Anda di halaman 1dari 91

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN CA MAMMAE
BILATERAL STADIUM IV DALAM PEMBERIAN HEALING TOUCH (HT)
MENGGUNAKAN MODEL KEPERAWATAN PEACEFUL END OF LIFE
DI BANGSAL BEDAH RSUP DR M DJAMIL PADANG

Disusun Oleh:

Aisya Rahmadhanty 2121312008


Yuza Olsi Rahmi 2121312014
Andika Maharani 2121312033

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan makalah KMB Lanjut
II ini tepat pada waktunya. Laporan makalah ini membahas “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. A Dengan Ca Mammae Bilateral Stadium IV dalam Pemberian Healing
Touch (HT) Menggunakan Model Keperawatan Peacefull End Of Life di Bangsal
Bedah RSUP Dr M Djamil Padang”. Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat tugas kelompok KMB lanjut II.
Dalam penyusunan laporan ini, kelompok banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan ini bisa teratasi.
Oleh karena itu, kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang
setimpal dari Allah SWT.
Kelompok menyadari bahwa laporan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi pembaca. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Terutama
bagi teman-teman yang ingin meneruskan makalah ini sehingga menjadi lebih baik
lagi.

Padang, April 2022

Kelompok

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................3
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ca Mammae...................................................................................................5
1. Anatomi Fisiologi Payudara....................................................................5
2. Pengertian Ca Mammae...........................................................................8
3. Faktor Risiko............................................................................................8
4. Patofisiologi Ca Mammae........................................................................9
5. Klasifikasi................................................................................................12
6. Stadium ...................................................................................................13
7. Manifestasi Klinis....................................................................................17
8. Pemeriksaan Diagnostik...........................................................................18
9. Penatalaksanaan ......................................................................................20
10. Efek Samping Pengobatan ......................................................................20
B. Healing Touch................................................................................................21
1. Pengertian Healing Touch........................................................................21
2. Tujuan dan Manfaat Healing Touch........................................................22
3. Mekanisme Healing Touch......................................................................23
C. Teori Keperawatan Peacefull End of Life......................................................24
1. Konsep Model Peacefull End of Life.......................................................24
2. Model Peacefull End of Life dalam Asuhan Keperawatan......................28
D. Edmonton Symptom Assessment Scale (ESAS)........................................43
1. Definisi ESAS..........................................................................................24

iii
2. Komponen ESAS.....................................................................................28
3. Cara Mengerjakan ESAS.........................................................................24
4. Intergrasi ESAS dalam Pendekatan PEOL..............................................28
E. Estern Cooperative Oncology Group (ECOG)...............................................
1. Skala ECOG.............................................................................................24
BAB III LAPORAN KASUS
A. Aplikasi Asuhan Keperawatan Adaptasi Peacefull End of Life pada Ny.A
dengan Ca Mammae .....................................................................................40
BAB IV EVIDANCE BASED NURSING
A. Penelusuran Evidance....................................................................................59
B. Pertanyaan Klinis...........................................................................................59
C. Sumber Penelusuran dan Kata Kunci............................................................60
D. Temuan Penelusuran......................................................................................61
E. Telaah Kritisi.................................................................................................64
BAB V PEMBAHASAN
A.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................77
B. Saran..............................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan adanya perubahan sel normal
menjadi sel abnormal yang tidak terkontrol dan dapat bermetastase, baik menginvasi
jaringan terdekat maupun jaringan biologis yang jauh (Setiawan,2015). Kanker
payudara adalah kanker paling umum dan sering dialami oleh wanita baik di negara
maju maupun negara berkembang. Kanker payudara pada wanita telah melampaui
kanker paru-paru dan menjadi penyebab utama insiden kanker global pada tahun
2020, dengan perkiraan 2,3 juta kasus baru.
Pada tahun 2020, lebih dari 2,3 juta wanita didiagnosis menderita kanker
payudara di seluruh dunia dan 685.000 meninggal. Kanker payudara merupakan
kanker yang paling banyak diderita oleh wanita di seluruh belahan dunia,wanita
mengalami kanker payudara di 140 dari 184 negara di seluruh dunia, termasuk di
negara Indonesia. (American Cancer Society, 2015).
Berdasarkan The Global Cancer Observatory pada tahun 2021 prevelensi kejadian
kanker payudara di Indonesia pada lima tahun terakhir yaitu 201.143 atau 148.11 per
100.000 populasi. Merupakan penyebab kematian nomor tujuh secara umum dan
penyebab kematian nomor dua pada kejadian kanker di Indonesia, dengan persentase
mortalitas 9,6%. Estimasi insiden kasus baru kanker payudara pada wanita yaitu
16,6% (WHO, 2020)
Provinsi yang memilki kasus kanker payudara tertinggi di Indonesia adalah
provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 7% dengan kejadian 11.511 orang. Provinsi
Sumatera Barat menduduki urutan ke tujuh untuk penyakit kanker payudara dengan
angka kejadian 2.285 atau 0,9% angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
2.120 orang (Rita N, 2019).
Data dari rumah sakit rujukan di Kota Padang yaitu RSUP DR. M. Djamil Padang
kejadian kanker payudara mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Berdasarkan

5
laporan dai ruangan bedah wanita RSUP. dr. M. Djamil Padang, tahun 2019 terdapat
18 orang pasien dengan kanker payudara, tahun 2020 terdapat 33 orang, sementara
pada tahun 2021 pasien kanker payudara jauh meningkat menjadi 116 orang.
Pada penderita kanker payudara akan timbul rasa nyeri apabila sel kanker sudah
membesar, sudah timbul luka, atau bila sudah muncul metastase ke tulang. Nyeri
pada pasien kanker merupakan suatu fenomena yang subjektif yang merupakan
gabungan antara non-fisik dan fisik. Nyeri berasal dari berbagai bagian tubuh ataupun
sebagai akibat dari terapi kemoterapi ataupun radioterapi. Nyeri yang dialami oleh
penderita kanker payudara diakibatkan oleh pengaruh langsung terhadap organ yang
terkena dan pengaruh langsung terhadap jaringan lunak yang terkena (Sitinjak et al.,
2018).
Nyeri adalah suatu sensai yang tidak menyenangkan yang dapat bersifat sensorik
maupun emosional dan berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan. Nyeri adalah
rasa yang dapat menimbulkan penderitaan terutama pada pasien yang mengalami
krisis nyeri. Krisi nyeri merupakan nyeri yang parah dan tidak terkontrol hal ini tidak
hanya menimbulkan penderitaan pada pasien akan tetapi juga berdampak kepada
keluarga pasien (Widyadari et al., 2021)
Penderita kanker yang mengalami nyeri yang tak kunjung sembuh dapat
mengakibatkan gangguan fungsional, imobilitas, isolasi soial dan tekanan emosional
dan spiritual. Selain itu juga berdampak pada beberapa gejala fisik dan psikologis
serta berbagai sistem tubuh diantaranya gangguan sitem pernfasan, kardiovaskuler,
endokrin dan sistem imun. Nyeri kronis dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi
proses pengobatan pada pasien kanker payudara dari 25% sampai 60% yang dikirim
ke perawatan kanker payudara dan demikian ini merupakan permasalahan klinis yang
penting untuk segera di tangani oleh tim medis (Arge et al., 2021)
Nyeri pada pasien kanker adalah hal yang rumit dan seringkali menjadi alasan
utama seseorang datang untuk mencari pengobatan. Penanganan nyeri adalah suatu

6
tindakan penting yang perlu diperhatikan oleh pihak rumah sakit (Widyadari et al.,
2021).
Penangann nyeri bisa dilakukan melalui dua cara yaitu farmakologi dan non
farmakologi, analgesik merupakan jenis farmakologi untuk menurunkan nyeri, non
steroidal anti inflamtory drugs (NSAID) merupakan jenis analgesik yang pada
umumnya digunakan untuk mengurangi nyeri ringan dan sedang, sedangkan untuk
analgesik narkotik untuk nyeri sedang dan berat (Potter & Perry, 2010). Terapi non
farmakologis atau disebut juga dengan terapi komplementer merupakan terapi
alternatif selain terapi pengobatan. Terapi komplementer dianataranya yaitu
accupunture, touch healing, terapi energy (taichi, prana, terapi suara), terapi bilogis
(herbal dan food combining) serta terapi sentuhan modalitas : Accupresure, pijat bayi,
refleksi dan terapi lainnya (Nuryanto, 2019).
Touch healing merupakan terapi sentuhan dengan memanfaatkan perubahan
medan energi, terapis menggunakan tangan untuk mengarahakan energi dalam
mencapai keseimbangan. Touch healing didasarkan pada empat asumsi, pertama
seorang manusia adalah sebuah sistem enrgi yang terbuka. Kedua, secara anatomis
manusia adalah bilateral simetris. Ketiga, penyaakit adalah ketidak seimbangan
energi individu. Keempat, manusia mempunyai kemampuan alami untuk mengubah
dan melampaui kondisi hidup mereka. Setelah menjalani therapiuthetic touch, pasien
akan mendapatkan respon relaksasi dalam 2 sampai 5 menit setelah pengobatan telah
dimulai dan beberapa klien dapat tertidur atau merasakan nyerinya berkurang
(Nuryanto, 2019).
Dengan adanya permasalahan nyeri yang dialami oleh pasien kanker payudara
terutama pada pasien stadium lanjut, sebagai bentuk penanganan kelompok
menerapkan intervensi healing touch sebagai Evidence Based Nursing di RSUP DR.
M. Djamil Padang.
Teori Peacefull End Of Life (PEOL) bertujuan menyelesaikan permasalahan
kesehatan pasien. PEOL berarti hidup damai di akhir kehidupan. Konsep tersebut

7
meliputi : bebas dari rasa nyeri, merasa nyaman, merasa di hargai dan di hormati,
merasa damai dan merasakan kedekatan dengan keluarga atau orang lain yang
bermakna serta peduli dalam kehidupan pasien. Tujuan teori Peacefull End Of Life
(PEOL) bukan hanya memberikan perawatan yang baik dengan menggunakan alat-
alat yang canggih, tetapi lebih berfokus kepada perawatan yang mengutamakan
kenayamanan serta memaksimalkan keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien.
Sehingga diakhir kehidupannya, pasien dapat meningkatkan kualitas hidup dan
menghadapi kematian dengan perasaan damai. Kualitas hidup pada konsep ini
didefinisikan sebagai suatu kepuasan yang dapat dilihat melalui sembuhnya gejala
dan kepuasan hubungan interpersonal. Kelompok memilih Peacefull End Of Life
(PEOL) dalam asuhan keperawatan pasien kanker karena teori ini sesuai dengan
kondisi yang dialami oleh pasien yang di rawat di RSUP DR M Djamil Padang.
Berdasarkan latar belakang ini kelompok tertarik untuk membuat study kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny.A dengan Ca Mamae Bilateral Stadium
IV dalam pemberian Healing Touch menggunakan model keperawatan Peacefull End
Of Life (PEOL) di RSUP DR. M. Djamil Padang”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, kelompok mengambil
rumusan masalah bagaimana asuhan keperawatan Ny. A dengan Ca Mamae
Bilateral Stadium IV dengan model keperawatan Peacefull End Of Life (PEOL)
RSUP Dr M Djamil Padang serta Evidance based nursing terkait terapi modalitas
pada pasien CA Mamae?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada Ny. A
dengan Ca Mamae Bilateral Stadium IV dengan model keperawatan

8
Peacefull End Of Life (PEOL) RSUP Dr M Djamil Padang serta Evidance
based nursing terkait terapi modalitas pada pasien CA Mamae
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teori scara umum terkait CA Mamae
b. Untuk mengetahui konsep teori scara umum terkait pendekatan model
keperawatan Peaceful End of Life (PEOL)
c. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Ny.A dengan CA Mamae
Bilateral Stadium IV menggunakan pendekatan model keperawatan
Peaceful End of Life di RSUP Dr M Djamil Padang
d. Untuk mengetahui Evidences based nursing terkait terapi modalitas pada
pasien CA Mamae Stadium IV
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Melatih kelompok untuk menyusun hasil pemikiran, asuhan keperawatan, dan
membuat evidence based nursing, serta membantu kelompok
mengembangkan pengetahuan, wawasannya dan menambah pengalaman
nyata dalam asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Ca Mamae
pada staidum kahir
2. Bagi institusi pendidikan
Hasil penulisan kelompok diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi dan bacaan sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
pembaca, khususnya tentang asuhan keperawatan Ny.A dengan CA Mamae
Bilaterla Stadium IV menggunakan model keperawatan Peaceful End of Life
di RSUP Dr M Djamil Padang dan Evidance Based Nursing.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Cancer Mammae
1. Anatomi Fisiologi Mammae
a. Anatomi

Mammae (payudara) merupakan kelenjar subkutan yang mulai tumbuh


sejak minggu ke enam masa embrio yang berupa penebalan pada
ektodermal sepanjang garis mammae yang terbentang dari aksila sampai
region inguinal. Kelenjar mammae merupakan sekumpulan kelenjar kulit
yang berfungsi menghasilkan susu. Papilla mammae merupakan benjolan
kecil yang dikelilingi daerah kulit yang berwarna lebih gelap ( aerola
mammae ). Saat usia pubertas mammae pada perempuan mengalami
pembesaran karena adanya rangsangan dari hormone ovarium. Pembesaran
mammae juga diakibatkan Karena adanya timbunan lemak dibawah
jaringan. Dasar mammae terletak dari costa kedua sampai linea axillaruis

10
media. Setiap mammae terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mammae. Lobus-lobus kelenjar mammae dipisahkan
oleh septa fibrosa. Perdarahan pada mammae mendapatkan pasokan darah
dari rami perforans arteria thoracicae interna, arteria axillaris dan arteria
intercostalis. Aliran limfe pada mammae dibagi kedalam beberapa
kuadran. Ini penting untuk mengetahui jalur penyebaran carcinoma pada
mammae.

a. Kuadran lateral, mengalirkan cairan limfe ke nodi axillaris anterios


atau kelompok pectoralis.
b. Kuadran medial, mengalirkan limfe melalui pembuluh-pembuluh yang
menembus ruangan intercostalis dan masuk kedalam kelompok nodi
thoracales interna.

Mammae pada wanita dewasa disusun oleh sistem kelenjar, duktus, dan
stroma yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak. Bagian
dasar dari setiap lobus tersebut berada di daerah proksimal dekat tulang iga
sedangkan bagian puncaknya adalah papilla mammae yang merupakan
muara dari duktus setiap lobus. Jadi, setiap duktus laktiferus akan
bergabung menjadi sinus laktiferus dan akhirnya bermuara pada papilla
mammae (nipple). Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis serta
diantara kulit dan kelenjar mammae terdapat jaringan lemak. Diantara
lobulus terdapat ligamentum Cooper yang memberi rangka untuk
mammae. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel asini yang terdiri dari sel epitel
kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen. Sel epitel mengarah ke
lumen, sedangkan sel mioepitel terletak diantara sel epitel dan membran
basalis.
b. Fisiologis
Mammae memiliki tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ketika kelahiran hingga pubertas, masa

11
fertilisasi hingga masa klimaksterium. Perkembangan ini dipicu oleh
estrogen dan progesterone yang diproduksi oleh ovarium dan hipofise.
Perubahan kedua terjadi sesuai dengan adanya daur haid. Sekitar hari ke-8
haid, mammae jadi lebih besar dan beberapa hari sebelum haid terjadi
pembesaran maksimal. Perubahan ketiga terjadi saat kehamilan dan
menyusui, terjadinya pembesaran karena terjadi poliferasi duktus alveoli.
2. Pengertian Ca Mammae
Kanker adalah suatu penyakit yang ditimbulkan oleh sel yang

mengalami pertumbuh abnormal dan tidak terkendali, sehingga sel ini tumbuh

dan menganggu bentuk dan fungsi organ yang ada disekitarnya. Kanker tumbuh

dimana saja, di jaringan ataupun di organ. Kanker payudara merupakan kondisi

yang timbul akibat sel yang kehilangan pengendalian dan mekanismenya. Hal ini

mengakibatkan terjadi pertumbuhan yang cepat dan tidak terkendali pada

jaringan payudara. Kanker payudara biasanya menyerang kaum perempuan,

namun tidak menutup kemungkinan menyerang kaum laki-laki. Walaupun

kemungkinan kanker payudara terjadi pada laki-laki sangat kecil, yaitu 1:1000

(Mulyani, 2013)

Ada berbagai jenis kanker payudara. Jenis kanker payudara tergantung

pada sel mana di payudara yang berubah menjadi kanker.Kanker payudara dapat

dimulai di berbagai bagian payudara Kanker payudara adalah tumor ganas yang

tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam saluran

susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara.Pertumbuhan tumor

kanker payudara dimulai pada duktus kemudian meluas pada jaringan stroma

12
yang sering disertai pembentukan jaringan ikat padat (Kurniasari, Harti,

Ariestiningsih, Wardhani, & Nugroho, 2017).

Kanker payudara tergolong jenis kanker yang perkembangnya cepat.

Status kanker payudara dari stadium 1 hingga tidak tertolong hanya

membutuhkan waktu satu tahun. Sel kanker pada payudara hanya tumbuh

sebesar 1cm, pada waktu 8-12 tahun. Sel tersebut bersembunyi dalam tubuh kita

dan tanpa kita ketahui keaktifannya. Sel tersebut diam dalam kelenjar payudara

dan dapat menyebar melalui aliran darah keseluruh tubuh (Savitri, 2015)

3. Faktor Risiko
Menurut (Feng et al., 2018) faktor risiko didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang mempengaruhi peluang seseorang terkena penyakit, dalam hal ini

kanker payudara yaitu :

a. Jenis kelamin

Faktor risiko utama tertentu untuk kanker payudara berada di luar kendali

individu. faktor risiko utama kanker payudara karena penyakit ini sekitar

100 kali lebih mungkin terjadi pada wanita daripada pria.(Feng et al., 2018)

b. Usia

Penuaan meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara

sebagaimana dibuktikan oleh fakta bahwa sebagian besar kanker payudara

didiagnosis pada wanita berusia 55 tahun ke atas. 

c. Genetik dan Keluarga

Di luar risiko bawaan gender dan penuaan yang berkaitan dengan kanker

13
payudara, telah didokumentasikan dengan baik bahwa risiko seorang

wanita terkena kanker payudara hampir dua kali lipat jika dia memiliki

kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan)

yang didiagnosis menderita kanker payudara. . Hampir 15% wanita AS

yang menderita kanker payudara juga memiliki anggota keluarga yang

telah didiagnosis kanker payudara.

d. Mutasi Gen

Secara keseluruhan, sekitar 5-10% kanker payudara terkait dengan mutasi

gen yang diwarisi dari orang tua. Penyebab paling umum dari kanker

payudara herediter adalah mutasi bawaan pada gen

BRCA1 atau BRCA2 Secara statistik, wanita dengan

mutasi BRCA1 memiliki risiko seumur hidup 55-65% terkena kanker

payudara. Untuk wanita dengan mutasi BRCA2 , risiko seumur hidup

adalah 45%. Rata-rata, seorang wanita dengan BRCA1 atau BRCA2mutasi

gen memiliki sekitar 70% kemungkinan terkena kanker payudara pada usia

80 tahun. Efek dari mutasi terkait dengan berapa banyak anggota keluarga

lain yang menderita kanker payudara, karena risiko kanker payudara

meningkat jika lebih banyak anggota keluarga yang terkena. Dampak

mutasi BRCA1 dan BRCA 2 berkembang lebih dari sekadar kanker

payudara karena mutasi pada salah satu gen ini juga dikaitkan dengan

peningkatan risiko kanker ovarium. Mutasi yang diwariskan pada banyak

14
gen lain juga dapat menyebabkan perkembangan kanker

e. Kondisi payudara jinak tertentu

Wanita dengan payudara padat pada memiliki risiko kanker payudara

sekitar 1,5-2 kali lipat dari wanita dengan kepadatan payudara rata-rata

meskipun multi faktor berperan dalam menentukan kepadatan payudara,

seperti usia, status menopause, penggunaan obat-obatan tertentu (seperti

terapi hormon menopause) dan kehamilan. Lesi non-proliferatif ini

termasuk fibrosis dan/atau kista sederhana, hiperplasia ringan, adenosis,

tumor phyllodes, papiloma tunggal, duktus ektasia, fibrosis periduktal,

metaplasia skuamosa dan apokrin, kalsifikasi terkait epitel, tumor lain

(lipoma, hamartoma, hemangioma, neurofibroma , adenomyoepithelioma),

atau mastitis.

f. Lesi payudara proliferatif tertentu

Lesi proliferatif tersebut adalah hiperplasia duktus, fibroadenoma,

sclerosing adenosis, papillomatosis atau bekas luka radial. Namun, lesi

proliferatif tertentu dengan atypia di saluran atau lobulus jaringan payudara

akan meningkatkan risiko kanker payudara 4-5 kali lipat; dan ini termasuk

hiperplasia duktus atipikal (ADH) dan hiperplasia lobular atipikal (ALH)

g. Terapi radiasi dada

Wanita, yang dirawat dengan terapi radiasi di dada untuk kanker lain ketika

mereka masih muda, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

15
Radiasi pada usia di bawah 16 tahun mempunyai risiko 100 kali sebelum

umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali, usia 20-29 tahun risiko 6 kali,

radiasi setelah usia 30 tahun risiko tidak bermakna. Lebih kurang 0,1 %

pasien yang diradiasi akan timbul sarkoma.Dampak faktor ini pada

peningkatan risiko tertinggi jika individu memiliki radiasi saat remaja atau

dewasa muda. Sebaliknya, pengobatan radiasi setelah usia 40 tahun

tampaknya tidak meningkatkan risiko kanker payudara.

h. Penggunaan hormone estrogen dan progestoren.

Penggunaan hormon estrogen dan progestin. Wanita yang mendapatkan

terapi penggantian hormon estrogen saja atau estrogen plus progestin

selama lima tahun atau lebih setelah menoupause akan memiliki

peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara.

i. Kelebihan berat badan atau obesitas

Sebelum menopause, ovarium wanita memeproduksi sebagian besar

estrogen tubuh, sementara ibu dengan jaringan lemak berlebih

menghasilkan sedikit estrogen. ketika ovarium berhenti membuat estrogen

setelah menopause, sebagian besar estrogen wanita berasal dari jaringan

lemak. Dengan demikian, memiliki lebih banyak jaringan lemak setelah

menopause akan meningkatkan kadar estrogen dan meningkatkan risiko

kanker payudara. Selain itu, kelebihan berat badan cenderung

menyebabkan kadar insulin darah yang lebih tinggi, dan kadar insulin yang

16
lebih tinggi terkait dengan kanker tertentu, termasuk kanker payudara.

j. Menarche lebih awal atau menopause setelah usia 55 tahun

Wanita yang memulai menstruasi lebih awal sebelum usia 12 tahun,

dengan demikian mereka memiliki resiko yang sedikit lebih tinggi.

Demikian pula wanita yang memiliki siklus menstruasi lebih lama dan

mengalami menopause lebih lama setelah usia 55 tahun, berarti mereka

mereka memliki paparan estrogen dan progesterone lebih lama sehingga

dapat meningkat kan resiko kanker payudara yang tinggi.

k. Kurangnya aktifitas fisik

Bukti yang berkembang menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur,

terutama pada wanita yang telah menopause, dapat mengurangi risiko

kanker payudara. Tingkat aktivitas mempengaruhi tubuh berat badan,

peradangan, hormon, dan keseimbangan energy

l. Mengkonsumsi alcohol

Wanita yang mengkosumsi alkohol akan berisiko terkena kanker payudara

karena alkohol menyebabkan perlemakan hati sehingga hati bekerja lebih

keras dan lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh.

m. Mengkonsumi makanan siap saji (Junk food)

Mengkonsumsi junkfood secara berlebihan dari usia dini dapat membuat

gemuk tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena kanker payudara,

lemak tubuh akan meningkatkan apa lagi tidak di imbangi dengan

17
olahraga sehingga akan berlanjut pada resistansi insulin sehingga

keinginan untuk mengkosumsi lebih banyak karbohidrat yang mengandung

gula menjadi meningkat.

4. Patofisilogi CA Mammae
Transformasi perubahan sel-sel normal menjadi sel-sel kanker meliputi:

a. Fase Inisiasi, dimana perubahan bahan genetik sel menjadi ganasyang

disebabkan suatu gen (karsinogen) berupa virus, bahan kimia, radiasi dan

sensitivitas terhadap karsinoma yang tidak dimiliki oleh sel lain.

b. Fase Promosi, sel yang mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.

Terbentuknya fase promotor ini juga disebab kelainan genetik sehingga

sel tersebut rentan terhadap karsinogen.

c. Fase Metastasis, pada kanker payudara sering terjadi metastasis ke tulang

dan beberapa diantaranya terjadi komplikasi lain. Metastasis bersifat

osteolitik, dimana osteoklas merupakan hasil induksi sel kanker yang

merupakan mediator osteolisis yang dapat mempengaruhi diferensiasi,

aktivitas osteoblas dan osteoklas sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi

calsium.

5. Klasifikasi CA Mammae
Hasil penelitian Feng et al (2018)menejelaskan tentang klasifikasi dan

stadium kanker payudara yaitu :

A. Jenis kenker payudara berdasarkan patologi, invasive, dan prevalensi

18
Ada banyak kanker payudara karena muncul di area payudara yang

berbeda, seperti saluran, lobulus, atau jaringan di antaranya. Jenis kanker

payudara ditentukan oleh sel-sel tertentu yang terpengaruh. Berdasarkan asal

sel yang terlibat pada kejadian kanker payudara dapat dibagi menjadi dua

yaitu karsinoma dan sarcoma.Karsinoma adalah kanker payudara yang

timbul dari komponen epitel payudara, yang terdiri dari sel-sel yang melapisi

lobulus dan saluran terminal yang bertanggung jawab untuk membuat susu.

Sarkoma adalah bentuk kanker payudara yang jauh lebih jarang, yang timbul

dari komponen stroma payudara, yang meliputi miofibroblas dan sel

pembuluh darah.

B. Kanker payudara non-invasif (In situ)/ karsinoma intraduktal

a. Karsinoma ductal insitu (Ductal carcinoma in situ)

Sebagai salah satu jenis kanker payudara yang paling umum, DCIS

adalah kanker payudara non-invasif atau pra-invasif, yang berkembang di

dalam saluran normal yang sudah ada sebelumnya. Sementara DCIS itu

sendiri tidak invasif, karsinoma in situ memiliki potensi tinggi untuk

menjadi kanker invasif, sehingga pengobatan dini dan memadai penting

dalam mencegah pasien berkembang menjadi kanker invasif.

b. Kanker payudara invasif atau infiltrasi Kanker

Payudara invasif memiliki sel kanker yang menyerang dan menyebar di

luar lobulus dan saluran payudara normal, tumbuh ke jaringan stroma

19
payudara di sekitarnya. Karsinoma invasif berpotensi menyebar ke bagian

tubuh lain, seperti kelenjar getah bening atau organ lain dan membentuk

metastasis sehingga masuk dalam klasifikasi kanker payudara metastatic

c. Karsinoma Duktal Invasif (IDC)

IDC adalah jenis kanker payudara yang paling umum dengan sekitar 80%

dari semua kanker payudara disebabkan oleh karsinoma duktal invasive.

Klasifikasi IDC mencakup beberapa subtipe: karsinoma tubular payudara,

karsinoma meduler payudara, karsinoma mucinous payudara, karsinoma

papiler payudara, dan karsinoma cribriform payudara

d. Karsinoma Lobular Invasif (ILC)

ILC adalah jenis kanker payudara kedua yang paling umum dan

menyumbang sekitar 10-15% dari semua kanker payudara.

C. Kanker payudara Metastasik

Kanker payudara metastatik, juga dikenal sebagai kanker payudara

stadium IV atau stadium lanjut, adalah kanker payudara stadium akhir, yang

telah menyebar ke organ lain di dalam tubuh.Metastasis dari kanker

payudara dapat ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak, dan/atau di

tempat yang jauh seperti paru-paru, hati, tulang dan otak. Bahkan setelah

tumor primer diangkat, sel tumor mikroskopis atau mikro-metastasis dapat

tetap berada di dalam tubuh, yang memungkinkan kanker untuk kembali dan

menyebar. Secara klinis, pasien mungkin awalnya didiagnosis dengan

20
penyakit metastasis (atau kanker payudara metastatik de novo), atau mereka

dapat mengembangkan metastasis beberapa bulan atau tahun setelah

menerima pengobatan awal

D. Kanker payudara inflamasi (IBC)

IBC adalah jenis kanker payudara invasif yang tidak umum yang terdiri dari

1% 5% dari semua kanker payudara IBC berbeda dari jenis kanker payudara

lainnya dalam gejala, prognosis, dan pengobatannya. Gejala khas IBC

termasuk pembengkakan payudara seperti peradangan, warna kulit ungu atau

merah, dan pitting atau penebalan kulit payudara, yang semuanya

kemungkinan disebabkan oleh sel kanker yang menghalangi pembuluh getah

bening di kulit.

E. Kanker Payudara Pada Pria, Anak-anak dan remaja

Karsinoma payudara pria, yang dapat bersifat in situ atau invasif, merupakan

<1% dari semua kasus kanker payudara. Kanker payudara pria dapat terlihat

identik dengan yang terlihat pada wanita karena kebanyakan kasus terdiri

dari karsinoma duktal invasif dengan ekspresi reseptor estrogen (ER). Lesi

payudara yang paling umum pada pria adalah ginekomastia (atau

pembesaran payudara), yang mungkin melibatkan payudara unilateral atau

payudara bilateral. Lesi payudara juga jarang terjadi pada anak-anak dan

remaja, tetapi memang terjadi. Kasus yang jarang ini dapat mencakup lesi

jinak, seperti fibroadenoma remaja, dan lesi ganas, seperti karsinoma

21
sekretori. Pasien anak lebih mungkin menderita tumor metastatik ke

payudara dari limfoma atau rhabdomyosarcoma alveolar.

F. Penyakit Paget Payudara

Bentuk kanker payudara yang langka ini dimulai di saluran payudara,

menyebar ke kulit puting dan kemudian meluas ke areola (lingkaran hitam di

sekitar puting)

G. Karsinoma Papiler

Karsinoma papiler adalah bentuk lain dari kanker payudara yang jarang

terjadi yang menyumbang <3% dari semua kasus kanker payudara.

6. Stadium Klinis CA Mammae


Setelah kanker payudara didiagnosis, tes dilakukan untuk menentukan
stadium penyakit, yang akan berdampak pada pengobatan yang diterima
pasien. Stadium klinis kanker payudara identik di seluruh subtipe kanker
payudara menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) dan sistem
stadium kanker payudara Tumor, Node, and Metastasis (TNM) International
Union for Cancer Control (UICC): Stadium 0, Tahap I, Tahap II, Tahap III dan
Tahap IV, sebagaimana dirinci:
Tahapan Definisi

Tahap 0 Karsinoma Ductal In Situ

Tahap I IA Tumor invasif primer dengan ukuran 20 mm Tidak ada


keterlibatan nodal

IB Mikrometastasis nodal (>0,2 mm, <2,0 mm) dengan atau tanpa

22
tumor primer 20 mm

Tahap IIA Metastasis kelenjar getah bening ipsilateral Level I, II bergerak


dengan tumor primer 20 mm; Atau > 20 mm, 50 mm tumor tanpa
II
keterlibatan nodus

IIB Metastasis kelenjar getah bening ipsilateral Level I, II bergerak


dengan tumor >20 mm, 50 mm; Atau tumor >50 mm tanpa
keterlibatan nodus

Tahap III Metastasis kelenjar getah bening ipsilateral Level I, II bergerak


dengan tumor >50 mm; Atau tumor primer ukuran apa pun
III A
dengan tingkat I, II, atau metastasis kelenjar getah bening
internal ipsilateral tetap

III Tumor primer dengan dinding dada dan/atau invasi kulit

III Tumor primer ukuran berapa pun dengan metastasis kelenjar


getah bening Level III supraklavikula atau ipsilateral; Atau
C
dengan ipsilateral Level I, II dan metastasis kelenjar getah bening
internal

Tahap IV Setiap kasus dengan metastasis organ jauh

7. Manifestasi Klinis
Manivestasi klinins menurut (Savitri, 2015) :

23
a. Tanda yang paling sering terjadi adalah perubahan bentuk payudara dan

puting, perubahan yang terasa saat perabaan dan keluarnya cairan dari

puting. Munculnya benjolan pada payudara. Biasanya benjolan di payudara

terasakeras dan tidak terasa di payudara sebelahnya.

b. Munculnya benjolan di axsila. Biasanya terasa adanya benjolan kecil dan

keras muncul di ketiak dan bisa menjadi tanda bahwa kanker payudara

telah menyebar hingga kelenjer getah bening.

c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara. Biasanya bentuk dan ukuran

payudara tidak sama.Bisa lebih kecil atau lebih besar sebelahnya.

d. Keluarnya cairan dari puting. Biasanya keluar cairan sendiri tanpa

menekan puting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara di sertai darah

atau nanah berwarna kuning sampai kehijauan.

e. Perubahan pada puting susu. Puting susu terasa seperti terbakar, gatal, dan

muncul luka yang sulit atau lama sembuh. Selain itu biasanya puting susu

terlihat tertarik ke dalam retraksi), berubah bentuk atau posisi memerah.

f. Kulit payudara berkerut. Muncul kerutan seperti jeruk purut pada kulit

payudara

Tanda-tanda kanker payudara telah menyebar :

1) Nyeri Tulang

2) Pembengkakan lengan atau luka pada kulit payudara

3) Penumpukan cairan di sekitar paru-paru

24
4) Mual dan kehilangan nafsu makan

5) Penurunan berat badan

6) Sesak nafas

8. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan secara dini untuk mengetahui kanker payudara (Putra,

2015).

a. Pemerisaan Payudara (SADARI/ Breast Self Examination)

SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan, bagi wanita

yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan

SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi, bagi wanita yang

menapouse, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara rutin dilakukan

setiap bulan (misalnya setiap awal bulan). Pemeriksaan SADARI dapat

dilakukan pada posisi berdiri dan berbaring.

b. Pemeriksaan Mammografi

Mammografi menggunakan sinar X untuk menemukan daerah yang

abnormal pada payudara. Dianjurkan pada wanita usia 40 tahun untuk

melakukan mamografi secara rutin setiap 1-2 tahun dan pada usia 50 tahun

keatas dilakukan sekali setiap tahunnya. Sedangkan perempuan yang berisiko

tinggi, mamografi sebaiknya dimulai pada usia 25 tahun atau pada usia 5

tahun lebih muda dari anggota keluarganya yang termuda yang mempunyai

riwayat kanker payudara.

c. Pemeriksan Biopsi

25
Biopsi adalah tindakan untuk mengambilcontoh jaringan payudara dan

dilihat dibawah lensa mikroskop untuk mengetahui adanya sel kanker

payudara. Hasilnya memberi jawaban jaringan payudara pada benjolan

merupakan atau bersifat kankerganas (malignant) atau kanker jinak (benigna).

d. USG dan MRI

USG payudara merupakan pemeriksaan payudara menggunakan

gelombang suara, dan dapat membedakan benjolan tumor padat atau kista.

USG juga bisa digunakan untuk mengevaluasi masalah payudara yang tampak

pada mamogram dan lebih direkombinasikan pada wanita usia muda

( dibawah 30 tahun). USG saat ini cukup banyak dilakukan karena tidak

bersifat invasiv dan tidak semahal pemeriksaan lainnya.Untuk pemeriksaan

MRI pada wanita dengan resiko tinggi sangat direkomendasikan bersama

dengan mammografi tahunan. MRI menggunakan magnet dan gelombang

radio untuk memproduksi gambar irisan tubuh.

e. PET SCAN

Petscan merupakan pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan

anatomi dan metabolisme sel kanker.

9. Penatalaksanaan CA Mammae
Pengobatan kanker payudara dimulai setelah dilakukan penilaian secara

menyeluruh terhadap kondisi pasien, sekitas satu minggu atau lebih setelah

biopsi. Pengobatan terdiri dari pembedahan, kemoterapi dan obat penghambat

hormon. Terapi penyinaran di gunakan membunuh sel-sel kanker di tempat

26
pengangkatan tumor dan sekitarnya, termasuk kelenjer getah bening. Kombinasi

obat-obatan untuk membunuh sel-sel yang berkembang biak dengan cepat dan

menekan perkembangannnya (Kemoterapi) dan obat yang menghambat hormon

atau obat yang mempengaruhi kerja hormon yang menyokong pertumbuhan sel

kanker yang berguna untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh.

Pengobatan kanker payudara yang terlokalisir :

a. Pembedahan, yang hanya mengangkat tumor dan jaringan normal

sekitarnya.Pembedahan yang hanya mengangkat tumor dan jaringan normal

sekitarnya(breast-conserving) seperti lumpektomi adalah pengangkatan

tumor dan sejumlah kecil jaringan normal sekitarnya, Eksisi luas atau

mastektomi parsial adalah pengangkatan tumor dan jaringan normal di

sekitarnya lebih banyak. Kuadrantektomi adalah pengangkatan seperempat

bagian payudara.

b. Mastektomi

1) Mastektomi simplek yaitu seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot di

bawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk

menutup luka bekas operasi.

2) Mastektomi simplek dan diseksi kelenjer getah bening atau modifikasi

mastektomi radikal (seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan

otot dan kulit, disertai pengangkatam kelenjer getah bening pada ketiak.

27
3) Mastektomi radikal ,otot dada, seluruh payudara dan jaringan lainnya

diangkat.

c. Rekontruksi payudara

Dengan menggunakan implan silikon atau salin maupun jaringan yang

diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekontruksi bisa dilakukan bersamaan

dengan mastektomi atau juga di lakukan di kemudian hari.

d. Kemoterapi dan obat penghambat hormon

Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti

kanker, proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil cair,

kapsul atau melalui infus. Kemoterapi merupakan stresor bagi penderita

kanker, stres ini muncul sebaga akibat kecemasan dan/atau depresi terutama

terkait dengan ketidakpastian terkait dengan efek samping pengobata

(Rahayu &Nurhidayati, 2016).

Efek kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang, gejala gastroinstestinal

seperti mual, muntah, kehilangan berat badan, perubahan rasa, konstipasi,

diare dan gejala lainnya alopesia, fatigue, perubahan emosi,dan perubahan

pada system saraf. Pengobatan diberikan setelah pembedahan dan

dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Manfaat dari pengobatan ini

untuk menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan

hidup penderita kanker payudara.Tamoxifen adalah obat penghambat

hormonyang bisa diberikan sebagai terapi lanjutan setelah pembedahan.

28
Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan estrogen dan mengurangi

resiko terjadinya osteoporosis.

e. Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar.

Kanker payudara dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh . bagian tubuh

yang sering di serang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjer getah bening,

otak dan kulit.Terapi penyinaran dan kemoterapi merupakan pengobatan

yang paling efektif untuk kanker yang telah menyebar ke otak.

10. Efek Samping Pengobatan


A. Efek Samping Terhadap Fisik

Efek samping kemoterapi yang sering ditemui pada pasien kanker(Feng et

al., 2018) :

a. Supresi Sumsum Tulang

Trombositopenia, anemia, dan leukemia adalah efek samping yang

terjadi akibat pengbatan kemoterapi. Sebagian besar pengbatan

standar di rancang sesuai dengan kinetika pemulihan sumsum tulang

setelah terpapar kemoterapi. Beberapa tahun terakir mulai diberikan

faktor perangsang koloni magrofag dan faktor perangsang koloni

granulosit. Faktor pertumbuhan ini mempunyai peran penting dalan

pemberian dosis intensif kemoterapi dengan mencegah leukopenia

sehingga mengurangi insident infeksi dan lamanya rawat inap.

b. Mukositosis

29
Mukositosis dapat terjadi pada rongga mulut (stomatitis), lidah

(glossitis), tenggorok (esofagitis), usus (enteritis)dan rectum

(proktitis). Umunya mukositis terjadi padahari ke5-7 setelah

kemoterapi. satu kali mukositis muncul, Siklus berikutnya akan

terjadimukositis kembali, kecuali jika obat di ganti atau dosis di

turunkan. Mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder, asupan

nutrisi buruk, dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan dan

peningkatan biaya perawatan. Kebersihan mulut harus di jaga untuk

mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat mukositis.

c. Mual dan Muntah

Mual dan muntah tejadi karena peradangan dari sel-sel mukosa

yang melapisi saluran cerna. Muntah dapat terjadi secara akut dalam

0-24 jam setelah kemoterapi atau tertunda 24-96 jam setelah

kemoterapi.

d. Diare

Diare di sebabkan karena serusakan sel epitel saluran cerna

sehingga absorbsi tidak adekuat. Obat golongan anti metabolik yang

sering menimbulkan diare. Pasien dianjurkan makan rendah serat,

30
tinggi protein dan minum cairan banyak . Obat anti diare juga dapat

di berikan.

e. Alopesia.

Kerontokan rambut sering terjadi pada kemoterapi akibat letal obat

terhadap sel-sel folikel rambut. Pemulihan total akan terjadi setelah

terapi dihentikan, rambut tumbuh kembali pada saat terapi masih

berlangsung, ini terjadi pada beberapa pasien. Tumbuhnya kembali

merefleksikan peran poliferatif yang meningkatkan jumlah se-sel

induk atau mencerminkan perkembangan resistensi obat pada

jaringan normal.

f. Infertilitas

Spermatogenesis dan pembentukan folikel ovarium merupakan hal

yang rentang terhadap efek toksik obat anti kanker. Pria yang

mendapati kemoterapi seringkali produksi spermanya menurun.

Biopsi testis menunjukan hilangnya sel-sel germinal pada tubulus

seminiferus, hal ini disebabkan karena efek obat terhadap sel-sel

yang berpoliferasi cepat.Efek antispermatogenetik ini dapat pulih

kembali setelah kemoterapi dosis rendah, tetapi beberapa pria

mengalami infertilitas yang menetap.Kemoterapi seringkali

menyebabkan perempuan pramenopause atau mengalami

penghentian menstruasi sementara atau menetap dan timbulnya

31
gejala- gejala monopouse. Hilangnya efek ini sangat bergantung pada

umur, jenis obat yang di gunakan, serta lama dan intensitas

kemoterapi. Keaberadaan penyakit yang mempengaruhi kondisi fisik

maupun psikologis adalah salah satu domain yang menentukan

kualitas hidup.

B. Efek Samping Psikososial

Dampak psikologis yang dialami terkait tentang ketidakpastian tentang

kesembuhan dan respon fisik setelah menjalani terapi. Beberapa

dampak psikologis juga terjadi pada pasien kanker payudara yang

menjalani pengobatan seperti perasaan cemas tidak menarik lagi, rasa

malu/kurang percaya diri karena perubahan fisik, ketidakberdayaan atau

mudah putus asa karena proses kemoterapi yang lama, perasaan kurang

diterima oleh orang lain, harga diri rendah karena tidak memiliki payudara

lagi, mudah marah karena tidak mampu mengurus keluarga, stress

mengahadapi efek fisik yang dialami dari kemoterapi

Beberapa dampak psikologis juga terjadi pada pasien kanker payudara

yang menjalani pengobatan seperti perasaan cemas tidak menarik lagi,

rasa malu/kurang percaya diri karena perubahan fisik, ketidakberdayaan

atau mudah putus asa karena proses kemoterapi yang lama, perasaan

kurang diterima oleh orang lain, harga diri rendah karena tidak memiliki

payudara lagi, mudah marah karena tidak mampu mengurus keluarga,

32
stress mengahadapi efek fisik yang dialami dari kemoterapi (Iddrisu,

Aziato, & Dedey, 2020).

Efek samping yang dialami penderita dapat mengganggu citra diri,

kepercayaan diri, dan memberikan trauma tambahan yang akan

berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam menjalani kemoterapi.

Kanker dan terapinya menimbulkan konsekuensi emosional yang terkait

dengan penyakit kronik. Kanker diketahui akan menimbulkan masalah

yang fatal jika tidak diobati, konfirmasi tentang diagnosa kanker dapat

menimbulkan ketakutan dan distres psikologis. Gangguan psikologis yang

paling sering terjadi pada perempuan dengan kanker adalah ansietas dan

depresi (Iddrisu et al., 2020).

Kondisi psikososial pasien kanker yang menjalani kemoterapi akan

mengalami berbagai macam gangguan diantaranya tekanan emosional

seperti takut, perubahan peran, penolakan, sedih, sedih, malu, rasa

menyerah, putus asa, pasrah pada kematian, penurunan konsentrasi,

gangguan pada citra tubuh, bingung, kaget, sakit hati, frustasi, tidak

percaya diri, marah, dendam, dan malas berobat. Hal tersebut dapat

menurunkan kualitas hidup pasien kanker payudara karena kualitas hidup

yang baik apabila mendapatkan hidup yang normal dan memilki tingkat

derajat kesehatan yang baik (Nurhikmah et al., 2018).

C. Efek Samping Terhadap Hubungan Sosial

33
Dampak dari dukungan sosial yang diberikan oleh orang-orang

disekitar dapat menjaga keseimbangan kondisi fisik dan juga psikologis

pasien yang mengalami tekanan, sehingga pasien dapat menunjukkan

adaptasi psikologis yang lebih baik dan juga dukungan sosial yang

diperoleh dapat berperan sebagai alat bantu dalam penyesuaian diri

menghadapi stress. Dukungan sosial positif merupakan perilaku

meyakinkan dan memberikan bantuan pada seseorang dengan ikhlas

berupa kasih sayang, kepedulian, menghargai dan mendorong seseorang

untuk berbagi tentang masalahnya serta memberikan bantuan, nasehat dan

akses informasi mengenai masalahnya (Nurhikmah et al., 2018).

11. Pengkajian Luka Fungating Breast Cancer

Ada beberapa metode pengkajian yang dapat di terapkan pada luka fungating

akibat kanker payudara di area [erawatan paliatif, yaitu :

a. Pengkajian Holistic

Pada pengkajian ini fokus pada penilaian terhadap hubungan pasien

dengan kondisi luka yang dialami. Beberapa hal yang mesti diperhatikan

dalam proses pengkajian pasien seperti penyebab dan tahap dari proses

kejadian kanker payudara, penanganan sebelumnya dan saat ini.

Pemahaman pasien terhadap penyakitnya, status gizi, dampak dari

penyakit keganasan dan luka kanker terhadap status psikososial dan

kualitas hidup pasien dan pelaku rawat keluarga. Selain itu pengkajian

34
ini juga menekankan pada adanya ketersediaan sumber dan jaringan

dukungan sosial. Sedangkan pengkajian yang berfokus pada luka yaitu

evaluasi terhadap lokasi luka kanker, dimensi luka, kedalaman,

persentasi dari kerusakan jaringan, volume dan jenis eksudat, bau,

riwayat peradarahan,kualitas dan kuantitasnyeri, tanda formasi fistula

atau sinus, kundisi kulit sekitar area luka kanker (Bergstorm, 2011).

2. Wound Assesment Chart

Pengkajian ini merupakan pengkajian yang dilakukan dengan pendekatan

secara sistematis dan terstruktur. Pengkajian mencakup seperti jenis luka

(adherent/non-adherent, hitam/nekrosis, hijau/kuning slough), jumlah

eksudat yang diproduksi, kedalaman (permukaan/dalam, lapisan kulit

yang terkena) ada atau tidaknya bau, riwayat perdarahan, gambaran dan

intensitas nyeri, tanda formasi fistula atau sinus, kondisi kulit disekitar

luka (apakah merah/meserasi, apakah kulit nampak rapuh atau rentan,

atau menunjukan tanda infeksi), dan situs, lokasi, dan area permukaan

luka termasuk apakah ada nosul (Leadbeater, 2016). Sedangkan time

framnework assessment, pada pengkajian ini beberapa hal yang menjadi

fokus penilaian yaitu lokasi, ukuran, jenis ringan (epitelisasi, granulasi,

slough, terinfeksi dan nekrosis). Jumlah dan jenis eksudat apakah ada bau

dan infeksi, kondisi kulit sekitar luka dan nyeri. Selain itu, beberapa hal

yang perlu di perhatikan dan didiskusikan bersama pasien seperti

35
keinginan pasien terkait perawatannya, pemahaman dan kesadaran

pasien, dan keluarga pasien mengenai diagnosis dan prognosis penyakit.

Dampak psikologis luka terhadap kualitas hidup pasien dan keluarga,

ketersediaan jaringan dukungan sosial (Tandler & Stephen Haynes,

2017).

B. Healing Touch
1. Pengertian Healing Touch
Touch healing merupakan terapi sentuhan dengan memanfaatkan perubahan
medan energi, terapis menggunakan tangan untuk mengarahakan energi dalam
mencapai keseimbangan. Touch healing didasarkan pada empat asumsi, pertama
seorang manusia adalah sebuah sistem enrgi yang terbuka. Kedua, secara
anatomis manusia adalah bilateral simetris. Ketiga, penyaakit adalah ketidak
seimbangan energi individu. Keempat, manusia mempunyai kemampuan alami
untuk mengubah dan melampaui kondisi hidup mereka. Setelah menjalani
therapiuthetic touch, pasien akan mendapatkan respon relaksasi dalam 2 sampai
5 menit setelah pengobatan telah dimulai dan beberapa klien dapat tertidur atau
merasakan nyerinya berkurang (Nuryanto, 2019).
Healing Touch atau terapi sentuhan lembut dalam kondisi rileks untuk
memberikan keseimbangan energi fisik, emosi dan spiritual yang bertujuan
dalam proses penyembuhan. Terapi ini dapat menselaraskan kondisi bioenergi,
pikiran dan program terapi medis. Healing Touch berhubungan dengan
penyembuhan spiritual atau penyembuhan energi, sentuhan serta penyembuhan
jarak jauh.
Healing Touch tak membutuhkan kontak antara praktisi dengan pasien
selama masa pengobatan. Para praktisi menggerakan tangannya beberapa inci di
atas tubuh pasien. Terapeutik touch (terapi yang dilakukan dengan sentuhan
adalah salah satu pengobatan energi ymg dilakukan dengan cara si teraoetis

36
(orang yang melakukan terapi/pengobatan) menggerak-gerakan telapak tangan di
Sekitar wilayah energi pasien nya. Praktik terapi ini didasarkan pada
kepercayaan bahwa setiap makhluk hidup atau bahkan benda yang dikatakan
hidup memiliki wilayah energi kehidupan yang dapat dilihat atau dirasakan di
luar tubuhnya.
2. Fungsi dan Manfaat Healing Touch
Healing touch berguna untuk menyembuhkan luka, menyembuhkan
infeksi dan mengurangi rasa sakit dan cemas. Sebagian besar study
menunjukan bahwa healing touch dapat meredakan sakit kepala akibat
kontraksi otot (tension headache) dan mengurangi rasa sakit akibat terbakar,
osteoartritis atau akibat operasi. Selain itu, terapi ini juga berfungsi
mempercepat penyembuhan luka dan memperbaiki fungsi area-area yang
mengalami artritis.
Healing touch dapat merileksasikan dan beberapa pasien seperti pasien
kanker, penyakit jantung dan pasien luka bakar yang melaporkan bahwa
healing touch mengurangi kecemasan secara signifikan. Secara umum
relaksasi yang ditimbulkan terapi ini bisa mengurangi stres, menurunkan
tekanan darah, serta memperbaiki pernafasan. Dengan relaks, kadar kolesterol
juga bisa menurun dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
3. Mekanisme Kerja Terapi Healing Touch
Ada dua teori yang mendukung kerja terapi ini. Teori pertama
menyatakan kalau rasa sakit yang sebenarnya berkaitan dengan pengalaman
menyakitkan baik secara fisik maupun mental (seperti infeksi, cedera, atau
hubungan yang tidak harmonis) yang tertinggal dalam sel-sel tubuh yang
bersifat merusak serta mengganggu cara kerja sel-sel lain didalam tubuh yang
hasilnya adalah penyakit, dan terapi ini diyakini bisa memulihkan kesehatan
dengan cara komunikasi antara sel-sel. Teori kedua berdasarkan pada prinsip
fisika kuantum. Darah, yang mengandung besi menghasilkan bidang

37
elektromagnetik saat bersirkulasi didalam tubuh. Berdasarkan teori ini
kadang-kadang kita bisa melihat bagian yang disebut dengan elektromagnetik
tubuh.

38
C. Model Keperawatan Peaceful End of Life
1. Konsep Model Keperawatan Peaceful End of Life
Teori Peacefull End of Life merupakan salah satu teori yang masuk
kriteria middle range teori dengan level yang lebih tinggi (Higgin & Moore,
2000).Teori ini dikembangkan pertama kali oleh Ruland dan Moore pada tahun
1998, dimana teori ini memberikan informasi tentang kerangka kerja pada
tindakan keperawatan untuk klien paliatif. Dengan mengadopsi berbagai teori
keperawatan yang terkait.
Ruland dan Moore mendefinisikan teori tersebut sebagai suatu kondisi
menjelang akhir masa kehidupan yang dijalani dengan penuh kedamaian dengan
beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu terbebas dari rasa nyeri, merasakan
kenyamanan, merasa bermartabat dan merasa dihargai, merasakan kedamaian,
dan merasakan kedekatan yang berarti dengan orang yang sangat bermakna
dalam hidup. Selain berorientasi pada keputusan klien, teori ini juga
menekankan pentingnya peran serta aktif dari keluarga dan kelanjutan dalam
perawatan.
2. Riwayat Hidup Cornelia M. Ruland dan Shirley M. Moore
a. Cornelia M. Ruland
Cornelia M. Ruland mendapatkan gelar Ph.D Keperawatan pada tahun
1998 di Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio. Ia adalah
Direktur Pusat untuk Pengambilan Keputusan Bersama dan Penelitian
Keperawatan di Rikshospitalet University Hospital di Oslo, Norway dan
menjadi staf pengajar Departemen Biomedis Informatika di Colombia
University, New York. Ruland telah mendirikan program penelitian
dalam meningkatkan pengambilan keputusan bersama dan kemitraan
penyedia layanan dalam pelayanan kesehatan dan mengembangkan,

39
mengimplentasikan, serta mengevaluasi sistem informasi untuk
mendukung programnya.
Ruland fokus pada aspek dan alat untuk pengambilan keputusan
bersama dalam situasi klinik yang menantang; Pertama, pada pasien 
dihadapkan dengan treatment dan skreening yang sulit, dimana mereka
membutuhkan pertolongan untuk dimengerti potensi manfaat dan kerugian
dari pilihan alternatif tersebut dimana digunakan untuk mendapatkan suatu
nilai dan sesuatu yang lebih disukainya.  Kedua, Pengelolaan penyakit
kronis yang disesuaikan dari waktu ke waktu. Sebagai peneliti utama pada
sejumlah proyek penelitian, Ruland telah menerima penghargaan atas apa
sudah dilakukannya.

b. Shirley M. Moore
Shirley M. Moore adalah seorang Dekan Penelitian dan Professor di
Sekolah Keperawatan, Case Western Reserve University. Moore
menyelesaikan diploma keperawatan di Youngstown Hospita Assosiation
School of Nursing pada tahun 1969 dan Lulus Sarjana Keperawatan di
Kent State University tahun 1974. Dia juga diterima sebagai Master
Psychiatric and Mental Health Nursing tahun 1990 maupun sebagai Ph.D
Ilmu Keperawatan tahun 1993 di Case Western Reserve Uniersity. Moore
telah mengajarkan teori keperawatan dan ilmu keperawatan ke semua
tingkat mahasiswa keperawatan dan melakukan program pengembangan
penelitian dan teori yang membahas pemulihan setelah kejadian cardiac.
Pada awal studi doktoralnya, Moore didukung oleh para ahli teori
perawat Joyce J. Fitzpatrick, Jean Johnson, dan Elizabeth Lenz untuk tidak
hanya menggunakan teori tapi juga mengembangkannya. Konferensi Teori
Rosemary Ellis, yang diadakan setiap tahun selama beberapa tahun di Case

40
Western Reserve University, memberi Moore kesempatan untuk
mengeksplorasi teori sebagai alat praktis bagi praktisi, peneliti, dan
pengajar. Dipengaruhi oleh pengalaman ini, Moore telah membantu dalam
pengembangannya dan publikasi beberapa teori (Good & Moore, 1996;
Huth & Moore, 1998; Ruland & Moore, 1998). Moore menganggap
konstruksi teori sebagai keterampilan penting bagi siswa doktoral.

3. Penerapan Peaceful End of Life Theory Pada Asuhan Keperawatan


Pasien Kanker
Peaceful end of life theory memberikan petunjuk kepada perawat
dalam mengaplikasikan proses keperawatan paliatif pada klien yang dalam
kondisi terminal. Menurut Ruland dan Moore (2001, dalam Alligood &
Tomey, 2010), tahapan proses keperawatan lebih ditekankan pada proses
pengkajian dan intervensi yang bertujuan untuk menggali respons klien
berdasarkan masalah utama dan pencapaian kualitas hidup. Tahapan
tersebut bersifat dinamis dan berlangsung secara simultan. Aplikasi
peaceful end of life theory pada asuhan keperawatan klien kanker mengacu
pada lima konsep utama yang merupakan indikator pencapaian tujuan dari
teori tersebut, yaitu:
a. Pengkajian Keperawatan
1) Pengkajian nyeri
Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada klien
kanker. Nyeri kanker merupakan nyeri kronik yang membutuhkan
penatalaksanaan yang berbeda dengan nyeri kronik lainya,
membutuhkan penilaian dengan tingkat akurasi yang tepat, evaluasi
secara komprehensif dan waktu yang ketat terutama untuk nyeri
berat, serta pengobatannya berlangsung lama. Pada kasus lanjut dan

41
perawatan paliatif, tidak jarang klien mendapatkan terapi nyeri
sampai akhir hidupnya (Rasjidi, 2010).
Ada beberapa pedoman untuk mengkaji keluhan nyeri pada
klien kanker seperti keluhan utama, riwayat penyakit yang diderita,
karakteristik nyeri, pemeriksaan fisik dan psikis secara
komprehensif, faktor apa yangmengurangi atau memperberat nyeri
tersebut. Pada saat pengkajian, perawat dapat mengajukan beberapa
pertanyaan yang bersifat terbuka kepada klien terkait sensasi nyeri
dan pengalamannya, sehingga akan memperoleh informasi terbaik
(Kemp, 2010).
Untuk mempermudah dalam penilaian nyeri karena
penilaiannya sangat subjektif, dimana faktor manusia sangat dominan
maka penilaian ini menggunakan alat bantu yang sering digunakan
dan bertujuan untuk keseragaman, berupa VAS (Visual Analoge
Scale) untuk digunakan pada klien dewasa. Berdasarkan alat bantu
yang digunakan, maka nyeri kanker dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu nyeri ringan dengan nilai VAS 1- 3, nyeri sedang
dengan nilai VAS 4-6,dan nyeri berat dengan nilai VAS 7- 10
(Campbell, 2009).
Menurut Rulan dan Moore (2001, dalam Alligood & Tomey,
2010) menyatakan bahwa sensasi nyeri sangat mempengaruhi
kualitas hidup klien kanker. nyeri dianggap sebagai sensori tidak
nyaman atau pengalaman emosi yang dihubungkan dengan kerusakan
jaringan aktual atau potensial. Oleh karena itu dibutuhkan manajemen
nyeri yang merupakan kesatuan dengan kualitas dalam perawatan
paliatif.

2) Pengkajian rasa nyaman

42
Rasa nyaman didefinisikan sebagai perasaan bebas dari
ketidaknyamanan, bebas dari masalah fisik, perasaan lega, damai dan
segala sesuatu yang membuat hidup terasa menyenangkan.
Pengkajian rasa nyaman melalui monitoring gejala-gejala paliatif
berupa pengalaman masa lalu klien yang sangat menyenangkan dan
begitu berkesan dalam hidupnya, kesejahteraan emosi, support
sistem, perasaan memperoleh informasi tentang prognosis penyakit,
kepuasan hati yang berkaitan dengan kenyamanan seperti kepuasan
pada layanan terapi, harapan klien, tujuan dan arti hidup, perasaan
cemas dan keadaan depresi terkait penyakit yang dideritanya yang
tidak akan pernah sembuh, perasaan sesak napas, perasaan
mengantuk yang disebabkan oleh proses penyakit.

3) Pengkajian merasa bermartabat dan dihargai


Penilaian terhadap perasaan bermartabat dan dihargai, dapat
dikaji berdasarkan personaliti yang diungkapkan secara langsung oleh
klien, seperti klien mengungkapkan sampai menjelang akhir
hayatnya tetap diperlakukan secara manusiawi.

4) Pengkajian Kedamaian
Penilaian kedamaian berdasarkan pada aspeki fisik, psikologis,
dan spiritual. Alat bantu yang digunakan dalam mengkaji status
perasaan damai klien adalah instrumen ESAS. Selain itu ungkapan
positif tentang semangat hidup terkait dukungan, perlu dicermati.
Adapun penilaian akan spiritual bisa dengan cara intuitif, yaitu
melalui keterampilan dalam menilai kondisi spiritual interpersonal.
5) Pengkajian kedekatan dengan orang yang bermakna

43
Kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan melalui
hubungan yang bersifat harmonis dapat tercermin dari ungkapan
pernyataan dan respon klien saat berinteraksi dengan keluarganya.
Alat bantu yang digunakan dalam menilai status hubungan tersebut
yaitu penggunaan pengkajian ESAS.

b. Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian keperawatan dianalisa untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan baik yang bersifat aktual maupun potensial.
Adapun pernyataan diagnosa keperawatan berdasarkan lima komponen
yang dikaji.
1) Nyeri
Nyeri kronis; dihubungkan dengan adanya kerusakan jaringan yang
bersifat permanen.
2) Kenyamanan
 Ansietas : dihubungkan dengan perubahan fungsi peran, adanya
nyeri, atau antisipasi terhadap kejadian yang tidak diinginkan.
 Pola nafas tidak efektif; dihubungkan dengan cemas, stress, dan
kelelahan.
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh;
dihubungkan dengan ketidakmampuan menelan, kesulitan
mengunyah, pengetahuan tentang nutrisi, dan kelelahan.
3) Bermartabat dan dihormati
Isolasi sosial dihubungkan dengan perasaan tubuh, perubahan peran
sosial atau perilaku sosial tidak diterima
4) Damai
 Penampilan peran tidak efektif; dihubungkan dengan
ketidakadekuatan sistim pendukung

44
 Merasakan kedekatan dengan orang yang bermakna
 Kerusakkan interaksi sosial; dihubungkan dengan tidak ada
orang yang berarti atau ketidakpuasan hubungan personal.

c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien kanker berdasarkan respon yang tidak
efektif yang diadaptasi dari Nursing Intervention Classification
(NIC).Tujuan pemberian intervensi keperawatan untuk meminimalkan
gejala-gejala paliatif sehingga berdampak pada peningkatan kualitas
hidup dan klien bebas dari penderitaan.

d. Evaluasi
Penilaian terhadap respon klien dengan membandingkan perubahan
kondisi klien, dimana klien memperlihatkan semangat hidup yang
baik, terjalinnya hubungan yang harmonis dengan keluarga dan dapat
beraktivitas normal.

45
D. Edmonton Symptom Assessment Scale (ESAS)
ESAS dikembangkan pada tahun 1991 oleh Bruera dan kawan-kawan di
Edmonton General Hospital, Albert, Canada. Untuk mengevaluasi intensitas
gejala fisik dan psikologis tersering yang dirasakan pasien kanker yang
menerima perawatan paliatif yang kemudian dengan cepat diadopsi oleh banyak
program perawatan kanker paliatif.

1. Definisi
ESAS merupakan instrumen yang didesain untuk membantu monitoring
harian 9 gejala umum yang mempengaruhi pasien kanker pada fase terminal
kehidupannya. Instrumen yang terdiri dari skala visual numerik 0-10 untuk nyeri,
aktivitas, nausea, depresi, cemas, penurunan kesadaran, nafsu makan, suasana
hati dan sesak nafas. Ada tambahan gejala ke 10 yang bisa ditambahkan sendiri
oleh pasien (Moro, et all, 2006)
Carvajal, Centeno, Watson, Bruera (2011) menyatakan ESAS menyediakan
pengkajian cepat dan sederhana numerikal gejala paling umum dengan tampilan
grafik yang memfasilitasi interpretasi dan perbandingan waktu ke waktu. Setiap
skala numerik di interpretasikan masing-masing, meskipun dapat juga
dikalkulasikan sebagai total skor distres gejala dan semua total gejala.
Direkomenbdasikan intrumen diisi sendiri, bila memungkinkan, alternatif lain
perawat dapat membantu pasien menyelesaikannya.

2. Komponen ESAS
Masing-masing gejala yang dirasakan oleh pasien, diklasifikasikan atas tidak
ada (skor 0), ringan (1-3), sedang (4-6) dan berat (7-10). Komponen gejala yang
umum dirasakan oleh pasien kanker yang dikaji dalam ESAS adalah:
1) Nyeri/pain . Makna untuk gejala nyeri dapat dibantu dengan instrumen
VAS (Visual Analog Scale). Cancer Care Ontorio (2010) menyatakan

46
suatu pengkajian nyeri yang komprehensif mempertimbangkan domain
berikut: efek fisik/manifestasi nyeri, efek fungsional (kaitannya dengan
ADL), aspek spiritual, faktor psikososial (tingkat cemas, mood, pengaruh
budaya, ketakutan, efek hubungan interpersonal, faktor yang
mempengaruhi toleransi nyeri.
2) Lelah/fatigue. Lelah diartikan sebagai penurunan tingkat energi (namun
tidak memerlukan tidur). Lelah yang berhubungan dengan kanker pada
deawasa dapat termasuk diantaranya: kelelahan atau ketidaktersediaan
tenaga untuk melakukan aktifitas saat ini, kerusakan fungsional penting
(sept, tugas harian, bekerja, kehidupan sosial, dll), hilangnya konsentrasi
atau perhatian, distres atau mood negatif sehubungan dengan merasa
lelah (sept sedih, frustasi, sensitif), gangguan tidur (insomnia atau
hypersomnia), penurunan motivasi atau ketertarikan melakukan aktivitas
(CAPO, 2011)
3) Mengantuk/drowsiness. Drowsiness, dijelaskan pada pasien tentang
perasaan mengantuk. Namun ini lebih cenderung pada tingkat kesadaran
seseorang. Pasien dengan kanker sering mengeluh masalah tidur oleh
karena stres menghadapi kanker. Masalah tidur diklasifikasikan sebagai
situasional, akut atau insomnia. Insomnia situasional biasanya dapat
diatasi bila stresor dihilangkan. Insomnia digambarkan sebagai keluhan
subjektif tentang ketidak puasan tidur, masalah tertidur waktu tidur,
gangguan tidur (malam-tidur berjalan), bangun terlalu dini dan bangun
tidak segar (non-‐restorative sleep). Gejala pada siang hari seperti lelah
atau kurang berenergi dan kesulitan fungsi kognitif (sept perhatian,
konsentrasi dan memori), biasanya ini
dikeluhkan subjektif. seseorang yang mengalami gejala insomnia selama
3 kali atau lebih per minggu selama berbulan-bulan disebut dengan
insomnia kronis.(CAPO, 2010).

47
4) Mual/nausea. Keluhan ini dapat muncul sebagai akibat efek samping
pengobatan, atau absennya makan.
5) Nafsu makan/appetite, ditandai dengan selera pasien untuk makan,
menghabiskan porsi yang disediakan.
6) Nafas sesak/shortness of breath, ditandai dengan respirasi yang susah
atau meningkat bisa saja berkaitan dengan nyeri. Oleh karena sesak
merupakan subjektif pasien, keluhan dan gejala diterima dan diatasi,
perawat kemudian mengidentifikasi kondisi medis yang mendasari sesak
terjadi.(CCO, 2012)
7) Cemas. Cemas diartikan sebagai gelisah atau kurang istirahat. Cemas
dialami apabila menghadapi situasi yang menegangkan, seperti
menunggu hasil pemeriksaan biopsi.
8) Depresi. saat mengkaji depresi, kaitkan pengkajian komprehensif dari
derajat kerusakan fungsional dan/atau disabilitas sehingga
memungkinkan depresi dan lamanya episode hal tersebut.
9) Kenyamanan/Well being. Kenyaman yang dirasakan pada tubuh secara
keseluruhan, baik fisik dan lainnya, yang dapat diungkapkan dengan
“bagaimana kabarmu/perasaanmu hari ini?”
10) Gejala tambahan. Pengkajian gejala yang mungkin tidak terlalu
sering dirasakan pasien kanker, namun bagi pasien penting perlu ditanyakan
pada pasien. Contohnya cegukan, pruritus, vertigo atau bingung. bila gejala
ekstra ini diidentifikasi, pasien juga dikaji 2 kali sehari, informasi tersebut
akan disalin ke grafik pengkajian gejala yang mencatat pengkajian hingga
21 hari per halaman.

48
3. Cara Mengerjakan ESAS
ESAS merupakan data subyektif, dengan arti kata, yang mengisi
adalah pasien (oleh karena yang merasakan tingkat keparahan gejala adalah
pasien sendiri) dibantu oleh perawat atau oleh perawat atau oleh relasi
(keluarga). Hal ini sesuai dengan penjelasan oleh Bruera et al (1999) pada
artikelnya, yang menyatakan bahwa ESAS dilakukan 2 kali sehari pada jam
10 dan jam 18 untuk mengindikasikan perubahan terhadap 9 gejala
diatas.Informasi kemudian dicatat dan ditransfer kedalam grafik hingga 21
hari pada tiap halamannya. Jumlah skor semua item mengindikasikan skor
gejala distress pasien. Moro, et al. (2006) yang juga menerapkannya di unit
paliatif Italia menyatakan skor individu untuk tiap-tiap gejala dicatat terpisah
dan jumlah total skor dikalkulasikan sebagai gambaran skor distres.
Pencatatan ESAS dilakukan 2 kali (pagi dan sore) dari admission
(penerimaan) hingga pasien keluar atau meninggal, dimana pasien home care
dikaji sekali seminggu dari admission hingga program home care sampai
meninggal.
Bruera menjelaskan pada studinya tahun 1990, pengkajian
diselesaikan baik oleh pasien tanpa bantuan, pasien dibantu perawat,
perawat, atau keluarga. keputusan siapa yang bertanggung jawab dalam
pengkajian diputuskan oleh katim perawat tiap pagi. bila memungkinkan,
pasien diharapkan melakukan sendiri pengkajian gejalanya atau dibantu staf
perawat. bila pasien kesadarannya menurun, atau menolak untuk dilakukan
pengkajian, perawat menyelesaikannya sesuai dengan keputusannya tentang
gejala pasien. Bila tidak memungkinkan mengkaji gejala tertentu (sept.
cemas atau depresi pada pasien koma), VAS/visual analogue scale (skala
rentang 0-10 pada poin ESAS) tidak akan diisi. jika keluarga mampu
mengisi harian, merekalah yang mengisinya bila pasien tidak mampu.
Bruera juga mencatat ESAS memiliki beberapa keuntungan dibandingkan

49
catatan dokter dan perawat. pasien mampu mencatat secara langsung
intensitas gejalanya kedalam grafik. Grafik tersebut juga dapat diperlihatkan
pada profesi lain, seperti dokter. Ini penting bila pasien dirawat oleh dokter
atau perawat berbeda selama dirawat di RS.
Namun diantara keuntungan metode tersebut, ditemui kadang-kadang
ketidak sukaan pasien akan instrumen ini. Sehingga butuh penjelasan pada
pasien tujuan format ini dan bagaimana mengisinyaserta keengganan pada
staf baru untuk melakukan pengkajian ini.
4. Integrasi ESAS dalam Pendekatan Teori PEOL
Dalam menggunakan pengkajian dengan pendekatan teori PEOL,
komponen ESAS yang terdiri dari 9 gejala umum dan 1 gejala tambahan
yang dirasakan oleh pasien diintegrasikan dalam 5 domain PEOL sebagai
berikut
 Domain bebas nyeri
Dalam mengkaji nyeri dilakukan dengan menggunakan
pengkajian ESAS (Edmonton Symptom Assessment Scale)
nyeri dalam rentang nilai 0-10, dikombinasikan dengan VAS
(Visual Analog Scale) untuk mendapatkan ekspresi nyeri yang
kira-kira dirasakan oleh pasien. ESAS digunakan dengan
pertimbangan, format ini telah dikenal dan sedang
diujicobakan di RS saat ini. Berdasarkan algoritma ESAS,
pengkajian nyeri dapat dikaji lebih dalam lagi dengan akronim
O,P,Q,R,S,T,U dan V yang diadaptasi dari Fraser health
(Cancer Care Ontario, 2014).
 Domain Kenyamanan
Alat bantu dalam menilai rasa nyaman pada pasien kanker
yaitu penggunaan Edmonton Symptom Assessment Scale
(ESAS). Pengkajian rasa nyaman meliputi pengkajian

50
ketidaknyaman fisik dari pasien dan pengkajian terhadap
kemungkinan komplikasi yang beresiko menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien. Untuk itu, poin ESAS yang
dinilai dalam menggambarkan kenyamanan pasien adalah:
ESAS lelah, ESAS mengantuk, ESAS mual, ESAS nafsu
makan, ESAS sesak, dan ESAS masalah tertentu.
 Domain merasa bermartabat dan dihargai.
Kaitan antara komponen ESAS dengan domain ini lebih
kepada masalah fisik yang ditimbulkan oleh kanker dan
pengobatannya yang berdampak kepada martabat dan harga
diri individu yang diperlihatkan oleh emosional seseorang.
Poin cemas dan depresi dalam ESAS pada domain ini dapat
dimunculkan apa bila ada kaitannya dengan martabat harga
diri seseorang.
 Domain kedamaian
Pengkajian pada level ini meliputi pengkajian terhadap
kecemasan pasien, pengkajian kebiasaan pasien dalam
mengatasi kecemasannya, pengkajian terhadap emosi pasien,
pengkajian terhadap hal-hal yang dipercayai oleh pasien dalam
hal ini berfokus kepada aspek spiritualnya.Instrumen ESAS
dalam hal ini digunakan, yaitu pada poin ESAS depresi, ESAS
cemas, dan ESAS suasana hati.
 Domain kedekatan orang yang bermakna.
Hubungan antara domain significant others hubungannya
dalam ESAS, sebagai data penunjang yang diekspresikan pada
tampilan emosional individu. Keinginan individu pada fase
end of life agar menjalani hari akhirnya dengan end of life
tercermin dari psikologis pasien, yang apabila tidak terpenuhi,

51
dalam komponen ESAS cemas dan depresi dapat dikaji lebih
lanjut.

E. Estern Cooperative Oncology Group (ECOG)


1. Skala ECOG
Skala ECOG dikembangkan pada tahun 1960, merupakan skala 6 poin
yang simpel, berkisar dari (0) sampai (5). Skala ECOG telah secara luas
digunakan dalam penelitian dan praktik klinis di bidang onkologi.
Pada awalnya pengukuran untuk status perfoma adalah dengan
menggunakan skor Karnofsky yang diperkenalkan oleh David A. Karnofsky
pada tahun 1948 untuk menilai pasien yang mendapatkan kemoterapi
nitrogen mustard pada karsinoma paru primer. Terapi kemudian
penggunaan skala ECOG lebih disukai oleh karena lebih mudah dan lebih
simpel.
Berikut adalah tabel ECOG :
Skala ECOG
0 Aktif secara penuh, bisa melakukan aktivitas sebagaimana sebelum
terkena penyakit tanpa hambatan
1 Terbatas dalam melakukan aktivitas berat tetapi masih bisa rawat
jalan dan bisa melakukan pekerjaan yang ringan seperti pekerjaan
rumah tangga atau pekerjaan kantor yang ringan.
2 Bisa rawat jalan dan mampu untuk merawat diri sendiri tetapi tidak
mampu melakukan pekerjaan dan < 50% waktu harus berbaring
3 Hanya mampu merawat diri sendiri secara terbatas, > 50% waktu
harus berbaring atau duduk
4 Harus berbaring terus menerus
5 Meninggal

52
53
BAB III
LAPORAN KASUS
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL KEPERAWATAN
PEACEFUL END OF LIFE PADA NY.A DENGAN KEGANASAN PADA PAYUDARA
BILATERAL STADIUM IV

Kasus
A. Biodata Klien
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/ Umur : 02/05/1981/ 40 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Menikah
Diagnosis Medis : Ca mamae bilateral stadium IV metastasis paru + efusi pleura
sinistra on pigtail
Tanggal masuk RS : 07 Maret 2022
BB : 45 kg
Tanggal dilakukan pengkajian: 22 Maret 2022

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengatakan mengantuk, tidak bisa tidur karena nafas terasa sesak. Sesak
bertambah jika telentang. Selain sesak nafas, dada klien terasa berat. Payudara kanan
terasa mengeras dan terasa sakit menusuk-nusuk, skala nyeri 5 meningkat menjadi 7
saat bergerak, berlangsung ± 10 menit.

54
2. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, asma dan
alergi lainnya. Klien mengatakan tahun 2019 terdapat benjolan pada payudara kiri
sebesr kelereng, namun tidak dilakukan pemeriksaan atau pengobatan apapun. Oktober
2021 benjolan bertambah besar dan terasa nyeri. Dilakukan biopsy, dengan hasil labor
patologi anatomi: invasive carcinoma mammae of no special type grade II (dekstra),
lymphovascular invasion (LVI) positif. Setelah hasil biopsy keluar, pasien dianjurkan
untuk mengikuti program radioterapi 25 siklus dan dilanjutkan dengan kemoterapi 12
siklus. Setelah selesai 12 siklus, klien mengeluh sesak nafas, kemudian klien dirawat
dengan diagnose Ca mamae bilateral stadium IV metastasis paru + efusi pleura.
Kemoterapi dilanjutkan 12 siklus lagi. Setelah siklus ke 6, klien tambah sesak nafas,
dilakukan pemasangan pigtail, kemoterapi dihentikan sementara, menunggu perbaikan
keadaan umum. Klien baru selesai VATS hari ke 3.
3. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan kakak kandung juga menderita ca mamae.
4. Riwayat ginekologi dan obstetric: Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan
SADARI. Klien menarche pada umur 11 tahun.
5. Riwayat alergi: tidak ada
6. Riwayat bedah dahulu: tidak ada
7. Riwayat medikasi, obat bebas dan obat nutrisi: klien tidak menggunakan alat
kontrasepsi, penggunaan suplemen makanan tidak ada. Klien mengatakan pembelian
obat bebas saat demam dan flu yaitu parasetamol dan obat flu.
8. Riwayat social: Klien tidak memiliki riwayat merokok, tetapi sebagai perokok pasief
karena suami klien perokok. Klien tidak mengkonsumsi alkohol.
9. Pengkajian nutrisi dan kebiasaan diet: Antropometri klien: BB 45 kg, tinggi badan:
150cm, IMT 20 kg/m2 (normal). Klien biasa mengkonsumsi mie instan. klien
mengalami penurunan BB ± 10 kg dalam 6 bulan terakhir. Saat dirawat saat ini, klien
mengatakan kurang nafsu makan, mual dan muntah tidak ada, serta tidak ada gangguan

55
menelan. Klien mendapat diet TKTP 1500kkal +MC 2x100 + 2 putih telur, diet
dihabiskan 3/4 oleh klien. Skor ESAS tidak nafsu makan 4.
10. Pemeriksaan Fisik
KeadaanUmum Kesadaran composmentis
GCS 15 E4 M6 V5
Tanda vital TD: 110/70 mmHg; HR: 98 x/I;
RR: 28 x/I; T: 36,7 C; SpO2; 98%.
Kulit Warna putih,berkeringat,teraba dingin,lembab
Kepala Inspeksi
 Normochepal
 Rambut beruban
 Penyebaran rambut merata
 Rambut tidak berketombe
 Kepala tidak ada lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mata  Simetris kiri dan kanan
 Konjungtiva anemis
 Sklera tidak ikterik
 Palpebra tidak udem
Hidung Inspeksi
 Simetris kiri dan kanan
 Tidak ada perdarahan,
 Tidak ada sumbatan
 Pernafasan cuping hidung (+)
 terpasang O2 binasal kanul 3 liter/ menit
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan daerah sinus
Telinga Inspeksi: Simetris kiri dan kanan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan pada maltoid

Mulut dan Gigi Inspeksi


 Mukosa bibir kering
 Sianosis (-)
 Gigi ada karies
 Lidah bersih
 Tidak ada stomatitis
Thorax Paru:
I: Retraksi dinding dada tidak bisa dikaji, terpasang pigtail di
hemitorak sinistra RIC 7 (produksi cairan ± 25 cc/ 24 jam,
warna serouhemoragik)

56
P: fremitus kiri = kanan
P: Sonor
A: vesikuler, rh (-/-), wh (-/-)

Jantung:
I: ictus cordis sulit dinilai
Palpasi dan perkusi: tidak bisa dinilai
A: buyi jantung regular
Payudara Inspeksi
payudara tidak simetris kiri dan kanan
pengkajian luka:
- Lokasi luka: terdapat luka pada kedua mamae dan perut
kiri bagian atas
- Ukuran luka:
Payudara kanan
Payudara kiri
Perut kiri atas:
- Warna dasar luka: merah: granulasi, mudah berdarah
- Karakteristik luka:
H (Hemorrage): mudah berdarah
O (Oddor): tidak berbau
P (Pain): Nyeri pada kedua payudara dan perut kiri bagian
atas, terasa menusuk-nusuk, skal nyeri 5, berlangsung ± 10
menit, terasa meningkat saat beraktivitas,
E (Eksudat): (+), tipe serous dan cloudy
S (infeksi): kemerahan sekitar luka (+), nyeri,
- Periwound skin
a. Iritasi: pengunaan bahan atau alat Kesehatan yang
menimbulkan alergi
b. Maserasi: akibat cairan atau eksudat luka kanker
c. Blister: penggunaan plester yang tidak tepat
Abdomen Inspeksi
 Asites (-)
 Distensi Abdomen (-)
 Luka (+) di regio kiri atas
Palpasi: Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus 10x/menit
Muskuloskeletal  Clubbing finger: (-)
/ Ektremitas  Edema pada ke empat ekstremitas, derajat edema +2,
 CRT < 2 detik
 Kekuatan Otot: 555 / 555, 555 / 555

57
Genitalia Tidak ada keluhan
Rectal Hemorroid (-), pola defekasi: 1x 2 hari, konsistensi lunak
Pola buang air kecil: 5-6 x sehari, warna kuning.
Balance cairan tanggal 21/3/2022:
Intake: 1500cc (IVFD), 1000cc (Minum) = 2500 cc
Output: 1800cc (urin), 450cc/24 jam(IWL) = 2250 cc
Balance cairan: +250 0cc

11. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal
Nilai
Pemeriksaan 21/03/202
07/03/2022 12/3/2022 17/03/2022 Normal
2
Hb 8.0 10.7 9.8 g/dl 12.0 - 14.0
leukosit 21.890 11.660 13.290/ 5.0 - 10.0
mm3
Hematokrit 17 24 30 % 37-43
Trombosit 603.000 375 448.000/ 150 - 400
mm3
APTT 21.7 19.9 detik 22.6 - 30.0
PT 11.8 11.0 detik 10.2 - 13.4
Kimia klinik
Total protein 6.3 5.1 5.9 g/dl 6.6 - 8.7
Albumin 3.1 2.5 2.9 g/dl 3.8 - 5.0
Globulin 3.2 2.6 3.0 g/dl 1.3 - 2.7
SGOT 32 35 U/L <32
SGPT 10 10 U/L <31
Ureum darah 19 19 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.5 0.5 mg/dl 0.6 - 1.2
darah
GDS 145 153 mg/dl 50 - 200
Natrium 133 129 136 - 145
mmol/L
kalium 4.9 4.6 3.5 - 5.1
mmol/L
Klorida 99 98 mmol/L 97 - 111

58
b. Radiologi/Diagnostik:
1) Laboratorium patologi anatomi tanggal 05/10/2021
Invasive carcinoma mammae of no special type grade II (dekstra), lymphovascular
Invasion (LVI) positif.
2) Thoraks AP - lateral tanggal 14/03/2021
Trakea di tengah. Mediastinum superior kanan tidak melebar. Aorta baik. Jantung
posisi normal, ukuran sulit dinilai karena batas kiri jantung terselubung. Kedua
hillus kanan tidak menebal/melebar. Corakan bronkovaskular kedua paru kanan
baik. Tampak infiltrat di lapangan paru kanan dan perselubungan homogen massif
di hemitoraks kiri dari atas sampai bawah. Diafragma dan sinus kostofrenikus
kanan baik, kiri terselubung. Tulang kesan intak.
Kesimpulan: Pulmonary metastasis
3) Thoraks AP tanggal 18/03/2021 (post VATS)
Cor sulit dinilai, batas kiri jantung terselubung. Sinus dan diafragma berselubung
terutama di kiri. Hillus normal. Corakan bronkhovaskuler normal. Tampak
perselubungan opak homogen di hemitorak atas sampai bawah kiri dan hemitorak
bawah kanan. Tampak perbercakan di lapan bawah paru kanan. Skeletal dan soft
tissue normal. Ujung WSD setinggi costa 8 posterior kiri.
Kesimpulan:
- efusi bilateral terutama kiri
- pneumonia DD/ pneumoni type metastasis

c. Riwayat Terapi
1) Terapi Maintenance:
- IVFD tutofusin 500ml/8 jam
2) Terapi IV:
- Ceftriaxon 2 x 2 gr (H- 15)

59
- Ketorolac 2 x 30 mg
- Ranitidine 2 x 50 mg
3) Riwayat Terapi yang pernah diberikan
Protokol khemoterapi:
a. Sebelum dan sesudah khemoterapi
Dexametason 1 amp, Ranitidine 1 amp, Ondansentron 1 amp
b. Sebelum khemoterapi
Difenhidrami 1 amp, Lasix 1 amp
c. Regimen khemoterapi:
Vinorelbine 40 mg dalam infus NaCl 0,9% 100cc
Taceral 2 x 1000mg (tablet)

C. Penerapan Peaceful End of Life Theory


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada Ny.A dengan pendekatan teori peaceful end of life.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengelompokkan data pasien berdasarkan lima
konsep dari teori peaceful end of life.
a) Nyeri
Klien mengeluh nyeri pada payudara kanan skala nyeri 5, nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan hilang timbul. Durasi nyeri sekitar ±10 menit. Nyeri meningkat saat
banyak bergerak, terasa menjalar ke payudara kiri dan perut kiri bagian atas. Nyeri
berkurang dengan istirahat dan saat diberikan obat. Klien tampak meringis, gelisah,
menutup mata, kadang klien menarik nafas dalam sambil memeluk bantal
b) Kenyamanan
Pengkajian kenyamanan pada Ny. A, Klien mengeluhkan sesak nafas, dada terasa
berat, cepat merasa lelah bila beraktivitas. Klien mengatakan sesak nafas dan karena
sesak pasien menjadi sulit tidur. Tidur hanya bisa dilakukan sambal duduk, karena
sesak akan bertambah jika telentang. Klien tampak bernafas lewat mulut dalam kondisi

60
duduk memeluk bantal. Klien tampak bertambah sesak saat banyak berbicara. Klien
juga tidak nyaman dengan luka pada kedua payudara sampai bagian atas perut kiri
yang lukanya kadang merembes, dan hsarus ganti balutan setiap hari. Status fisik
Estern Cooperative Oncology Group (ECOG) adalah 4 (klien sudah tidak mampu
untuk merawat diri sendiri, aktivitas klien benar-benar terbatas yaitu hanya di tempat
tidur). Aktivitas sehari-hari klien dibantu seperti berpakaian, toileting, mandi, makan
dan aktivitas lainnya. Klien mengatakan tidak nyaman dengan penyakitnya, dan bosan
dengan penyakit yang tidak sembuh malah dirasa makin berat. Rasa nyaman klien
dikaji dengan menggunakan instrument ESAS, klien merasa lemas dan tidak berdaya,
nilai skor ESAS kelelahan 7. Nilai skor ESAS mengantuk klien 6.
c) Pengkajian merasa bermartabat dan dihargai
Klien merasa senang karena selalu dihargai dan dihormati oleh keluarga dan perawat.
Hal ini terlihat dari suami yang selalu menunggui selama klien dirawat. Klien
mengatakan perawat dan dokter selalu menjelaskan tujuan, keuntungan dan kerugian
setiap tindakan yang akan diberikan padanya. Klien juga diberi kesempatan untuk
bertanya, menerima atau menolak atas tindakan yang akan diberikan padanya. Klien
mengatakan pelayanan sudah cukup baik. Klien merupakan peserta JKN PBI, dan
merasa bersyukur karena biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah. Klien
berharap keluarga dan Perawat akan terus memberikan perawatan yang terbaik bagi
dirinya.
d) Kedamaian
Klien merasa khawatir, cemas dan pesimis dengan kondisi kesehatannya dan terapi
yang dijalani. Hal ini terlihat Ketika pasien sering bertanya mengenai penyakitnya,
apakah ada harapan sembuh. Klien merasa sedikit tenang saat melakukan shalat 5
waktu, berzikir, dan mengaji di ruang rawatan. Skor ESAS cemas 5.
e) Kedekatan dengan orang yang bermakna
Klien merasa dekat dengan suaminya. Suaminya selalu memberi dukungan, dan
mendampingi segala aktivitas klien selama dirumah sakit. Suami klien mengurus

61
administrasi RS, mengantar dan mendampingi klien saat diagnosis maupun terapi.
Suami klien juga membantu memenuhi kebutuhan dasar seperti kebutuhan makan dan
minum, kebutuhan eliminasi, kebersihan diri dan mengkomunikasikan kebutuhan klien
dengan tim Kesehatan di rumah sakit. Klien merasa senang berada dalam
pendampingan orang terdekatnya selama dirawat di rumah sakit. Klien juga
menyatakan rindu dengan ke dua orang anaknya yang tidak diijinkan masuk karena
umur masih dibawah 13 tahun.

2. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


keperawatan

1 DS: Penurunan Ketidak efektifan


- Klien mengeluh ekspansi paru pola nafas
nafas sesak, dan
dada terasa berat
- Klien mengatakan
tidak bisa
telentang, karena
bertambah sesak
DO:
- Pernafasan cuping
hidung (+)
- Pola nafas tidak
teratur
- Klien tampak
bertambah sesak
saat diwawancara
- Skor ESAS
kelelahan 7
- Vital sign: TD:
110/70 mmHg;
RR: 28 x/I; HR:
98 x/I; T: 36,7 C;
SpO2; 98%.
- Klien terpasang
pigtail di

62
hemitoraks
sinistra RIC 7
- Klien post VATS
hari ke-3
- Ro thoraks
tanggal
18/3/2021, hasil:
efusi bilateral
terutama kiri,
pneumonia DD/
pneumoni type
metastasis
2 DS: perkembangan Nyeri kronis
- Klien mengeluh penyakit akibat
nyeri pada nyeri infiltrasi sel
pada payudara kanker ke
kanan skala nyeri jaringan sekitar
5, nyeri dirasakan
seperti ditusuk-
tusuk dan hilang
timbul. Durasi
nyeri sekitar ±10
menit. Nyeri
meningkat saat
banyak bergerak,
terasa menjalar ke
payudara kiri dan
perut kiri bagian
atas. Nyeri
berkurang dengan
istirahat dan saat
diberikan obat.
DO:
- Klien tampak
meringis, gelisah,
menutup mata,
kadang klien
menarik nafas
dalam sambil
memeluk bantal

3 DS: Kurang asupan Ketidakseimbangan

63
makanan nutrisi dari
- Klien mengatakan kebutuhan tubuh
nafsu makan
menurun karena
sesak nafas
- Klien mengatakan
mengalami
penurunan berat
badan dari 55kg
menjadi 45 kg
DO:
- Skor ESAS tidak
nafsu makan 4
- BB: 45 kg; TB:
150cm, IMT 20
kg/m2 (normal)
- Diet habis ¾ porsi
- Hb: 9,8 gr/dl

4 DS: faktor mekanik Kerusakan


- Klien mengatakan (invasi tumor) integritas jaringan
luka kadang
merembes. Setiap
hari harus ganti
balutan
DO:
- Lokasi luka:
terdapat luka pada
kedua mamae dan
perut kiri bagian
atas
- Ukuran luka:
Payudara kanan
Payudara kiri
Perut kiri atas:
- Warna dasar luka:
merah: granulasi,
mudah berdarah
- Karakteristik luka:
H
(Hemorrage):
mudah

64
berdarah
O (Oddor):
tidak berbau
P (Pain): Nyeri
pada kedua
payudara dan
perut kiri
bagian atas,
terasa
menusuk-
nusuk, skal
nyeri 5,
berlangsung ±
10 menit, terasa
meningkat saat
beraktivitas,
E (Eksudat):
(+), tipe serous
dan cloudy
S (infeksi):
kemerahan
sekitar luka (+),
nyeri,
5 DS: Adanya ancaman Ansietas
- Klien mengatakn dan perubahan
merasa khawatir, status kesehatan
cemas dan
pesimis dengan
kondisi
kesehatannya dan
terapi yang
dijalani.
- Klien bertanya
mengenai
penyakitnya,
apakah ada
harapan sembuh.
- Klien mengatakan
merasa sedikit
tenang saat
melakukan shalat
5 waktu, berzikir,

65
dan mengaji di
ruang rawatan.
DO:
- Vital sign: TD:
110/70 mmHg;
RR: 28 x/I; HR:
98 x/I; T: 36,7 C
- Skor ESAS cemas
5

6 DS: - Compromised Kelebihan volume


DO: regulatory cairan
- Edema ke empat mechanism
ekstremitas
- Derajat edema +2
- Hasil labor: Hb:
9,8 gr/dl(↓); Ht:
30% (↓); Na
129mmol/L (↓);
albumin 2,9gr/dl (
↓); total protein:
5,9 gr/dl (↓)
- Balance cairan
+250cc

7 DS: - Ketidakadekuata Resiko Infeksi


DO: n pertahanan
- Hasil labor: sekunder
Hb=9,8 gr/dl;
- Klien terpasang
pig tail
- Tampak luka pada
kedua mamae dan
perut regio kiri
atas

3. Diagnosa Keperawatan

66
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
keletihan, nyeri, kelelahan oto-otot pernafasan
b. Nyeri kronis berhubungan dengan proses perkembangan penyakit akibat infiltrasi
sel kanker ke jaringan sekitar
c. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan ditandai dengan pasien mengatakan nafsu makan menurun karena
sesak nafas, klien mengatakan mengalami penurunan BB, skor ESAS tidak nafsu
makan 4.
d. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Compromised regulatory
mechanism ditandai dengan edema keempat tungkai, penurunan nilai Hemoglobin
dan hematokrit, ketidakseimbangan elektrolit,
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor mekanik (invasi tumor)
ditandai dengan adanya luka pada kedua payudara dan perut regio kiri atas
f. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman dan perubahan status kesehatan
ditandai dengan skor ESAS cemas 5
g. Resiko infeksi berhubungan dengana ketidakadekuatan pertahanan sekunder

67
4. Rencana Asuhan keperawatan

No Diagnosis Keperawatan NOC NIC

1 Ketidakefektifan Setelah diberikan intervensi keperawatan Respiratory monitoring:


pola nafasselama 3 x 24 jam diharapkan klien mampu - Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan
berhubungan mempertahankan respiratory status dengan - Melakukan auskultasisuara nafas, catat adanya suara
dengan penurunan dengan kriteria hasil: tambahan
ekspansi paru,- Kecepatan pernafasan dalam batas normal - Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
keletihan, nyeri,- Irama pernafasan dalam batas normal - Memonitor respirasi dan saturasi O2
kelelahan oto-otot - Kedalaman inspirasi pernafasan dalam - Mempertahankan jalan nafas yang paten
- Mengobservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
pernafasan batas normal
- Memonitor vital sign
- Tidak menggunakan otot bantu
- Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang
pernafasan Teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas
- Tidak ada keluhan sesak nafas saat Oxygen therapy:
istirahat maupun aktivitas ringan - Membersihkan secret oral, nasal dan trachea dengan
tepat
- Mengatur perlengkapan pemberian oksigen
- Memonitor ukuran aliran oksigen asal kanul
3-5ltr/mnt
- Memonitor posisi alat pemberian oksigen
- Memonitor efektivitas ketepatan pemberian terapi
oksigen (saturasi oksigen)
- Memantau status mental
- Memantau pengeluaran cairan pleura melalui pigtail
2 Nyeri kronis Setelah diberikan intervensi keperawatan Pain management:
berhubungan selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dengan proses mengontrol nyeri dengan kriteria hasil: termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
perkembangan - Mampu mengenal penyebab nyeri kualitas dan factor presipitasi
penyakit akibat - Mampu mengenal gejala nyeri yang - Mengobservasi reaksi non verbal dari

68
infiltrasi sel kanker dirasakan dan waktu timbulnya nyeri ketidaknyamanan
ke jaringan sekitar - Vital sign dalam batas normal - Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
- Mampu menggunakan terapi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri kebisingan
- Melaporkan nyeri yang dapat dikontrol - Mengajarkan tentang teknik non farmakologi:
relaksasi nafas dalam dan distraksi seperti terapi
music
- Memberikan analgetic untuk mengurangi nyeri yaitu
Ketorolac 2 x 30 mg
- Menganjurkan klien untuk istirahat
- Melakukan evaluasi control nyeri setelah dilakukan
intervensi keperawatan
3 Ketidakseimbangan Setelah diberikan intervensi keperawatan Nutrition management
nutrisi dari selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Mengkaji apakah ada alergi terhadap makanan
kebutuhan tubuh meningkatkan masukan makanan dan cairan - Mengkaji makanan kesukaan
berhubungan dengan kriteria hasil: - Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang jumlah kalori
dengan kurang - Mampu memasukkan makanan dan cairan dan jenis nutrisi yang dibutuhkan
asupan makanan secara oral secara adekuat - Memotivasi untuk intake protein, zat besi dan vit C
- Masukan cairan melalui intravena yang cukup
adekuat - Meyakinkan diet yang dimakan tinggi serat untuk
- Masukan nutrisi secara parenteral adekuat mencegah konstipasi
- Memberikan makanan yang terpilih yang sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi
- Menganjurkan klien agar mengkonsumsi buah dan jus
- Memonitir jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Mengkaji kemampuan klien untuk mendapatkan
nutrisi yang baik
- Memonitor nilai labor terkait nutrisi
4 Kelebihan volume cairan Setelah diberikan intervensi keperawatan Electrolyte monitoring:
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Monitor level srum elektrolit
Compromised regulatory menjaga keseimbangan cairan dengan kriteria - Monitor serum albumin dan total protein, sesuai
mechanism ditandai dengan hasil: indikasi
edema keempat tungkai, - Balance cairan 24 jam not compromised - Monitor ketidakseimbangan asam basa

69
penurunan nilai - Serum elektrolit - Mengidentifikasi penyebab ketidakseimbangan
Hemoglobin dan - Hematokrit elektrolit
hematokrit, - Tidak ada edema - Monitor manifestasi neurologi dari
ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit (seperti kehilangan
elektrolit sensori, kelelahan)
- Monitor mual, muntah dan diaremonitor tanda dan
gejala hyponatremia: disorientasi, mual dan muntah,
abdominal cramps, sakit kepala, kebingungan, letargi,
fatig, withdrawal dan koma
- Mengajarkan klien cara memgurangi
ketidakseimbangan elektrolit
- Mengajarkan keluarga dan klien memodifikasi diet
- Melakukan kolaborasi dengan dokter tentang tanda
dan gejala ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Fluid monitoring
- Mengidentifikasi riwayat jumlah dan jenis asupan
cairan dan kebiasaan eliminasi
- Mengidentifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan 9seperti kehilangan albumin, malnutrisi,
infeksi, muntah, diare)
- Monitor CRT
- Monitor membrane mukosa, turgor kulit
- Monitor intake output
- Monitor vital sign
- Monitor warna, jumlah urine
- Monitor distensi vena leher, creckels, edema
peripheral, peningkatan BB
5 Kerusakan integritas Setelah diberikan intervensi keperawatan Wound care:
jaringan berhubungan selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Mengobservasi luka: lokasi, dimensi, kedalman luka,
dengan factor mekanik meningkatkan integritas jaringan dengan tanda-tanda infeksi local
(invasi tumor) kriteria hasil: - Mengajarkan keluarga tentang luka dan perawatan
- Klilen mampu menunjukkan pemahaman luka
dalam proses perbaikan kulit dan - Melakukan teknik perawatan luka kanker

70
mencegah terjadinya cedera - Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit
- Ketebalan dan tekstur jaringan normal TKTP
- Perfusi jaringan normal
- Tidak ada tanda tanda infeksi
- Menunjukkan proses terjadinya
penyembuhan luka
6 Ansietas berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan Anxiety reduction:
dengan adanya ancaman selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Menggunakan pendekatan yang menenangkan
dan perubahan status mengontrol ansietas dengan kriteria hasil: - Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
Kesehatan - Klien mampu mengidentifikasi, selama prosedur
mengungkapkan dan menunjukkan - Memberikan informasi yang nyata mengenai penyakit
dan pengobatan pasien
Teknik untuk mengontrol cemas
- Memahami perspektif klien terhadap situasi stress
- Vital sign dalam batas normal - Menemani klien untuk memberikan keamanan dan
- Klien dapat melakukan relaksasi untuk mengurangi rasa takut
mengurangi cemas - Mendorong keluarga untuk menemani klien
- Klien dapat beristirahat - Mendengarkan dengan penuh perhatian
- Melaporkan tidak ada gejala kecemasan - Mengidentifikasi tingkat kecemasan
secara spesifik - Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan,
- Klien mampu membina hubungan sosial ketakutan dan persepsi
- Mengajarkan klien teknik relaksasi untuk mengontrol
kecemasan
- Menciptakan lingkungan yang tenang
7 Resiko infeksi berhubungan Setelah diberikan intervensi keperawatan Infection control
dengana ketidakadekuatan selama 3x24 jam diharapkan klien mampu - Membersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain
pertahanan sekunder mengontrol resiko dengan kriteria hasil: - Mempertahankan teknik isolasi
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi - Membatasi pengunjung bila perlu
- Klien mampu mendeskripsikan proses - Menginstruksikan pada pengunjung untuk mencuci
penularan penyakit, factor yang tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meninggalkan klien
mempengaruhi penularan serta
- Menggunakan sabun antimikroba untuk mencuci
penatalaksanaannya
tangan
- klien mampu menunjukkan kemampuan
- Mencuci tangan sebelum dan sesuadah melakukan

71
dalam mencegah infeksi Tindakan keperawatan
- jumlah leukosit dalam batas normal - Menggunakan baju, sarung tangan sebagai alat
- klien mampu menunjukkan perilaku pelindung
hidup sehat - Mempertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
- Meningkatkan intake nutrisi
- Memberikan terapi antibiotic sebagai proteksi
terhadap infeksi yaitu Ceftriaxon 2 x 2 gr
- Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Menginspeksi kondisi luka
- Mendorong klien untuk istirahat
- Mengajarkan kllien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Mengajarkan cara menghindari infeksi

72
BAB IV
EVIDENCE BASED NURSING

A. Penelusuran Evidence dan Telaah Kritisi


Evidence Based Nursing yang akan diterapkan pada pasien kasus diatas
adalah Healing Touch (HT) yaitu untuk memulihkan dan menyeimbangkan energi
yang telah terganggu karena stress, cidera, berbagai prosedur medis dan
pengobatan kanker seperti kemoterapi, radiasi opersi dan terapi hormon.
B. Pertanyaan Klinis
Berdasarkan latar belakang yang sudah penulis uraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah dalam pertanyaan klinis “Pada pasien Ca Mammae bilateral
stadium IV, apakah Healing Touch (HT) dapat meringankan nyeri, fatigue, dan
merilekskan pasien? Untuk lebih jelasnya akan digambarkan dalam bentuk PICO
seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1
Analisis PICO
Unsur PICO Analisis Kata Kunci
(Terapi)
P Pasien Ca Mammae bilateral Breast cancer
Stadium IV
I Healing Touch and Massage Healing Touch, Massage
C Terapi komplementer lain seperti Complementary therapy
akupunktur, akupressure, pijat
refleksi
O Meringankan nyeri kanker, Cancer pain, fatigue,
kelelahan, depresi, dan/ depression, and quality
meningkatkan kualitas hidup pada of life
pasien kanker payudara

73
C. Sumber Penelusuran dan Kata Kunci
Penelusuran jurnal yang yang berhubungan dengan penerapan intervensi healing
touch dan pijat untuk meringankan nyeri, fatigue, dan merilekskan pasien,
menggunakan internet online data base yaitu:
1. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/advanced/
2. http://www.sciencedirect.com
3. http://www.search.proquest.com
Hasil penelusuran disajikan dalam tabel seperti dibawha ini:
Tabel 4.2
Hasil Penelususran Evidence
Sumber Penelusuran
Kata Kunci Science Direct Google Scholar
Pubmed Proquest
Breast cancer Ditemukan 46.220 Ditemukan Ditemukan 585.022 Ditemukan
jurnal, dipersempit 334.631 jurnal, jurnal, dipersempit 3.200.000 jurnal,
dengan nursing dipersempit dengan nursing dipersempit
didapatkan 11.183 dengan nursing 31.493, dipersempit dengan nursing
jurnal, dipersempit didapatkan 16.450 3 tahun terakhir 1.030.000,
3 tahun terakhir jurnal, didapatkan 7.110 dipersempit 3
didapatkan 2.904 dipesrsempit 3 jurnal, relavan 26 tahun terakhir
jurnal, yang relevan tahun terakhir jurnal. didapatkan 5.870
6 jurnal didapatkan 2.534 jurnal, relavan
jurnal, yang 124 jurnal.
relevan 22 jurnal

 Breast Cancer Ditemukan 66 Ditemukan 752 Ditemukan 3.375 Ditemukan 3.600


 Healing Touch jurnal, dipesrsempit jurnal, jurnal, dipersempit jurnal,
 Massage 3 tahun terakhir dipersempit 3 3 tahun terakhir dipersempit 3
didapatkan 10 tahun terakhir didapatkan 557 tahun terakhir
jurnal, yang relevan didapatkan 25 jurnal, yang didapatkan 568
3 jurnal jurnal, yang relavan 10 jurnal. jurnal, yang
relevan 1 jurnal relavan 5 jurnal.
 Breast Cancer Ditemukan 27 Ditemukan 11 Ditemukan 3.450 Ditemukan 3.450
 Healing Touch jurnal, didapatkan 2 jurnal, jurnal, dipersempit jurnal,
 Complamatary jurnal yang relevan dipersempit 3 dengan 3 tahun dipersempit
Therapy (CAMT) tahun terkahir terakhir didapatkan dengan 3 tahun
didapatkan 1 121 jurnal, terakhir
jurnal yang dipersempit dengan didapatkan 121
relevan nursing didapatkan jurnal,
47 jurnal,relavan 3 dipersempit
jurnal. dengan nursing
didapatkan 47
jurnal,relavan 0

74
jurnal.
 Breast Cancer Ditemukan 15 Ditemukan 3 Ditemukan 2.221 Ditemukan 439
 Healing Touch jurnal, yang relevan jurnal, yang jurnal, dipersempit jurnal dalam 3
 Complemantary 2 jurnal relevan 1 jurnal dengan 3 tahun tahun terakhir, 2
Tharapy (CAMT) terakhir didapatkan jurnal relevan
 Level pain 87 jurnal,
 Fatigue dipersempit dengan
 Depression nursing didapatkan
12 jurnal, yang
relavan 0 jurnal.

C. Temuan Penelusuran
1. Pain Improvement After Healing Touch and Massage in Breast Cancer: an
Observational Retrospective Study
Gentile, D et al., 2021. Pain Improvement After Healing Touch and Massage in
Breast Cancer: an Observational Retrospective Study. International Journal of
Therapeutic Massage and Bodywork,14(1): 12-20.
2. A Randomized Placebo-Controlled Pilot Study of the Impact of Healing
Touch on Fatigue in Breast Cancer Patients Undergoing Radiation
Therapy
FitzHenry, F et al., 2014. A Randomized Placebo-Controlled Pilot Study of the
Impact of Healing Touch on Fatigue in Breast Cancer Patients Undergoing
Radiation Therapy. Integrative Cancer Therapies. Vol. 13(2) 105–113. DOI:
10.1177/1534735413503545
3. Healing touch in radiation therapy: is the benefit tangible?
Guy, J et al.,2017. Healing touch in radiation therapy: is the benefit tangible?.
Oncotarget. Vol. 8, (No. 46), pp: 81485-81491
4. An Initial Study Using Healing Touch for Women Undergoing a Breast
Biopsy
Goldberg D, R et al., 2016. An Initial Study Using Healing Touch for Women
Undergoing a Breast Biopsy. Journal of Holistic Nursing, 34(2):123-34. doi:
10.1177/0898010115585414.
5. Effect of Therapeutic Touch on Pain Related Parameters in Patients With

75
Cancer: A Randomized Clinical Trial
Tabatabaee A et al., 2016. Effect of Therapeutic Touch on Pain Related
Parameters in Patients With Cancer: A Randomized Clinical Trial. Mater
Sociomed. 28(3): 220-223
6. Effect of Therapeutic Touch in Patients with Cancer: a Literature Review
Tabatabaee, A et al., 2016. Effect of Therapeutic Touch in Patients with
Cancer: a Literature Review. Med Arch. 70(2): 142-147.
D. TELAAH KRITISI
Penulis akan menguraikan deskripsi jurnal utama yang digunakan dalam
menerapkan EBN. Penulis akan menjelaskan beberapa poin yang terkait jurnal
utama sebagai berikut:
1. Judul Penelitian
Judul penelitian jurnal utama adalah “Pain Improvement After Healing
Touch and Massage in Breast Cancer: an Observational Retrospective
Study”.
2. Tujuan Penelitian
membandingkan efektivitas HT vs OM pada nyeri pada pasien kanker
payudara yang menerima HT dan OM.
3. Metode dan Prosedur Penelitian
Desain metodologi adalah observasional, pretest/ posttest, analisis
retrospektif dari sesi terapi tunggal baik HT atau OM. Peserta adalah pasien
rawat jalan kanker payudara di semua fase rangkaian kanker (baru-baru ini
didiagnosis, dalam pengobatan, kelangsungan hidup jangka panjang).
Pasien dirujuk untuk menerima terapi oleh penyedia layanan kesehatan atau
merujuk sendiri. Sebagai proses verbal, klinisi mendeskripsikan tentang HT
dan OM; penjelasan disesuaikan dengan kebutuhan dan pertanyaan individu.
Pasien dapat memilih sendiri modalitas terapi yang mereka sukai. Praktisi
HT dan OM memberikan terapi perawatan klinis rutin untuk pasien di

76
semua aspek rangkaian kanker selama kurang lebih 45 menit, dan teknik
terapi yang didokumentasikan.
Teknik Healing Touch disesuaikan dengan kebutuhan individu. Pasien
menerima HT secara individual di ruang pribadi dengan pencahayaan
lembut dan musik yang menenangkan. Pasien tetap berpakaian dan
berbaring posisi terlentang di atas meja empuk. Guling dan selimut tersedia.
Sebelum memberikan HT, praktisi dan pasien menetapkan niat untuk
kebaikan tertinggi pasien. Sentuhan ringan atau teknik sentuhan dekat tubuh
termasuk: 1) Magnetic Clearing untuk membersihkan kemacetan dari
Medan Energi Manusia yang didefinisikan sebagai “medan energi bercahaya
yang membentuk seseorang, melampaui fisik tubuh, dan berada dalam
proses timbal balik yang berkelanjutan dengan medan energi lingkungan.
Energi vital yang merupakan keseluruhan yang berkesinambungan dan
dikenali dari polanya yang unik; dinamis, kreatif, nonlinier, tidak dapat
diprediksi, dan mengalir dalam frekuensi yang lebih rendah dan lebih tinggi;
2) Mind Clearing untuk mengurangi stres dan meningkatkan relaksasi; dan
3) Koneksi Chakra untuk menghubungkan, membuka, dan menyeimbangkan
pusat energi (chakra).
Pijat Onkologi menggunakan gerakan meluncur, gerakan berirama, adonan
lembut, dan memegang jaringan lembut untuk memenuhi tujuan terapeutik
individu. Sebelum terapi, kondisi medis dinilai untuk menentukan
modifikasi teknik. Modifikasi termasuk pemosisian alternatif (misalnya,
berbaring miring atau duduk vs. pemosisian tengkurap/terlentang) dan
bantalan tambahan untuk mengurangi tekanan pada luka, tumor, peralatan
medis, dan tempat pembedahan. Kamar memiliki pencahayaan lembut,
musik yang menenangkan, dan pemanas ruangan serta kipas angin untuk
menyesuaikan kenyamanan pasien. Lotion hipoalergenik tanpa pewangi
digunakan sebagai pelumas. Skala Tekan Walton pada tingkat 1-3, dengan 3

77
biasanya disediakan untuk mereka yang telah menyelesaikan perawatan
kanker mereka.
4. Hasil Penelitian
Sebanyak 407 pasien melaporkan skor nyeri sebelum dan sesudah terapi,
terdiri dari 233 (57,3%) yang menerima HT dan 174 (42,8%) yang
menerima OM. Rata-rata nyeri sebelum terapi lebih tinggi pada HT (M=5.1,
± 2.3) dibandingkan OM (M=4.3, ± 2.1) (p <.001); nyeri rata-rata
pascaterapi tetap lebih tinggi pada HT (M=2,7, ± 2,2) dibandingkan OM
(M=1,9, ± 1,7) (p <0,001). Perbedaan rata-rata dalam pengurangan nyeri
adalah 2,4 untuk HT dan OM. Baik HT (p < .001) dan OM (p < .001)
dikaitkan dengan pengurangan rasa sakit. Proporsi pengurangan nyeri yang
signifikan secara klinis serupa (65,7% HT dan 69,0% OM, p = 0,483).
Modalitas tidak berhubungan dengan perbaikan nyeri (p = 0,072).
5. Kesimpulan
Baik HT dan OM dikaitkan dengan peningkatan nyeri yang signifikan secara
klinis. Penelitian masa depan harus mengeksplorasi sikap terhadap
modalitas dan pengaruh potensial stadium kanker dan status pengobatan
pada pemilihan modalitas sendiri.
6. Aplikabilitas
Pada pelaksanaannya penelitian ini tidak menimbulkan efek yang
membahayakan pada subjek penelitian. Intervensi yang digunakan, bersifat
noninvasif, murah, patient-directed, aman, dan secara teknis dapat
mengurangi level nyeri, anxietas, dan depresi. Dalam melakukan terapi
komplementer ini, pemilihan pasien dan terapi berulang sangat penting
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien

78
E. Telaah Kritisi
No Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan

1. Judul : Pain Membandingkan Desain metodologi adalah Sebanyak 407 pasien melaporkan Baik HT dan OM dikaitkan
Improvement efektivitas HT vs observasional, pretest/ posttest, analisis skor nyeri sebelum dan sesudah dengan skor nyeri yang
After Healing OM pada nyeri retrospektif dari sesi terapi tunggal baik terapi, terdiri dari 233 (57,3%) berkurang secara signifikan
Touch and pada pasien HT atau OM. Peserta adalah pasien yang menerima HT dan 174 dan perbaikan nyeri yang
Massage in kanker payudara rawat jalan kanker payudara semua fase (42,8%) yang menerima OM. signifikan secara klinis,
Breast Cancer: yang menerima kanker (baru-baru ini didiagnosis, dalam Rata-rata nyeri sebelum terapi meskipun durasi
an HT dan OM. pengobatan, kelangsungan hidup jangka lebih tinggi pada HT (M=5.1, ± penghilangan nyeri tidak
Observational panjang). Tidak ada kriteria inklusi atau 2.3) dibandingkan OM (M=4.3, ± diketahui. Baik OM dan
Retrospective eksklusi karena analisis retrospektif dari 2.1) (p <.001); nyeri rata-rata HT dikaitkan dengan
Study semua pasien yang menerima terapi pascaterapi tetap lebih tinggi pada perbaikan nyeri yang
Penulis : rutin. HT (M=2,7, ± 2,2) dibandingkan signifikan secara klinis saat
Gentile D et Dari Januari 2015-Maret 2019, sampel OM (M=1,9, ± 1,7) (p <0,001). mengontrol nyeri praterapi.
al., yang kohesif dan berurutan dari semua Perbedaan rata-rata dalam Temuan ini mewakili
Tahun : 2021 pasien yang diberi terapi mengevaluasi pengurangan nyeri adalah 2,4 kontribusi penting untuk
sendiri rasa sakit mereka segera sebelum untuk HT dan OM. Baik HT (p mempelajari efek masing-
dan setelah menerima sesi terapi HT < .001) dan OM (p < .001) masing modalitas dengan

64
atau OM skala dari 0 = tidak ada rasa dikaitkan dengan pengurangan menunjukkan bahwa baik
sakit hingga 10 = kemungkinan rasa rasa sakit. Proporsi pengurangan HT & OM memberikan
sakit yang paling buruk. Skala ini mirip nyeri yang signifikan secara klinis pereda nyeri yang
dengan Edmonton Symptom Inventory serupa (65,7% HT dan 69,0% signifikan secara klinis
yang divalidasi (skala ESAS-r). Mereka OM, p = 0,483). Modalitas tidak segera setelah satu sesi
yang melaporkan nyeri praterapi<2 berhubungan dengan perbaikan terapi pada populasi kanker
dikeluarkan. Sampel analitik akhir nyeri (p = 0,072). payudara klinis rutin.
adalah (n=233) untuk HT dan (n=174) Penelitian di masa depan
untuk OM. harus memeriksa pengaruh
Demografi dan riwayat pengobatan potensial dari sikap pasien
antikanker diringkas, Penilaian terhadap setiap modalitas
karakteristik terpilih dilakukan dengan dan pengobatan kanker dan
menggunakan uji chikuadrat; analisis stadium pada pemilihan
skor nyeri dan perbedaan berpasangan sendiri baik HT atau OM.
dilakukan dengan menggunakan
twosample and paired t-tests.
2 Judul : A Menyelidiki Randomized clinical trial dengan 2 Sebanyak 41 wanita
Randomized pengaruh healing faktor (kelompok kontrol dan menyelesaikan percobaan; 20
Placebo- touch (HT) intervensi). Peserta direkrut dari klinik kontrol, dan 21 intervensi. Ada

65
Controlled terhadap onkologi radiasi tunggal di pusat medis korelasi positif yang signifikan
Pilot Study of kelelahan pada akademik. Kriteria inklusi termasuk secara statistik antara depresi dan
the Impact of pasien kanker kanker payudara yang terbukti secara masing-masing ukuran kelelahan,
Healing Touch payudara yang histologis yang diobati dengan dengan nilai berkisar darir=0,36
on Fatigue in menjalani terapi lumpektomi atau mastektomi, pasien (bisa, P= .020) ker=0,47
Breast Cancer radiasi (RT). dibatasi untuk orang dewasa berbahasa (gangguan,P =. 002). Kecemasan
Patients Inggris berusia 21-75 tahun, dengan juga secara statistik signifikan
Undergoing Eastern Cooperative Oncology Group terkait dengan kelelahan
Radiation (ECOG) 0, 1, atau 2. Kriteria eklusi (r=0,34;P =.032) Depresi dan
Therapy terdiri dari pasien kanker stadium IV kecemasan menunjukkan
Penulis: dan pasien penyakit kejiwaan. hubungan yang lebih kuat dan
FitzHenry F et Kelompok intervensi dan kelompok terbalik dengan ukuran QOL
al., kontrol diberikan tindakan seminggu (FACT-G total:r=0,72 dan 0,79,
Tahun: 2014 sekali selama terapi radiasi. masing-masing,P<.001). Tingkat
Peserta menyelesaikan Skala hemoglobin dan albumin yang
Kecemasan dan Depresi Rumah Sakit lebih rendah cenderung dikaitkan
(HAD), Inventarisasi Kelelahan Singkat dengan lebih banyak kelelahan
(BFI), Penilaian Fungsional Terapi dan kualitas hidup yang
Kanker-Payudara (FACT-B), dan dilaporkan lebih rendah.

66
formulir demografis pada awal. Ukuran kelompok kontrol cenderung
kecemasan, depresi, hemoglobin, dan melaporkan pengurangan
albumin dimasukkan karena potensi kelelahan yang lebih besar
hubungan variabel-variabel ini dengan dibandingkan dengan kelompok
kelelahan. HT (Cohen'sd =0,30 hingga 0,49
Likelihood χ2 dan independent t-tests vs 0,06 hingga 0,18, masing-
digunakan untuk membandingkan masing). Tidak ada perbedaan
karakteristik demografi dan klinis dari yang signifikan secara statistik
kelompok studi. Tes Mann-Whitney antara kelompok dalam hal QOL
digunakan untuk membandingkan global atau QOL spesifik kanker
kepercayaan pengobatan antara 2 payudara, juga tidak ada
kelompok. Korelasi Pearson mengukur perbedaan yang signifikan secara
kekuatan asosiasi kecemasan, depresi, statistik dalam pola perubahan
hemoglobin, dan albumin dengan hasil ukuran tersebut antara 2
studi utama (kelelahan dan kualitas kelompok selama penelitian ini.
hidup). Selanjutnya, pengujian hipotesis
perbedaan dalam perubahan variabel
hasil dilakukan dengan menggunakan
analisis kovarians.

67
3 Judul : Tujuan dari Retrospective study dilakukan di sebuah 500 pasien dilibatkan (350 wanita Bahwa mayoritas pasien
.
Healing touch penelitian ini lembaga kanker Perancis. Semua pasien dan 150 pria). Sebanyak 256 radioterapi melihat
in radiation adalah untuk kanker payudara atau prostat berturut- pasien (51,2%) berkonsultasi penyembuh biofield selama
therapy: is the melaporkan data turut yang menjalani radioterapi kuratif dengan penyembuh selama perawatan mereka. Data
benefit epidemiologi selama tahun 2015 diskrining (n =806). perawatan radiasi, dengan mengungkapkan bahwa
tangible? penyembuh Prosedur konsultasi, frekuensi, dan mayoritas wanita (58%,p<0.01). pria dan wanita sama-sama
Penulis: Guy J biofield pada remunerasi dikumpulkan. Evaluasi diri Mayoritas pasien bertemu dengan menggunakan penyembuh
et al., pasien terapi pasien terhadap dampak penyembuh penyembuh setidaknya setiap biofield, dengan setidaknya
Tahun: 2017 radiasi, dan untuk pada toleransi pengobatan dilaporkan. minggu (41,8%), atau setiap hari kunjungan yang lemah.
menilai Toleransi (kelelahan, nyeri) dinilai (16,8%). Mengenai toleransi yang Meskipun manfaat objektif
kemungkinan melalui skala analogis visual (0 sampai dilaporkan sendiri, >80% pasien tidak tampak signifikan,
manfaat objektif 10). Konsumsi analgesik dievaluasi. menggambarkan dampak “baik” evaluasi subjektif
dan subjektif. Toksisitas dijelaskan menurut atau “sangat baik” dari menunjukkan kepuasan
NTCAev4.0. penyembuh terhadap pengobatan besar pasien, dengan
Uji chi-kuadrat dilakukan untuk mereka. Penyembuh sebagian praktik bebas biaya. Di era
mengevaluasi perbedaan antara besar sukarela (75,8%). Mengenai terapi radiasi modern, di
kelompok dengan atau tanpa kemanjuran klinis, tidak ada mana kualitas hidup adalah
penyembuh. Uji Z dilakukan untuk perbedaan yang diamati pada salah satu tujuan yang
mengevaluasi perbedaan antara nilai pasien kanker prostat dan ingin dicapai.

68
rata-rata (semua set pasien > 30). payudara (toksisitas, konsumsi
Sebuah hasil ditemukan signifikan antalgik, nyeri).
secara statistik pada ρ0,05
4. Judul: An Untuk Desain penelitian : A randomized Sebuah analisis varians campuran Healing Touch mungkin
Initial Study menentukan controlled pilot study, digunakan untuk menunjukkan bahwa Kecemasan bermanfaat dalam
Using Healing apakah terapi mengevaluasi efektivitas intervensi pada Negara untuk kelompok Healing mengurangi kecemasan
Touch for komplementer penurunan kecemasan. Sampel diacak Touch menunjukkan pengurangan dari prosedur diagnostik
Women noninvasif, ke kelompok kontrol dan kelompok kecemasan yang signifikan secara payudara
Undergoing a Healing Touch, intervensi. statistik yang dipertahankan
Breast Biopsy akan bermanfaat Sebuah klinik rawat jalan hingga hari berikutnya,F(2, 142)
Penulis: bagi wanita yang mengkhususkan dalam manajemen = 10,94,p< .001. Untuk Trait
Goldberg D. R menjalani perawatan payudara. 73 wanita berusia Anxiety, terjadi perubahan yang
et al., prosedur 18-85 tahun berpartisipasi, dengan 31 signifikan sebelum dan sesudah
Tahun: 2015 diagnostik untuk pada kelompok kontrol perawatan intervensi pada hari
menentukan standar dan 42 pada kelompok setelahnya,F(2, 142) =
kanker payudara. intervensi menerima Healing Touch, 5,15,p< .007. Inventarisasi
terapi energi noninvasif. Teknik khusus, Sumber Daya Mengatasi
pembersihan magnetik, diberikan oleh mengalami perubahan signifikan
seorang praktisi selama 15 menit dalam dua subkategori,

69
sebelum prosedur biopsi. Baik STAI Emosional,F(2, 142) =
(State-Trait Anxiety Inventory) maupun 6,10,p= .003, dan
CRI (Coping Resources Inventory) Spiritual/Filosofi,F(2, 142) =
digunakan secara pra-prosedur dan hari 6,10,p< .001, di grup Sentuhan
berikutnya untuk menilai perubahan. Penyembuhan.

5. Judul : Effect Tujuan dari Dalam uji klinis acak total 90 pasien Dengan membandingkan skor Hasil penelitian
of Therapeutic penelitian ini laki-laki yang merujuk ke Rumah Sakit parameter skala nyeri (aktivitas menunjukkan bahwa TT
Touch on Pain adalah untuk Onkologi Khusus di Mashhad, dipilih umum, mood, kemampuan memiliki dampak positif
Related mengevaluasi dan secara acak dibagi menjadi tiga berjalan, hubungan dengan orang pada manajemen positif
Parameters in pengaruh kelompok intervensi, plasebo, dan lain dan tidur) pada ketiga parameter terkait nyeri
Patients With sentuhan kontrol. Intervensi terdiri dari TT dalam kelompok, tidak ada perbedaan pada pasien kanker. Oleh
Cancer: A terapeutik (TT) 7 sesi selama 4 minggu. Data yang signifikan pada awal sesi karena itu, TT disarankan
Randomized pada parameter dikumpulkan dengan menggunakan pertama. Namun, perbedaan yang untuk digunakan oleh
Clinical Trial terkait nyeri pada kuesioner demografis bersama dengan signifikan diamati pada akhir sesi penyedia layanan
Penulis : pasien kanker. Brief Pain Inventory (BPI), yang TT antara ketiga kelompok (p = kesehatan sebagai metode
Tabatabee A et kemudian dianalisis dan dibandingkan 0,001). Selanjutnya, kelompok pelengkap untuk mengelola
al., dengan menggunakan uji Kruskal- dibandingkan dua-dua dengan nyeri dan parameternya.
Tahun : 2016 Wallis dan Mann-Whitney. menggunakan uji Mann Whitney

70
dan koreksi Bonferroni, dan
hasilnya menunjukkan perbedaan
yang signifikan antara kedua
kelompok intervensi dan plasebo
serta antara kedua kelompok
intervensi dan kontrol.
6. Judul: Effect Mengevaluasi Basis data elektronik (PubMed, Scopus, Jumlah artikel yang ditemukan Penegasan dapat dibuat
mengenai penggunaan
of Therapeutic secara kritis data Scholar Google, dan Science Direct) berdasarkan kata kunci sebanyak
Therapeutic Touch, sebagai
Touch in dari uji klinis ditelusuri dari tahun 1990 hingga 2015 334 artikel, dimana 17 artikel intervensi non-invasif untuk
Patients with yang menguji untuk menemukan artikel peer-review yang berkaitan dengan uji klinis meningkatkan status
kesehatan pada pasien
Cancer: a kemanjuran klinis yang berpotensi relevan menggunakan diperiksa sesuai dengan tujuan
kanker. Selain itu, sentuhan
Literature sentuhan kata kunci sentuhan terapeutik, terapi penelitian. Sebanyak 6 artikel terapeutik terbukti menjadi
Review terapeutik sebagai sentuhan, neoplasma, kanker, dan CAM. berada di dataset akhir di mana strategi yang berguna untuk
pasien dewasa dengan
Penulis: modalitas Selain itu, jurnal dan referensi yang beberapa contoh efek positif dari
kanker
Tabatabaee A perawatan relevan dari semua artikel yang sentuhan penyembuhan pada rasa
et al., suportif pada ditemukan secara manual dicari untuk sakit, mual, kecemasan dan
Tahun: 2016 pasien dewasa studi lain yang berpotensi relevan. kelelahan, dan kualitas hidup dan
dengan kanker juga parameter biokimia yang
diamati

71
PEMBAHASAN

A.

72
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asuhan Keperawatan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dijelaskan pada bab 3, maka
penulis dapat menarik keseimpulan:
a. Hasil pengkajian pada kasus Ny.A dapat didokumentasikan secara
komprehensif dengan pengkajian awal, pengkajian fisiologis, pengkajian
konsep diri dan fungsi peran dengan model keperawatan Peacefull End of
Life.
b. Berdasarkan kasus Ny.A didaptkan 7 diagnosis keperawatan berbasis
NANDA NIC NOC diagnosis keperawatan tersebut meliputi:
Ketidakefektifan pola nafas, Nyeri kronis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, kelebihan volume cairan, kerusakan integritas kulit, anxietas
dan Risiko Infeksi
c. Berdasarkan diagnosis yang ditemukan, direncanakan dan diatasi dengan
beberapa intervensi sesuai NANDA NIC-NOC.
2. Evidance Based Nursing
Penerapan EBN yang dilakukan pada Ny.A dengan Ca Mammae Stadium IV
dengan pemberian terapi Healing Touch. Berdasarkan 6 artikel jurnal yang
telah ditelaah Healing touch cukup efektif dalam mengurangi level nyeri,
fetigue, mengurangi tingkat depresi, dan meningkatkan kualitas hidup pada
pasien Ca mammae
B. Saran
Melalui laporan makalah ini, diharapkan dapat dijadikan rujukan bagi bahan
bacaan bagi pembaca, mahasiswa keperawatan, dan peneliti selanjutnya yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien Ca Mammae menggunakan
model keperawatan Peacefull End of Life dengan terapi modalitas Healing Touch
pada pasien Ca Mammae. Selain itu, makalah ini dapat menjadi acuan dalam

73
mengembangkan standar operasional prosedur terkait Healing Touch dalam
penanganan nonfarmakologi pada pasien dengan kanker payudara.

74
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2015). A Guide to Chemotherapy. American Cancer


Society.
Arge, W., Malini, H., Gusty, R. P., Keperawatan, F., Andalas, U., Keperawatan, A.
F., Andalas, U., Keperawatan, F., & Andalas, U. (2021). Sistematik Review :
Pengalaman Nyeri Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut. 6(3), 512–525.
Feng, Y., Spezia, M., Huang, S., Yuan, C., Zeng, Z., Zhang, L., . . . Ren, G. (2018).
Breast cancer development and progression: Risk factors, cancer stem cells,
signaling pathways, genomics, and molecular pathogenesis. Genes Dis, 5(2),
77-106. doi:10.1016/j.gendis.2018.05.001

Hou, I. C., Lin, H.-Y., Shen, S.-H., Chang, K.-J., Tai, H.-C., Tsai, A.-J., & Dykes, P.
C. (2020). Quality of Life of Women After a First Diagnosis of Breast Cancer
Using a Self-Management Support mHealth App in Taiwan: Randomized
Controlled Trial. JMIR mHealth and uHealth, 8(3), e17084-e17084.
doi:10.2196/17084

Iddrisu, M., Aziato, L., & Dedey, F. (2020). Psychological and physical effects of
breast cancer diagnosis and treatment on young Ghanaian women: a
qualitative study. BMC Psychiatry, 20(1), 353. doi:10.1186/s12888-020-
02760-4

Kurniasari, F. N., Harti, L. B., Ariestiningsih, A. D., Wardhani, S. O., & Nugroho, S.
(2017). Buku Ajar Gizi dan Kanker: Universitas Brawijaya Press.

Mulyani, N. S. (2013). Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Netti, N. (2020). Pengaruh Guided Imageryterhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien


Kanker Payudarapasca Mastectomydi Ruangan Bedah Wanita Rsup Dr. M.
Jamil Padang. Universitas Andalas,
Nuryanto, A. (2019). Pengaruh Touch Healing Terhadap Skala Nyeri Program Studi
Sarjana Keperawatan. 1–11.
Putra, S.R. (2015). Buku Lengkap Kanker Payudara.Yogyakarta: Laksana.

75
Rahayu, A. P. (2016). Panduan Praktikum Keperawatan Maternitas. Deepublish.
Rita N, S. M. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pasien Penderita Ca
Mamae dengan Motivasi Pasien dalam Menjalankan Kemoterapi. 4(1), 417–
424.
Sitinjak, L., Rulino, L., & Masliah, R. (2018). Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker
Payudara dengan Menggunakan Tehnik Distraksi Terapi Musik di RSUD Koja.
Jakhkj, 4(2), 34–39.

76

Anda mungkin juga menyukai