Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA

MAMMAE
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas

Disusun oleh
KELOMPOK 7

Akhmad Furqon KHGA21047


Rika Tya Mardiana KHGA21054
M Abdul Malik KHGA21065
M Intan Lestari KHGA21066
Riska Mega KHGA21081

TINGKAT 2B
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
STIKES KARSA HUSADA GARUT
TA. 2022
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬

Puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘ala Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. U Dengan Diagnosa Medis Ca Mammae
Post Op Di Ruang Rubi Atas Dr.Slamet Garut” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas. Selain


itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang meningitis dan
proses keperawatan pada pasien meningitis bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah
ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan .

Garut,
2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................
1.5 Sistematika Penulisan..................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
2.1 Definisi CA Mamae.....................................................................................
2. 2 Etiologi........................................................................................................
2.3 Manifestasi Klinis........................................................................................
2.4 Klasifikasi CA Mamae.................................................................................
2.5 Patofisiologi.................................................................................................
2.6 Komplikasi………………………………………………………………..
2.7 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………..
2.8 Penatalaksanaan…………………………………………………………..
BAB III PEMBAHASAN KASUS............................................................................
3.1 Skenario Kasus.............................................................................................
3.2 Penerapan Asuhan Keperawatan………………………………………….
3.2.1 Pengkajian……………………………………………………………….
3.2.2 Diagnosa……………………………………………………………….
3.2.3 Intervensi………………………………………………………………
3.2.4 Evaluasi………………………………………………………………..
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor mammae merupakan kelainan mammae yang sering terjadi pada wanita.
Tumor terbagi memjadi dua, tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak memiliki
ciri- ciri tumbuh secara terbatas, memiliki selubung, tidak menyebar dan bila
dioperasi dapat dikeluarkan secara utuh sehingga dapat sembuh sempurna,
sedangkan tumor ganas memiliki ciri-ciri yaitu dapat menyusup ke jaringan
sekitarnya, dan sel kanker dapat ditemukan pada pertumbuhan tumor tersebut.
Fibroadenoma merupakan tumor jinakyang sering ditemukan, pada kelainan ini
terjadi pertumbuhan jaringan ikat maupun kelenjar, yang banyak ditemukan pada
wanita usia muda 10-30 tahun (www.depkes.go.id) Di seluruh dunia 8,2 juta
orang meninggal dunia setiap tahun akibat kanker. Diperkirakan pada tahun 2025
jumlah orang meninggal dunia akibat kanker meningkat menjadi 11,5 juta bila
tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian yang efektif. Berdasarkan
estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun
2012. kanker mammaeadalah kanker dengan persentase kasus baru tertinggi
(43.3%) dan persentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Di
Indonesia berdasarkan data sensus tahun 2014-2015 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 254.9 juta jiwa.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan di atas, penulis
mencoba untuk memfokuskan bahasan agar lebih terarah dengan menyusun
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan ca mamae?
2. Apa faktor yang menyebabkan ca mamae?
3. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien yang
mengalami ca mamae?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan Ca Mama.
1.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengalaman literature mengenai kejadian
3

Ca Mamae khususnya pada wanita.


b. Bagi Mahasiswa Lainnya
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan disiplin ilmu
khususnya kesehatan mamae dan dapat menambah wacana kepustakaan
serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam perencaaan intervensi
mengenai kejadian Ca Mamae pada Wanita.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembanhasan masalah ini dan supaya menapatkan
susunan yang sistematis, maka penulis membagi kedalam empat bab diantara
nya meliputi :
BAB I : PENDAHULUAN, yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulian, dan
diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA, yang meliputi pengertian dari Ca Mamae
penyebab dan faktor yang memepengaruhi terjadi nya Ca Mamae
serta konsep penyakit lainnya sampai tindakan penatalaksanaaan.
BAB III : PEMBAHASAN KASUS, yang membahas contoh kasus dan
diterapkan nya ke asuhan keperawatan yang komprehensif.
BAB IV : PENUTUP, yang meliputi: Simpulan dan Saran.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Ca Mammae
Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan pada payudara (mammae)
yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara
(Anita & Sukamti P, 2016). Keganasan pada payudara berasal dari epitel ductus
dan lobulusnya. Ductus (saluran) merupakan tabung yang membawa air susu ke
puting, sedangkan lobulus merupakan kelenjar penghasil air susu (Jezdic, 2018).
Kanker payudara merupakan suatu penyakit neoplasma ganas akibat dari
pertumbuhan abnormal sel pada jaringan payudara. Sel kanker tersebut membelah
secara pesat dan tak terkontrol, kemudian berinfiltrasi di jaringan sekitarnya dan
bermetastasis.
Sel abnormal pada payudara terus tumbuh dan akan membentuk benjolan di
payudara. Apabila benjolan tersebut tidak segera dikontrol, maka akan sel
abnormal pada payudara akan bermetastase ke jaringan-jaringan tubuh lain
(Anggarwati, 2018). Metastase sering terjadi pada bagian tubuh terdekat, seperti
kelenjar getah bening ketiak atau diatas tulang belikat. Kanker payudara secara
signifikan mempengaruhi morbiditas dan dapat menyebabkan kematian jika tidak
segera ditangani (Saputri & Valentina, 2018).
2.2 Etiologi
Kanker payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel
payudara.Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara) terdiri dari
jaringan yang berisi sel-sel Umumnya pertumbuhan sel normal mengalami
pemisahan dan mati ketika sel menua sehingga dapat digantikan sel-sel baru.
Tetapi ketika sel-sel lama tidak mati dan sel-sel baru terus tumbuh, jumlah sel-sel
yang berlebihan bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor
(Anonim, 2008). Menurut Smettzer & Bare (2002) tidak ada satupun penyebab
spesifik dari kanker payudara, sebaliknya serangkaian faktor genetik, hormonal,
dan kemungkinan kejadian penunjang dapat menyebabkan kanker ini. Bukti yang
terus bermunculan menunjukkan bahwa perubahan genetik berkaitan dengan
kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara
adalah:
a. Hormon Hubungan antara resiko kanker payudara dengan menarche,
menopause dan umur kehamilan yang pertama kali menunjukkan bahwa hormon
diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara. Tapi lebih
berperan sebagai promoter dibandingkan sebagai inisiator. Aktifitas estrogen
tampak penting, dengan pemberian estrogen dan kekurangan progesterone
merupakan faktor yang bermakna. Menarche awal dan mundumya menopause
5

akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan estrogen yang
berulang-ulang mempunyai efek rangsangan terhadap epitel mamma. Pengaruh
yang menguntungkan dari kehamilan aterm yang pertama kali mungkin
diakibatkan kadar progesterone yang meningkat atau prolaktin yang melindungi
epitel mammae terhadap pengaruh esterogen yang kurun waktu lama. Resiko yang
berhubungan dengan obesitas berhubungan dengan kemampuan sel lemak
mensintesis esterogen atau perubahan kadar hormone sex yang mengikat protein.
b. Kontrasepsi oral
Pil dengan esterogen dosis tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko
kanker endometrium dan mungkin juga dengan kanker payudara.
c. Reseptor hormon
Hormon mempunyai efek pada sel hanya setelah terjadinya interaksi dengan
reseptor spesifik pada sel sasaran. steroid sex, esterogen berinteraksi dengan
reseptor inti. Selanjutnya interaksi dengan DNA menimbulkan pembentukan
faktor-faktor yang berhubungan dengan diferensiasi dan poliferasi prolaktin dan
polipeptida lainnya berinteraksi dengan permukaan sel, hanya terbentuk bila
terdapat reseptor estrogen yang terdapat pada 35% kasus tumor.
2.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi awal berupa munculnya benjolan pada jaringan
payudara.penebalan yang berbeda dari jaringan payudara lainnya, ukuran satu
payudara menjadi lebih besar atau lebih rendah dari payudara lainnya, perubahan
posisi atau bentuk puting susu, lekukan pada kulit payudara, perubahan pada
putting (seperti adanya retraksi, sekresi cairan yang tidak biasa, ruam di sekitar
area putting), rasa sakit yang konstan di bagian payudara atau ketiak, dan
pembengkakan di bawah ketiak (Jemal, 2017).
Pada tipe ca mammae inflammatory, gejala yang dapat muncul berupa rasa gatal,
nyeri, bengkak, putting payudara terbenam (nipple inversion), kulit di sekitar
payudara terasa hangat dan kemerahan, serta tekstur kulit jeruk pada kulit yang
disebut peaud'orange (Kabel & Baali, 2015). Tipe lain yaitu Paget’s Disease
adalah jenis lain dari ca mammae yang biasanya timbul disertai gejala kemerahan,
perubahan warna, atau pengelupasan ringan pada kulit puting, kesemutan, gatal,
peningkatan sensitivitas, nyeri terbakar dan keluarnya cairan dari puting (Kabel &
Baali, 2015). Tipe lain ialah tumor phyllodes yang diklasifikasikan berdasarkan
penampakkan mikroskop memunculkan manifestasi berupa benjolan keras non-
kanker yang dapat bergerak, yang terbentuk di dalam stromapayudara dan
mengandung kelenjar serta jaringan stroma. Tumor phyllodes diklasifikasikan
berdasarkan penampakkan mereka di bawah mikroskop sebagai benigna atau
maligna (Kabel & Baali, 2015).
6

Terkadang kanker payudara dapat muncul sebagai penyakit metastasis. Tipe ca


mammae metastasis memiliki gejala yang berbeda-beda, tergantung pada organ
yang terkena metastasis tersebut. Organ-organ yang umumnya terkena metastasis
ca mammae ialah tulang, hati, paru-paru dan otak. Gejalanya tergantung
pada lokasi metastasis, selain itu disertai dengan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan, demam, menggigil, nyeri tulang, sakit kuning atau gejala
neurologis.
2.4 Klasifikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker
payudara diklasifikasi:
1) Non-invasif
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ
2) Invasif
a. Karsinoma invasif ductal
b. Karsinoma invasif ductal dengan komponen intaduktal yang
predominant
c. Karsinoma invasive lobular
d. Karsinoma mucinous
e. Karsinoma medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori (juvenile)
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
1. Tipe squamous
2. Tipe spindle-cell
3. Tipe cartilaginous dan osseous
4. Mixed type
3) Paget’s disease of the nipple Kanker payudara dapat invasif atau non
invasif (in-situ) :
a. Kanker yang bersifat invasif dapat tumbuh dan menyerang ke dalam jaringan di
sekitarnya dan sel-sel ganas dapat terpisah dari tumor induk untuk menyebar ke
bagian-bagian lain di dalam tubuh. Sel-sel ini dapat tumbuh dan membentuk
himpunan tumor baru yang disebut metastase atau tumor sekunder.
b. Kanker payudara yang bersifat non invasif dibatasi dengan saluran-saluran
(ductus karsinoma in situ-DKIS) dari payudara. Ketika terdapat kelainan
pertumbuhan sel-sel pada lobular payudara dan barsifat non invasif maka kondisi
7

ini disebut lobular karsinoma in situ (LKIS), memiliki DKIS atau LKIS
meningkatkan risiko untuk berkembang ke arah kanker payudara invasif.
c.Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun puting susu, yang biasanya merah dan
menebal. Paget’s disease juga merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh
dibagian terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah:
selsel paget(seperti pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di
bawah epidermis.

2.5 Patofisiologi
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yangberlebihan dan tak
berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal
sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal
(Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas
kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit.
Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulàit, menghambat dan
merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit.
Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian timbul luka
kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan menginfeksi dasar
luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel kanker
dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat
menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak
dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon
tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu
sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderungmerasa rendah diri, mudah
marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut
yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).
8
9

2.6 Komplikasi

Bila kanker payudara tidak


ditangani dengan baik,
penyakit ini dapat
menyebabkan

komplikasi
berupa:
Penyebaran sel kanker ke tulang, sehingga muncul gejala nyeri tulang, serta
penipisan dan kelemahan tulang sampai terjadi patah tulang.
10

Penyebaran sel kanker ke sumsum tulang belakang. Kondisi ini bisa menyebabkan
kompresi (penekanan) sumsum tulang belakang dengan gejala nyeri pada
punggung atau leher, rasa kebas atau kesemutan, dan kesulitan berjalan.
Hiperkalsemia atau kelebihan kalsium dalam darah yang disebabkan oleh
pengikisan tulang. Kondisi ini dapat memicu masalah lain, seperti batu ginjal,
detak jantung tidak beraturan, linglung, sering lupa, bahkan koma.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
1. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Morfologi sel darah
b. LED
c. Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d. Pemeriksaan sitologis
2. Monografi Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi
dengan pemeriksaan fisik.
3. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund Untuk tujuan diagnostic, identfikasi
metastatic, respon pengobatan.
4. Biopsi (aspirasi, eksisi) Untuk diagnosis banding dan menggambarkan
pengobatan.
a. Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam tindakan
pembedahan.
1) Aspirasi biopsi (FNAB) Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan
antar kistik atau padat.
2) True cut/care biopsy Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy
mamografi untuk memandu jarum pada massa.
b. Incisi biopsy
c. Eksisi biopsy Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara froxen section.
5. Penanda tumor Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto
protein, HCG asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi
lebih bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
6. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
7. Foto thoraks
11

8. USG USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan
benjolan padat.
9. Mammografi Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk
menemukan daerah yang abnormal pada payudara.
10. Termografi Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
11. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) Jika SADARI dilakukan secara
rutin, seorang wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini.
Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita
yang masih mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan
SADARI adalah 7-10 hari sesudah 1 hari menstruasi. Bagi wanita pasca
menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja tetapi secara rutin dilakukan
setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
2.8 Penatalaksanaan
Brunner & Suddarth (2018) mengatakan berbagai pilihan penatalaksanaan
tersedia. Pasien dan dokter dapat memutuskan pembedahan, terapi radiasi,
kemoterapi atau terapi hormonal atau kombinasi terapi.
1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh
jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe
aksila.
2. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-
aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph node
dissection, ALND).
3. Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi luas,
parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus
limfe untuk kanker payudara invasif.
4. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi
kanker payudara stadium dini.
5. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh
payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini
sedang dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat.
6. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit :
siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin
misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans
(paklitaksel seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter).
12

7. Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron :


Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan untuk
menekan tumor yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol
(Arimidex), letrozol (Femara), dan eksemestan (Aromasin).
8. Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin).
9. Rekonstruksi payudara.
13
14

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Skenario Kasus
Ny. U berumur 55 tahun mengatakan sebelum dilakukan operasi terdapat
benjolan di payudara kiri sebesar bola bekel yang terasa nyeri saat di gerakkan,
sampai akhirnya pasien berobat ke RS hingga dilakukan tindakan operasi. Setelah
di lakukan operasi pasien mengatakan nyeri luka post operasi pada payudara kiri,
terdapat kemerahan dan benjolan.
3.2 Penerapan Asuhan Keperawatan
3.2.1 Pengkajian

a. Identitas Pasien
Nama : Ny. U
Tanggal lahir, umur : 01, Maret 1967 (55 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Dx. Medis : Ca Mammae
No. RM : 1335930
Alamat : Muara Sanding
No HP : 08xxxxxxxxxxxx

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.E
Umur : 67 tahun
Alamat : Muara Sanding
Hubungan dengan : Suami
pasien

c. Keluhan Utama
Nyeri dada sebelah kiri (payudara)

d. Riwayat Kesehatan Sekarang


15

Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi. Nyeri bertambah berat


jika berubah posisi tidur atau bergerak sedikit (p). Nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk (q). Lokasi nyeri di dada sebelah kiri (payudara) (r). Skala
nyeri yang dirasa adalah 4 (0-10) (s). Nyeri tersebut dirasakan hilang
timbul (t).

e. Riwayat Kesehatan Dahulu


Keluarga pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit yang sama
sebelumnya pada pasien. Pasien juga baru pertama kali dirawat di
rumah sakit dengan penyakit kanker mammae. Pasien tidak memiliki
riwayat hipertensi .Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak
pernah memiliki riwayat penyakit berat ataupun keturunan seperti
diabetes, TB paru ataupun penyakit jantung.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan di dalam keluarga tidak ada anggota
keluarga yang pernah atau sedang mengalami penyakit dengan
degenarif seperti stroke diabetes ataupun jantung. Keluarga pasien juga
mengatakan tidak ada keluarga yang pernah dirawat karena penyakit
yang sama dengan pasien.
g. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan Umum
Keadaan umum pasien tampak lemah, tenang dan terlihat sakit
sedang dengan GCS 15 (E4M6V5).
- Tanda-tanda Vital

TD : 110/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
SPO2 : 99%
S : 36,8°C
16

- Pemeriksaan Fisik Head to toe


1) Kepala
1. Bentuk : simetris, tidak ada nyeri tekan dan benjolan
2. Kulit : berwarna sawo matang, bersih, tidak ada lesi
3. Rambut : berwarna hitam, bersih, halus
4. Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sclera tidak
anemis, pergerakan normal
5. Hidung : simetris, dan bersih
6. Mulut : normal, gigi bersih, mukosa bibir lembab
2) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
3) Tenggorokan : tidak ada nyeri telan
4) Dada : bentuk dada simetris, terdapat luka post operasi di mammae
kiri, luka post operasi tertutup kasa steril berukuran 14x5cm,
terjadi pembengkakan, kulit sekitar luka terdapat warna
kemerahan, kasa terlihat bersih tidak ada cairan yang merembes.
1. Paru
Inspeksi : simetris, warna kulit merata
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : sonor kanan kiri
Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
2. Jantung
Inspeksi : simetris, tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak teraba ictus cordis
Auskultasi : reguler tidak ada suara tambahan
5) Abdomen : bentuk normal tidak ada asites
Inspeksi : kulit merah, tidak ada lesi
Auskultasi : peristaltik usus 12x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6) Genetalia : bersih, tidak ada kelainan, tidak terpasang alat
7) Ekstremitas
17

Atas : terpasang infus di tangan kiri


Bawah : tidak ada kelainan
h. Aspek Psikologis Dan Social
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dan bertemu anaknya. Pasien
merasa bosan dirawat dan ingin cepat sembuh dan pulang seperti teman
sekamarnya supaya bebas pergi dan makan apapun. Dalam kemampuan
sosial pasien memiliki kemampuan sosial yang cukup baik terbukti dengan
pasien yang suka mengajak ngobrol perawat ataupun pasien lainnya
i. Aspek Spiritual
Pasien beragama Islam dan selama di rumah saat sehat pasien mampu
mengerjakan shalat lima waktu. Ketika di rumah sakit pasien mengerjakan
salat di atas tempat tidur.
j. Pola ADL

Pola Aktivitas Sebelum sakit Saat Sakit


Nutrisi
- Makanan
Porsi 1 porsi 1 porsi
Frekuensi 3x / hari 3x / hari
Jenis Nasi , daging , ikan Nasi , sayur , buah
sayur dll kue dll
Alergi Tidak ada Tidak ada
Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Minuman
Intake 8-9 gelas 8-9 gelas
Jenis Air putih dan teh Air putih dan teh
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Eliminasi
- BAK
Frekuensi Tidak menentu Tidak menentu
18

Warna Kuning jernih Kuning jernih


Keluhan Tidak ada Tidak ada
- BAB
Frekuensi 1-2 x/ hari 1-2 x/ hari
Konsistensi Padat Padat
Keluhan Tidak ada Tidak ada

Personal Hyegiene
- Mandi 1-2 x/hari 1x/hari
- Gosok gigi Sesuai kebutuhan 1-2x/hari
- Potong kuku Seminggu sekali Tidak potong kuku
- Keramas Seminggu 2x Tidak keramas

Istirahat tidur
- Waktu tidur 7-8 jam/ hari Tidak menentu karna
lebih banyak tidur
- Lama tidur Tidak menentu Tidak menentu
- Kebiasaan tidur Tidak ada Tidak ada
- Keluhan Tidak ada Kadang nyenyak
kadang tidak karena
keluhan nyeri
payudara kiri

k. Pemeriksaan Penunjang
1) Foto thorak
Hasil pemeriksaan menunjakan tidak ada tb paru aktif,
metartasisintrapulmonal maupun bronkhopeumonia .

2) Hasil Lab
19

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi
Hemoglobin 11,8 g/dl 12-16
Hematocrit 36,2 % 35-47
Eritrosit 4,25 Jt/mm3 3,6-5,8
Trombosit 379000 /mm3 150k-440k
Leukosit 12650 /mm3 3800-10600

l. Terapi medis

No Nama obat Dosis Indikasi Kontra indikasi


1 Inf. RL 20 tpm Sebagai cairan hidrasi Alergi pada sodium
dan elektrolit sera agen laktat
alkalicator
2 Ceftriaxone 1gr/ Prosedur sebelum bedah Individu yang
15jam untuk mencegah memiliki riwayat
terjadinya infeksi hipersensitif
organisme yang resisten
terhadap anti biotik
3 Ketorolace 30gr/ 8 Obat dengan fungsi
jam mengatasi nyeri berat
untuk sementara

m. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS; Faktor predisposisi dan Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri faktor resiko tinggi
pada luka operasi hiperplasi pada sel
payudara kiri, nyeri mammae
seperti tertusuk tusuk, |
20

DO: Mendesak sel saraf


- Pasien tampak |
meringgis Interufsi sel saraf
kesakitan |
dengan skala Nyeri akut
nyeri 4(0-10)
- Pasien tampak
gelisah
- Bersikap
protektif (posisi
menghindar
nyeri)
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 90x/m
RR : 20x/m
S : 36,8
2 DS: Faktor predisposisi dan Resiko infeksi
Pasien mengatakan pada faktor resiko tinggi
luka jahitannya terasa hiperplasi pada sel
gatal mammae
DO: |
Terdapat luka post Mendesak pembuluh
operasi pada mammae darah
kiri |
Aliran darah terhambat
|
Hipoksia
|
Nekrosis jaringan
|
21

Bakteri patogen
|
Resiko infeksi
3 DS: Faktor predisposisi dan Gangguan
Pasien mengeluh nyeri faktor resiko tinggi integritas
pada luka post operasi hiperplasi pada sel kulit/jaringan
DO: mammae
- Pasien tampak |
meringis Mendesak jaringan
menahan nyeri sekitar
- Terjadi |
pembengkakkan Menekan jaringan pada
dan kulit mammae
kemerahan |
Peningkatan konsistensi
pada mammae
|
Mammae membengkak
|
Masa tumor mendesak
kejaringan luar
|
Perfusi jaringan
terganggu
|
Ulkus
|
Gangguan integritas
kulit/jaringan

3.2.2 Diagnosa
22

1) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ditandai dengan adanya keluhan
nyeri pada kiri (payudara kiri) dengan skala nyeri 4.
2) Resiko infeksi b.d efek prosedur invasif ditandai dengan pasien
mengatakan gatal pada luka post operasi
3) Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanis ditandai dengan
terjadi pembengkakan , kulit sekitar luka memerah

3.2.3 Intervensi
N Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional
o kriteria hasil
1 (D.0077) Tingkat nyeri Manajemen nyeri Manajemen nyeri
Nyeri akut b.d (L.08066) (I.08238)
agen pencedera Setelah
Observasi:
fisik ditandai dilakukannya Observasi :
dengan adanya asuhan 1. Mengidentifikas
1. Identifikasi
keluhan nyeri keperawatan i adanya
lokasi,
pada kiri selama 1x24 komplikasi
karakteristik,
(payudara kiri) jam diharapkan 2. Membantu
durasi,
dengan skala tingkat nyeri mengidentifikasi
frekuensi,
nyeri 4. menurun skala nyeri
kualitas,
dengan kriteria 3. Membantu
intensitas
hasil: mengavulasi
nyeri
- keluhan nyeri pernyataan
2. Identifikasi
menurun verbal
skla nyeri
keefektifan
3. Identifikasi
-Meringgis
nyeri
nyeri
menurun
4. Mengetahui
nonverbal
- gelisah
faktor yang
4. Identifikasi
23

faktor yang membantu


menurun
memperberat nyeri dan
dan mengurangi
memperingan nyeri
nyeri

Terapeutik
Terapeutik
1. Memberikan
1. Berikan teknik
rasa rileks dan
non
meningkatkan
farmakologi
kemampuan
2. Kontrol
koping
lingkungan
2. Memberikan
yang
lingkungan yang
memperberat
nyaman bagi
rasa nyeri
pasien
3. Fasilitasi
3. Memberikan
istirahat dan
kenyamanan
tidur

Edukasi
Edukasi
1. Jelaskan
1. Meminimalisir
penyebab,
timbulnya rasa
periode, dan
nyeri
pemicu nyeri
2. Mengurangi
2. Jelaskan
nyeri yang
strategi
dirasakan
meredakan
3. Membantu
nyeri
mengurangi
3. Ajarkan teknik
nyeri
non
24

farmakologis

Kolaborasi
Kolaborasi
1. Membantu
1. Kolaborasi
mengurangi rasa
pemberian
nyeri
analgetik,
jika perlu

2 (D.0142) Tingkat Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi


Resiko infeksi infeksi (I.14539)
b.d efek (L.14137) Observasi Observasi
prosedur invasif Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
ditandai dengan dilakukan tanda dan tanda-tanda
pasien asuhan gejala infeksi
mengatakan keperawatan infeksi
gatal pada luka selama 1x24 lokal dan
post operasi jam diharapkan sistemik
tingkat infeksi Terapeutik Terapeutik
menurun, 1. Batasi 1. Mencegah
dengan kriteria jumlah penyebaran
hasil: pengunjung kuman
- Kemerahan 2. Berikan 2. Untuk
menurun perawatan mencegah luka
- Nyeri kulit pada terkena infeksi
menurun area edema 3. Mencegah
- bengkak 3. Cuci tangan penyebaran
menurun sebelum kuman yang
dan sesudah bisa
kontak menyebabkan
dengan infeksi pada
pasien dan
25

lingkungan pasien
pasien 4. Mengurangi
4. Pertahankan faktor atau
teknik pencetus infeksi
aseptik
pada pasien
berisiko
tinggi
Edukasi
1. Jelaskan Edukasi
tanda dan 1. Menambah
gejala infeksi pemahaman
2. Ajarkn cara pasien mengenai
mencuci infeksi
tangan 2. Mencegah
dengan benar penyebaran
3. Ajarkan cara kuman yang
memeriksa bisa
kondisi luka menyebabkan
atau luka infeksi pada
operasi pasien
4. Anjurkan 3. Agar pasien
meningkatka mengetahui
n asupan apakah lukanya
nutrisi terjadi
5. Anjurkan infeksi/tidak
meningkatka 4. Membantu
n asupan mencegah faktor
cairan infeksi
5. Membantu
mengurangi
26

Kolaborasi resiko infeksi


1. Kolaborasi Kolaborasi
pemberian 1. Membantu
imunisasi, menjaga
jika perlu kekebalan tubuh
agar tidak
terkena infeksi
3 (D.0129) Integritas Perawatan Perawatan integritas
Gangguan kulit dan integritas kulit
integritas jaringan kulit/jaringan
kulit/jaringan (L.14125) (I.11353)
b.d faktor Setelah Observasi Observasi
mekanis ditandai dilakukan 1. Identifikasi 1. Mengatur faktor
dengan terjadi asuhan penyebab yang
pembengkakan , keperawatan gangguan menyebabkan
kulit sekitar luka selama 1x24 integritas terjadinya
memerah jam diharapkan kulit gangguan
integritas kulit integritas kulit
dan jaringan Terapeutik Terapeutik
meningkat 1. Ubah posisi 1. Mengurangi
dengan kriteria tiap 2jam jika terjadinya luka
hasil: tirah baring pada kulit
- elastisitas (dekubitus)
meningkat Edukasi Edukasi
- perfusi 1. Anjurkan 1. Agar pasien
jaringan minum air minum air yang
meningkat yang cukup cukup
-kerusakan 2. Anjurkan 2. Agar pasien
jaringan meningkatka meningkatkan
menurun n asupan asupan nutrisi
- kerusakan nutrisi 3. Agar pasien
27

lapisan kulit 3. Anjurkan meningkatkan


meningkatka asupan buah dan
n asupan sayur
buah dan
sayur

3.2.4 Evaluasi
No Tanggal/jam Evaluasi Ttd
dx
1 21 -02-2023 S:
08.00 pasien mengeluh luka post operasinyeri
payudara kiri
O:
- Kesadaran cm
- TD: 110/70mmHg
N: 90x /mnt
RR: 20x/mnt
- S: 36,8° C
- Skala nyeri 4(0-10)
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

2 12.00 S:
pasien mengatakan nyeri luka post operasi
berkurang tapi masih terasa tertusuk-tusuk

O:
- Skala nyeri 3 (0-10)
- Payudara masih terdapat
kemerahan
- Payudara masih terlihat bengkak
A: maslaah belum teratasi
28

P: lanjutkan intervensi
29

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak
menyerang wanita. Penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat
dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) (Wijaya
& Putri, 2013).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan
untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel (Brunner & Sudart, 2005).
Kanker payudara adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit, bukan penyakit
tunggal (Tucker dkk, 1998).
DAF TAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
https://www.scribd.com/document/539043641/ASKEP-ERLINA-
ROSIDA-EVALUASI-POST-OPERASI-TUMOR-MAMAE
https://www.scribd.com/document/528062064/ASUHAN-KEPERAWATAN-
POST-OPERASI-CA

Anda mungkin juga menyukai