Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH STASE ASUHAN KEBIDANAN

HOLISTIK KEHAMILAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS


PADA Ny. S DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK DI
BPM IKA

Di Susun Oleh :
Siti Zainul Masikah
Nim : 2241044

PRODI PROFESI KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PASIR
PENGARAIAN
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

rahmat-Nya maka Laporan Studi kasus yang mengambil topik “Asuhan

Kebidanan Ibu Hamil Patologis pada Ny. S dengan Kehamilan Ektopik di BPM

Ika” ini dapat selesai pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini. Laporan ini

disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Mata Kuliah Pra- Klinik I di bagian

Asuhan Kebidanan Holistik Kehamilan.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat

kelompok harapkan untuk kesempurnaan laporan responsi ini. Semoga tulisan ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pasir Pengaraian, Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................2
1.4 Manfaat Studi Kasus...............................................................................2
1.4.1 Bagi Penulis..............................................................................2
1.4.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien..............................................2
1.4.3 Bagi Institusi.............................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Teori Medis.............................................................................................2
2.1.1 Kehamilan.................................................................................3
2.2 Kehamilan Ektopik Terganggu...............................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................23
3.1 Data Subyektif......................................................................................23
3.2 Data Obyektif.......................................................................................24
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1 Kesimpulan...........................................................................................27
4.2 Saran.....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil menjadi masalah besar di

Negara berkembang. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan resiko

tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun

janinnya jika tidak ditangani dengan memadai (Saifuddin, 2006)

Angka Kematian Ibu hamil menurut WHO (World Health Organization)

selama periode 1990 – 2005 juga belum ada kawasan yang mampu mencapai

penurunan angka kematian ibu per tahun hingga 5,5 persen. Hanya Asia Timur

yang penurunannya telah mendekati target yakni 4,2 persen per tahun serta Afrika

Utara, Asia Tenggara, Amerika Latin dan Karibia mengalami penurunan yang jauh

lebih besar dari Sub-Sahara Afrika (WHO, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tergolong masih cukup tinggi yaitu

mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target yang akan dicapai tahun 2015

adalah menjadi 102 orang per tahun. Untuk mewujudkan hal ini, Depkes sedang

menggalakkan program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan program (P4K)

antara lain Program Perencanaan, Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (Depkes,

2010).

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Daerah (Surkesda) Angka Kematian

Ibu (AKI) untuk wilayah Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 101 per 100.000

kelahiran hidup (Wahyuningsih, 2008)


Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu

pada triwulan pertama dari kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka

kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi dini dan

pengobatan setelah diketahui bahwa ibu mengalami kehamilan ektopik. Resiko

kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa berlangsung seperti

kehamilan normal. Perdarahan yang disebabkan oleh kehamilan ektopik menjadi

penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Seseorang yang mengalami kehamilan

ektopik maka kehamilan tersebut harus segera diakhiri karena besarnya resiko yang

ditanggungnya (Prawirohardjo, 2007).

Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan pertumbuhan hasil

konsepsi di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik terganggu adalah

kehamilan dengan ovum yang dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat

yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri (Mansjoer, 2005).

Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik terganggu

berumur antar 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Di Negaranegara maju

insidennya kelihatan meningkat sampai 6 kali lipat dalam 20 tahun terakhir, dan

terdapat pada 2 % dari total kelahiran. Frekuensi kelahiran ektopik di Indonesia

dilaporkan 1 diantara 300 kehamilan. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang

dilaporkan berkisar antara 0 % - 14,6 % (Wiknjosastro, 2007).

Berdasarkan kasus di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul

tentang “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Patologis pada Ny. S dengan Kehamilan

Ektopik di BPM Ika”.


1.2 Tujuan Masalah

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. S dengan

kehamilan ektopik di BPM Ika.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil Ny. S dengan kehamilan ektopik

terganggu.

2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan dan masalah

pada ibu hamil Ny. S dengan kehamilan ektopik terganggu.

3) Menentukan diagnosa potensial pada ibu hamil Ny. S dengan kehamilan

ektopik terganggu.

4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada ibu hamil Ny. S dengan

kehamilan ektopik terganggu.

5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S dengan

kehamilan ektopik terganggu.

6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada ibu hamil Ny. S

dengan kehamilan ektopik terganggu.

7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil Ny. S

dengan kehamilan ektopik terganggu.


1.3 Manfaat Studi Kasus

1.3.1 Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dalam pelaksanaan pada

pasien dengan kasus kehamilan ektopik.

1.3.2 Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Agar pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang perawatan pada ibu

hamil dengan kehamilan ektopik.

1.3.3 Bagi Institusi

Agar mahasiswi dapat melakukan tindakan dan menjadikan pengalaman bagi

mahasiswi pada pasien kehamilan ektopik.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Medis

2.1.1 Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur

oleh sel sperma (Kushartanti, 2004).

Terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari

pertama haid terakhir (Faisal, 2009).

Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya

sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu

dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan

bertumbuh (BKKBN, 2004).

b. Proses Kehamilan

Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari

ke-14 pada siklus menstruasi normal 28 hari. Saat berhubungan sekitar

300 juta sperma tersimpan pada perjalanan di sepanjang uterus dan

hanya seribu yang dapat mencapai tuba uterin dan bertemu dengan

ovum, biasanya di ampula. Banyak sperma dibutuhkan pada saat ini

tapi hanya satu yang dapat memasuki ovum. Setelahnya, membrane

ditutup untuk mencegah masuknya sperma yang lain dan inti dari dua

sel ini bersatu (Salmah, 2006). Dalam beberapa jam setelah

pembuahan terjadi, mulailah pembekalan zigot (Wiknjosastro, 2005).

Nidasi adalah peristiwa tertanamnya atau bersarangnya sel telur

yang telah dibuahi ke dalam endometrium (Kusmiyati, 2008).

21
c. Tanda dan Gejala Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2005), tanda-tanda kehamilan dibagi

menjadi 3 yaitu:

1) Tanda tidak pasti kehamilan

a) Amenorea (tidak dapat haid), gejala ini penting karena wanita

hamil tidak haid lagi dan perlu diketahui tanggal hari pertama

haid terakhir untuk menentukan tuanya kehamilan.

b) Nausea (enek) dan emesis (muntah), sering terjadi pada pagi

hari, tetapi tidak selalu.

c) Mengidam, terjadi pada bulan-bulan pertama dan menghilang

dengan makin tuanya kehamilan.

d) Mammae menjadi tegang dan membesar.

e) Anoreksia (tidak ada nafsu makan).

f) Sering kencing terjadi karena kandung kencing tertekan oleh

uterus yang mulai membesar.

g) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun.

h) Pigmentasi kulit terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko


steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
2) Tanda-tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar

b) Uterus membesar

c) Tanda hegar, yaitu: Hipertropi ismus, ismus menjadi panjang

dan lunak.

d) Tanda chadwick, yaitu: Vagina dan vulva mengalami

peningkatan pembuluh darah, karena pengaruh estrogen,

sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.

e) Tanda piscaseck, yaitu: Uterus membesar ke salah satu jurusan

21
hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.

f) Kontraksi-kontraksi kecil uterus atau Broxton hicks

g) Teraba ballotement, yaitu: Lentingan dari bawah janin.

h) Reaksi kehamilan positif.

3) Tanda pasti kehamilan

a) Pada umur kehamilan 20 minggu gerakan janin kadang-kadang

dapat diraba secara obyektif oleh pemeriksa dan bagian-bagian

janin dapat diraba pada kehamilan lebih tua.

b) Bunyi denyut jantung janin dapat didengar pada umur

kehamilan 18 – 20 minggu memakai Doppler.

c) Pada primigravida ibu dapat merasakan gerakan janinnya pada

usia kehamilan 18 minggu sedangkan pada multigravida umur

16 minggu.

d) Bila dilakukan pemeriksaan USG, janin dapat terlihat.

d. Diagnosis Banding

Diagnosis banding kehamilan menurut Wiknjosastro (2006),

adalah sebagai berikut:

1) Pseudocyesis

Wanita tersebut mengaku dirinya hamil, tetapi sebenarnya tidak.

Hal ini biasanya terjadi pada wanita yang ingin sekali hamil.

2) Kistoma ovarii

Mungkin ada amenorrhea, perut penderita makin besar tetapi

uterusnya seperti biasa.

3) Mioma uteri

Dapat menjadi amenorrhea, perut penderita makin besar uterusnya

makin besar, kadang-kadang tidak merata. Akan tetapi tanda-tanda

21
kehamilan seperti tanda Braxton-Hicks dan reaksi kehamilan

negatif.

e. Pemeriksaan Kehamilan

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang

mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita memerlukan

sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal. Tujuan

pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan nifas

agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Masjoer, 2005).

Menurut Saifuddin (2002) kunjungan selama periode antenatal

yaitu satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14

Minggu), satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu

14-28), dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36

minggu dan sesudah minggu ke-36).

f. Nutrisi Ibu Hamil

Seiring pertambahan usia kandungan, kebutuhan gizi ibu hamil

akan meningkat terutama setelah memasuki kehamilan trimester

kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin berlangsung pesat

terutama perkembangan otak dan susunan saraf sehingga

membutuhkan asupan gizi yang optimal (Maharani, 2008).

Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori

perhari (Kusmiyati, 2008). Kekurangan dan kelebihan nutrisi dapat

menyebabkan kelainan yang tidak diinginkan pada wanita hamil

tersebut. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus,

partus prematurus, inersia uteri, hemoragia postpartum, sepsis

puerperalis dan sebagainya. Sedangkan nutrisi yang berlebihan dapat

21
menyebabkan pre-eklamsi, bayi terlalu besar dan sebagainya

(Winkjosastro, 2006).

Nutrisi penting yang diperlukan selama hamil menurut

Kusmiyati (2008), antara lain sebagai berikut:

1) Karbohidrat dan lemak

Karbohidrat sebagai sumber zat tenaga untuk menghasilkan kalori

yang dapat diperoleh dari sereal dan umbi-umbian

(Sabrina, 2008). Kebutuhan kalori untuk orang hamil adalah 2300

kal. Pada triwulan pertama asupan makanan berkurang karena

menurunnya nafsu makan dan Bering timbul mual dan muntah,

trimester ke-2 nafsu makan sudah meningkat, kebutuhan zat tenaga

banyak dibanding kebutuhan saat hamil muda. Pada trimester

ketiga, janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat. Hal ini terjadi pada 20 minggu terakhir kehamilan.

Umumnya nafsu makan sangat baik dan ibu sangat merasa lapar

(Kusmiyati, 2008).

2) Protein

Protein sebagai sumber zat pembangun dapat diperoleh dari

daging, ikan, telur dan kacang-kacangan (Sabrina, 2008). Protein

sangat dibutuhkan untuk perkembangan kehamilan yaitu untuk

pertumbuhan janin, uterus, plasenta, selain itu untuk ibu penting

untuk pertumbuhan payudara dan kenaikan sirkulasi ibu (protein

plasma, hemoglobin dan lain-lain (Kusmiyati, 2008).

3) Mineral

Sebagai zat pengantur dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-

sayuran (Sabrina, 2008). Pada prinsipnya semua mineral dapat

21
terpenuhi dengan makan makanan sehari-hari yaitu buah-buah,

sayur-sayuran dan susu. Hanya besi yang tidak bisa terpenuhi

dengan makanan sehari-hari. Kebutuhan akan besi pada pertengah

kedua kehamilan kira-lara 17 mg/ hari. Untuk memenuhi

kebutuhan ini dibutuhkan suplemen besi 30 mg sebagai ferosus,

ferofumarat atau feroglukonat perhari dan pada kehamilan kembar

.atau pada wanita sedikit anemik, dibutuhkan 60-100 mg/hari.

Kebutuhan kalsium, umumnya terpenuhi dengan minum susu. Satu

liter susu sapi mengandung kira-kira 0,9 gram kalsium

(Kusmiyati, 2008).

4) Vitamin

Vitamin sebenarnya telah terpenuhi dengan makan sayur dan buah-

buahan, tetapi dapat pula diberikan ekstra vitamin

(Kusmiyati, 2008). Kebutuhan asam folat selama hamil adalah 800

mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama kehamilan.

Kekurangan asam folat dapat mengganggu pembentukan otak,

sampai cacat bawaan pada susunan saraf saraf pusat maupun otak

janin (Sabrina, 2008).

2.1.2 Kehamilan Ektopik Terganggu

a. Pengertian

Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi

diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk

terjadinya implantasi kehamilan ektopik, sebagian besar kehamilan

ektopik berlokasi dituba, jarang terjadi implantasi pada ovarium,

rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk uterus yang rudimenter

dan divertikel pada uterus.

21
Kehamilan ektopik terganggu adalah implantasi dan

pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri.

Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dengan ovum yang

dibuahi, berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni

dalam endometrium kavum uteri (Mansjoer, 2005).

Istilah kehamilan ektopik terganggu lebih tepat dari pada istilah

ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai, oleh karena terdapat

beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus

tetapi tidak pada tempat yang normal (Prawirohardjo, 2005).

g. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki,

tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Menurut

Mochtar (2002), faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini

ialah sebagai berikut:

1) Faktor tuba, yaitu salpingitis, perlekatan tuba, kelainan konginetal

tuba, pembedahan sebelumnya, endometriosis, tumor yang

mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.

2) Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom dan malformasi.

3) Faktor ovarium, yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.

4) Penggunaan hormon eksogen.

5) Faktor lain, antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD.


h. Tanda dan Gejala

Gambaran kehamilan ektopik terganggu yang belum terganggu

tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui

adanya kelainan dalam kehamilan. Pada umumnya penderita

menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:

21
1) Amenorhoe

2) Nyeri perut bagian bawah

3) Gejala kehamilan muda

4) Level HCG rendah

5) Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua

6) Digoyangkan dan Cavum Douglas menonjol karena ada

pembekuan darah (Mansjoer, 2005).

Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-

beda dari perdarahan banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai

terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar membuat diagnosisnya,

gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik, abortus

atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan

keadaan umum penderita sebelum hamil (Mochtar, 2002).

i. Patofisiologi

Menurut Prawirohardjo (2005), sebagian besar kehamilan tuba

terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu. Mengenai nasib

kehamilan tuba terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:

1) Hasil konsepsi mati dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati

karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi

total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya

haidnya terlambat untuk beberapa hari.

2) Abortus ke dalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh

villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat

melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan

21
robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian

atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan

yang timbul.

3) Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan

biasanya ada kehamilan muda, sebaiknya ruptur pada pars

interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut. Faktor

utama yang menyebabkan ruptur ialah penembusan villi koriales ke

dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum. Ruptur dapat

terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan

pemeriksaan vaginal.

j. Penanganan

Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah

laparatomi, dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan

dan dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan

penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik

terganggu, kondisi anatomic organ pelvic, kemampuan teknik bedah

mikro, dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro

setempat. Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan

salpingektomi pada kehamilan tuba, atau dapat dilakukan pembedahan

konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi.

Apabila keadaan penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok,

lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektopik

terganggu di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba

ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari

tindakan pembedahan. Kriteria khusus yang diobati dengan cara ini

21
adalah:

1) Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah

2) Diameter kantong gestasi ≤ 4 cm;

3) Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml

4) Tanda vital baik dan stabil.

k. Pencegahan

Kehamilan ektopik terganggu tidak dapat kita cegah, tetapi kita

dapat mengurangi faktor-faktor risiko tertentu. Misalnya, membatasi

jumlah pasangan seksual dan menggunakan kondom saat kita

melakukan hubungan seks untuk membantu mencegah penyakit

menular seksual dan mengurangi risiko penyakit radang panggul

(Saifuddin, 2002).

Memakai kondom, diafragma atau cap serviks jika ingin

melakukan hubungan seks untuk menghindari gonore, klamidia, dan

lain penyakit menular seksual (PMS). Bedah sistem reproduksi, perut,

atau perut bagian bawah dapat menyebabkan jaringan parut, yang

meningkatkan risiko kehamilan ektopik. Penyakit Radang Panggul

(PID) dapat merusak saluran tuba, meningkatkan risiko kehamilan

ektopik. Salah satu penyebab utama PID adalah infeksi menular

seksual (IMS), seperti klamidia dan gonore. Kondom laki-laki adalah

metode yang paling efektif untuk mencegah IMS (Saifuddin, 2002).

Menggunakan praktek seks yang aman, seperti menggunakan

kondom setiap kali kita melakukan hubungan seks dapat menurunkan

resiko kehamilan ektopik. Hal ini karena seks aman akan membantu

melindungi kita dari penyakit menular seksual (PMS) yang dapat

menyebabkan penyakit radang panggul (PID). PID adalah penyebab

21
umum jaringan parut pada saluran tuba, yang dapat menyebabkan

kehamilan ektopik (Wibowo, 2007).

Kehamilan ektopik tidak terjadi pada tabung normal, jadi

pencegahan ini didasarkan pada menghindari penyebab tabung rusak.

Ini termasuk menghindari persetubuhan dan aktivitas yang predisposisi

penyakit radang panggul dan diagnosis dini dan pengobatan radang

usus buntu (Wibowo, 2007).

l. Penatalaksanaan

1) Penatalaksanaan Secara Umum

Menurut Sarwono (2002), penatalaksanaan atau penanganan

untuk kasus kehamilan ektopik terganggu secara umum, antara lain

adalah sebagai berikut:

a) Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk

tindakan operatif gawat darurat.

b) Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk

melakukan tindakan operatif, karena sumber perdarahan harus

dihentikan.

c) Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan

tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL (500 ml dalam lima

menit pertama) atau 2l dalam dua jam pertama (termasuk

selama tindakan berlangsung).

d) Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfusion

berikut ini:

(1) Pastikan darah yang dihisap dari rongga abdomen telah

melalui alat penghisap dan wadah penampung yang steril.

(2) Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan

21
masukan ke dalam kantung darah (blood bag) apabila

kantung darah tidak tersedia masukan dalam botol bekas

cairan infus (yang baru terpakai dan bersih) dengan

diberikan larutan sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml

darah.

(3) Transfusikan darah melalui selang transfusi yang

mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.

(4) Tindakan dapat berupa:

(a) Parsial salpingektomi yaitu melakukan eksisi bagian

tuba yang mengandung hasil konsepsi.

(b) Salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya

konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu

yang masih ada), yaitu mengeluarkan hasil konsepsi

pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan

reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah

kontrol perdarahan yang kurang sempurna atau

rekurensi (hasil ektopik ulangan).

(c) Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan

gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh

proses infeksi maka sebaiknya pasien diberi anti biotik

kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas.

(d) Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan:

 Ketoprofen 100 mg supositoria

 Tramadol 200 mg IV

 Pethidin 50 mg IV (siapkan anti dotum terhadap

reaksi hipersensitivitas).

21
(e) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.

(f) Konseling pasca tindakan:

 Resiko hamil ektopik ulangan

 Kontrasepsi yang sesuai

 Asuhan mandiri selama di rumah.

2) Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien

dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah

terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu,

pembedahan harus dilakukan secepat mungkin, antara lain.

a) Salpingostomi

Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil

konsepsi yang berdiameter kurang dari 2 cm dan berlokasi di

sepertiga distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi

linear sepanjang 10-15 mm pada tuba tepat di atas hasil

konsepsi, di perbatasan antimesenterik. Setelah insisi hasil

konsepsi segera terekspos dan kemudian dikeluarkan dengan

hati-hati. Perdarahan yang terjadi umumnya sedikit dan dapat

dikendalikan dengan elektrokauter. Insisi kemudian dibiarkan

terbuka (tidak dijahit kembali) untuk sembuh per sekundam.

Prosedur ini dapat dilakukan dengan laparotomi maupun

laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini menjadi gold

standard untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.

21
b) Salpingotomi

Pada dasarnya prosedur ini sama dengan salpingostomi, kecuali

bahwa pada salpingotomi insisi dijahit kembali. Beberapa literatur

menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam hal

prognosis, patensi dan perlekatan tuba pascaoperatif antara

salpingostomi dan salpingotomi.

c) Salpingektomi

Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini:

(1) Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu),

(2) Pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,

(3) Terjadi kegagalan sterilisasi,

(4) Telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba sebelumnya,

(5) Pasien meminta dilakukan sterilisasi,

(6) Perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,

(7) Kehamilan tuba berulang,

(8) Kehamilan heterotopik, dan

(9) Massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm. Reseksi massa hasil

konsepsi dan anastomosis tuba kadang-kadang dilakukan pada

kehamilan pars ismika yang belum terganggu. Metode ini lebih

dipilih daripada salpingostomi, sebab salpingostomi dapat

menyebabkan jaringan parut dan penyempitan lumen pars ismika

yang sebenarnya sudah sempit. Pada kehamilan pars interstitialis,

sering kali dilakukan pula histerektomi untuk menghentikan

perdarahan masif yang terjadi. Pada salpingektomi, bagian tuba


24
antara uterus dan massa hasil konsepsi diklem, digunting, dan
kemudian sisanya (stump) diikat dengan jahitan ligasi. Arteria

tuboovarika diligasi, sedangkan arteria uteroovarika

dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari mesosalping.

d) Evakuasi Fimbrae dan Fimbraektomi

Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat

dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan

menyemburkan cairan di bawah tekanan dengan alat

aquadisektor atau spuit, massa hasil konsepsi dapat terdorong

dan lepas dari implantasinya. Fimbraektomi dikerjakan bila

massa hasil konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak

dapat diekspulsi dengan cairan bertekanan.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PATOLOGIS PADA NY.S DENGAN


KEHAMILAN EKTOPIK DI BPM IKA

Tempat Praktek/Ruang : ………………………………………………………………


Pembimbing Klinik : ………………………………………………………………

Nomor MR : ………………………………………………………………
Masuk RS/klinik. H/Tgl : ………………………………………………………………
Pengkajian tanggal : ……………………… Jam …………Oleh ……………….

I. PENGKAJIAN
DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS
Identitas Ibu Identitas Suami

Nama :

NIK :

Umur :

Gol darah :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Agama :

Alamat :

No Telpon :

Jenis dan No :
Jaminan
B. RIWAYAT KEHAMILAN
Hamil ke : Tgl Haid :
/G..P..A.. …………………… Terakhir …………………………
Jumlah Anak : Perkiraan :
Hidup ………………….... Persalinan …………………………
Usia Anak : Riwayat :
terakhir Penyakit ibu
…………………… / keluarga ……………………………
Kehamilan ini : Ya/Tidak :
direncanakan .......................................
Kehamilan ini : Ya/Tidak
diinginkan
Mengikuti Kelas : Ya / Tidak
Ibu Hamil
Memanfaatkan : Ya/ Tidak
kelas Ibu ………………………
Hamil

C. DETEKSI DINI RESIKO TINGGI DAN TANDA BAHAYA KEHAMILAN


*Berilah tanda (√) sesuai kondisi ibu
a. Resiko Tinggi Pada Ibu Hamil

1. Umur ibu kurang dari 20 Th 11. Riwayat Persalian


Caesar

2. Umur Ibu lebih dari 35 Th 12. Riwayat keguguran


berulang
(Lebih dari 1 kali)
3. Kehamilan ke 4 atau lebih 13. Riwayat Melahirkan Bayi besar
(lebih dari 4 Kg)

4. Usia anak terakhir kurang dari 2 14. Riwayat melahirkan anak


Th kembar

5. Ibu Pendek (TB < 145 cm) 15. Riwayat melahirkan janin
mati atau dengan kelainan
bawaan

6. Ibu tampak kurus / LILA < 23,5 16. Ibu menderita penyakit
cm dan atau BB < 45 Kg penyerta (Asma, DM,
jantung, hipertensi, TBC,
Gangguan Ginjal,
Anemia, PMS, Malaria, tiroid
dll) penyakit disendirikan/
dibuat kolom sendiri
7. Terlalu lambat 17. Terlalu lama hamil lagi (≥
hamil pertama (≥ 4 10 tahun)
tahun)
8. Riwayat persalinan dengan 18. Riwayat persalinan dengan
Ekstraksi Vakum {EV) Tranfusi darah

9. Riwayat persalinan dengan 19. Riwayat persalinan


Manual Plasenta kurang bulan

10. Riwayat IUFD 20. Riwayat persalinan lebih bulan

b. Tanda Bahaya Kehamilan (Pada Kehamilan sekarang) (isikan dengan kode (√)
1. Ibu tidak mau makan dan atau 11. Ibu mengeluh sesak nafas
muntah terus menerus

2. Perdarahan lewat jalan lahir 12. Demam / Panas Tinggi

3. Pusing yang hebat 13. Kejang

4. Bengkak pada kaki sampai 14. Keluar air ketuban


tangan dan wajah

5. Nyeri dada / ulu hati/ 15. Gerakan janin


jantung berdebar-debar berkurang

6. Letak melintang 16. Presentasi bokong

7. Gemelli 17. Hidramnion

8. Tekanan darah tinggi 18. Anemia (HB ˂ 11 gr%)

9. Diare berulang 19. Batuk lama ≥ 2 minggu

10. Terasa sakit pada saat 20. Sulit tidur dan cemas
kencing/keputihan/gatal di daerah berlebihan
kemaluan

D. LINGKUNGAN DAN PERILAKU


c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

1 Pemenuhan Nutrisi 2. Pemenuhan Kebutuhan


Istirahat
a. Pola gizi seimbang : Ya / tdk a. Tidur malam paling : Ya / tdk
sedikit 6-7 jam

b. Porsi lebih banyak dari : Ya / tdk b. Tidur siang atau berbaring : Ya / tdk
sebelum hamil 1-2 jam Posisi tidur miring
kiri
c. Makan beragam : Setiap c. Bersama suami melakukan : Ya / tdk
makanan (variasi hari / stimulasi pada janin dengan
makanan) jarang sering mengelus-elus perut
ibu dan mengajak janin
berbicara sejak usia 4 bulan

d. Kebiasaan Konsumsi : Setiap


Buah dan Sayur hari /
jarang

e. Kebiasaan konsumsi : Setiap 4. Hubungan seksual : Ya / tdk


protein hewani hari / selama kehamilan
jarang

3 Personal Hygiene 5. Aktifitas Fisik

a. Cuci tangan : Jarang/ a. Beraktifitas sesuai kondisi : Ya / tdk


dengan sabun Sering
dengan air
mengalir sebelum
makan dan sesudah
BAK/BAB
b. Menyikat gigi : Jarang/ b. Suami membantu untuk : Ya / tdk
teratur minimal Sering melakukan pekerjaan sehari-
setelah hari
sarapan dan
sebelum tidur
c. Mandi 2x sehari : Jarang/ c. Mengikuti senam : Ya / tdk
Sering hamil sesuai anjuran
nakes
d. Bersihkan payudara : Jarang/
dan daerah kemaluan Sering

e. Ganti pakaian dalam : Ya / tdk


setiap hari
d. Lingkungan dan Perilaku yang merugikan kesehatan

1. Ibu sering terpapar : Ya / Tidak 5. Bagaimana Lingkungan tempat


asap rokok atau tinggal ibu ?
polusi

2. Beban pekerjaan : Ya / Tidak a. Kebiasaan cuci tangan : Ya /


ibu terlalu berat pakai sabun Tidak

3. Kebiasaan Minum : Ya / Tidak b. Kepemilikan jamban : Ya /


jamu atau obat tanpa c. Sumber Air Bersih Tidak
resep dokter :
Ada /
Tidak

4. Memiliki hewan : Ya/tidak d. Sarana : Terbuka


peliharaan/lingkunga Pembuangan Air / Tertutup
n sekitar dekat Limbah (SPAL)
dengan peternakan

e. Sarana : Terbuka
Pembuangan / Tertutup
Sampah

DATA OBJEKTIF
A. Pemeriksaan Umum (Sumber Buku KIA)
No Jenis Pemeriksaan Tanggal Kunjungan

TM 1 TM 2 TM 3 TM 3

1. Keadaan Umum Ibu

2. Berat Badan

3. Tinggi Badan

4. Tekanan Darah

5.. Status TT

6. Lingkar Lengan Atas (LILA)

7. Tinggi Fundus Uteri (TFU)

8. Presentasi Janin

9. Tablet Fe

10. Test Laboratorium Sederhana


a. HB

b. Protein Urine

c. Glucosa Urine

d. Gula darah

11. Ditawari Test HIV

12. Konseling

13. Rujukan

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
a. Rambut
Warna : ……………………………………………
Kebersihan : …………………………………………...
Mudah rontok/tidak : ………………………………………...…

b. Telinga
Kebersihan : ……………………………………………
Gangguan pendengaran : ……………………………………………

c. Mata
Konjungtiva : ……………………………………………
Sklera : ……………………………………………
Kebersihan : ……………………………………………
Kelainan : ……………………………………………
Gangguan penglihatan : ……………………………………………

d. Hidung
Kebersihan : ……………………………………………
Polip : ……………………………………………

e. Mulut
Warna bibir : ……………………………………………
Integritas jaringan : ……………………………………………
Kebersihan lidah : ……………………………………………
Ganggan pada mulut : ……………………………………………
2. Leher
Pembesaran kelenjar limfe : ……………………………………
3. Dada
Simetris/tidak : ………………………………
Besar payudara simetris/tidak:
Nyeri : ……………………………………………
Hiperpigmentasi : ……………………………………………
Kolostrum : ……………………………………………
Keadaan puting : ……………………………………………
Kebersihan puting : ……………………………………………
4. Perut
Inspeksi :
Bentuk : ……………………………………………
Bekas luka operasi : ……………………………………………
Striae : ……………………………………………
Linea : ……………………………………………
TFU : ……………………………………………
Hasil palpasi
Leopold I : ……………………………………………
Leopold II : ……………………………………………
Leopold III : ……………………………………………
Leopold IV : ……………………………………………
TBJ : ……………………………………………
DJJ : frekuensi/irama/intensitas/punctum
maksimum
5. Ekstremitas
a. Atas
Kelainan : ……………………………………………
Kebersihan : ……………………………………………
b. Bawah
Oedema : ……………………………………………
Varises : ……………………………………………
Perkusi reflek patellla : ……………………………………………
6. Genital
Kebersihan : …………………………………
Pengeluaran pervaginam : …………………………………
Tanda infeksi vagina : …………………………………
7. Anus
Hemmoroid : ……………………………………………

Kebersihan : ……………………………………………

D. INTERPRETASI DATA
A. Diagnosa Kebidanan
Ny...... G....P.....A, umur........tahun, hamil.........minggu, janin hidup/mati, tunggal
/ganda, intra/ekstra uteri, letak......................, puka/puki, divergen/ konvergen, KU
Ibu........................ KU Janin ........................... Keadaan jalan lahir................................

B. Masalah
C. Kebutuhan

E. MENENTUKAN DIAGNOSA POTENSIAL


F. MENENTUKAN TINDAKAN ANTISIPASI/SEGERA
G. MEMBUAT PERENCANAAN
H. IMPLEMENTASI
I. EVALUASI

Preseptor akademik Preseptor Klinik Mahasiswa

(....................................) (....................................) (....................................)


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penanganan kehamilan ektopik terganggu pada umumnya adalah

laparatomi, dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan

dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita

akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik terganggu, kondisi

anatomic organ pelvic, kemampuan teknik bedah mikro, dokter operator

dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat. Hasil pertimbangan

ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan

tuba, atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya

dilakukan salpingostomi. Apabila keadaan penderita buruk, misalnya

dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus

kehamilan ektopik terganggu di pars ampularis tuba yang belum pecah

pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk

menghindari tindakan pembedahan

4.2 Saran

Diharapkan dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu

hamil dengan kehamilan ektopik, hendaknya bidan dapat tanggap dalam

melakukan tatalaksana asuhan sehingga pasien dapat mengetahui cara

untuk mengatasi masalah yang terjadi pada kehamilan


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Tri Yuli. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian kehamilan


ektopik di Rumah Sakit Assalam Gemolong Sragen. Diakses dari
http://digilib.stikesaisyiyah.co.id, pada 19 April 2018
Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus. 2017. Data Kasus Kehamilan Resiko
TInggi.Kudus
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Data Kesehatan Republik
Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Jakarta
Manuaba, I, B, G. 2010. Dasar-Dasar Teknik Operassi Gynekologi. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Eucaliptus
Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Pudiastuti, R, D. 2011. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Purwaningsih, W, Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Rismalinda, P, H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : In Media. Romauli,
S. 2011. Asuhan Kebidanan 1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rukiyah, Y, A, Yulianti, L. 2014. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta : TIM.
Saifuddin, A, B, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sulaiman, Reza, M. 2014. Angka Kematian Ibu Tinggi, BKKBN Serukan ‘4 Jangan
dan 3 Terlambat. Available : http : // health.detik.com diakses pada tanggal
8 Maret 2017.
Sulistyawati, A. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta : Salemba
Medika.
Widiyani, Roshma dan Rizqon, Tegar. 2015. Angka kematian ibu di Indonesia
masih jauh dari Target MDGs. Diakses dari
http://www.harnas.co/2015/12/9/angka-kematian-ibu-indonesia-masih-
rapor-merah, pada 8 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai