Anda di halaman 1dari 49

IMPLEMENTASI KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI

SENDI PADA LANSIA DENGAN GOUT ARTHRITIS

PROPOSAL

SUSI LIDIYAWATI

NIM.21112353

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2023

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan............................................................................................... 6
1. Tujuan Umum.............................................................................. 6
2. Tujuan Khusus............................................................................. 6
D. Manfaat penulisan............................................................................ 7
1. Bagi penulis.................................................................................. 7
2. Bagi Akademik / STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG...... 7
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... 8
A. Konsep Dasar Lanjut Usia............................................................... 8
1. Pengertian..................................................................................... 8
2. Batasan Lansia.............................................................................. 9
3. Ciri-Ciri Lansia menurut (Agustian Maunaturrohmah, 2020)..... 9
4. Perkembangan Lansia.................................................................. 11
5. Konsep Penyakit Gout Arthritis................................................... 11
6. Manifestasi Klinik........................................................................ 13
7. Klasifikasi Gout Arthritis............................................................. 15
8. Patofisiologi................................................................................. 17
9. Penatalaksanaan Gout Arthritis.................................................... 20
10. Komplikasi................................................................................. 21
B. Konsep Dasar Askep........................................................................ 24
1. Pengkajian.................................................................................... 24
2. Identitas........................................................................................ 24
3. Alasan Masuk............................................................................... 24
4. Riwayat Kesehatan....................................................................... 25
5. Pengkajian nyeri........................................................................... 25

ii
6. Pemeriksaan Fisik........................................................................ 26
7. Aktivitas Sehari-hari.................................................................... 31
8. Pengkajian Khusus lansia............................................................. 33
9. Diagnosa Keperawatan................................................................. 37
10. Intervensi Keperawatan.............................................................. 38
11. Implementasi Keperawatan........................................................ 41
12. Evaluasi Keperawatan................................................................ 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60

tahun keatas. Setiap makhluk hidup akan mengalami semua proses penuaan yang

dinamakan tua atau menua . Proses bukanlah suatu penyakit , tetapi merupakan

suatu proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan komulatif ,

dimana terdapat proses menurunna daya tahan tubuh seseorang dalam meghadapi

ransangan baik dari luar maupun dari dalam atau yang dikenal dengan proses

menua. (Mujiadi & Siti,2020).

Menua merupakan proses sepanjang hidup yang sudah di mulai dari suatu

waktu tertentu , yang dimana proses itu sudah dimulai sejak seseorang lahir.

Menjdi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang sudah akan

melewati tiga tahap kehidupan yaitu masa anak-anak, dewasa dan tua

(Mawaddah 2020).

Berdasarkan data dari departemen Urusan Ekonomi dan Sosial

perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Departement of Economic And

Social Affairs).(2019). Di dunia ada 703 juta lansia yang berusia 65 tahun ke atas

di tahun 2019. Populasi terbesar di dunia adalah dari asia timur dan asia tenggara

260 juta jiwa. Dan peningkatan terkecil yaitu di Australia dan selandia baru lebih

dari (84%)dan eropa, Amerika utara lebih dari 48%. Jumlah penduduk di 11

negara anggota World Health Organization (WHO) kawasan asia tenggara yang

1
berusia di atas 60 tahun berjumlah 124 juta orang dan di perkirakan terus

meningkat hingga 3 kai lipat di tahun 2022.

Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai (9,93%) atau

26,82 juta jiwa. Berdasarkan data survei Sosial Ekonomi Nasional pada maret

2020, dan enam provinsi yang memasuki fase sruktur penduduk tua yaitu

presentase penduduk lansia yang berada di atas (10%) yaitu daerah istimewa

Yogyakarta (14,71%) jawa tengah (13,81%) jawa timur (13,38%), Bali (11,58%),

Sulawesi selatan persentase lansia sebesar (8,30%). (Badan Pusat Statistik,2020).

Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dan merupakan

provinsi dengan jumlah penduduk lansia terbesar di Indonesia, dengan jumlah

42.111 orang.

(BPS Sumbar, 2019). Pada tahun 2020 jumlah lansia di kota padang

sebanyak 33.618 jiwa (laki-laki) dan 37.781 jiwa (perempuan) sehingga total

lansia di kota padang tahun 2020 yaitu sebanyak 71.399 jiwa (BPS

sumbar,2020).

Masalah yang timbul pada lansia adalah gangguan kesehatan fisik karena

faktor fisikologis maupun patofisiologis akibat dari suatu peyakit tertentu.

Masalah ini dapat dilihat dari penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia

adalah penyakit yang tidak menular salah satu diantaranya adalah penyakut

kronis, penyakit degeneratif yang paling sering dialami oleh lansia adalah gouth

arthritis.(Diantara dan Chandra , 2019)

Gout arthritis merupakan salah satu penyakit dimana terjadinya

penumpukkan purin yang dapat menyebebkan peradangan pada sendi bahkan

2
sampai mengalami pembengkakan , Sehingga seseorang yang mengalami asam

urat pasti akan merasakan nyeri tak tertahankan yang dapat menganggu aktivitas

sehari-hari menurut Smeltzer (2014) dalam (Radharani ,2020).

Gout Arthritis dapat disebabkan karena perubahan pola hidup, khususnya

pada pola makan. Pola makan sehat adalah pola makan yang mengandung

karbohidrat, kaya serat, mengkonsumsi vitamin dan mineral sesuai kebutuhan

tubuh kemudian berubah pada pola makan yang mengandung purin , protein,

terutama protein hewani yang dapat mengakibatkan kenaikan kadar asam urat

dalam darah dan mengakibatkan timbulnya penumpukan Kristal asam urat yang

pada keadaan ini menyebabkan terjadinya Gout Arthritis (Ndede, or oh &

Bidjuni, 2019). Masalah utama yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah

komplikasi .

Komplikasi dari gout arthritis yaitu meliputi severe degenerative arthritis ,

infeksi sekunder , batu ginjal, dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin,

protease, dan oksin yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan

pada proses inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, destruksi

kartilago dan denorosi tulang. Penyakit ini tidak hanya menganggu aktivitas

dalam jangka pendek tetapi juga jangka lama,Serta juga berpotensi menimbulkan

batu ginjal/bahkan penyakit jantung (Lailatullatifah, 2019).

Salah satu dampak dari gout arthiritis adalah Nyeri yang menimbulkan rasa

tidak nyaman pada penderita karena terjadi kerusakan pada jaringan sehingga

menimbulkan rasa sakit bagi yang merasakannya menurut Smelzer (2015) dalam

(Radharani , 2020). Sampai saat ini masih banyak tenaga kesehatan di rumah

3
sakit yang menggunakan teknik farmakologi untuk mengurangi nyeri di

bandingkan menggunakan teknik non farmakologi menurut (Radharani 2020).

Penatalaksanaan arthritis gout bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri,

mempertahankan sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. Penatalaksanaan

yang diberikan dua pilihan berupa terapi farmakologi dan non

farmakologi.Terapi farmakologi pasien dapat diberikan tiga pilihan obat yaitu

NSAID, kolkiskin dan kartikosteroid. Penurunan kemampuan sendi akibat nyeri

dapat mempengaruhi aktivitas. Penatalaksanaan non farmakologi untuk

menurunkan intensitas nyeri dengan memberikan teknik distraksi, teknik

relaksasi dan simulasi kulit dengan melakukan terapi kompres hangat dan

kompres dingin serta massage. (Hidayat & Uliyah, 2014)

Salah satu tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri pada

penderita asam urat yaitu dengan kompres hangat jahe. Menurut Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) prevelensi kasus asam urat sebanyak 5-30% dari

popilasi umum dan mungkin akan lebih tinggi pada kelompok etnis tertentu.

Menurut penelitian (Mela sulistyiana & sudiaro,dkk) (2023) Penatalaksanaan

pengobatan pada asam urat yang bisa digunakan untuk meredakan nyeri pada

penderita asam urat biasanya dilakukan dengan obat-obatan yaitu golongan

salisilat dan golongan obat anti inflamasi nonsteroid. Obat non-opioid aering

digunakan untuk manajemen nyeri , terutama pada tahap perencanaan perawatan

ini. Salah satu efek serius NSAID adalah pendarahan gastrointestinal. Resiko

lebih besar dengan dosis yang tinggi , penggunaan campuran dan usia pasien

menurut Nengsi et al (2014) dalam (Nadia, 2019)

4
Salah satu teknik non farmakologi untuk mrngurangi rasa nyeri dan kejang

pada otot akibat asam urat yaitu dengan terapi yaitu dengan terapi komplementer

kompres hangat menurut Purnamasari & Listyarini (2015) dalam (Nadia, 2019)

Peran perawat pada pasien Gout Arthritis adalah sebagai care giver dengan

melakukan terapi non-farmakologis pada pasien , peran perawat sebagai konselor

pada pasien Gout Arthritis dengan mendengarkan keluhan , keinginan dan

memberikan solusi untuk meminimalisir rasa cemas, takut tentang penyakit yang

di derita pasien . Peran perawat sebagai pelindung pada pasien Gout Arthritis

dengan memberikan rasa aman dan nyaman dalam pengambilan tindakan dan

melindungi pasien dari efek yang tidak di harapkan , peran perawat sebagai

advokat pada pasien dengan melindungi hak pasien sebagai manusia

berdasarkan hukum, peran perawat sebagai edukator pada pasien Gout Arthritis

dengan memberikan edukasi tentang kesehatan pada lansia tentang makanan

yang boleh dan tidak boleh di konsumsi , olahraga secara teratur, bagaimana

pola diet yang seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi

purin dan tinggi protein.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat karta

tulis ilmiah dengan judul “ implementasi kompres hangat terhadap penurunan

nyeri sendi pada lansia dengan gout arthritis”

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas , didapat rumusan masalah pada kasus ini

adalah “Bagaimana penerapan implementasi kompres hangat jahe pada pasien

dengan Gouth Arthritis ”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Implementasi Keperawatan Gerontik pada pasien

dengan Gouth Arthritis menggunakan pendekatan proses keperwatan secara

benar, tepat dan sesuai dengan Standar profesi Keperawatan pada Lansia

dengan Gout Arthritis ”

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik pada

pasien dengan Gouth Arthritis

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Gouth

Arthritis

b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien

dengan Gouth Arthritis

c. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada pasien

dengan Gouth Arthritis

d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada

pasien dengan Gouth Arthritis

6
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien

dengan Gouth Arthritis

D. Manfaat penulisan

1. Bagi penulis

Sebagai tempat bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan yang

diperoleh dipendidikan , menambah pengetahuan dan pengalaman dari

implementasi keperawatan khususnya pada lansia dengan Gouth Arthritis

2. Bagi Akademik / STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Proposal ini diharapkan dapat berguna dan dapat memperoleh informasi

tentang pelaksanaan karya tulis ilmiah untuk bahan masukan bagi

mahasiswa/mahasiswi yang melaksanakan pendidikan dari STIKes

MERCUBAKTIJYA Padang dalam penerapan implementasi keperawatan pada

pasien dengan Gouth Arthritis di tahun 2024.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,

seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan

bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin

membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut

usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan

mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya

merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Menua atau

menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua

merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap

kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2019).

8
2. Batasan Lansia

a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:

1). Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,

2). Usia tua (old): 75-90 tahun, dan

3). Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b. Kemenkes RI (2019) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi

tiga kategori, yaitu:

1). Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,

2). Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, 3) Usia lanjut beresiko yaitu

usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan masalah

kesehatan.

3. Ciri-Ciri Lansia menurut (Agustian Maunaturrohmah, 2020)

a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia

sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi

memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya

lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,

maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga

lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada

lansia akan lebih lama terjadi.

9
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat

dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan

diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih

senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat

menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa

kepada orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.

c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut

dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala

hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar

keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya

lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,

sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW

karena usianya.

d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap

lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang

buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.

Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia

menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga

sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap

pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik

diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri

yang rendah.

10
4. Perkembangan Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan

manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.

Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan

mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa

hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami

kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat

melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan).

Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,

termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas

fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan

jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka

lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan

dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini,

terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli pada umumnya sepakat

bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik (Siti Nur

Kholifah, 2019).

5. Konsep Penyakit Gout Arthritis

a. Definisi Gout Arthritis

Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai

atau penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan

oleh tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di

11
dalam darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat

di dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat

inilah yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Haryani and

Misniarti 2020). Selain itu asam urat merupakan hasilmetabolisme normal

dari pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa

jenis sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa

purin yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringat.

Asam urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat

membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga

dapat mengakibatkan cacat pada fisik. (Haryani and Misniarti 2020).

Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada pria: 3 – 7

mg/dl (Marlinda and Putri Dafriani 2019). Purin adalah zat yang terdapat

dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup.

Gout arhtritis ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, serangan

berulang-ulang dari artritis yang akut, kadang-kadang disertai

pembentukan kristal natrium urat besar yang ditemukan topus,

deformitas, sendi dan cedera pada ginjal (Şenocak, 2019) Kelainan ini

berkaitan dengan penimbunan 10 kristal urat monohidrat monosidium dan

pada tahap yang lebih lanjut terjadi degenerasi tulang rawan sendi.

Insiden penyakit gout sebesar 1- 2%, terutama terjadi pada usia 30-40

tahun dan 20 kali lebih sering pada pria daripada wanita. Penyakit ini

menyerang sendi tangan dan bagian pergelangan kaki (Şenocak 2019).

12
b. Etiologi Gout Arthritis

Penyebab dari gout artritis meliputi usia, jenis kelamin, riwayat

medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat

serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko

mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia

30 tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun

angka kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin

setelah usia 60 tahun. Prevalensi gout artritis pada pria meningkat dengan

bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun

(Wahyu Widyanto, 2019).

Wanita mengalami peningkatan resiko gout artritis setelah

menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45 tahun dengan

penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek urikosurik, hal

ini menyebabkan gout artritis jarang pada wanita muda (Wahyu

Widyanto, 2019). Pertambahan usia merupakan faktor resiko penting

pada pria dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak faktor,

seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling sering

adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan pemakaian

obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar asam urat

serum (Wahyu Widyanto, 2019).

6. Manifestasi Klinik

Tanda dan Gejala Menurut (Sapti, 2019), tanda dan gejala yang biasa

dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:

13
a. Kesemutan dan linu.

b. Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.

c. Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan, panas,

dan nyeri luar biasa.

d. Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari, gejalanya

menghilang secara bertahap dimana sendi kembali berfungsi dan tidak

muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya.

e. Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu jari kaki

(padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,

pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon pada siku.

f. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam mejelang

pagi.

g. Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit biasanya akan

berwarna merah atau kekuningan, serta terasa hangat dan nyeri saat

digerakkan serta muncul benjolan pada sendi (tofus). Jika sudah agak

lama (hari kelima), kulit di atasnya akan berwarna merah kusam dan

terkelupas (deskuamasi). Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix

telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi yang

terserang gout bias memicu rasa nyeri yang luar biasa. Rasa nyeri ini

akan berlangsung selama beberapa hari hingga sekitar satu minggu, lalu

menghilang.

h. Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan jantung

berdenyut dengan cepat.

14
7. Klasifikasi Gout Arthritis

Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik:

a. Gout Arthritis Stadium Akut

Stadium ini umumnya terdapat pada Lansia yang mampu mengobati

dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu lama tidak mau

berobat secara teratur pada dokter. Gout artritis menahun biasanya

disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit

sembuh dengan obat. Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder.

Secara umum penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi

pengaturan diet, istrahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini

agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya. Tujuan

terapi meliputi terminasi serangan akut, mencegah serangan di masa

depan, mengatasi rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan aman,

mencegah komplikasi seperti terbentuknya tofi, batu ginjal, dan arthropati

destruktif (Şenocak 2019).

b. Gout Arthritis Stadium interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi

periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan tanda-

tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. Hal

ini menunjukkan bahwa proses peradangan masih terus berlanjut,

walaupun tanpa keluhan (Senocak 2019).

15
c. Gout Arthritis Stadium Kronik

Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Lansia tidur

tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit yang hebat

dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat monoartikular dengan keluhan

utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengn gejala sistemik

berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit

berlanjut, dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut,

dan siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal,

diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat

diuretik dan lain-lain. Pemilihan regimen terapi merekomendasikan

pemberian monoterapi sebagai terapi awal antara lain NSAIDs,

kortikosteroid atau kolkisin oral. Kombinasi diberikan berdasarkan

tingkat keparahan sakitnya, jumlah sendi yang terserang atau keterlibatan

1-2 sendi besar (Şenocak 2019).

Adapun klasifikasi berdasarkan penyebabnya :

a. Gout Arthritis Primer

Gout Arthritis primer merupakan akibat langsung pembentukan

asam urat berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout

primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik adalah

factor yang disebabkan oleh anggota keluarga yang memiliki penyakit

yang sama. Dan buruknya jika kita mengalami penyakit yang disebabkan

dari gen. Sulit sekali untuk disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana

pun, harus menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit tidak

16
menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada banyak lagi penyakit

yang disebabkan oleh faktor keturunan. pernyataan ini adalah faktor

penyebab asam urat tinggi.

b. Gout Arthritis Sekunder

Gout Arthritis sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-

obatan.

1). Obat-obatan

Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide dapat

menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa Lansia. Hal ini

terjadi karena adanya efek dari obat ini yang berefek terhambatnya

seksresi dari ginjal, termasuk sekresi asam urat yang menghasilkan

terjadinya peningkatan asam urat pada tubuh.

2). Penyakit Lain

Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki tekanan darah yang

terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula darah yang terlalu tinggi,

dan menimbulkan penyakit hipertensi atau pun penyakit diabetes dan

kolesterol dan penyakit tersebut bisa menyebabkan organ tubuh

menurunkan fungsi nya sehingga tidak dapat mengeluarkan limbah

tubuh dengan baik seperti limbah asam urat, oleh sebab itu salah satu

penyebab asam urat akibat penyakit di dalam tubuh

8. Patofisiologi

Gout Arthritis terjadi kerena adanya gangguan metabolisme Purin dalam

tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi

17
Asam urat yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi asam urat yang

berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga mengakibatkan

kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini menimbulkan

iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Banyak faktor yang berperan

dalam mekanisme serangan Gout Arthritis salah satunya yang telah diketahui

peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah. mekanisme serangan

Gout Arthritis akut berlangsung melalui beberapa fase secara berurutan yaitu,

terjadinya presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila

kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl.

Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler

misalnya bursa, tendon, dan selaputnya. kristal urat yang bermuatan negatif

akan dibungkus oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan ig akan

merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan kristal.

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan

respon leukosit dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit

(Amin & Hardhi 2019). Kristal difagositosis olah leukosit membentuk

Fagolisosom dan akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan

membram leukositik lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom,

sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan

kristal membram lisosom. Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan

pelepasan enzim-enzim dan oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim

lisosom dilepaskan kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan

18
intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan (Amin & Hardhi 2019). Saat asam

urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat

tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan

berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,

penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi

akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak

jaringan tetapi juga menyebabkan inflamasi.

Serangan Gout Arthritis akut awalnya biasanya sangat sakit dan cepat

memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi. Serangan pertama

ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi terasa panas dan

merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling pertama

terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang.

Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan.

(Priscilla, Dkk 2019). Periode interkritikal adalah periode dimana tidak ada

gejala selama serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita mengalami

serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan pertama.

Serangan berikutnya disebut dengan poliartikular yang tanpa kecuali

menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan

demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis akut atau Gout Arthritis kronik

ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar

pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di

jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ

internal seperti ginjal (Priscilla, Dkk 2015).

19
9. Penatalaksanaan Gout Arthritis

Penatalaksanaan penderita asam urat dapat dilakukan dengan tindakan

farmakologis dan nonfarmakologis.

a. Tindakan farmakologis

Tindakan farmakologis dapat digunakan untuk mencegah keparahan

penyakit lebih lanjut seperti pemberian obat NSAID yang dapat

digunakan untuk mencegah pembengkakan pada penderita asam urat

(Putri et al., S.Susanti, dkk. Al, 2017). Dalam penelitian (Lexy Oktora

Wilda, 2020) menjelaskan terapi farmakologi antaralain dengan Obat

Anti inflamsi Non Steroid (OAINS), seperti ibuprofen, Naproxen dan

alloporinol.

b. Tindakan non farmakalogis

1). Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

dengan memberikan rasa hangat dengan suhu 43℃– 46℃ pada

daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang

menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan sehingga

kebutuhan rasa nyaman terpenuhi, prinsip kerja kompres hangat

dengan buli-buli hangat yang dibungkus dengan kain yaitu secara

konduksi terjadi pemindahan hangat dari buli-buli kedalam tubuh

sehingga akan menyebabkan pelepasan pembuluh darah dan akan

terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan

akan berkurang atau hilang).

20
2). Terapi kompres hangat menggunakan kain atau handuk yang

dicelupkan pada air hangat dan ditempelkan pada area tertentu.

Anda juga bisa membuat kompres hangat dengan menggunakan alat

seperti botol air hangat. Ini meningkatkan sirkulasi pembuluh darah,

mengurangi nyeri (Cadwell & Hegner, 2013).

3). Tindakan kompres hangat adalah metode non-farmakologi untuk

mengurangi nyeri sendi. Kompres hangat akan melebarkan

pembuluh darah di sekitarnya, mempermudah kristal urat untuk

masuk ke pembuluh darah dan meninggalkan sendi.

4). Kompres dengan air hangat dengan menggunakan kain yang sudah di

basahi air hangat dengan suhu 300℃ –450 ℃ selama 5 –10

bertujuan untuk memberikan rasa hangat, mengurangi atau

membebaskan nyeri, mencegah dan mencegah speme otot, dan

memberikan rasa hangat (Kurniajati et al.,2019).

5). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang

menemukan bahwa kompres hangat membantu mengurangi nyeri

pada penderita gout arthritis. Hasil uji wilcoxon menunjukkan p

value 0,000, nilai kemaknaan 0,005, dan p value <0,05, sehingga Ho

ditolak dan Ha diterima (Aminah, 2022).

10. Komplikasi

Komplikasi dari Gout Arthritis belum banyak disadari oleh masyarakat


umum. Menurut Sapti 2019, berikut ini komplikasi yang terjadi akibat
tingginya kadar asam urat:

21
a. Kerusakan sendi Arthritis gout

merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang karena

menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh. Kerusakan

sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di tangan

maupun kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di

dalam sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi. Sendi yang

tertutup kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan maupun kaki

menjadi kaku dan bengkok tidak beraturan. Namun yang ditakuti

penderita bukan bengkoknya melainkan rasa sakit yang berkepanjangan.

b. Terbentuk Tofi

Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat

(MSUM) di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau

timbul di sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar

sendi, tofi juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard),

katup bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal

tenggorokan (laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil (nodul) berwarna

pucat, sering teraba pada daun telinga, bagian punggung (ekstensor)

lengan sekitar siku, ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut

(prepatela), dan pada tendon achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar

asam urat 10-11 mg/dL. Pada kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi

menjadi sangat progresif. Bila hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa

membesar dan menyebabkan kerusakan sendi sehingga fungsi sendi

terganggu. Tofi juga bisa menjadi koreng (ulserasi) dan mengeluarkan

22
cairan kental seperti kapur yang mengandung MSU. Dengan adanya tofi,

kemungkinan sudah terjadi pengendapan Na urat di ginjal.

c. Penyakit Jantung

Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan jantung.

Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan

mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang terlalu lama

dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy) yaitu

pembengkakan ventrikel kiri pada jantung.

d. Batu Ginjal

Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat

menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang

disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak

bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang

terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu

ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.

e. Gagal Ginjal

Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal

ginjal atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak

fungsi ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal

tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau mengalami gagal

ginjal. Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah.

Darah yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang

menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh.

23
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan,

mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk

mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian

keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah

pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk

menentukan masalah- masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan

kesehatan klien (Ns. Wahyu Widagdo, 2017) Fokus pengkajian asuhan

keperawatan pada lanjut usia mengalami gout arthtritis :

2. Identitas

Meliputi Nama, Umur, No MR, Jenis kelamin, Agama, Tanggal masuk,

Status Perkawinan, Pendidikan terakhir, Pekerjaan, Alamat, Keluarga yang

dapat dihubungi, No Telpon.

3. Alasan Masuk

Keluhan utama paling sering dirasakan oleh penderita asam urat gout

arthritis atau klien dengan gangguan muskuloskeletal adalah pasien mengeluh

nyeri diarea persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak yang

menyebabkan keterbatasan mobilitas. Ada beberapa pengkajian nyeri yang

dapatdilakukan (Muhlisin, 2018).

24
4. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya penderita gout arthtritis dahulu sering mengkonsumsi makanan

tinggi purin, alkohol. dan biasanya disertai dengan penyakit hipertensi.

(Widyanto, 2014).

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak,

dan terasa kaku. Didapatkan adanya keluhan nyeri pada otot sendi.

Umumnya, sifat nyeri tersebut seperti pegal atau tertusuk, dirasakan

terus- menerus saat beraktifitas, terjadi juga kekakuan sendi, keluhan

biasanya sudah lama dirasakan. Pada gout arthtritis kronis didapatkan

adanya benjolan atau tofi pada sendi atau jaringan sekitar. (Widyanto,

2014).

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Gout Arthtritis merupakan penyakit yang tidak menular baik dalam factor

genetik, kecuali penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus

dan lain-lain.

5. Pengkajian nyeri

Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima

hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan

waktu serangan. Berikut penjelasan tentang pengkajian nyeri:

 P :Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkann nyeri


dan mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

25
 Q : Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau tumpul.
 R : Region atau lokasi, yaitu perjalanan ke bagian lain
 S : Severity atau keparahan, yaitu intenstias nyeri.
 T : Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi
nyeri.

Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan cara

memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang. Cara

ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan intensitas nyerinya

dengan skala angka, misalnya anak- anak dan lansia.

6. Pemeriksaan Fisik

Terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut

sampai ujung kaki ( head to toe). Pemeriksaan fisik di persendian tindakannya

dengan melakukan inspeksi dan palpasi. inspeksi ialah melihat dan

pengamatan bagian lutut pasien misal kulit daerah persendian bentuk posisi

saat pergerakan saat diam dll. Palpasi ialah perabaan bagian nyeri pada kulit

dilihat juga apakah ada benjolan.

a. Data Klinik

1). Keadaan umum

klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal biasanya

mengalami lemah.

2). Kesadaran

Biasanya kesadaran composmentis dan apatis

26
3). TTV

Tinggi badan, Berat badan, biasanya suhu normal atau meningkat,

nadi normal, tekanan darah meningkat atau dalam batas normal,

pernafasaan biasanya meningkat atau dalam batas normal

b. Kepala

1). Rambut

Biasanya kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu efek

berlebihan produksi asam urat didalam tubuh lebih banyak

(Tamtomo, 2016).

2). Mata

Biasanya perubahan mata pada lansia umumnya adalah kekendoran

kelopak mata, kulit pada palpebra mengalami atropi dan kehilangan

elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan kulit yang

berlebihan. Mata terasa kabur, perubahan kornea terjadi acus senilis

yaitu kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna keputihan

berbentuk cincin dibagian tepi kornea, selain itu pada lansia terjadi

prespobia, terjadi kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan

penurunan kemampuan membedaan warna antara biru dan ungu.

Perubahan pada iris mengalami depigmentasi, tampak ada bercak

berwarna merah muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih

tebal. Perubahan pada pupil yaitu terjadi penurunan kemampuan

akomodasi ( Tamtomo, 2016 ).

27
3). Hidung

Biasanya keadaan hidung pada lansia simetris kiri dan kanan,

kebersihan hidung kurang, tidak ada kelainan pada hidung, terjadinya

penurunan penciuman. Pernapasan cuping hidung, sianosis (Udjianti,

2011)

4). Mulut dan Tenggorokan

Pada Lansia biasanya ditemukan banyak gigi yang tunggal dan

sensitifitas indra pengecap menurun. Manifestasi yang sering terlihat

adalah atrofil papil lidah dan terjadinya fisurafisura. Sehubungan

dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan.

Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang

dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi

lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan Sebagian besar gigi,

lidah bersentuhan dengan pipi waktu menguyah, menelan dan

berbicara (Tamtomo, 2016).

c. Leher

Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri

tekan, dan tidak ada gangguan pada pergerakan leher.

28
d. Dada/Thorak

1). Inspeksi Biasanya dada simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal,

irama pernapasan biasanya normal, frekuensi napas normal (16-24

kali/menit)

2). Palpasi Biasanya tidak ada nyeri tekan dan gerakan diantara paru-

paru kiri dan kanan sama

3). Perkusi : Biasaya bunti pernapasan klien normal yaitu sonor.

4). Auskultasi Biasanya suara napas terdengar normal, tidak ada bunyi

suara tambahan

e. Jantung

1). Inspeksi : Biasanya iktus cordis tidak terlihat

2). Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba

3). Perkusi : Biasanya batas jantung dalam batas normal

4). Auskultasi : Biasanya irama jantung terdengar normal

f. Abdomen

1). Inspeksi : Biasanya tidak ada pembengkakan padaabdomen

2). Palpasi : Keadaan kulit normal, tidak ada nyeri tekan

3). Perkusi : Biasanya abdomen tidak ada gangguan, bunyinya terdengar

tympani

4). Auskultasi : Biasanya bunyi bising usus normal(5-35 kali/menit)

g. Genitourinaria

Bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin

setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot

29
kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan

sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin.

h. Ekstremitas

1). Ekstremitas atas

Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan

tangan kurang aktif tidak ada luka dan tidak ada udem

2). Ekstremitas bawah

Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan kaki

kurang aktif tidak ada luka, terdapat pembengkakan pada daerah

sendi. Pada pengkajian ini disesuaikan dengan kekuatan otot lansia

jika pada ekstremitas lansia dengan gout arthtritis di dapatkan

penurunan kekuatan otot pada penderita, biasanya derajat kekuatan

otot pada lansia dengan:

 Derajat 0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali atau lumpuh total
 Derajat 1 : ada sedikit kontraksi otot tetapi persendian tidak bisa
digerakkan
 Derajat 2 : pasien bisa menggerakkan ekstremitas tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat, misalnya pasien bisa menggeser lengan
tetapi tidak dapat mengangkatnya
 Derajat 3 : kekuatan otot sangat lemah tetapi anggota tubuh dapat
digerakkan melawan gaya gravitasi.
 Derajat 4 : kekuatan otot lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi dan dapat menahan sedikit tahanan yang diberikan
 Derajat 5 : tidak ada kelumpuhan maupun kelemahan (kondisi normal).

30
Biasanya pada lansia atau pasien yang menderita gout arthtritis akan

mengalami nyeri. Cara mengukur intensitas nyeri dapat dilakukan

dengan menggunakan mnemonik PQRST

i. Sistem Integumen

Pada Lansia mengalami perubahan umumnya pada kulit mengalami

atropi, kendur tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan

cairan hingga menjadi menipis dan berbecak. Kekeringan kulit di

sebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen

berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot ( Kemenkes,2016).

j. Sistem Neurologi

Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada otak yang

mengakibatkan penurunan reflek dan penurunan kognitif. Respon menjadi

lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun

10-20 % mengecil syaraf pasca indra sehingga mengakibatkan 29

berkurangnya respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf

penciuman dan perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh

terhadap dingi rendah, kurang sensitif terhadap sentuhan ( Kemenkes,

2016 ).

7. Aktivitas Sehari-hari

a. Biologi

1). Nutrisi

Biasanya penderita Gout Arthtritis tidak mampu untuk menghasilkan

atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat mual, anoreksia.

31
Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada

membran mukosa.

2). Istirahat dan Tidur

Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stres pada

sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan

simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,

waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise. Keterbatasan ruang

gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

3). Pemeriksaan psikologis

a). Bagaimana sikap lansia terhadap penuaan.

b). Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.

c). Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.

d). Bagaimana cara untuk mengatasi stres yang dialami.

e). Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.

f). Apakah lansia sering mengalami kegagalan.

g). Apakah harapan yang diinginkan lansia pada saat ini dan akan

dating

h). Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses

berfikir, orientasi, alam perasaan dan menyelesaikan masalah.

4). Pemeriksaan sosial ekonomi

a). Darimana sumber keuangan lansia,

b). Apa saja kesibukan lansia untuk mengisi waktu luang,

32
c). Bersama siapa dia tinggal,

d). Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,

e). Bagaimana pendapat lansia tentang lingkungannya,

f). Seberapa banyak lansia berhubungan dengan orang lain di luar

rumah

g). Siapa saja yang sering berkunjung,

h). Seberapa besar ketergantungan lansia,

i). Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan fasilitas yang ada.

5). Pemeriksaan spiritual

a). Apakah secara teratur lansia melakukan ibadah sesuai dengan

keyakinannya.

b). Apakah lansia teratur mengikuti atau aktif dalam kegiatan

keagamaan.

c). Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan

berdoa.

d). Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal. (Kholifah, 2016)

8. Pengkajian Khusus lansia

a. Pengkajian index katz

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C CKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan

33
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup
seharihari,kecualimandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian,kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C,D dan E.

keterangan :

Mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi diangap tidak
melakukan fungsi meskipun ia anggap mampu.

b. Status kognitif/Afektif/Sosial

Pola sensori dan kognitif, menjelaskan persepsi sensori dan

kognitif. Pola persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan,

pendengaran, perasaan dan pembau. Pada klien katarak dapat ditemukan

gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja

dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah tampak

kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Pengkajian

status mental menggunakan table short portable mentalstatus questioner

(SPMSQ).

34
No Pertanyaan Benar Salah
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (minimal tahun)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa nama presiden sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun?
Jumlah kesalahan total

Keterangan:

Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh

Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan

Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang

Skor salah 8-10 : kerusakan intelektual berat

c. MMSE (Mini Mental State Exam)

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi,

perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.

Nilai Pasien Pertanyaan

35
Maksimum
Orientasi
5 (Tahun) (musim) ( tanggal)
(Hari) (Bulan apa sekarang) ?
5 Dimana kita: (negara bagian)
(wilayah) (Kota) ?
Registrasi
3 Nama 3 objek :1 detik untuk
mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan pada lansia
ke 3 objek setelah anda
mengatakannya. Beri 1 point
untuk jawaban yang benar,
Kemudian ulangi sampai lansia
mempelajari ke 3 nya dan
jumlahkan skor yang telah
dicapai dan catat
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7 huruf,
misal kata “panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1point tiap
jawaban benar, kemudian
dilanjutkan, apakah lansia
masih ingat Huruf lanjutannya
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ke 3
objek di atas, beri1 point untuk
tiap jawaban benar

36
Bahasa

9 Nama pensil dan melihat (2


point)
Nilai Total
Analisis hasil:

Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh.

Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan.

Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang.

Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat.(Kholifah, S.N., 2016)

9. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataanyang jelas, padat dan

pasti tentang kasus kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan

keperawatan. Dengan demikian diagnosa keperawatan akan memberikan

gambaran tentang masalah dan status kesehatan, baik yang aktual maupun

yang mungkin terjadi (potensial).(Astuty,2019).

Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada pasien gout arthritis adalah :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal


kronis (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekauan sendi
(D.0054)
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(D.0074)

37
10. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjekan oleh

perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI

DPP PPNI 2019).

Diagnosa Keperawatan SIKI SLKI Aktivitas


1. Nyeri kronis Tingkat Manajemen Observasi
Nyeri(L.08066) Setelah Nyeri 1. Identifikasi, lokasi,
berhubungan dengan
dilakukan perawatan 3x (I.08238) karakteristik, durasi,
kondisi 24 jam kunjungan frekuensi, kualitas,
rumah diharapkan intensitas nyeri
musculoskeletal kronis
tingkat nyeri menurun, 2. Identifikasi skala nyeri
(D.0078) dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respons
1. Kemampuan nyeri non verbal
menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi faktor
meningkat yang memperberat dan
2. Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi
3. Sikap protektif pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
4. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh
5. Kesulitan tidur budaya terhadap respon
menurun nyeri
6. Menarik diri 7. Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas hidup
7. Diaforesis menurun 8. Monitor keberhasilan
8. Perasaan depresi terapi komplementer
(tertekan) menurun yang sudah di berikan
9. Perasaan takut 9. Monitor efek samping
mengalami cedera penggunaan analgetik
berulang menurun Terapeutik
10. Ketegangan otot 10. Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
11. Muntah menurun mengurangi rasa nyeri
12. Mual menurun 11. Fasilitasi istirahat
13. Frekuensi nadi dan tidur
membaik 12. pertimbangkan jenis
14. Pola napas dan sumber nyeri dalam

38
membaik pemilihan strategi
15. Tekanan darah meredakan nyeri
membaik Edukasi
16. Fokus membaik 13. Jelaskan penyebab,
17. Fungsi berkemih periode, dan pemicu
membaik nyeri
18. Perilaku membaik 14. Ajarkan teknik
19. Nafsu makan nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
20. Pola tidur membaik 15. Anjurkan memonitor
21. Berfokus pada diri nyeri secara mandiri
sendiri menurun 16. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
18. kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Observasi
(L.05042) Setelah Mobilisasi 1. Identifikasi adanya
fisik berhubungan
dilakukan perawatan 3x (I.05173) nyeri dan keluhan fisik
dengan kekauan sendi 24 jam kunjungan lainnya
rumah diharapkan 2. Identifikasi toleransi
(D.0054)
dengan kriteria hasil: fisik melalui pergerakan
1. Pergerakan 3. Monitor frekuensi
ekstremitas meningkat jantung dan tekanan
2. Kekuatan otot darah sebelum memulai
meningkat mobilisasi Terapeutik
3. Rentang gerak 4. Fasilitasi aktivitas
(ROM) meningkat mobilisasi dengan alat
4. Nyeri menurun bantu
5. Kecemasan menurun 5. Fasilitasi melakukan
6. Kaku sendi menurun pergerakan,jika perlu
7. Gerakan tidak 6. Libatkan keluarga
terkoordinasi menurun untuk membantu pasien
8. Gerakan terbatas dalam meningkatkan
menurun pergerakan
9. Kelemahan fisik Edukasi
menurun 7. Jelaskan tujuan
danprosedur mobilisasi
8. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini

39
9. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis,duduk di
tempat tidur,duduk disisi
tempattidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan rasa Status Kenyamanan Terapi Observasi
nyaman berhubungan (L.08064) Setelah Relaksasi 1. Identifikasi penurunan
dengan gejala penyakit dilakukan perawatan 3x (1.09326) tingkat energi,
(D.0074) 24 jamkunjungan ketidakmampuan
rumah diharapkan berkonsentrasi, atau
dengan kriteria hasil : gejala lain yang
1. Kesejahteraan fisik mengganggu kemampuan
meningkat kognitif
2. Kesejahteraan 2. Identifikasi teknik
psikologis meningkat relaksasi yang pernah
3. Dukungan sosial efektif digunakan
dari keluarga 3. Identifikasi kesediaan ,
meningkat kemampuan, dan
4. Dukungan sosial penggunaan teknik
dari teman meningkat sebelumnya
5. Perawatan sesuai 4. Periksa ketegangan
keyakinan budaya otot, frekuensi nadi,
meningkat tekanandarah, dan suhu
6. Perawatan sesuai sebelum dan sesudah
kebutuhan meningkat latihan
7. Kebebasan 5. Monitor respons
melakukan ibadah terhadap terapi relaksasi
meningkat Terapeutik
8. Rileks meningkat 6. Ciptakan lingkungan
9. Keluhan tidak tenang dan tanpa
nyaman menurun gangguan dengan
10. Gelisah menurun pencahayaan dan suhu
11. Kebisingan ruang nyaman, jika
menurun memungkinkan
12. Keluhan sulit tidur 7. Berikan informasi
menurun tertulis tentang persiapan
13. Keluhan kedinginan dan prosedur teknik
menurun relaksasi
14. Keluhan kepanasan 8. Gunakan pakaian
menurun longgar
15. Gatal menurun 9. Gunakan nada suara
16. Mual menurun lembut dengan irama
17. Lelah menurun lambat dan berirama

40
18. Merintih menurun 10. Gunakan relaksasi
19. Manangis menurun sebagai strategi
20. Iritabilitas menurun penunjang dengan
21. Menyalahkan diri analgetik atau tindakan
sendiri menurun medis lain, jika sesuai
22. Konfusi menurun Edukasi
23. Konsumsi alkohol 11. Gunakan relaksasi
menurun sebagai strategi penunjang
24. Penggunaan zat dengan analgetik atau
menurun tindakan medis lain, jika
25. Percobaan bunuh sesuai relaksasi otot
diri menurun progresif)
26. Memori masa lalu 12.Jelaskan secara rinci
menurun intervensi relaksasi yang
27. Suhu ruangan dipilih
membaik 13. Anjurkan mengambil
28. Pola eliminasi posisi nyaman
membaik 14. Anjurkan rileks dan
29. Postur tubuh merasakan sensasi
membaik relaksasi
30. Kewaspadaan 15. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
membaik
teknik yang dipilih
31. Pola hidup
16. Demonstrasikan dan
membaik
latih teknik relaksasi (mis
32. Pola tidur membaik
nepas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)

41
42
11. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan

pelayanan kesehatan yang memilihara kemampuan fungsional lansia dan

mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan

keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari setiap diagnosa

keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan pada konsep asuhan

keperawatan. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa nyeri

yaitu dengan melakukan indentifikasi dari kualitas nyeri yang dirasakan klien

dan mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri dengan

mengajarkan teknik kompres hangat. Diagnosa gangguan mobilitas fisik

penulis dapat mengkaji kekuatan otot dan mengajarkan teknik ROM untuk

mengurangi kekakuan pada sendi pasien yang mengalami artritis gout serta

dapat meningkatkan pengetahuan pada pasien lansia tentang gout artritis serta

diit untuk penderita gout artritis.

43
12. Evaluasi Keperawatan

a. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan

klien terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

b. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien,

membandingkan respons, klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan

hasil kemajuan

c. Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau dalam

catatan kemajuan d. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian

hasil, perawat akan mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam

lembar evaluasi atau dalam catatan kemajuan pada saat ditentukan

untuk melakukan evluasi:

44
1). Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih

relevan

2). Direvisi: diagnosis masih berlaku tetapi tujuan dan tindakan

keperawatan memerlukan perbaikan

3). Teratasi: tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana keperawatan

tidak dilanjutkan

4). Dipakai lagi: diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi Evaluasi juga

dapat disusun dengan menggunakan SOAP atau SOAPIER. Format

ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi

didokumentasikan dalam satu catatan kemajuan. Hasil evaluasi yang

diharapkan penulis setelah melakukan tindakan keperawatan pada

pasien lansia yaitu klien mengatakan nyeri berkurang setelah

diberikan intervensi keperawatan, pada diagnosa yang kedua yaitu

gangguan mobilitas fisik kekuatan otot klien meningkat 4/5 dan

tingkat pengetahuan klien meningkat ditandai dengan klien mampu

memahami materi yang telah disampaikan oleh perawat.

45
BAB III

METODOLOGI PENULISAN STUDI KASUS

A. Jenis dan Rancangan Studi


Jenis penelitian yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah

46

Anda mungkin juga menyukai