MAMMAE
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas
Disusun oleh
KELOMPOK 7
TINGKAT 2B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA GARUT
TA. 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘ala Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. U Dengan Diagnosa Medis Ca Mammae
Post Op Di Ruang Rubi Atas Dr.Slamet Garut” dengan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan .
Garut,
2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Definisi CA Mamae.....................................................................................
2. 2 Etiologi........................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis........................................................................................
2.4 Klasifikasi CA Mamae.................................................................................
2.5 Patofisiologi.................................................................................................
2.6 Komplikasi………………………………………………………………..
2.7 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………..
2.8 Penatalaksanaan…………………………………………………………..
BAB III PEMBAHASAN KASUS............................................................................
3.1 Skenario Kasus.............................................................................................
3.2 Penerapan Asuhan Keperawatan………………………………………….
3.2.1 Pengkajian……………………………………………………………….
3.2.2 Diagnosa……………………………………………………………….
3.2.3 Intervensi………………………………………………………………
3.2.4 Evaluasi………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ca Mammae
Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan pada payudara (mammae)
yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara
(Anita & Sukamti P, 2016). Keganasan pada payudara berasal dari epitel ductus
dan lobulusnya. Ductus (saluran) merupakan tabung yang membawa air susu ke
puting, sedangkan lobulus merupakan kelenjar penghasil air susu (Jezdic, 2018).
Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas akibat dari
pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara. Sel kanker tersebut membelah
secara pesat dan tak terkontrol, kemudian berinfiltrasi di jaringan sekitarnya dan
bermetastasis.
Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan membentuk benjolan di
payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol, maka akan sel
abnormal pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh lain
(Anggarwati, 2018). Metastase sering terjadi pada bagian tubuh terdekat, seperti
kelenjar getah bening ketiak atau diatas tulang belikat. Kanker payudara secara
signifikan mempengaruhi morbiditas dan dapat menyebabkan kematian jika tidak
segera ditangani (Saputri & Valentina, 2018).
2.2 Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara.Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari
jaringan yang berisi sel-sel Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami
pemisahan dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru.
Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel
yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor
(Anonim, 2008). Menurut Smettzer & Bare (2002) tidak ada satupun penyebab
spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal,
dan kemungkinan kejadian penunjang dapat menyebabkan kanker ini. Bukti yang
terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan
kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara
adalah:
a. Hormon Hubungan antara resiko kanker payudara dengan menarche,
menopause dan umur kehamilan yang pertama kali menunjukkan bahwa hormon
diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara. Tapi lebih
berperan sebagai promoter dibandingkan sebagai inisiator. Aktifitas estrogen
tampak penting, dengan pemberian estrogen dan kekurangan progesterone
merupakan faktor yang bermakna. Menarche awal dan mundumya menopause
5
akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan estrogen yang
berulang-ulang mempunyai efek rangsangan terhadap epitel mamma. Pengaruh
yang menguntungkan dari kehamilan aterm yang pertama kali mungkin
diakibatkan kadar progesterone yang meningkat atau prolaktin yang melindungi
epitel mammae terhadap pengaruh esterogen yang kurun waktu lama. Resiko yang
berhubungan dengan obesitas berhubungan dengan kemampuan sel lemak
mensintesis esterogen atau perubahan kadar hormone sex yang mengikat protein.
b. Kontrasepsi oral
Pil dengan esterogen dosis tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko
kanker endometrium dan mungkin juga dengan kanker payudara.
c. Reseptor hormon
Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah terjadinya interaksi dengan
reseptor spesifik pada sel sasaran. steroid sex, esterogen berinteraksi dengan
reseptor inti. Selanjutnya interaksi dengan DNA menimbulkan pembentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan diferensiasi dan poliferasi prolaktin dan
polipeptida lainnya berinteraksi dengan permukaan sel, hanya terbentuk bila
terdapat reseptor estrogen yang terdapat pada 35% kasus tumor.
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada jaringan
payudara.penebalan yang berbeda dari jaringan payudara lainnya, ukuran satu
payudara menjadi lebih besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan
posisi atau bentuk puting susu, lekukan pada kulit payudara, perubahan pada
putting (seperti adanya retraksi, sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar
area putting), rasa sakit yang konstan di bagian payudara atau ketiak, dan
pembengkakan di bawah ketiak (Jemal, 2017).
Pada tipe ca mammae inflammatory, gejala yang dapat muncul berupa rasa gatal,
nyeri, bengkak, putting payudara terbenam (nipple inversion), kulit di sekitar
payudara terasa hangat dan kemerahan, serta tekstur kulit jeruk pada kulit yang
disebut peaud'orange (Kabel & Baali, 2015). Tipe lain yaitu Paget’s Disease
adalah jenis lain dari ca mammae yang biasanya timbul disertai gejala kemerahan,
perubahan warna, atau pengelupasan ringan pada kulit puting, kesemutan, gatal,
peningkatan sensitivitas, nyeri terbakar dan keluarnya cairan dari puting (Kabel &
Baali, 2015). Tipe lain ialah tumor phyllodes yang diklasifikasikan berdasarkan
penampakkan mikroskop memunculkan manifestasi berupa benjolan keras non-
kanker yang dapat bergerak, yang terbentuk di dalam stromapayudara dan
mengandung kelenjar serta jaringan stroma. Tumor phyllodes diklasifikasikan
berdasarkan penampakkan mereka di bawah mikroskop sebagai benigna atau
maligna (Kabel & Baali, 2015).
6
ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS
meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.
c.Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah dan
menebal. Paget’s disease juga merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh
dibagian terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah:
selsel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di
bawah epidermis.
2.5 Patofisiologi
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yangberlebihan dan tak
berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal
sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal
(Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas
kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit.
Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulàit, menghambat dan
merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit.
Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka
kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar
luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker
dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat
menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak
dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon
tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu
sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderungmerasa rendah diri, mudah
marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut
yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).
8
9
2.6 Komplikasi
komplikasi
berupa:
Penyebaran sel kanker ke tulang, sehingga muncul gejala nyeri tulang, serta
penipisan dan kelemahan tulang sampai terjadi patah tulang.
10
Penyebaran sel kanker ke sumsum tulang belakang. Kondisi ini bisa menyebabkan
kompresi (penekanan) sumsum tulang belakang dengan gejala nyeri pada
punggung atau leher, rasa kebas atau kesemutan, dan kesulitan berjalan.
Hiperkalsemia atau kelebihan kalsium dalam darah yang disebabkan oleh
pengikisan tulang. Kondisi ini dapat memicu masalah lain, seperti batu ginjal,
detak jantung tidak beraturan, linglung, sering lupa, bahkan koma.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Monografi Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
3. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund Untuk tujuan diagnostic, identfikasi
metastatic, respon pengobatan.
4. Biopsi (aspirasi, eksisi) Untuk diagnosis banding dan menggambarkan
pengobatan.
a. Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan.
1) Aspirasi biopsi (FNAB) Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan
antar kistik atau padat.
2) True cut/care biopsy Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy
mamografi untuk memandu jarum pada massa.
b. Incisi biopsy
c. Eksisi biopsy Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section.
5. Penanda tumor Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto
protein, HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
7. Foto thoraks
11
8. USG USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan
benjolan padat.
9. Mammografi Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk
menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
10. Termografi Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
11. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Jika SADARI dilakukan secara
rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita
yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan
SADARI adalah 7-10 hari sesudah 1 hari menstruasi. Bagi wanita pasca
menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja tetapi secara rutin dilakukan
setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2.8 Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan penatalaksanaan
tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan pembedahan, terapi radiasi,
kemoterapi atau terapi hormonal atau kombinasi terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh
jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe
aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-
aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph node
dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi luas,
parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus
limfe untuk kanker payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi
kanker payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh
payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini
sedang dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit :
siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin
misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans
(paklitaksel seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter).
12
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Skenario Kasus
Ny. U berumur 55 tahun mengatakan sebelum dilakukan operasi terdapat
benjolan di payudara kiri sebesar bola bekel yang terasa nyeri saat di gerakkan,
sampai akhirnya pasien berobat ke RS hingga dilakukan tindakan operasi. Setelah
di lakukan operasi pasien mengatakan nyeri luka post operasi pada payudara kiri,
terdapat kemerahan dan benjolan.
3.2 Penerapan Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. U
Tanggal lahir, umur : 01, Maret 1967 (55 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Dx. Medis : Ca Mammae
No. RM : 1335930
Alamat : Muara Sanding
No HP : 08xxxxxxxxxxxx
c. Keluhan Utama
Nyeri dada sebelah kiri (payudara)
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 99%
S : 36,8°C
16
Eliminasi
- BAK
Frekuensi Tidak menentu Tidak menentu
18
Personal Hyegiene
- Mandi 1-2 x/hari 1x/hari
- Gosok gigi Sesuai kebutuhan 1-2x/hari
- Potong kuku Seminggu sekali Tidak potong kuku
- Keramas Seminggu 2x Tidak keramas
Istirahat tidur
- Waktu tidur 7-8 jam/ hari Tidak menentu karna
lebih banyak tidur
- Lama tidur Tidak menentu Tidak menentu
- Kebiasaan tidur Tidak ada Tidak ada
- Keluhan Tidak ada Kadang nyenyak
kadang tidak karena
keluhan nyeri
payudara kiri
k. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thorak
Hasil pemeriksaan menunjakan tidak ada tb paru aktif,
metartasisintrapulmonal maupun bronkhopeumonia .
2) Hasil Lab
19
l. Terapi medis
m. Analisa Data
Bakteri patogen
|
Resiko infeksi
3 DS: Faktor predisposisi dan Gangguan
Pasien mengeluh nyeri faktor resiko tinggi integritas
pada luka post operasi hiperplasi pada sel kulit/jaringan
DO: mammae
- Pasien tampak |
meringis Mendesak jaringan
menahan nyeri sekitar
- Terjadi |
pembengkakkan Menekan jaringan pada
dan kulit mammae
kemerahan |
Peningkatan konsistensi
pada mammae
|
Mammae membengkak
|
Masa tumor mendesak
kejaringan luar
|
Perfusi jaringan
terganggu
|
Ulkus
|
Gangguan integritas
kulit/jaringan
3.2.2 Diagnosa
22
1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada kiri (payudara kiri) dengan skala nyeri 4.
2) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif ditandai dengan pasien
mengatakan gatal pada luka post operasi
3) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis ditandai dengan
terjadi pembengkakan , kulit sekitar luka memerah
3.2.3 Intervensi
N Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional
o kriteria hasil
1 (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri Manajemen nyeri
Nyeri akut b.d (L.08066) (I.08238)
agen pencedera Setelah
Observasi:
fisik ditandai dilakukannya Observasi :
dengan adanya asuhan 1. Mengidentifikas
1. Identifikasi
keluhan nyeri keperawatan i adanya
lokasi,
pada kiri selama 1x24 komplikasi
karakteristik,
(payudara kiri) jam diharapkan 2. Membantu
durasi,
dengan skala tingkat nyeri mengidentifikasi
frekuensi,
nyeri 4. menurun skala nyeri
kualitas,
dengan kriteria 3. Membantu
intensitas
hasil: mengavulasi
nyeri
- keluhan nyeri pernyataan
2. Identifikasi
menurun verbal
skla nyeri
keefektifan
3. Identifikasi
-Meringgis
nyeri
nyeri
menurun
4. Mengetahui
nonverbal
- gelisah
faktor yang
4. Identifikasi
23
Terapeutik
Terapeutik
1. Memberikan
1. Berikan teknik
rasa rileks dan
non
meningkatkan
farmakologi
kemampuan
2. Kontrol
koping
lingkungan
2. Memberikan
yang
lingkungan yang
memperberat
nyaman bagi
rasa nyeri
pasien
3. Fasilitasi
3. Memberikan
istirahat dan
kenyamanan
tidur
Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan
1. Meminimalisir
penyebab,
timbulnya rasa
periode, dan
nyeri
pemicu nyeri
2. Mengurangi
2. Jelaskan
nyeri yang
strategi
dirasakan
meredakan
3. Membantu
nyeri
mengurangi
3. Ajarkan teknik
nyeri
non
24
farmakologis
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Membantu
1. Kolaborasi
mengurangi rasa
pemberian
nyeri
analgetik,
jika perlu
lingkungan pasien
pasien 4. Mengurangi
4. Pertahankan faktor atau
teknik pencetus infeksi
aseptik
pada pasien
berisiko
tinggi
Edukasi
1. Jelaskan Edukasi
tanda dan 1. Menambah
gejala infeksi pemahaman
2. Ajarkn cara pasien mengenai
mencuci infeksi
tangan 2. Mencegah
dengan benar penyebaran
3. Ajarkan cara kuman yang
memeriksa bisa
kondisi luka menyebabkan
atau luka infeksi pada
operasi pasien
4. Anjurkan 3. Agar pasien
meningkatka mengetahui
n asupan apakah lukanya
nutrisi terjadi
5. Anjurkan infeksi/tidak
meningkatka 4. Membantu
n asupan mencegah faktor
cairan infeksi
5. Membantu
mengurangi
26
3.2.4 Evaluasi
No Tanggal/jam Evaluasi Ttd
dx
1 21 -02-2023 S:
08.00 pasien mengeluh luka post operasinyeri
payudara kiri
O:
- Kesadaran cm
- TD: 110/70mmHg
N: 90x /mnt
RR: 20x/mnt
- S: 36,8° C
- Skala nyeri 4(0-10)
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2 12.00 S:
pasien mengatakan nyeri luka post operasi
berkurang tapi masih terasa tertusuk-tusuk
O:
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Payudara masih terdapat
kemerahan
- Payudara masih terlihat bengkak
A: maslaah belum teratasi
28
P: lanjutkan intervensi
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak
menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) (Wijaya
& Putri, 2013).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner & Sudart, 2005).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan penyakit
tunggal (Tucker dkk, 1998).
DAF TAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://www.scribd.com/document/539043641/ASKEP-ERLINA-
ROSIDA-EVALUASI-POST-OPERASI-TUMOR-MAMAE
https://www.scribd.com/document/528062064/ASUHAN-KEPERAWATAN-
POST-OPERASI-CA