan dapat menerima atau menolaknya. Meskipun perubahan
dapat diterima, mungkin saja suatu saat akan ditolak setelah perubahan
tersebut dirasakan sebagai hal yang menghambat keberadaanya.
Roger mengatakan bahwa perubahan yang efektif tergantung
individu yang terlibat, tertarik, dan berupaya untuk selalu berkembang
dan maju serta mempunyai suatu komitmen untuk bekerja dan
melaksanakannya
3. Teori lipitts (1973)
Lippit (1973) mendefinisikan perubahan sebagai sesuatu yang
direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam
individu, situasi atau proses, dan dalam perencanaan perubahan yang
diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem
sosial yang memengaruhi secara langsung tentang status quo,
organisasi lain, atau situasi lain.
Lippit (1973) menekankan bahwa tidak seorang pun bisa lari dari
perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seseorang mengatasi
perubahan. Kunci untuk menghadapi perubahan tersebut menurut Lippit
(1973) adalah mengidentifikasi 7 tahap dalam proses perubahan:
a. Tahap 1: Menentukan masalah
Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan
harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua
fakta dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering
berpikir dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari
data -data yang dianggap tidak sesuai. Semakin banyak informasi
tentang perubahan dimiliki seorang manajer, maka semakin akurat
data yang dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang
mempunyai kekuasaan, harus diikutkan sedini mungkin dalam

19
proses perubahan tersebut, karena setiap orang mempunyai
tanggung jawab untuk selalu menginformasikan tentang fenomena
yang terjadi.
b. Tahap 2: Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi
perubahan keberhasilan dalam mencapai tujuan yang lebih baik
akan memerlukan kerja keras dan komitmen yang tinggi dari semua
orang yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang
terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang
kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang
akan diberikan.Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada
pada suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji
apakah peraturan yang ada, kebijakan, budaya organisasi, dan
orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau justru
menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap ini adalah
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
terhadap proses perubahan tersebut.
c. Tahap 3: Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi
manajer dalam proses perubahan.Pandangan manajer tentang
perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya.
Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan
keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu
mendengarkan masukan-masukan dari staf dan selalu mencari
solusi yang terbaik.
d. Tahap 4: Menyeleksi tujuan perubahan
Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai
suatu kegiatan secara operasional,terorganisasi, berurutan, kepada
siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat
untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan
perlu dilakukan ujicoba sebelum menentukan efektivitas perubahan.

20
e. Tahap 5: Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen
pembaharu
Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin
atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut
akan dapat memberikan masukan dan solusi yang terbaik dalam
perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang “mentor yang
baik.” Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara manajer
dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki
kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut.
f. Tahap 6: Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus
dipertahankan dengan komitmen yang ada.Komunikasi harus terbuka
dan terus diinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan
permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh
kedua belah pihak.
g. Tahap 7: Mengakhiri bantuan
Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu
diikuti oleh perencanaan yang berkelanjutan dari seorang manajer.
Hal ini harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang
terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat
mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-
menerus bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat
dalam perubahan
4. Teori Havelock
Teori ini merupakan modifikasi dari teori Lewin dengan
menekankan perencanaan yang akan mempengaruhi perubahan. Enam
tahap sebagai perubahan menurut Havelock.
a. Membangun suatu hubungan
b. Mendiagnosis masalah
c. Mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan
d. Memilih jalan keluar
e. Meningkatkan penerimaan

21
f. Stabilisasi dan perbaikan diri sendiri
5. Teori Spradley
Spradley menegaskan bahwa perubahan terencana harus secara
konstan dipantau untuk mengembangkan hubungan yang bermanfaat
antara agen berubah dan sistem berubah. Berikut adalah langkah dasar
dari model Spradley.
a. Mengenali gejala
b. Mendiagnosis masalah
c. Menganalisa jalan keluar
d. Memilih perubahan
e. Merencanakan perubahan
f. Melaksanakan perbahan
g. Mengevaluasi perubahan
h. Menstabilkan perubahan

Tabel 1. Perbandingan Teori Perubahan


No Redin Lewin Lippit Rogers Havelock Spradley
1 Diagnosa Unfreezin Mendiagnosa Kesadaran Membangun Mengenali
g masalah hubungan masalah
2 Penetapan Mengkaji Mendiagnosa Mendiagnosa
tujuan motivasi dan masalah menganalisa
bersama kemampuan jalan keluar
untuk berubah
3 Penekana Moving Mengkaji Minat Mendapatkan Memilih
n motivasi denga evaluasi sumber yang perubahan
kelompok sumber agen percobaan berhubungan
berubah
4 Informasi Menyeleksi Memilih jalan Merencanaka
maksimal objek akhir n perubahan
perubahan
yang progresif
5 Diskusi Memilih peran Melaksanaka
tentang yang sesuai n perubahan
penatalaks untuk agen
anaan berubah
6 Pengguna Mempertahank Meningkatkan Mengevaluas
an upaya an perubahan penerimaan i perubahan
ritual
7 Intervensi Refreezin Mengakhiri Adopsi Stabilisasi dan Menstabilkan
penolakan g hubungan perbaikan diri perubahan
saling
membantu

22
2.2. Konsep Dasar Lansia
2.2.1 Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah
seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki
tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau
proses penuaan.
Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan
tahapantahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada
sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan,
endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan
fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis
yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial
lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of
daily living (Fatmah, 2010).

2.2.2 Batasan Lansia

Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO)


lanjut usia meliputi :

1) Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45-59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly), kelompok 60-74 tahun.

3) Lanjut usia (old), kelompok usia 74-90 tahun

4) Lansia sangat tua (very old), kelompok usia >90 tahun

2.2.3 Klasifikasi Lansia


Depkes RI (2003) mengklasifikasi lansia dalam kategori berikut :
1) Pralansia (prasenilis), seseorang yang berada pada usia antara 45-
59 tahun

23
2) Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun lebih
3) Lansia yang beresiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih atau seseorang lansia yang berusia 60 tahun atau lebih yang
memiliki masalah Kesehatan
4) Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
atau melakukan kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya atau tidak bisa
mencari nafkah sehingga dalam kehidupannya bergantung pada
orang lain

2.2.4 Kebutuhan Dasar Lansia

Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada


umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan makan,
perlindungan perawatan, kesehatan dan kebutuhan sosial dalam
mengadakan hubunagan dengan orang lain, hubungan antar pribadi
dalam keluarga, teman-teman sebaya dan hubungan
denganorganisasi-organisasi sosial, dengan penjelasan sebagai
berikut :
2.2.4.1 Kebutuhan utama, yaitu :
1) Kebutuhan fisiologi/biologis seperti, makanan yang
bergizi, seksual, pakaian, perumahan/tempat berteduh
2) Kebutuhan ekonomi berupa penghasilan yang memadai
3) Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan
pengobatan
4) Kebutuhan psikologis, berupa kasih sayang adanya
tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna,
memilki jati diri, serta status yang jelas
5) Kebutuhan sosial berupa peranan dalam hubungan-
hubungan dengan orang lain, hubungan pribadi dalam
keluarga, teman-teman dan organisasi sosial
2.2.4.2 Kebutuhan sekunder, yaitu :
1) Kebutuhan dalam melakukan aktivitas

24
2) Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi
3) Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informai dan
pengetahuan
4) Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status,
perlindungan hukum, partisipasi dan keterlibatan dalam
kegiatan di masyarakat dan Negara atau pemerintah
5) Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti
memahami makna akan keberadaan diri sendiri di dunia
dan memahami hal-hal yang tidak diketahui diluar
kehidupan termasuk kematian.

2.2.5 Perubahan terjadi pada lansia


Seiring dengan bertambahnya usia manusia, terjadi proses penuaan
yang bersifat degeneratif, yang umumnya memberikan dampak pada
perubahan-perubahan pada berbagai aspek jiwa atau diri manusia. Tidak
hanya terbatas pada perubahan fisik, proses penuaan juga memengaruhi
aspek kognitif, perasaan, sosial, dan seksual (National & Pillars, 2020).
a. Perubahan Fisik:
Proses penuaan mempengaruhi berbagai sistem tubuh, termasuk:
Sistem Indra Pendengaran: Prebiakusis (gangguan pendengaran)
terjadi karena hilangnya kemampuan pendengaran, terutama terhadap
suara atau nada tinggi. Kondisi ini umumnya terjadi pada usia di atas
60 tahun.
Sistem Integumen: Kulit lansia mengalami atropi, kendur, kehilangan
elastisitas, menjadi kering, dan berkerut. Kekurangan cairan
menyebabkan kulit menjadi tipis dan muncul bercak pigmen coklat
yang dikenal sebagai liver spot.
b. Perubahan Kognitif:
Banyak lansia mengalami perubahan kognitif, termasuk gangguan
daya ingat.
c. Perubahan Psikososial:
Beberapa orang mengalami perubahan psikososial karena berbagai
masalah hidup atau dampak penuaan, seperti:

25
1. Kesepian, terutama jika lansia kehilangan pasangan hidup atau
teman dekat akibat penurunan kesehatan.
2. Gangguan cemas, termasuk fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stres pasca-trauma, dan gangguan obsesif kompulsif.
Gangguan tersebut bisa berkaitan dengan penyakit medis,
depresi, efek samping obat, atau penghentian obat secara
mendadak.
3. Gangguan tidur seringkali menjadi penyebab morbilitas signifikan
pada lansia, memengaruhi berbagai aspek seperti perhatian,
memori, mood, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Faktor-
faktor seperti durasi tidur yang tidak sesuai dapat meningkatkan
risiko kematian, penyakit jantung, dan kanker. Gangguan tidur
dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan etiologinya,
melibatkan gangguan tidur primer, akibat gangguan mental, akibat
kondisi medis umum, dan yang diinduksi oleh zat.

2.3. Konsep Rheumatoid Arthritis


2.3.1 Pengertian Rheumatoid Arthritis

Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang


menyebabkan peradangan kronis dari sendi. RA dapa juga
menyebabkan peradangan jaringan di sekitar sendi, serta organ-
organ lain dalam tubuh. Penyakit autoimun adalah penyakit yang
terjadi ketika jaringan-jaringan tubuh diserang oleh system imunnya
sendiri yang keliru. Karena dapat mempengaruhi beberapa organ
tubuh, RA disebut sebagai penyakit sistemik dan kadang-kadang
disebut penyakit rematik. Sementara RA adalah penyakit kronis,
berarti ia bisa bertahan selama bertahun-tahun, pasien mungkin
mengalami waktu yang lama tanpa gejala. Biasanya, RA adalah
penyakit progresif yang memiliki potensi untuk menyebabkan
kerusakan sendi dan kecacatan fungsional (Indra, 2010)

2.3.2 Etiologi

26
Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada
beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis
reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus
non hemolitikus.
2. Endokrin.
3. Autoimun.
4. Metabolic.
5. Faktor genetik serta faktor pemicu.
Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh
faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen
tipe II ; faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme
mikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan antigen kolagen
tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Kelainan yang dapat
terjadipada suatu arthtritis reumatoid yaitu :
1. Kelainan pada daerah artikulera.
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)
2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Pada jaringan ekstra-
artikuler akan terjadi perubahan patologis, yaitu:
a. Pada otot terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima
padapembuluh darah perifer dan lesi pada pembuluh darah
arterioldan venosad.
d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf
Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi
(Nurarif dan Kusuma, 2013) Sedangkan menurut Price
(1995) dan Noer S, (1996), faktor-faktor yang berperan
dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jenis
kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009).

27
28
2.3.3. Patofisiologi

Reaksi factor R dengan


antibody, faktor metabolic, Reaksi peradangan Nyeri
infeksi dengan
kecenderungan virus

Kurangnya informasi
Kekakuan sendi Synovial menebal

Hambatan mobilitas fannus Defisiensi pengetahuan


fisik
ansietas

Infiltrasi dalam
nodul os.subcondria

Deformitas sendi
Hambatan nutrisi pada kartilago
artikularis
Gangguan body image

Kartilago nekrosis
Kerusakan kartilago dan tulang

Hambatan mobilitas Erosi kartilago


fisik Tendon dan ligament
Ankilosis fibrosa
Adhesi pada permukaan sendi melemah

Kekuatan sendi Ankilosis tulang Mudah Kekuatan


luksasi dan otot hilang
subluksasi
Keterbatasan gerakan sendi
DefiSit perawatan diri
Resiko cidera
Keterbatasan gerakan sendi

29
2.3.4 Klasifikasi Rheumatoid Arthritis

Buffer (2010) mengklarifikasikan Rheumatoid Arthritis menjadi 4


tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7


kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 miggu.
2. Rheumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible rheumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

2.3.5 Manifestasi Klinis

Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang,


termasukdi dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang
terusberlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat
(Purwoastuti,2009).
Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis
yanglazim ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini
tidakharus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh
karena itu,penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat
bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat
badanmenurun, dan demam. Terkadang dapat
terjadi kelelahan yang hebat.
2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan

30
sendi-sendiinterfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat
bersifatgeneralisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi.
Kekakuan iniberbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoarthritis, yang biasanyahanya berlangsung selama
beberapa menit dan selalu kurang darisatu jam.
4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid
padagambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkanerosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada
radiogram.
2.3.6 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah


gastritisdan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obatanti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalananpenyakit DMARD (disease modifying
antirheumatoid drugs) yangmenjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada artritisrheumatoid. Komplikasi saraf
yang terjadi tidak memberikan gambaranyang jelas, sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesineuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan
vertebra servika dan neuroati iskemik akibat vaskulitik (mansjoer,
1999).
2.3.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Tes faktor reumatoid positif, antinuclear antibody (ANA), posotif


bermakna pada sebagian penderita.
2. LED naik pada penyakit aktif : Umumnya meningkat pesat ( 80
– 100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala – gejala
meningkat; anemia; albumin serum rendah dan fosfatase alkali
meningkat.

31
3. Rontgen menunjukkan erosi terutama pada sendi – sendi
tangan, kaki dan pergelangan pada stadium dini; kemudian,
pada tiap sendi.
4. Kelainan destruktif yang progresif pada sendi dan disorganisasi
pada penyakit yang berat.
5. Kadar asam urat lebih dari 7 mg/dl.
2.3.8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1. Memberikan Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian tentang
patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit termasuk
komponen penatalaksanaan regimen obat yang kompleks.
Pendidikan tentang penyakit ini kepada pasien, keluarga dan
siapa saja yang berhubungan dengan pasien. Pendidikan
pencegahan yang diberikan pada klien berupa istirahat yang
cukup, gunakan kaos kaki atau sarung tangan sewaktu tidur
malam, kurangi aktivitas yang berat secara perlahan – lahan.
2. Istirahat
Sangat penting karena Rematoid Artritis biasanya disertai
rasa lelah yang hebat. Oleh karena itu, pasien harus membagi
waktu istirahat dan beraktivitas.
3. Latihan Fisik
Dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif semua sendi yang
sakit, minimalnya 2x sehari.
4. Termotrafi
Lakukan kompres panas pada sendi – sendi yang sakit
dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri.

5. Gizi
Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal serta
mengurangi peradangan pada sendi. Adapun syarat – syarat

32
diet atritis reumatoid adalah protein cukup, lemak sedang,
cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan dengan urine
yang dikeluarkan setiap hari. Rata – rata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan
lebih banyak yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.

33
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1. Pengkajian
3.1.1 Data Inti komunitas meliputi :
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
a. Lokasi
b. Batas wilayah/wilayah
2. Data demografi
a. Jumlah penderita hipertensi
b. Berdasarkan jenis kelamin
c. Berdasarkan kelompok penderita Rheumatoid Arthritis Anak-
anak, Remaja, Dewasa, Lansia, Ibu hamil. Pada umumnya usia
> 60 tahun lebih banyak yang menderita hipertensi.
3.1.2 Data sub sistem
1. Lingkungan Fisik
Pengkajian lingkungan fisik meliputi fasilitas umum, tempat aktifitas
bersama seperti karang taruna, pengajian, ceramah keagamaan dll.
Pengkajiannya dilakukan dengan metode Winshield Survey yaitu
pengkajian dengan berjalan mengelilingi wilayah komunitas dengan
melihat berbagai komponen-komponen yang mempengaruhi
kesehatan lansianya masing-masing
2. Pendidikan
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki kelompok masyarakat dapat
menjadi dasar penegakan diagnosis
3. Keamanan dan transportasi
Identifikasi fasilitas-fasilitas keamanan yang ada di lingkungan
komunitas seperti adanya pos kamling, karang taruna dll
4. Pemerintahan dan Politik
Identifikasi apakah ada dukungan dari pemerintah setempat dalam
pencegahan Rheumatoid Arthritis seperti posyandu lansia, atau
program olahraga dari pemerintah setempat

34
5. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Pemanfaatan fasilitas kesehatan, presentasi pemakaian sarana atau
fasilitas kesehatan. Puskesmas, Rumah sakit, Para dokter swasta,
Praktek kesehatan lain.
6. Komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada di lingkungan seperti TV, Radio, HP,
Majalah juga adakah poster-poster kesehatan lansia di sekitar
lingkungan
7. Ekonomi
Bagaimana tingkat ekonomi dan pendapatan masyarakatnya dan
kelompok lansia pada umumnya apakah masih aktif bekerja atau
sudah membutuhkan bantuan orang lain dalam beraktifitas (tidak
produktif).
8. Rekreasi
Identifikasi tempat wisata yang biasa dikunjungi oleh para lansia

3.2. Diagnosa keperawatan


3.2.1 Analisa Keperawatan
NO Symptom Etiologi Problem
1 DS : Reaksi factor R dengan Nyeri Akut (D.0077)
antibody, faktor metabolic,
Pasien mengeluh nyeri
infeksi dengan kecenderungan
sendi kaki kanan dan kiri. virus
DO :
- Pasien tampak meringis
kesakitan.
- permukaan sendi tampak Reaksi Peradangan
merah
- skala nyeri A/I : 7/5
- TD : 130/90 mmHg.
HR : 115 x/menit.
Nyeri
RR : 24 x/menit.
S : 37,6°C.

35
2 DS : Jumlah lansia yang banyak di Manajemen kesehatan
- Para lansia mengatakan Rt 03 tidak efektif (D.0116)
sulit untuk melaksanakan
program pengobatan
Rheumatoid arthritis Kurang terpapar informasi
- Ketua Rt 03 mengatakan terkait rheumatoid arthritis
bahwa posyandu lansia
tidak berjalan
- Lansia mengatakan tidak Manajemen Kesehatan tidak
tahu bagaimana menjaga efektif
kesehatan dan cara
menangani penyakit
rheumatoid arthritis
- Warga Rt 03 mengatakan
belum dilakukan senam
reumatik secara rutin
DO :
- 80% lansia tidak tahu apa
itu rheumatoid arthritis
3 DS : Lokasi Rw ada di pedalaman Pemeliharaan
- Warga mengatakan jika di Kesehatan tidak efektif
(D.0117)
lingkungannya sudah ada
posyandu lansia tetapi Ketidakcukupan sumber daya
tidak berjalan
DO :
- Posyandu lansia tidak
Pemeliharaan Kesehatan tidak
berjalan efektif
- Banyak lansia yang masih
suka makan jeroan
padahal sendi-sendi
sudah terasa sakit

3.2.1 Diagnosis yang muncul sesuai dengan SDKI (2016) sebagai berikut :
1. Nyeri Akut (D.0077) B.D agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. d.d mengeluh nyeri

36
2. Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (D.0116) b.d kurang terpapar informasi
d.d mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
perawatan/pengobatan dan gagal melakukan tindakan untuk mengurangi
faktor resiko.
3. Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117) b.d ketidakcukupan sumber
daya d.d tidak berjalannya posyandu lansia

3.2.2 Penapisan Diagnosis


No Dx A B C D E F G H I J K L To Prioritas
t
1 1 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5 54 2
2 2 5 5 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 55 1
3 3 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 53 3

Tabel 3.1 Tabel Penapisan Masalah

Keterangan Bobot A. Sesuai degan F. Kemungkinan


1. Sangat Rendah peran perawat untuk diatasi
2. Rendah komunitas. G. Sesuai program
3. Cukup B. Jumlah yang pemerintah
4. Tinggi beresiko H. Sumber daya
5. Sangat Tinggi C. Besarnya tempat
resiko I. Sumber daya
D. Kemungkinan waktu
untuk J. Sumber daya
pendidikan dana
kesehatan K. Sumber daya
E. Minat peralatan
Masyarakat L. Sumber daya
manusia

Tabel 3.2 Pembobotan

37
3.3. Intervensi

No Diagnosis Luaran Utama Luaran Intervensi Utama Rasional Utama Intervensi Rasional
Tambahan Pendukung Pendukung
1 Manajemen Setelah dilakukan Pemeliharaan Edukasi Kesehatan Observasi : Pelibatan Keluarga Pelibatan Keluarga
Kesehatan perawatan 1 x 24 Kesehatan (I.12383) - Untuk (I.14525)
Tidak Efektif jam pada lansia, (L.12106) Observasi mengetahui Observasi Observasi
(D.0116) diharapkan - Identifikasi kesiapan para - Identifikasi - Mengetahui
Definisi :
manajemen kesiapan dan lansia dalam kesiapan kesiapan
Kemampuan
kesehatan kemampuan menerima keluarga untuk keluarga dalam
mengidentifikasi,
(L.12104) menerima informasi terlibat dalam memberikan
mengelola,
meningkat informasi - Untuk perawatan perawatan pada
dan/atau
- Identifikasi mengetahui lansia
menemukan Terapeutik
Definisi : faktor-faktor faktor apa saja
bantuan untuk - Ciptakan
Kemampuan yang dapat yang Terapeutik
mempertahankan hubungan
mengatur dan meningkatkan mempengaruhi - Meningkatkan
kesehatan terapeutik pasien
mengintegrasikan dan keinginan hubungan sosial
dengan keluarga
penanganan menurunkan melaksanakan keluarga dan
Ekspektasi : dalam perawatan
masalah motivasi PHBS lansia agar
Meningkat - Fasilitasi
kesehatan dalam perilaku hidup dapat membantu
keluarga
kehidupan sehari- bersih dan Terapeutik : lansia mencapai
Kriteria Hasil membuat
hari untuk sehat - Memberikan kesehatan yang
- Menunjukan keputusan
mencapai status Terapeutik pemahaman dan diinginkan
pemahaman perawatan
kesehatan optimal - Sediakan materi materi bagi para Edukasi
perilaku
dan media lansia dan Edukasi - Memberikan
sehat
Ekspektasi : pendidikan mengkonfirmasi - Jelaskan kondisi pengetahuan
kesehatan pengetahuan pasien kepada pada keluarga

38
Meningkat meningkat - Jadwalkan lansia setelah keluarga untuk dapat
- Kemampuan pendidikan diberikan materi - Informasikan memberikan
Kriteria hasil menjalankan kesehatan Edukasi tingkat bantuan dan
- Melakukan perilaku sesuai - Memberikan ketergantungan dapat merawat
tindakan sehat kesepakatan pengetahuan pasien kepada lansia yang ada
untuk meningkat - Berikan yang lebih keluarga di rumahnya
mengurangi - Menunjukan kesempatan aplikatif yang - Informasikan seperti
faktor risiko minat untuk bertanya langsung dapat harapan pasien pengaturan diet
meningkat meningkatka Edukasi dilakukan para kepada keluarga dll
- Menerapkan n perilaku - Jelaskan faktor lansia agar dapat - Anjurkan
program sehat risiko yang melaksanakan keluarga bersikap Edukasi Latihan Fisik
perawatan meningkat dapat PHBS di asertif dalam
meningkat mempengaruhi lingkungannya perawatan Observasi
- Aktivitas hidup kesehatan - Anjurkan - Mengetahui
sehari-hari - Ajarkan perilaku keluarga terlibat kesiapan lansia
efektif menuju hidup bersih dalam perawatan dalam
tujuan dan sehat mempelajari
kesehatan - Ajarkan strategi latihan fisik
Edukasi Latihan Fisik
yang dapat
(I.12389)
digunakan untuk Terapeutik
Observasi
meningkatkan - Memberikan
- Identifikasi
perilaku hidup pengetahuan
kesiapan dan
bersih dan terkait proses
kemampuan
sehat latihan fisik agar
menerima
dapat
informasi
diaplikasikan
Terapeutik secara mandiri

39
- Sediakan materi - Memastikan
dan media latihan fisik
pendidikan dilaksanakan
kesehatan sesuai jadwal
- Jadwalkan - Memastikan
pendidikan pemahaman
kesehatan sesuai lansia terkait
kesepakatan edukasi yang
- Berikan telah dilakukan
kesempatan
untuk bertanya Edukasi
- Memberikan
Edukasi
pemahaman dan
- Jelaskan manfaat
motivasi kepada
kesehatan dan
lansia agar dapat
efek fisiologis
melaksanakan
olahraga
kegiatan latihan
- Jelaskan jenis
fisik untuk
latihan yang
mempertahanka
sesuai dengan
n kesehatannya
kondisi
kesehatan

2 Nyeri Akut Setelah dialkukan Pola Tidur Manajemen Nyeri Observasi Terapi Relaksasi Terapi Relaksasi
(D.0077) perawatan 1 x 24 (L.05045) (I.08238) - Mengindentifikasi (I.09326) Observasi
jam tingkat nyeri lokasi nyeri pada Observasi - Memberikan
Definisi : penderita - Identifikasi inform consent

40
menurun Keadekuatan Observasi hipertensi serta kesediaan, pada para lansia
kualitas dan - Identifikasi dapat mengukur kemampuan, dan agar dapat fokus
Definisi : kuantitas tidur lokasi, tingkat nyeri penggunaan mengikuti
Pengalaman karakteristik, yang dirasakan teknik kegiatan
sensorik atau Ekspektasi : durasi, - Dapat sebelumnya relaksasi
emosional yang Meningkat frekuensi, memberikan - Periksa - Dapat
berkaitan dengan kualitas, peningkatan ketegangan otot, mengidentifikasi
kerusakan jaringan Kriteria Hasil intensitas nyeri kenyamanan frekuensi nadi, pre dan post
aktual atau - Keluhan sulit - Identifikasi skala pada para lansia tekanan darah, terapi dilakukan
fungsional dengan tidur menurun nyeri dan suhu pada nilai tanda-
onset mendadak - Keluhan - Identifikasi Terapeutik sebelum dan tanda vital
atau lambat dan sering terjaga respon nyeri - Memanipulasi sesudah latihan - Memberikan
berintensitas menurun non verbal fikiran untuk - Monitor respon refleksi apakah
ringan hingga - Keluhan tidak - Identifikasi mendistraksi dan terhadap terapi terapi dapat
berat dan konstan puas tidur faktor yang mengurangi rasa relaksasi memberikan
menurun memperberat sakit yang efek yang baik
Kriteria Hasil : - Kemampuan dan dirasakan Terapeutik bagi para lansia
- Keluhan beraktivitas memperingan - Memberikan - Ciptakan
Nyeri meningkat nyeri kenyamanan lingkungan Terapeutik
menurun dengan tenang dan tanpa - Memanipulasi
- Meringis Terapeutik manipulasi gangguan lingkungan
menurun - Berikan teknik lingkungan dengan lansia secara
- Gelisah nonfarmakologis penderita pencahayaan dan bersama-sama
menurun untuk - Meningkatkan suhu ruang dalam satu
mengurangi kualitas istirahat nyaman, jika tempat untuk
rasa nyeri dapat memungkinkan mengurangi rasa
(imajinasi menurunkan - Berikan informasi sakit yang

41
terbimbing atau tekanan darah tertulis tentang dirasakan
hipnosys) persiapan dan
- Kontrol Edukasi prosedur teknik Edukasi
lingkungan yang - Memberikan relaksasi - Melatih para
memperberat pemahaman - Gunakan nada lansia setelah
rasa nyeri (mis. kepada para suara lembut keluar dari
suhu ruangan, lansia apa dan dengan irama kegiatan
pencahayaan, bagaimana nyeri lambat dan relaksasi
kebisingan) dapat terjadi berirama kelompok agar
- Fasilitasi karena tingginya dapat
istirahat dan tekanan darah Edukasi melakukan
tidur - Memberikan - Jelaskan tujuan, relaksasi secara
pengetahuan manfaat, mandiri / dengan
Edukasi terkait batasan, dan dukungan
- Jelaskan bagaimana cara jenis relaksasi keluarga
penyebab mengurangi yang tersedia
periode dan tingkat nyeri (mis. musik,
pemicu nyeri meditasi, napas
- Jelaskan dalam, relaksasi
strategi otot progresif)
meredakan - Jelaskan secara
nyeri rinci intervensi
- Anjurkan relaksasi yang
memonitor nyeri dipilih
secara mandiri - Anjurkan
- Anjurkan mengambil posisi
menggunakan nyaman

42
analgetik secara - Anjurkan rileks
tepat dan merasakan Kompres Panas
- Ajarkan teknik sensasi relaksasi Observasi :
nonfarmakologis - Anjurkan sering - Melakukan
untuk mengulangi atau persiapan
mengurangi melatih teknik sebelum
rasa nyeri yang dipilih melakukan
- Demonstrasikan kompres panas
dan latih teknik untuk
relaksasi (mis. menghindari
napas dalam, cedera setelah
peregangan, atau atau kerusakan
imajinasi kulit setelah
terbimbing) kompres hangat

Terapeutik
- Memilih metode
Kompres panas kompres yang
(I.08235) mudah dan
Observasi nyaman agar
- Identifikasi lansia bisa
kontraindikasi melakukan
kompres panas mandiri atau
(mis. Penurunan dengan
sensasi, dukungan
penurunan keluarga
sirkulasi) - Kesalahan

43
- Identifikasi memilih lokasi
kondisi kulit yang kompres panas
akan dilakukan akan
kompres panas mengakibatkan
- Periksa suhu alat kerusakan
kompres jaringan atau
- Monitor iritasi iritasi pada area
kulit atau kulit yang
kerusakan diberikan
jaringan selama 5 kompres panas.
menit pertama
Edukasi
Terapeutik - Memberikan
- Pilih metode pemahaman dan
kompres yang pelatihan agar
nyaman dan para lansia
mudah di dapat dapat
( mis. Kantong melakukannya
plastic tahan air, kembali di
botol air panas, rumah masing-
bantalan masing
permanen listrik)
- Pilih lokasi
kompres
- Balut alat
kompres panas
dengan kain

44
pelindung, jika
perlu
- Lakukan kompres
panas di daerah
yang cedera
- Hindari
penggunaan
kompres pada
jaringan yang
terpapar terapi
radiasi

Edukasi
- Jelaskan
prosedur
penggunaan
kompres panas
- Anjurkan tidak
menyesuaikan
pengaturan suhu
secara mandiri
tanpa
pemberitahuan
sebelumnya
- Ajarkan cara
menghindari
kerusakan

45
jaringan akibat
panas
3 Pemeliharaa Setelah dilakukan Manajemen Edukasi Kesehatan Edukasi kesehatan Edukasi Latihan Fisik Edukasi Latihan Fisik
n Kesehatan perawatan 1 x 24 Kesehatan (I.12383) (I.12389)
tidak efektif jam pada lansia, (L.12104) Observasi : Observasi
(D.0117) diharapkan Definisi: - Untuk Definisi: - Mengetahui
pemeliharaan Definisi: Mengajarkan mengetahui Mengajarkan aktivitas kesiapan lansia
Kesehatan kemampuan pengelolaan faktor kesiapan para fisik regular untuk dalam
meningkat mengatur dan risiko penyakit dan lansia dalam memepertahankan mempelajari
mengintegrasikan perilaku hidup bersih menerima atau meningkatkan latihan fisik
Definisi: penanganan serta sehat informasi kebugaran dan
Kemampuan masalah - Untuk Kesehatan Terapeutik
mengidentifikasi, Kesehatan dalam Observasi: mengetahui - Memberikan
mengelola dan kehidupan sehari- - Identifikasi faktor apa saja Observasi pengetahuan
atau menemukan hari untuk kesiapan dan yang - Identifikasi terkait proses
bantuan untuk mencapai status kemampuan mempengaruhi kesiapan dan latihan fisik agar
mempertahankan Kesehatan optimal menerima keinginan kemampuan dapat
Kesehatan informasi melaksanakan menerima diaplikasikan
Ekspektasi: - Identifikasi PHBS informasi secara mandiri
Ekspektasi: Meningkat faktor-faktor - Memastikan
Terapeutik
Meningkat yang dapat Terapeutik : latihan fisik
- Sediakan materi
Dengan krieteria: meningkatkan - Memberikan dilaksanakan
dan media
Kriteria Hasil: - Melakukan dan pemahaman dan sesuai jadwal
pendidikan
- Menunjukan tindakan menurunkan materi bagi para - Memastikan
kesehatan
pemahaman untuk motivasi lansia dan pemahaman
- Jadwalkan
perilaku mengurangi perilaku hidup mengkonfirmasi lansia terkait
pendidikan
sehat yang faktor resiko bersih dan pengetahuan edukasi yang
kesehatan sesuai

46
meningkat meningkat sehat lansia setelah kesepakatan telah dilakukan
- Kemampuan - Menerapkan diberikan materi - Berikan
menjalankan program Teurapetik: kesempatan Edukasi
perilaku perawatan - Sediakan materi Edukasi untuk bertanya - Memberikan
sehat meningkat dan media - Memberikan pemahaman dan
Edukasi
meningkat - Aktivitas Pendidikan pengetahuan motivasi kepada
- Jelaskan manfaat
- Perilaku hidup sehari- Kesehatan yang lebih lansia agar dapat
kesehatan dan
mencari hari efektif - Jadwalkan aplikatif yang melaksanakan
efek fisiologis
bantuan memenuhi Pendidikan langsung dapat kegiatan latihan
olahraga
meningkat tujuan Kesehatan dilakukan para fisik untuk
- Jelaskan jenis
- Menunjukan Kesehatan sesuai lansia agar dapat mempertahanka
latihan yang
minat meningkat` kesepakatan melaksanakan n kesehatannya
sesuai dengan
meningkatka - Berikan PHBS di
kondisi
n perilaku Perilaku kesempatan lingkungannya
Kesehatan Kesehatan
sehat untuk bertanya
(L.12107) - Ajarka teknik
meningkat
Definisi: menghindari
Edukasi:
kemampuan cedera saat
- Jelaskan faktor
dalam mengubah berolahraga
risiko yang
gaya hidup atau - Ajarkan teknik
dapat
perilaku untuk pernafasan yang
mempengaruhi
memperbaiki tepat untuk
Kesehatan
status Kesehatan memaksimalkan
- Ajarkan perilaku
penyerapan
hidup bersih
Ekspektasi: oksigen selama
dan sehat
Membaik Latihan fisik
- Ajarkan strategi
yang dapat

47
Dengan Kriteria: digunakan untuk
- Penerimaan meningkatkan
terhadap perilaku hidup
perubahan bersih dan
status sehat
Kesehatan
meningkat Kontrak Perilaku
- Kemampuan Positif (I.09282)
melakukan
tindakan Definisi: Kontrak perilaku
pencegahan Melakukan negosiasi kesehatan positif
masalah kesepakatan untuk
Kesehatan memperkuat Observasi:
meningkat perubahan perilaku - mengetahui kesiapan
- Kemampuan tertentu lansia untuk
peningkatan melakukan
Kesehatan Observasi: perilaku positif
meningkat - Identifikasi - dengan cara yang
kemampuan mudah di lakukan
mental dan oleh lansia
kognitif untuk
membuat Teurapeutik
kontrak - Memberikan
- Identifikasi cara motivasi untuk
dan sumber melakukan
daya terbaik perilaku yang bisa
untuk mencapai meningkatkan

48
tujuan tingkat kesehatan
- Identifikasi lansia
hambatan - Memberikan
dalam masukan atau
menerapkan solusi untuk
perilaku positif hambatan-
- Monitor hambatan yang
pelaksanaan bisa menurunkan
perilaku motivasi perilaku
ketidaksesuaian positif
dan kurang - Mengetahui
komitmen untuk sejauh mana
memenuhi perkembangan
kontrak kesehatan lansia,
apakah meningkat
Teurapeutik: atau menurun
- ciptakan - Menentukan
lingkungan yang langkah
terbuka untuk selanjutnya untuk
membuat meningkatkan
kontrak kesehatan lansia
- Fasilitasi
pembuatan Edukasi
kontrak tertulis Memberikan motivasi
- Diskusikan untuk giat melakukan
perilaku perilaku positif agar
Kesehatan yang tingkat kesehatan bisa

49
ingin diubah di capai
- Diskusikan
tujuan positif
jangka pendek
dan jangka
Panjang yang
realistis dan
dapat dicapai
- Diskusikan
pengembangan
rencana
perilaku positif
- Diskusikan cara
mengamati
perilaku (mis.
Table kemajuan
perilaku)
- Diskusikan
penghargaan
yang diinginkan
Ketika tujuan
tercapai, jika
perlu
- Diskusikan
konsekuensi
atau sanksi
tidak memenuhi

50
kontrak
- Tetapkan batas
waktu yang
dibutuhkan
untuk
pelaksanaan
tindakan
realistis
- Fasilitasi
meninjau ulang
kontrak dan
tujuan
- Pastikan
kontrak
ditandatangani
oleh semua
pihak yang
terlibat
- Libatkan
keluarga dalam
proses kontrak

Edukasi:
-anjurkan menuliskan
tujuan sendiri

51
3.4. Standar Prosedur Operasional (SPO) Keperawatan

No Diagnosa Intervensi SPO


1 Manajemen Kesehatan Tidak Edukasi Kesehatan (I.12383) Edukasi Kesehatan
efektif (D.0116)
Definisi:
Mengajarkan pengelolaan faktor risiko masalah Kesehatan dan perilaku hidup
bersih serta sehat

Prosedur:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal
lahir, dan atau nomor rekam medis
- Jelaskan tujuan edukasi Kesehatan
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Materi
b. Media
c. Alat Peraga, Jika diperlu
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
- Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Periksa pemahaman pasien tentang edukasi yang telah di berikan

52
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Dokumentasikan edukasi Kesehatan yang telah dilakukan dan respon pasien
2 Nyeri Akut (D.0077) Kompres panas (I.08235) Pemberian Kompres Hangat

Definisi:
Melakukan stimulasi kulit dan jaringan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
kenyamanan dan mendapatkan efek terapeutik lainnya melalui paparan hangat/
panas

Prosedur:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas (nama lengkap, tanggal
lahir, dan atau nomor rekam medis
- Jelaskan
- Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
a. Sarung tangan bersih
b. Alat kompres hangat
c. Kain penutup kompres
- Pilih alat kompres yang nyaman dan mudah didapat (seperti kemasan gel
beku, kain atau handuk
- Periksa suhu alat kompres
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Pasang sarung tangan bersih
- Pilih lokasi kompres
- Balut alat kompres hangat dengan kain, jika perlu
- Lakukan kompres hangat pada daerah yang sudah dipilih
- Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radisi
- Rapihkan pasien dan alat-alat yang digunakan

53
- Lepaskan sarung tangan
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Dokumentasikan prosedur yang dilakukan dan respon pasien
3 Pemeliharaan Kesehatan Kontrak Perilaku Positif (I.09282) Pemberian Terapi Perilaku
Tidak Efektif (D.0117)
Definisi:
Melatih mengubah perilaku melalui pemberian reward

Prosedur:
- Identifikasi pasien menggunakan minimal 2 identitas (nama lengkap, tanggal
lahir, dan atau nomor rekam medis)
- Jelaskan tujuan dan Langkah -langkah prosedur
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Anjurkan pasien menyampaikan perilaku negative dalam merawat diri
- Anjurkan pasien memilih satu perilaku negative yang akan diubah
- Jelaskan cara mengubah perilaku yang sudah dipilih
- Jelaskan tentang reward yang akan diberikan
- Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
- Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respon pasien

54
3.5. Implementasi dan kesimpulan

No Hari/Tgl/Jam Diagnosa Tindakan Evaluasi TTD


1 Senin/ 17 Manajemen 1. mengidentifikasi kesiapan dan S:
Desember Kesehatan kemampuan menerima informasi - klien mengatakan nyeri
2023/ 9.00 Tidak Efektif 2. menjelaskan tujuan dari senam pada sendi-sendi
(D.0116) rematik - klien mengatakan nyeri
3. menjelaskan manfaat dari senam pada saat sendi-sendi
rematik di gerakan
4. menyiapkan alat peraga - klien mengatakan nyeri
5. melakukan peragaan senam rematik kadang hilang dan
timbul

O
- klien tampak meringis
- sendi-sendi klien
terlihat merah
- skala nyeri 5
- TTV
TD : 130/88
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36 C

55
A:
Manajemen Kesehatan
belum Efektif

P:
- Menjelaskan tujuan
dari senam rematik
- menjelaskan manfaat
dari senam rematik
- memperagakan
Langkah-langkah dan
Gerakan untuk senam
rematik

2 Selasa/ 18 Nyeri Akut 1. menjelaskan tujuan dari Kompres S:


Desember (D.0077) hangat Intervensi Dilanjutkan
2023/ 09.00 2. menjelaskan manfaat dari kompres - klien mengatakan nyeri
hangat pada sendi-sendi
3. menyiapakan alat dan bahan untuk - klien mengatakan nyeri
praktek kompres hangat pada sendi-sendi saat
4. memilih alat kompres yang mudah tangan di Gerakan

56
dan nyaman - klien mengatakan nyeri
5. memeriksa suhu alat kompres kadang timbul jading
6. melakukan cuci tangan 6 langkah hilang
7. memasang sarung tangan
8. memilih lokasi untuk untuk dilakukan O:
kompres hangat - klien tampak meringis
9. melakukan kompres hangat - sendi-sendi terlihat
10. merapihkan alat dan bahan yang merah
digunakan - klien tampak meringis
11. melepaskan sarung tangan - skala nyeri 5
12. cuci tangan 6 langkah - TTV:
13. mendokumentasikan tindakan TD: 130/70 mmHg
N : 84x/menit
RR: 24x/menit
T: 36,3 C

A
Nyeri Belum teratasi

P:
Intervensi Dilanjutkan
- menjelaskan tujuan dari

57
Kompres hangat
- menjelaskan manfaat
dari kompres hangat
- menyiapakan alat dan
bahan untuk praktek
kompres hangat
- memilih alat kompres
yang mudah dan
nyaman
- memeriksa suhu alat
kompres
- melakukan cuci tangan
6 langkah
- memasang sarung
tangan
- memilih lokasi untuk
untuk dilakukan
kompres hangat
- melakukan kompres
hangat
- merapihkan alat dan
bahan yang digunakan

58
- melepaskan sarung
tangan
- cuci tangan 6 langkah
mendokumentasikan
tindakan
3 Rabu/ 19 Pemeliharaan 1. menjelaskan tujuan dan langkah- S:
Desember Kesehatan langkah prosedur - pasien mengatakan
2023/ 09.00 Tidak Efektif 2. menganjurkan pasien menyampaikan perilaku negative
(D.0117) perilaku negative dalam merawat dalam merawat
kesehatan Kesehatan adalah tidak
3. menganjurkan pasien untuk memilih menjaga pola makan
perilaku negative yang akan di rubah - menurut klien jenis
4. menjelaskan cara mengubah perilaku makanan yang harus di
yang sudah dipilih hindari adalah
5. mendokumentasikan tindakan makanan yang enak-
enak

O:
Klien masih memakan
makanan yang harusnya di
hindari seperti makanan
tinggi purin

59
A:
Pemeliharaan Kesehatan
belum efektif

S:
Intervensi Dilanjutkan
- menjelaskan tujuan
dan langkah-langkah
prosedur
- menganjurkan pasien
menyampaikan
perilaku negative
dalam merawat
kesehatan
- menganjurkan pasien
untuk memilih perilaku
negative yang akan di
rubah
- menjelaskan cara
mengubah perilaku
yang sudah dipilih

60
mendokumentasikan
tindakan

61
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Makalah ini telah menggali dalam upaya asuhan keperawatan
komunitas untuk populasi lansia yang menderita Rheumatoid Arthritis. Dengan
mempertimbangkan prevalensi hipertensi yang meningkat di kalangan lansia,
peran perawat dalam memberikan asuhan holistik dan preventif menjadi
semakin penting.
Fokus pencegahan menjadi kunci dalam asuhan keperawatan
komunitas. Edukasi yang tepat kepada lansia dan keluarga tentang pentingnya
gaya hidup sehat, pengelolaan stres, dan menjaga pola makan agar dapat
membantu mencegah peningkatan risiko komplikasi rheumatoid arthritis

4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penulis saran bagi seluruh stakeholder
yang berkaitan untuk mencapai hasil asuhan keperawatan yang diharapkan,
diperlukan hubungan yang baik, dan keterlibatan klien, keluarga dan tim
kesehatan lainnya. Beberapa saran lain diantaranya :
a. Bagi Masyarakat
Peningkatan aktifitas kelompok yang bermanfaat akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekitarnya sehingga status kesehatan lansia
yang rheumatoid arthritis akan tetap terjaga
b. Bagi Institusi Pendidikan.
Untuk lebih meningkatkan mutu Pendidikan dengan menambah literatur/
refrensi mengenai asuhan keperawatan pada penyakit tersebut.
c. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa kiranya lebih meningkatkan kompetensi dan wawasan
tentang perkembangan teori-teori terbaru dalam dunia Kesehatan
mengenai penyakit tersebut

62
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart
(Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3 . Jakarta :EGC
PPNI. 2016. Standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indikator
diagnostik edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar intervensi keperawatan Indonesia: definisi dan tindakan
keperawatan edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria hasil edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2021. Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI

63

Anda mungkin juga menyukai