Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

R DENGAN CA MAMAE
RESIDIF DI LT.V PAVILIUN ERI SADEWO RS
KEPRESIDENAN RSPAD GATOT SOEBROTO

DISUSUN OLEH :
INGGAR AYU RIVIYA KHOIRUNIZA
NIM:17.026/2A

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah
ini membahas tentang“PENYAKIT KANKER PAYUDARA” dan kiranya
makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan kita .
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan
minat baca dan belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat
mengetahui dan memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu
individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
sangat  minim,sehingsaran dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih
kami harapkan demi perbaikan laporan ini. Kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Jakarta,30 maret 2019

i
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..........................................................................................4
B. TUJUAN PENULISAN .......................................................................................5
C. RUANG LINGKUP .............................................................................................6
D. METODE PENULISAN.......................................................................................6
E. SISTEMATIKA PENULISAN.............................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN......................................................................................................8
B. PATOFISIOLOGI.................................................................................................8
1. MANIFESTASI KLINIS.................................................................................9
2. KOMPLIKASI.................................................................................................9
C. KLASIFIKASI.....................................................................................................12
D. PENATALAKSANAAN.....................................................................................13
E. PENGKAJIAN....................................................................................................16
F. DIAGNOSA........................................................................................................17
G. INTERVENSI......................................................................................................18
H. IMPLEMENTASI...............................................................................................19
I. EVALUASI.........................................................................................................19
BAB III TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN....................................................................................................20
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................25
C. INTERVENSI......................................................................................................26
D. IMPLEMENTASI...............................................................................................27
E. EVALUASI.........................................................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN....................................................................................................31
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................................31
C. INTERVENSI......................................................................................................32

ii
D. IMPLEMENTASI...............................................................................................33
E. EVALUASI.........................................................................................................34
BAB V EVALUASI
A. KESIMPULAN...................................................................................................34
B. SARAN................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................36

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker payudara (Ca mammae) adalah Kanker yang terjadi karena terganggunya
sistem pertumbuhan sel di dalam jaringan payudara. Payudara tersusun atas
kelenjar susu, jaringan lemak, kantung penghasil susu, dan kelenjar getah bening.
Sel abnormal bisa tumbuh di empat bagian tersebut, dan mengakibatkan
kerusakan yang lambat tetapi pasti menyerang payudara (Nurcahyo. 2010.
hal.83). Penderita kanker payudara (Ca mammae) selalu mengalami kecemasan
dan perasaan takut yang terus menerus, sehingga membutuhkan pendampingan
serta perawatan dan pengobatan dengan kemoterapi. Perasaan cemas dan takut
tersebut dapat menurun yaitu salah satunya dengan melalui dukungan dari
keluarga (Fatmawati,2010). Data WHO (World Health Organization)
menunjukkan bahwa 548.000 mortalitas per tahun kanker payudara terjadi pada
wanita (Data WHO, 2008). Menurut Purnomo (2009) menyatakan bahwa kanker
payudara menempati urutan kedua sesudah kanker rahim pada wanita.kanker
payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan
presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasartahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia
mencapai 0,5 per 1000 perempuan. (Kemenkes RI, 2015). 2 Penderita kanker
payudara di Indonesia pada tahun 2004 sebagaimana di kutip dari profil kesehatan
Indonesia tahun 2008, sebanyak 5.207 kasus. Setahun kemudian pada tahun 2005,
jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006,
penderita kanker payudara meningkat menjadi 8.328 kasus dan pada tahun 2007
sebanyak 8.377. Jumlah penderita kanker payudara tertinggi ada di DKI Jakarta
berjumlah 1200 lebih, disusul Jawa Tengah dan provinsi-provinsi lain di pulau
Jawa.(Depkes RI, 2007).Salah satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya
kejadian kanker di Indonesia yaitu prevalensi merokok 23,7%, obesitas umumnya
penduduk berusia ≥ 15 tahun pada laki-laki 13,9% dan pada perempuan 23,8%.
Prevalensi kurang konsumsi buah dan sayur 93,6%, konsumsi makanan diawetkan
6,3%, makanan berlemak 12,8%, dan makanan dengan penyedap 77,8%.
Sedangkan prevalensi kurang aktivitas fisik sebesar 48,2% (Riskesdas tahun

4
2007). Salah satu terapi yang diberikan pada klien ca mammae yaitu tindakan
kemoterapi. Kemoterapi adalah proses pemberian obatobatan anti kanker dalam
bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel
kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tetapi juga sel-sel yang ada di
seluruh tubuh (Fauziana, 2011).Efek dari kemoterapi adalah klien mengalami
mual dan muntah, rambut rontok, serta stomatitis atau sariawan, nyeri kepala dan
nyeri sendi (Sutandyo, 2008). Hal inilah yang membuat klien biasanya malas
untuk dilakukan kemoterapi dan dengan dilakukan kemoterapi klien akan
menyebabkan cemas terhadap pengobatan tersebut (Nadeak, 2010). 3 Kecemasan
merupakan bagian dari kehidupan manusia yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Nadeak, 2010).
Kecemasan yang berlebihan pada klien kemoterapi dapat mempengaruhi motivasi
klien dalam menjalankan kemoterapi, sehingga berpengaruh terhadap program
kemoterapi (Lutfa, 2008).Efek samping yang ditimbulkan saat menjalani
kemoterapi membuat klien merasa tidak nyaman, takut, cemas, malas bahkan bisa
sampai frustasi ataupun putus asa dengan pengobatan yang dijalani sehingga klien
kanker dalam hal ini sangat membutuhkan dukungan dari keluarga (Ratna, 2010).
Dukungan keluarga adalah bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh
keluarga, baik dalam bentuk dukungan emosional (perhatian, kasih sayang,
empati), dukungan penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan informasi
(saran, nasehat, informasi) maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan
tenaga, dana, dan waktu (Bomar, 2004). Menurut Ratna (2010) dukungan dari
keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika menghadapi masalah
(kesehatan) dan sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dimana
pandangan hidup menjadi luas, dan tidak mudah putus asa. Dukungan keluarga
sangat diperlukan dalam perawatan klien, dapat membantu menurunkan
kecemasan klien, meningkatkan semangat hidup dan komitmen klien untuk tetap
menjalani pengobatan kemoterapi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mendapatkan pengalaman
nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada NY.R dengan CA MAMAE
menggunakan proses keperawatan .

5
2. Tujuan Khusus
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam :
a. Melakukan pengumpulan data pada klien dengan CA MAMAE.
b. Melakukan analisa data klien dengan CA MAMAE untuk merumuskan diagnosa
keperawatan.
c. Membuat rencana keperawatan pada klien dengan CA MAMAE untuk dilakukan
tindakan keperawatan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CA MAMAE sesuai
rencana keperawatan yang telah disusun.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada klien dengan CA MAMAE dengan
menggunakan SOAP.
f. Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara metode teori dan kasus nyata serta
penyelesaian alternatif masalah klien dengan CA MAMAE .
g. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat.

C. Ruang Lingkup
Makalah ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada NY.R dengan CA
MAMAE Di Lt.V Paviliun Eri sadewo RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto
yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 04 sampai dengan 06 maret 2019
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah :
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus limfoma
non hodkins teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang
digunakan adalah data primer didapat langsung dari klien, sedangkan data
sekunder diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, asuhan keperawatan yang
terdapat dari rekam medik.
2. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber dan internet yang berhubungan
dengan pelaksanaan asuhan keperawatan Ca mamae.

E. Sistematika Penulisan

6
Adapun sistematika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari lima bab yang meliputi:
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang
lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua : Tinjauan teori yang
terdiri dari pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab tiga : Tinjauan kasus
terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Bab empat : Pembahasan yang di mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi antara teori dan kasus nyata
kemudian dicari penyebabnya. Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran untuk klien dan keluarga, untuk perawat ruangan, untuk mahasiswa lainnya
yang akan melakukan asuhan keperawatan.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Carsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mamae dimana sel sel abnormal timbul dari sel sel normal ,berkembang biak
dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah .(sudoyo aru ,2015)
Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda .pada akhirnya sel sel ini membentuk benjolan kanker
tidak terkontrol .maka sel sel kanker bisa bermetastase pada bagian tubuh lain
.metastase biasa pada kelenjar getah bening ,ketiak maupun diatas tulang
belikat ,selain itu sel sel kanker bisa bersarang di tulang ,paru,hati,kulit,dan
dibawah kulit .(erik T ,2009)
Carsinoma mamae merupakan suatu penyakit yang ganas dan berasal dari
kelompok parencygma .merupakan salah satu tumor ganas yang tumbuh
dalam jaringan payudara bisa mulai dari kelenjar susu ,jaringan lemak
maupun jaringan ikat payudara.(wilkins, 2011)
Kesimpulan carsinoma mamae adalah merupakan keganasan pada jaringan
payudara yang dapat beraal dari epitelnya maupun lobulusnya .

B. Patofisiologi
1. Etiologi
penyebab kanker payudara belum dapat ditentukan tetapi terdapat dua
faktor resiko yang telah ditetapkan keduanya adalah lingkungan dan
genetik .kanker payudara memperlihatkan poliferasi keganasan sel epitel
yang membatasi duktus dan lobulus payudara .pada awalnya hanya
terdapat hyperplasia sel dengan perkembangan sel sel yang tipikal
kemudian dapat menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stoma kanker
membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi
massa .hormon streoid yang di hasilkan ovarium juga berperan dalam
pembentukan kanker payudara .(brunner and suddart)
2. Patofisiologi
Sel sel kanker dibentuk dari sel sel normal dalam suatu proses rumit yang
disebut transfomasi yang terdiri dari tahap insiasi dan tahap promosi .

8
a. fase insiasi
pada tahap insiasi terjadi suatu tahap perubahan dalam bahan genetik
sel yang memancing sel menjadi ganas .perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen disebut karsinogen .yang
bisa berupa bahan kima,virus,radiasi,atau sinar matahari,tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen .bahkan
ganggguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka
untuk mengalami suatu keganasan .
b. fase promosi
pada tahap promosi ,suatu sel yang telah mengalami insisi akan
bertambah menjadi ganas .sel yang belum melewati insiasi akan
berubah menjadi ganas .sel yang belum melewati insiasi tidak akan
terpengaruhi oleh promosi .karena itu diperlukan beberap faktor untuk
terjadinya keganasan ,penyebab pasti belum diketahui namun ada
beberapa teori menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada
mamae yaitu :
-virus,inviasi yang diduga pada air susu ibu menyebabkan ada massa
abnormal pada sel yang mengalami poliferasi .
-genetik bersifat herediter
-defisiensi imun ,terutama limfosit T menyebabkan penurunan
produksi interferon yang berfungsi menghambat terjadinya poliferasi
sel dan jaringan kanker meningkatkan aktivitas anti tumor .

3. Manifestasi klinis
Tanda carsinoma mamae mempunyai ciri fisik yang khas mirip pada
tumor jinak .massa lunak,batas tegas ,mobila berbentuk bulat dan elips
.gejala carsinoma kadang tak nyeri,kadang nyeri ,adanya keluaran dari
puting susu ,puting eritma,mengeras,asimetrik,inversi,gejala lain ,nyeri
tulang, berat badan menurun ,dapat sebagai petunjuk metastase carsinoma
.

4. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini terjadi
jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi umum

9
tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem limfe
diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih fungsi
mereka.
Metastasis di parenkhim paru pada rontgenologis memperlihatkan
gambaran coin lesionyang multiple dengan ukuran yang bermacam-
macam. Metastatis ini seperti pula mengenai pleura yang dapat
mengakibatkan pleural effusion.
 Metastatis ketulang vertebra akan terlihat pada gambaran rontgenologis
sebagai gambaran obteolitik/destruk, yang dapat pula menimbulkan
fraktur patologis berupa fraktur kompresi.

1.       Metastatis melalui sistem vena :


Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem vena, akan menyebabkan
terjadinya metastatis ke paru-paru dan organ-organ lain. Akan tetapi
dapat pula terjadi metastasis ke vertebra secara langsung, melalui vena-
vena kecil yang bermura ke v. interkostalis, dimana v. interkostalis ini
akan bermuara ke dalam vertebralis. V. Mammaria interna merupakan
jalan utama metastatis tumor ganas payudara ke paru-paru melalui sistem
vena.

2.       Metastatis tumor ganas payudara melalui sistem limfe :


Metastatis melalui sistem limfe ini pertama kali akan mengenai kelenjar
getah bening regional.
a.    Metastatis utama karsinoma mamma melalui limfe adalah ke kelenjar
getah bening aksila. Pada stadium tertentu, biasanya kelenjar aksila inilah
yang terkena.

b.   Metastatis ke kelenjar getah bening sentral (Central nodes) kelenjar


getah bening sentral ini merupakan kelenjar getah bening yang tersering
terkena metastatis. Menurut beberapa penyelidikan, hampir 90%
metastatis kekelenjar aksila adalah kekelenjar getah bening sentral.

10
c.    Metastasis kekelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)

d.   Metastasis ke kelenjar getah bening sub klavikula

e.   Metastatsis kekelenjar getah bening mammaria eksterna. Metastasis


ke kelenjar getah bening ini adalah paling jarang terjadi dibanding dengan
kelenjar-kelenjar getah bening aksila lainnya.

f.     Metastatsis kekelenjar getah bening aksila kontralateral. Jalan


metastatsis ke kelenjar getah bening kontralateral sampai saat ini belum
jelas. Bila metastatasis tersebut melalui saluran limfe kulit, sebelum
sampai ke aksila akan mengenai payudara kontralateral lebih dulu.
Padahal pernah ditemukan kasus dengan Metastasis ke kelenjar aksila
kontra lateral tanpa Metastasis ke payudara kontralateral. Diduga jalan
metastasis tersebut melalui deep lymphatic fascial plexus dibawah
payudara kontralateral, melalui kolateral limfatik.

g.    Metastatsis kekelenjar getah bening supraklavikula


Bila Metastasis karsinoma mamma telah sampai kekelenjar getah bening
subklavikula, ini berarti bahwa metastasis tinggal 3-4 cm dari grand
central limfatik terminus yang terletak dekat pertemuan v. subklavikula
dan v. jugularis interna. Bila sentinel nodes yang terletak disekitar grand
central limftik terminus telah terkena metastasis, dapat terjadi statis aliran
limfe, sehingga bisa terjadi aliran membalik, menuju kekelenjar getah
bening supraklavikula, dan terjadi metastasis kekelenjar tersebut.
Penyebaran ini disebut sebagai penyebaran tidak langsung. Dapat pula
terjadi penyebaran ke kelenjar subklavikula secara langsung ke kelenjar
subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.

h.   Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna


Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna ternyata lebih
sering dari yang di duga. Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di

11
sentral dan kwadran medial. Dan biasanya terjadi setelah Metastasis ke
aksila.
i.       Metastasis ke hepar
Selain melalui sistem vena, ternyata dapat terjadi karsinoma mamma ke
hepar melalui sistem limfe. Keadaan ini terjadi bila tumor terletak ditepi
bagian bawah payudara. Metastasis melalui sistem limfe yang jalan
bersama-sama vasa epigastrika superior. Bila terjadi Metastasis ke
kelenjar preperikardial, akan terjadi stasis aliran limfe, dan terjadi aliran
balik limfe ke hepar, dan terjadi metastasis ke hepar.

C. Klasifikasi
  Klasifikasi TNM Ca Mamae
1. Tumor primer (T)
a. Tx   : Tumor primer tidak dapat ditentukan

b.To   : Tidak terbukti adanya tumor primer

c. Tis   : - Kanker in situpaget dis pada papila tanpa teraba tumor


- kanker intraduktal atau lobuler insitu
- penyakit raget pada papila tanpa teraba tumor

d.T1   : Tumor < 2 cm


- T1a : Tumor < 0,5 cm
- T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
- T1c : Tumor 1 – 2 cm

e.T2   : Tumor 2 – 5 cm

f.  T3   : Tumor diatas 5 cm

g. T4   : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding


thorax atau kulit.

12
Dinding dada termasuk kosta, otot interkosta, otot seratus anterior, tidak
termasuk otot pektoralis
-    T4a             : Melekat pada dinding dada
-    T4b             : Edema kulit, ulkus, peau d’orange, nodul satelit pada daerah
payudara yang sama
-    T4c             : T4a dan T4b     
-    T4d             : karsinoma inflamatoris mastitis karsinomatosis

2. Nodus limfe regional (N)


a.    Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b.   N0 : Tidak teraba kelenjar aksila
c.    N1 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat.
d.   N2 : Teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang melekat satu
sama lainatau melekat pada jaringan sekitarnya.
e.   N3 : Terdapat pembesaran kelenjar mamaria interna homolateral

3. Metastas jauh (M)


a.    Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b.   M0 : Tidak ada metastase jauh
c.    M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

G.     Penentuan Stadium Ca Mamae


a. Stadium 0         : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada
tempatnya didalam payudara yang normal.
b. Stadium I          : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum
menyebar keluar payudara.
c. Stadium IIa       : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak.

d. Stadium IIb      : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.
e. Stadium IIIa     : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain.

13
f. Stadium IIIb      : tumor telah menyusup  keluar payudara, yaitu ke dalam
kulit payudara atau dinding dada.
g. Stadium IV       : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan
dinding dada.

D. Penatalaksanaan
1.    Pembedahan
a. Mastektomi parsial (eksisi tumor lokal dan penyinaran)
Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental (pengangkatan
jaringan yang luas dengan kulit yang terkena) sampai kuadranektomi
(pengangkatan seperempat payudara), pengangkatan atau pengambilan
contoh jaringan dari kelenjar limfe aksila untuk penentuan stadium; radiasi
dosis tinggi mutlak perlu (5000-6000 rad).

b.Mastektomi total
Dengan diseksi aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe
dilateral otocpectoralis minor.

c. Mastektomi radikal yang dimodifikasi


Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksila

d.Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis mayor dan minor dibawahnya, seluruh isi
aksila.

e.Mastektomi radikal yang diperluas


Sama seperti mastektomi radikal ditambah dengan kelenjar limfe mamaria
interna.
2.    Non pembedahan
a. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada
kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe
,aksila, kekambuhan tumor local atau regional setelah mastektomi.

14
b.Kemoterapi
Adjuvan sistematik setelah mastektomi; paliatif pada penyakit yang lanjut.

c.Terapi hormon dan endokrin


Kanker yang telah menyebar, memakai estrogen, androgen, antiestrogen,
coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 –
1600)

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium :
a.    Morfologi sel darah
b.   Laju endap darah
c.    Tes faal hati
d.   Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
e.   Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar spontan dari putting payudara, cairan kista atau cairan yang keluar dari
ekskoriasi

2. Mammagrafi
Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi secara
dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk mendeteksi kanker
yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal. Mammografi pada
masa menopause kurang bermanfaat karean gambaran kanker diantara
jaringan kelenjar kurang tampak.

3. Ultrasonografi
Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat pada
mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor sulit dengan
kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

15
Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae atau
mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas karena
peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.

5. Xerodiography
Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara pembuluh-
pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan peningkatan sirkulasi
sekitar sisi tumor.

6. Biopsi
Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau ganas,
dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa definitif terhadap
massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan dan seleksi terapi.

7. CT. Scan
Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ
lain

8. Pemeriksaan hematologi
Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada peredaran darah
dengan sendimental dan sentrifugis darah.

F. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan kanker payudara menurut Sudoyo Aru (2015),
Doenges, Marilynn E (2000) diperoleh data sebagai berikut:

1.    Aktifitas/istirahat:
Gejala: kerja, aktifitas yang melibatkan banyak gerakan tangan/pengulangan,
pola tidur (contoh, tidur tengkurap).

2.    Sirkulasi
Tanda: kongestif unilateral pada lengan yang terkena (sistem limfe).

3.    Makanan/cairan

16
Gejala: kehilangan nafsu makan, adanya penurunan berat badan.

4.    Integritas Ego
Gejala: stresor konstan dalam pekerjaan/pola di rumah. Stres/takut tentang
diagnosa,prognosis, harapan yang akan datang.

5.    Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri pada penyakit yang luas/metastatik (nyeri lokal jarang terjadi
pada keganasan dini). Beberapa pengalaman ketidaknyamanan atau perasaan
lucu pada jaringan payudara. Payudara berat, nyeri sebelum menstruasi
biasanya mengindikasikan penyakit fibrokistik.

6.    Keamanan
Tanda: massa nodul aksila. Edema, eritema pada kulit sekitar.

7.    Seksualitas
Gejala: adanya benjolan payudara, perubahan pada ukuran dan kesimetrisan
payudara.
Perubahan pada warna kulit payudara atau suhu, rabas puting yang tak
biasanya, gatal, rasa terbakar atau puting meregang. Riwayat menarke dini
(lebih muda dari usia 12 tahun), menopause lambat (setelah 50 tahun),
kehamilan pertama lambat (setelah usia 35 tahun). Masalah tentang
seksualitas/keintiman.
Tanda: perubahan pada kontur/massa payudara, asimetris. Kulit cekung,
berkerut, perubahan pada warna/tekstur kulit, pembengkakan, kemerahan
atau panas pada payudara. Puting retraksi, rabas dari puting (serosa,
serosangiosa, sangiosa, rabas berair meningkatkan kemungkinan kanker,
khususnya bila disertai benjolan).

8.    Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kanker dalam keluarga (ibu, saudara wanita, bibi dari ibu atau
nenek). Kanker unilateral sebelumnya kanker endometrial atau ovarium.

17
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari maslaah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual atau potensial . (sudoyo aru ,2015)

1. nyeri b.d masa tumor


2. cemas b.d perubahan gambaran tubuh
3. kerusakan integritas jaringan b.d insektomi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme ke jaringan

H. Intervensi
dx.nyeri b.d penekanan masa tumor
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang
Kh : 1.klien mampu mengontrol nyeri
2.klien mengataka merasa nyaman
Intervensi : 1.kaji skala nyeri
2.relaksasi nafas dalam
3.beri terapi analgetik

dx.cemas b.d perubahan gambaran tubuh


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan cemas berkurang .
Kh :1.klien tampak tenang
2.vital sign dalam batas normal
Intervensi : 1.beri edukasi
2.pantau ttv
3. jelaskan semua prosedur

dx.kerusakan integritas jaringan b.d insektomi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan integritas kulit membaik

18
Kh : 1.perfusi jaringan baik
2.kelembapan kulit terjaga
Intervensi :1.kaji daerah operasi
2.tempatkan posisi semifowler
3. anjurkan pakai pakaian longgar
4.jangan lakukan injeksi di bagian luka

dx.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhuan tubuh b.d


hiperbetabolisme ke jaringan
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nutrisi dapat membaik
Kh:1.tidak ada malnutrisi
2.tidak ada penurunan bb
Intervensi :1.kaji pola makan
2.timbang bb/minggu
3.beri diit sesuai program

I. Implementasi
Implementasi adalah tahap ketika petrawata mengaplikasikan rencana asuhan

keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien

mencapai tujuan yang teklah ditetapkan. Kemampuan yang harus dimiliki

perawatan pada tahap implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,

kemapuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan saling bantu,

kemampuan melakukan teknik psikomotor, kemampuan melakukan observasi

sistematis, kemapuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi

dan kemampuan evaluasi. ( Asmadi, 2008).

Dalam tahap pelaksanaan, dilaksanakan sesuai renana keperawatan, aspek bio-

psiko-spiritual, menjelaskan tindakan setiap yang akan dilakukan kepada klien,

sesuai dengan waktu yang telah dilakukan, menerapkan teknik aseptik dan

antiseptik agar tidak terjadi infeksi, mengutamakan keselamatan pasien, dengan

19
prinsip aman, nyaman dan privacy, melaksanakan perbaikan tindakan

berdasarkan respon pasien dan berpedoman pada prosedur yang sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP ).

J.Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan

secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan

lainnya.jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien

bisa keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk

kembali kedalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang ( reassessment ).

Evaluasi terbagi ataus dua jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan

keperawatan, Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan dengan ca
mamae yang di rawat di lt.v paviliun eri sadewo rs kepresidenan rspad gatot
soebroto selama 3 hari yang menggunakan pendekatan keperawatan meliputi
pengkajian,diagnosa,perencanaan,pelaksanaan dan ealuasi .

A. Pengkajian
pengkajian dilakukan pada tanggal 4 maret 2019 ,klien masuk rumah
sakit 3 maret 2019 di lt .v paviliun eri sadewo rspad gatot soebroto
dengan no register 358231 dengan diagnosa ca mamae residif .
1. Identitas
Nama klien ruminah ,tanggal lahir 06-12-1968,jenis kelamin
perempuan.status perkawinan menikah .agama islam . suku bangsa
betaawi.pekerjaan klien ibu rumah tangga .alamat gang masjid cisalak
rt.006/005 cisalak ,depok .
B. Riwayat keperawatan
a. riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama klien adanya benjolan di lengan kanan klien
kurang lebih 2 bulan .faktor pencetus ca mamae.timbulnya
bertahap .upaya klien adalah menimum obat capecitabine 1000mg
untuk menghambat pertumbuhan sel.
b. Riwayat kesehatan lalu
Klien tidak memiliki alergi.klien tidak ada riwayat kecelakaan
.klien pernah mengalami perawatan pada 17-08-2017 untuk
op.mamae dan pada 06-09-2018 untuk operasi kelenjar di axilla.

c. Riwayat kesehatan keluarga

21
x x x x

x
x x x

x x

40 x x
9
8
53
8
8

Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan : Menikah
: Meninggal : Tinggal satu rumah

d. Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan keluarga ada riwayat penyakit hipertensi dan
jantung dari ibunya .
e. Riwayat psikososial dan spriritual
Pola komunikasinklien dengan keluarga baik .pembuat keputusan
adalah suami dan klien .klien aktif dalam bidang
kemasyarakatan .dampak penyakit terhadap keluarganya adalah
klien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya karena nyeri .upya
klien mengatasi stress adalah dengan pemecahan masalah ,tidur
dan cari pertolongan .saat ini klien ingin segera sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasa .
f. Pola kebisaan
Frekuensi makan klien 3x sehari .nafsu makan klien tidak baik
saat dirumah sakit karena mual . klien mendapat makanan diit bias
1700kkal/hari .tidak ada alergi atau pantangan makanan .pola
eliminasi baik .BAK klien sesudah sakit menggunakan kateter
folley no.18 urine berwarna kuning jernih .BAB normal .personal

22
hygiene klien normal sebelum dan sesudah sakit .pola istirahat
klien normal .

C. Pengkajian fisik
a.bb klien 35 kg ,sebelum sakit 45 kg .tinggi badan 150 cm.tekanan
darah 130/82 mmhg .nadi 91x/mnt.rr 21x/mnt.suhu 36 .keadaan
umum ringan .dan tidak terdapat kelenjar getah bening .
b.sistem pengelihatan
posisi mata simetris .kelopak dan pergerakan mata normal
.konjungtiva anemis . kornea normal .sklera anikterik.pupil isokor .
tidak ada kelainan mata dan tanda radang.menggunakan kacamata
hipermetropi .
c.sistem pendengaran
daun telinga normal .kondisi telinga normal .tidak ada serumen .tidak
ada tinitus.pendengaran normal .tidak ada gangguan keseimbangan
.dan tidak memakai alat bantu dengar .
d.sistem wicara
sistem wicara klien normal tidak ada kelainan .
e. sistem pernafasan
jalan nafas bersih tidak ada sesak .frekuensi 21x/mnt .irama teratur
jenis pernafasan spontan .nafas dangkal .tidak add batuk dan
sputum .dada simetris dan suara nafas vesikuler tidak ada nyeri saat
bernafas dan tidak menggunakan alat bantu nafas .
f. sistem kardiovaskuler
irama jantung teratur dan dnyut nadi cepat kuat .tekanan darah
130/82mmhg .tidak ada distensi vena jugularis .temperatur kulit
hangat .warna kulit pucat.tidak ada edema .
g.sistem hematologi
kulit pucat dan tidak ada perdarahan .
h.sistem pencernaan
tidak ada caries di gigi ,tidak menggunakan gigi palsu .lidah tidak
kotor . saliva normal.tidak ada muntah.tidak ada nyeri abdomen
.bising usus 15x/mnt .tidak ada diare .feses setengah padat warna
coklat .tidak ada konstipasi.abdomen terasa lembek .

23
i.sistem saraf pusat
kesadaran composmentis .GCS 15 .tidak ada TIK.reflek fisiologis
dan patologis normal .
j.sistem urogenitas
balance cairan intake 3800cc dan output 3000cc/24jam.bak
kuning.tidak terjadi distensi kandung kemih.
h.sistem integumen
turgor kulit baik.warna kulit pucat.terdapat luka insisi operasi di
lengan kanan 5 cm tidak ada rembesan kondisi luka baik .
i.sistem muskoloskeletal
klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam pergerakan tidak
terasa sakit pada tulang ,maupun raktur.keadaan tonus dan
kekuatan baik .

D. Data penunjang
1. foto thorax 19-02-2019
kesan :efusi pleura
2. hasil lab
HB :9.9 g/dl
Albumin :3.8 g/dl

E. Penatalaksanaan
1. diit MB 1700kkal
2. infus rl 20tpm 1500cc/24jam
3. cefriaxon 2x1gr IV/12jam
4. amplodipine 1x1gr IV/24jam
5. ranitidine 2x50mg IV/12jam

F. Resume
Klien masuk ruang perawatan lt.v paviliun eri sadewo tanggal 3 maret
2019 melalui poli bedah dengan keluhan ada benjolan di lengan kanan
.sebelumnya klien sudah pernah operasi pengangkatan ca mamae
.sebelumnya klien merupakan pasien rawat jalan dan sudah melakukan
foto thoraks dengan kesan efusi pleura .setelah dilakukan pengecekan

24
td:130/82mmhg ,n:91x/mnt ,rr :21x/mnt,s:36 .di dapatkan masalah
sesudah operasi pada tanggal 04 maret 2019.infeksi b.d tindakan
invasif .defisit nutrisi b.d mual.gangguan integritas kulit b.d kelembapan .
klien mengatakan balutan luka belum diganti sejak operasi ,perban
tampak kotor dan adasedikit rembesan .terdapat luka post op di lengan
kanan 5cm.terpasang infus rl 20 tpm di tangan kiri .klien tampak lemah
.terapi obat ranitidine 2x50mg.cefriaxon 1x1 gr.amplodipine 1x1 gr .saat
ini klien kembali ke ruang perawatan untuk pemulihan .

G. Data fokus
Data subyektif : klien mengatakan sedikit mual setelah operasi .klien
memiliki bekas luka operasi di lengan kanan 5cm .dan klien mengatakan
perbannya belum diganti sejak operasi.klien mengatakan tidak nyaman
dengan pemasangan infusnya karena bengkak dan sakit .
Data Obyektif : keadaan klien composmentis.TTV.TD 130/82mmhg .N
91x/mnt .S 37.Rr 21x/mnt.terpasang infus rl 20tpm 1500cc/24jam di
tangan kiri dan terdapat bengkak dan sakit.tampak porsi makan klien
habis ½ porsi .bb saat ini 35 kg .bb dahulu 45 kg dengan tinggi badan 150
cm .terpasang kateter no.16 .terdapat perban luka tampak kotor di lengan
kanan ada sedikit rembesan .klien tampak cemas.mendapat terapi
cefriaxon 2x1gr IV ,amplodiphine 1x1gr IV .ranitidine 2x50mg IV .hasil
lab : Hb 9,9 g/dl .albumin 3.2 g/dl .leukosit 11380 .

H. Analisa data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS :Klien mengatakan tidak nyaman Aktual terjadinya Tindakan
Infeksi invasif
dengan area pemasangan infus
karena bengkak dan sakit .
DO :
1. Terpasang infus rl 20tpm
1500cc/24 jam di tangan
kanan terdapat bengkak dan
sakit .

25
2. Terpasang kateter folley
no.16
3. Hasil lab :leukosit 11380
2. DS : klien memiliki luka di lengan Gangguan integritas kelembapan
kulit
kanan nya .
DO :
1. Terdapat luka bekas operasi
di lengan kanannya sekitar
5cm.
2. Perban tampak kotor dan ada
sedikit rembesan .
3. Turgor kulit elastik
3. DS :Klien mengatakan mual setiap Gangguan Pertumbuhan
habis makan . ketidakseimbangan sel tidak
DO : nutrisi kurang dari normal
1. kesadaran composmentis . kebutuhan tubuh
2. TTV.TD 130/82 mmhg .N
91x/mnt .S 37.Rr 21x/mnt .
3. Tampak porsi makan habis ½
porsi .
4. BB saat ini 35 kg
BB dulu 45 kg
TB 150cm
IMT : 35/1.502=15.5
5. Hasil lab :
HB : 9.9 g/dl
Albumin : 3.2 g/dl

I. Diagnosa keperawatan
1. aktual terjadinya infeksi b.d tindakan invasif.
2. gangguan intergritas kulit/jaringan b.d kelembapan.
3. gangguan ketidakseimbangan nutrisi b.d pertumbuhan sel tidak
normal.

26
J. Intervensi,Implementasi,evaluasi

Dx.1 Aktual terjadinya infeksi b.d tindakan invasif


Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapakan infeksi tidak terjadi .
Kh : 1.Tidak ada tanda infeksi
2.Tidak terjadi plebitis
3.Leukosit dalam batas normal.
Intervensi : 1.Kaji tanda infeksi
2.Pertahankan tekhnik aseptik
3.Ganti letak IV perifer
4.Lepas kateter apabila terdapat tanda infeksi

Implementasi :
Senin ,4 maret 2019
Pada pukul 10.00 wib mengkaji tanda infeksi ,hasil : terdapat tanda
infeksi di daerah pemasangan infus seperti kemerahan,sakit,dan
bengkak .pukul 12.00 wib memberi injeksi cefriaxon 1x1 gr IV ,hasil :
obat masuk tidak ada tanda tanda alergi .pukul 24.00 wib memberi injeksi
obat cefriaxon 1x1gr IV ,Hasil : obat masuk tidak ada tanda alergi .

Selasa ,5 maret 2019


Pada pukul 10.00 wib mengkaji tanda infeksi ,hasil : terdapat tanda
infeksi di daerah pemasangan infus seperti kemerahan,sakit,dan bengkak
.pukul 12.00 wib memberi injeksi cefriaxon 1x1 gr IV ,hasil : obat masuk
tidak ada tanda tanda alergi . pukul 13.00 wib memindahkan letak IV
perifer ke tangan kiri ,hasil infus terpindah ke tangan kiri .pukul 24.00
wib memberi injeksi obat cefriaxon 1x1gr IV ,Hasil : obat masuk tidak
ada tanda alergi .

Rabu ,6 maret 2019

27
Pada pukul 10.00 wib mengkaji tanda infeksi ,hasil : sudah tidak terdapat
tanda infeksi .pukul 12.00 wib memberi injeksi cefriaxon 1x1 gr IV ,hasil
: obat masuk tidak ada tanda tanda alergi .pukul 16.00 wib melakukan
pelepasan kateter ,hasil : kateter di lepas tidak ada tanda infeksi . pukul
24.00 wib memberi injeksi obat cefriaxon 1x1gr IV ,Hasil : obat masuk
tidak ada tanda alergi .

Evaluasi
Kamis ,7 maret 2019
S : klien mengatakan tangannya sudah tidak ada bengkak dan sakit lagi di
daerah pemasangan infus .
A : tujuan belum tercapai ,masalah belum teratasi .
O : Infus dilepas .kateter di lepas tidak ada tanda infeksi . hasil leukosit
1100 .
P : Hentikan tindakan keperawatan (pasien pulang )

Dx.2 Gangguan Integritas kulit/jaringan b.d kelembapan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan intergritas kulit membaik dan terjadi proses penyembuhan luka .
Kh . 1. Intergritas kulit baik
2.terjadi proses penyembuhan luka
Intervensi : 1. anjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar
2.observasi daerah luka klien
3.lakukan perawatan luka dengan tekhnik steril
4.beri posisi agar tidak terjadi tekanan pada daerah luka .

Implementasi
Senin ,4 maret 2019
Pada pukul 10.00 menganjurkanklien untuk menggunakan pakaian
longgar ,hasil : klien memahami dan mengikuti anjuran .pukul 12.00wib
mengobservasi daerah luka klien ,hasil :daerah luka klien tampak belum
ada rembesan dan perban masih tampak bersih . pukul 16.00 wib

28
memberi posisi untuk klien agar tidak terjadi tekanan pada luka ,hasil :
posisi klien supine .

Selasa ,5 maret 2019


Pada pukul 10.00 menganjurkanklien untuk menggunakan pakaian
longgar ,hasil : klien memahami dan mengikuti anjuran .pukul 12.00wib
mengobservasi daerah luka klien ,hasil :daerah luka klien tampak belum
ada rembesan dan perban masih tampak bersih . pukul 16.00 wib
memberi posisi untuk klien agar tidak terjadi tekanan pada luka ,hasil :
posisi klien Sim .

Rabu ,6 maret 2019


Pada pukul 10.00 menganjurkanklien untuk menggunakan pakaian
longgar ,hasil : klien memahami dan mengikuti anjuran .pukul 12.00wib
mengobservasi daerah luka klien ,hasil :daerah luka klien tampak ada
sedikit rembesan dan perban masih tampak kotor . pukul 14.00 wib
mengganti balutan luka klien ,hasil : luka klien bersih tidak terdapat
tanda infeksi . pukul 16.00 wib memberi posisi untuk klien agar tidak
terjadi tekanan pada luka ,hasil : posisi klien supine .

Evaluasi
Kamis,7 maret 2019
S:Klien mengatakan lebih nyaman karena balutan lukanya sudah di ganti
dan perbannya bersih .
O: Luka klien bersih sudah tidak ada rembesan .perban di ganti .klien
tampak lebih nyaman .
A:tujuan tercapai masalah teratasi .
P: hentikan tindakan (pasien pulang )

Dx.3 Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d


pertumbuhan sel tidak normal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan nutrisis terpenuhi dan ada kenaikan berat badan .

29
Kh .1.tidak ada mual
2.BB meningkat 1-2 kg /minggu
3.HB dan Albumin dalam batas normal
Intervensi: 1. Kaji porsi makan klien
2. Kaji mual muntah
3. Timbang BB berkala/minngu
4. TTV /shift
5. Anjurkan tambahan makanan
Implementasi
Senin ,4 maret 2019
Pada pukul 10.00 wib mengkaji porsi makan klien ,hasil : porsi makan klien
habis ¼ porsi .pukul 11.00 wib mengkaji mual muntah pada klien ,hasil :
terdapat mual tetapi tidak ada muntah . pukul 12.00 wib memberi injeksi obat
ranitidine 2x50 mg ,hasil : obat masuk tidak ada alergi . pukul 13.00 wib
menimbang bb klien,hasil : bb 35kg .pukul 14.00 memonitor hasil ttv klien
,hasil TD 130/90 mmhg ,N 81x/mnt ,s 36,rr 20x/mnt .pukul 20.00 wib
memonitor TTV klien ,Hasil TD 140/80 mmhr ,N 90x/mnt ,s 37 ,rr 21x/mnt
.pukul 24.00 wib memberi injeksi obat ranitidine 2x50mg IV ,hasil : obat
masuk tidak ada alergi.

Selasa ,5 maret 2019


Pada pukul 08.00 wib memonitor TTV klien ,hasil : TD 130/90 mmhg ,N
92x/mnt s 36 ,rr 21x/mnt .pukul10.00 wib mengkaji porsi makan klien ,hasil :
porsi makan klien habis ½ porsi .pukul 11.00 wib mengkaji mual muntah pada
klien ,hasil : terdapat mual tetapi tidak ada muntah . pukul 12.00 wib memberi
injeksi obat ranitidine 2x50 mg ,hasil : obat masuk tidak ada alergi .pukul
12.30 mengkaji porsi makan klien ,hasil posi makan habis ½ porsi pukul 13.00
wib menimbang bb klien,hasil : bb 35kg .pukul 14.00 memonitor hasil ttv klien
,hasil TD 130/90 mmhg ,N 81x/mnt ,s 36,rr 20x/mnt .pukul 19.00 wib
mengkaji porsi makan klien ,hasil : porsi makan klien habis ½ porsi .pukul
20.00 wib memonitor TTV klien ,Hasil TD 140/80 mmhr ,N 90x/mnt ,s 37 ,rr
21x/mnt .pukul 24.00 wib memberi injeksi obat ranitidine 2x50mg IV ,hasil :
obat masuk tidak ada alergi.

30
Rabu,6 maret 2019
Pada pukul 08.00 wib memonitor TTV klien ,hasil : TD 120/90 mmhg ,N
90x/mnt s 36 ,rr 21x/mnt .pukul10.00 wib mengkaji porsi makan klien ,hasil :
porsi makan klien habis 3/4 porsi .pukul 11.00 wib mengkaji mual muntah
pada klien ,hasil : sudah tidak ada mual muntah . pukul 12.00 wib memberi
injeksi obat ranitidine 2x50 mg ,hasil : obat masuk tidak ada alergi .pukul
12.30 mengkaji porsi makan klien ,hasil porsi makan habis ¾ porsi pukul
13.00 wib menimbang bb klien,hasil : bb 35kg .pukul 14.00 memonitor hasil
ttv klien ,hasil TD 130/90 mmhg ,N 81x/mnt ,s 36,rr 20x/mnt .pukul 19.00 wib
mengkaji porsi makan klien ,hasil : porsi makan klien habis ½ porsi .pukul
20.00 wib memonitor TTV klien ,Hasil TD 140/80 mmhr ,N 90x/mnt ,s 37 ,rr
21x/mnt .pukul 24.00 wib memberi injeksi obat ranitidine 2x50mg IV ,hasil :
obat masuk tidak ada alergi.

Evaluasi
Kamis ,7 maret 2019
S: Klien mengatakan sudah tidak ada mual dan sudah menghabiskan porsi
makan ¾ porsi.
O : Porsi makan klien habis ¾ porsi .tidak ada mual .meminum susu tambahan
2 gelas/hari .HB 10.1 g/dl .Albumin 3.4 g/dl .BB 35 kg .
A: tujuan belum tercapai masalah belum teratasi .
P:Lanjutkan tindakan keperawatan (no.3 dan no.5)

BAB IV
PEMBAHASAN

31
Pada pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus,
faktor penunjang dan penghambat dari pengkajian, diagnosa keperwatan, intervensi
( perencanaan ), implementasi ( pelaksanaan ) dan evaluasi.

A. PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Pada teori, pada pengkajian ditemukan adanya keluhan nyeri,benjolan lunak atau
padat,asimetri dan adanya keluaran dari puting susu,mual,muntah . pada kasus tidak
ditemukan data-data seperti pada di teori karena pada kasus klien sudah mengalami
pengangkatan ca.mamae hanya terdapat mual dan pada saat dilakukan pengkajian
klien sedang mendapatkan tindakan medis untuk mengatasi keluhan klien.
Pada teori dilakukan 7 pemeriksaan diagnostik scan,biopsi,penanda
tumor,mammografi,sinar x dada,usg payudara ,darah lengkap. sedangkan pada kasus
hanya dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan thorax karena dari tanda dan gejala
yang ditemukan dari klien sudah menunjang untuk mendiagnosis ca mamae.
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan. Faktor
penunjang saat penulis melakukan pengkajian karena klien sangat kooperatif serta
kerjasama yang baik antar mahasiswa, perawat ruangan dan klien juga keluarga,
sehingga dapat memberikan informasi kepada penulis.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 4 ( empat ) diagnosa keperawatan
sedangkan pada kasus ditemukan 3 ( tiga ) diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah sebagai berikut :
1. Aktual terjadinya infksi b.d tindakan invasf.

2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d kelembapan.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d pertumbuhan sel
tidak normal .

Sedangkan diagnosa yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus ialah :
1. nyeri b.d masa tumor
2. cemas b.d perubahan gambaran tubuh

32
3. kerusakan integritas jaringan b.d insektomi
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
hipermetabolisme ke jaringan
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu klien yang sangat
kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang
memberikan arahan dan informasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga
penulis tidak menemukan hambatan dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

C. INTERVENSI ( PERENCANAAN )
Prioritas masalah antara teori dan kasus terdapat kesenjangan, masalah yang penulis
prioritaskan pertama yaitu aktual terjadinya infeksi b.d tindakan invasif .
Diagnosa ini diangkat karena pada data kasus di temukan tanda tanda infeksi di area
pemasangan infus seperti kemerahan ,bengkak dan sakit . Prioritas kedua yaitu
gangguan intergritas kulit/jaringan b.d kelembapan . diagnosa ini diangkat karena
pada kasus di temukan klien memiliki balutan luka di lengan kanan ditutup perban
post op .Prioritas ketiga yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b.d
pertumbuhan sel yang tidak normal diagnosa ini diangkat karena merupakan
kebutuhan yg harus di penuhi .
Pada penetapan tujuan ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus. Pada
teori tidak ada batasan waktu dalam mengatasi masalah sedangkan pada kasus
penulis menetapkan batasan waktu 3 x 24 jam karena penulis diberikan kesempatan
memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, hal ini berdampak pula pada
penetapan kriteria yang disesuaikan dengan waktu yang diberikan dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada perencanaan, tidak semua perencanaan pada
teori ditulis pada kasus karena disesuaikan dengan kondisi klien pada saat itu.
Perencanaan pada kasus sudah dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable,
Achievable, Realistic, Time) serta sudah disusun secara sistematis (dari tindakan
mandiri sampai kolaborasi) dan operasional agar memudahkan dalam penulisan
evaluasi, sedangkan pada teori tidak dibatasi waktu hal ini disebabkan karena
perawat bekerja dalam team.
Faktor penunjang dalam perencanaan yaitu adanya kerja sama antara penulis, klien
dan perawat ruangan serta buku sumber yang berkaitan dalam membuat perencanaan
sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam membuat perencanaan.

33
D. IMPLEMENTASI ( PELAKSANAAN )
Pada pelaksanaan semua rencana dilakukan secara kerjasama antara penulis dengan
perawatan ruangan. Semua tindakan yang dilakukan dan respon dari klien dan orang
terdekat untuk setiap tindakan guna mengatasi diagnosa keperawatan yang
ditemukan didokumentasikan pada catatan keperawatan.
Tindakan pada diagnosa pertama semuanya dapat dilakukan. Untuk diagnosa kedua
semua tindakan sudah dilakukan. Diagnosa keperawatan yang ketiga semua tindakan
dapat dilakukan kecuali timbang bb/minggu karena waktu tidak memungkinkan .
Dalam melakukan pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan karena. Faktor
penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang sangat
kooperatif sehingga dapat menerima setiap tindakan keperawatan yang diberikan
terhadap dirinya.

E. EVALUASI
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari ke tiga diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada klien, diagnosa pertama aktual terjadinya
infeksi b.d tindakan invasif .diagnosa kedua adalah gangguan integritas kulit b.d
kelembapan .diagnosa ketiga adalah gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d pertumbuhan sel tidak normal .pada evaluasi tujuan tercapai
sebagian masalah belum teratasi. Hal ini terjadi karenapasien pulan dan rawat
jalan .Selain itu,karena keterbatasan waktu penulis dalam memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.R .

BAB V
PENUTUP

34
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penulis.

A. KESIMPULAN
Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori
dan kasus maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

Pada pengkajian secara teori dan kasus aspek yang dikaji sama, tetapi tidak
semua data pada teori ditemukan pada kasus karena data yang diperoleh pada
disesuaikan pada kasus dengan kondisi klien. Pada teori terdapat tanda dan gejala
nyeri terdapat benjolan ,mual,muntah ,asimetris dan pengeluaran pada puting.
Sedangkan pada kasus tidak ditemukan semua data yang terdapat pada teori hanya
ditemukan benjolan di lengan , dan mual.
Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon dari terhadap penyakit
berbeda tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya dan penanganannya yang
segera dilakukan. Selain itu, kerjasama dengan klien dan keluarga sangat kooperatif
serta kerjasama dengan perawat ruangan sehingga dapat memberi informasi kepada
penulis sehingga penulis tidak menemukan hambatan.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang
diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhdap penyakitnya,sehingga pada
kasus hanya ditemukan tiga diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh penulis
maupun perawat ruangan, sedangkan pada teori terdapat delapan diagnosa
keperawatan pada klien dengan ca mamae.
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu klien yang sangat
kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang
memberikan arahan dan informasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga
penulis tidak menemukan hambatan dalam merumuskan diagnosa keperawatan.

Perencanaan disusun sesuai kondisi klien, mulai dari penentuan prioritas, penetapan
tujuan dan kriteria evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Pada penetapan tujuan
ditentukan waktu pencapaian tujuan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi hasil.
Penetapan tujuan pada kasus sudah dibuat berdasarkan SMART ( Spesifik,
Measurable, Achievable, Raelistic, Time) serta tersusun secara sistematis ( dari

35
tindakan mandiri sampai tindakan kolaborasi ) dan operasional sedangkan pada teori
tidak dibatasi waktu hal ini disebabkan karena perawat bekerja dalam tim.
Faktor penunjang dalam perencanaan yaitu adanya kerjasama antara penulis,
orangtua bayi, perawat ruangan serta buku sumber yang berkaitan dalam membuat
perencanaan sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam membuat
perencanaan.

Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua
tindakan yang telah dilakukan didokumentasikan pada catatan keperawatan meliputi
waktu, tindakan dan respon klien.
faktor penunjang dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dalah orangtua
dan klien yang sangat kooperatif sehingga dapat menerima setiap tindakan yang
diberikan.

Evaluasi asuhan keperawatan dari ke tiga diagnosa keperawatan yang ditemukan


pada klien diagnosa keperawatan masalah belum teratasi tujuan tercapai sebagian.
Dalam evaluasi, penulis menemukan hambatan khususnya dalam melakukan asuhan
keperwatan pada klien karena penulis hanya diberi waktu 3 hari.
Faktor penunjang dalam melakukan evaluasi yaitu orangtua, klien dan perawat
ruangan yang dapat bekerja sama dengan penulis sehingga asuhan keparawatan
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

B. SARAN
Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan penulis dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan yang ada maka selanjutnya penulis akan menyampaikan
saran yang ditujukan kepada perawat ruangan klien, rekan mahasiswa dan orangtua
klien, sebagai berikut :
1. Kerjasama antar orangtua, klien dan perawat ruangan yang sudah berjalan baik
tetap di pertahankan agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak tetap
berjalan optimal.
2. Kepada perawat ruangan yang
sudah memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara optimal yaitu
pendokumentasian tentang pengkajian data klien sampai dengan evaluasi yang
sudah berjalan baik agar dapat dipertahankan.

36
3. Kepada pengambilan kasus
selanjutnya agar menerapkan teori – teori yang telah didapat.

37
DAFTAR PUSTAKA

Wiliam and Wilkins.2009.NURSING THE SERIES FOR CLINICAL


EXCELLENCE .ED II.JAKARTA:INDEKS
Aqila.2017.KANKER ORGAN REPRODUKSI .ED II.MALANG:KDT
Sudoyo Aru.2015.NANDA NICNOC JILID 1.JAKARTA:PUSTAKA
MEDIA

38
39

Anda mungkin juga menyukai