Anda di halaman 1dari 31

KOMPLIKASI KEHAMILAN TRIMESTER 1

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

DISUSUN OLEH :
HONORATA TAWA WEA
(004010122)

AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG


2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat kasih dan
karunianya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "KOMPLIKASI
KEHAMILAN TRIMESTER 1 DAN 2 KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU" Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ASUHAN
KEBIDANAN KEHAMILAN dan tak lupa, saya berterima kasih kepada Ibu Rangga
Pusmaika SST.,M.Kes.,MKM selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan saya tugas
yang bermanfaat ini.

Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat dan digunakan dengan sebaik-baiknya. Saya
menyadari bahwa dalam proses pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih
belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Akhir kata, kiranya makalah ini dapat berguna dan bisa menjadi pedoman bagi

mahasiswa kebidanan untuk dapat mempelajari serta memahami tentang KEHAMILAN

EKTOPIK TERGANGGU.

Sekian dan terima kasih

Jakarta, 20 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................................ 2
Tujuan Umum........................................................................................................................ 2
Tujuan Khusus....................................................................................................................... 2
Manfaat Makalah...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................4
2.1 Definisi kehamilan ektopik terganggu............................................................................4
2.2 Epidemiologi...................................................................................................................4
2.3 Patofisiologi.................................................................................................................... 4
2.4 Klasifikasi....................................................................................................................... 6
2.5 Tanda dan gejala.............................................................................................................8
2.6 Diagnosis.........................................................................................................................9
2.7 Penatalaksanaan........................................................................................................... 12
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Ektopik Terganggu...................................... 12
1. Umur.............................................................................................................................12
2. Gravida.........................................................................................................................14
3. Riwayat kesehatan........................................................................................................ 15
4. Riwayat kebidanan yang lalu....................................................................................... 16
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................................19
Pengumpulan Data...................................................................................................................19
Identitas................................................................................................................................19
Anamnesa (Data Subjektif).................................................................................................. 20
Pemeriksaan fisik................................................................................................................. 22
Pemeriksaan penunjang....................................................................................................... 25
Interpretasi Data.................................................................................................................. 25
Antisipasi diagnosa dan masalah potensial.......................................................................... 26
Pelaksanaan..........................................................................................................................26

3
Evaluasi................................................................................................................................ 27
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................28
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................28
3.2 Saran................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 29

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah
kehamilan di tempat yang luar biasa.Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika
penanaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi
rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba
fallopi, ovarium dan abdomen.

Menurut American Collage of Obstetricians and Gynecologists (2008), 2% dari


seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika serikat adalah kehamilan ektopik,
dan jumlah ini menyebabkan sekitar 6% dari semua kematian terkait-kehamilan.
Kehamilan ektopik terganggu dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada
ibu. Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi
di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus (Dewi, 2016).

Terjadinya Kehamilan ektopik terganggu dapat terjadi secara tiba-tiba pada seluruh
kasus kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu
kegawatdaruratan dalam obstetri yang perlu penanganan segera. Perlunya diagnosis
dini maupun observasi klinis sangat diperlukan mengingat pentingnya kelangsungan
hidup ibu maupun prognosis reproduksi selanjutnya. Dampak dari kehamilan ektopik
terganggu bagi kelangsungan reproduksi ibu adalah menurunkan fungsi reproduksi
selanjutnya dengan meningkatkan risiko terjadinya infertilitas (Dewi dan Risilwa,
2017).
Kejadian kehamilan ektopik di dunia adalah 0,25-2,0% dari seluruh kehamilan
(Yadav et al., 2017). Di Amerika Utara, kehamilan ektopik terjadi pada 19,7 kasus
dari 1000 kehamilan , dan merupakan penyebab mortalitas utama pada kehamilan
trimester pertama. Angka kejadian di negara berkembang kejadiannya dipercaya
lebih tinggi lagi, tetapi data yang spesifik belum diketahui. Secara umum di
Indonesia, kejadian kehamilan ektopik berkisar 5-6 perseribu kehamilan(Khairani,
2018)

1
Bidan sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam menjalankan tugas dan fungsinya
adalah mampu melaksanakan skrining dan deteksi dini faktor-faktor risiko terjadinya
kehamilan ektopik terganggu dengan penatalaksanaan rujukan yang tepat. Faktor
risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu meliputi umur, gravida, riwayat
kesehatan, riwayat kebidanan yang lalu, dan riwayat kontrasepsi memiliki peranan
yang cukup besar terhadap kejadian kehamilan ektopik terganggu (Fitriany dkk.,
2014).
Hal ini sesuai dengan penelitian Triana (2019) menyatakan bahwa ibu yang
mengalami kehamilan ektopik terganggu lebih banyak pada ibu yang berumur < 20
dan >35 tahun yaitu 66,7%. Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan antara umur
ibu dengan kejadian kehamilan ektopik terganggu yaitu didapatkan p value sebesar
0,024 < α 0,05 (Triana, 2019). Usia terbaik untuk hamil adalah 20-35 tahun. Hamil
diusia kurang dari 20 tahun memiliki risiko tinggi terjadinya komplikasi dalam
kehamilan oleh karena organ reproduksi yang belum matang dan masih dalam masa
pertumbuhan. Sedangkan hamil diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki risiko tinggi
terjadinya komplikasi oleh karena fungsi reproduksi wanita sudah terjadi penurunan
(Komariah dan Nugroho, 2020).

1.2. Tujuan Penulisan Makalah


a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara menyeluruh teori-teori tentang kehamilan ektopik serta
peran bidan untuk kehamilan ektopik.
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui Definisi Kehamilan Ektopik
b) Untuk mengetahui Epidemiologi Kehamilan Ektopik
c) Untuk mengetahui Patofisiologi Kehamilan Ektopik
d) Untuk mengetahui Klasifikasi Kehamilan Ektopik
e) Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Kehamilan Ektopik
f) Untuk mengetahui Diagnosis Kehamilan Ektopik
g) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
h) Untuk Mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Ektopik

2
1.3. Manfaat Makalah
Makalah ini sebagai media informasi untuk mahasiswa kesehatan terutama
mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan sehingga
lebih memahami kasus-kasus kehamilan ektopik dan cara menanganinya secara tepat
sekaligus untuk mencegah morbiditas dan mortalitas ibu.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi kehamilan ektopik terganggu


Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat
mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik dapat terjadi diluar rahim misalnya
dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi didalam rahim
misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di
ampula dan isthmus (Dewi, 2016). Terjadinya Kehamilan ektopik terganggu dapat
terjadi secara tiba-tiba pada seluruh kasus kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik
terganggu merupakan suatu kegawatdaruratan dalam obstetri yang perlu penanganan
segera. Perlunya diagnosis dini maupun observasi klinis sangat diperlukan mengingat
pentingnya kelangsungan hidup ibu maupun prognosis reproduksi selanjutnya (Dewi
dan Risilwa, 2017).

2.2 Epidemiologi
Kejadian kehamilan ektopik di dunia adalah 0,25-2,0% dari seluruh kehamilan (Yadav
et al., 2017). Di Amerika Utara, kehamilan ektopik terjadi pada19,7 kasus dari 1000
kehamilan, dan merupakan penyebab mortalitas utama pada kehamilan trimester
pertama. Angka kejadian di negara berkembang kejadiannya dipercaya lebih tinggi
lagi, tetapi data yang spesifik belum diketahui. Secara umum di Indonesia, kejadian
kehamilan ektopik berkisar 5-6 perseribu kehamilan (Khairani, 2018).

2.3 Patofisiologi
Salah satu fungsi saluran telur yaitu untuk membesarkan hasil konsepsi (zigot)
sebelum turun dalam rahim, tetapi oleh beberapa sebab terjadi gangguan dari
perjalanan hasil konsepsi dan tersangkut serta tumbuh dalam tuba. Saluran telur bukan
tempat ideal untuk tumbuh kembang hasil konsepsi. Disamping itu penghancuran
pembuluh darah oleh proses proteolitik jonjot koreon menyebabkan pecahnya
pembuluh darah. Gangguan perjalanan hasil konsepsi sebagian besar karena infeksi

4
yang menyebabkan perlekatan saluran telur. Pembuluh darah pecah karena tidak
mempunyai kemampuan berkontraksi maka perdarahan tidak dapat dihentikan dan
tertimbun dalam ruang abdomen. Perdarahan tersebut menyebabkan perdarahan tuba
yang dapat mengalir terus ke rongga peritoneum dan akhirnya terjadi ruptur, nyeri
pelvis yang hebat dan akan menjalar ke bahu. Ruptur bisa terjadi pada dinding tuba
yaitu darah mengalir antara 2 lapisan dari mesosalping dan kemudian ke ligamentum
latum. Perubahan uterus dapat ditemukan juga pada endometrium. Pada suatu tempat
tertentu pada endometrium terlihat bahwa sel-sel kelenjar membesar dan
hiperskromatik,sitoplasma menunjukkan vaskularisasi dan batas antara sel-sel kurang
jelas. Perubahan ini disebabkan oleh stimulasi dengan hormon yang berlebihan yang
ditemukan dalam endometrium yang berubah menjadi desidua. Setelah janin mati
desidua mengalami degenerasi dan dikeluarkan sepotongdemi sepotong. Pelepasan
desidua ini disertai dengan perdarahan dan kejadian ini menerangkan gejala
perdarahan pervaginam pada kehamilan ektopik terganggu (Dewi, 2016:47-48).

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan tempat terjadinya implantasi dari
kehamilan ektopik (Tarigan, 2016), dapat dibedakan menurut :
a. Kehamilan tuba merupakan kehamilan ektopik pada setiap bagian tuba fallopi.
Merupakan bagian jenis terbanyak gestasi ekstra uterin yang paling sering terjadi
sekitar 95% dari kehamilan ektopik. Kehamilan tuba akan menghasilkan salah
satu dari ketiga hal ini :
● Kematian hasil konsepsi dalam stadium dini : hasil konsepsi ini kemudian bisa
di absorpsi seluruhnya atau tetap tinggal sebagai mola tuba.
● Abortus tuba, yaitu hasil akhir yang paling sering ditemukan, bersama-sama
hasil konsepsi (dan kemungkinan pula darah) akan dikeluarkan dari tuba untuk
masuk ke dalam uterus atau keluar ke dalam kavum peritoneum.
● Ruptura tuba : erosi dan akhirnya rupture tuba terjadi kalau hasil konsepsi
terus tumbuh hingga melampaui kemampuan peregangan otot tuba.

b. Kehamilan ovarial merupakan kehamilan pada ovarium, perdarahan terjadi bukan


saja disebabkan oleh pecahnya kehamilan ovarium tetapi juga rupture tuba korpus
luteum, torsi dan endometriosis. Meskipun daya akomodasi ovarium terhadap

5
kehamilan lebih besar daripada daya akomodasi tuba, kehamilan ovarium
umumnya mengalami ruptur pada trimester awal.
c. Kehamilan uterus merupakan kehamilan pada uterus tidak pada tempat yang tepat,
pada endometrium kavum uteri sebab implantasi terjadi pada kanalis servikalis
(gestasi pada servikal uteri), diverticulum (gestasi pada invertikulum uteri),
kurnua (gestasi pada kornu uteri), tanduk rudimenter (gestasi pada tanduk
rudimenter).

d. Kehamilan servikal adalah jenis dari kehamilan ektopik yang jarang terjadi.
Nidasi terjadi dalam selaput lendir serviks. Dengan tumbuhnya hasil konsepsi,
serviks mengembang. Kehamilan serviks jarang melewati usia gestasi 20 minggu
sehingga umumnya hasil konsepsi masih kecil.
e. Kehamilan Abdominal terbagi menjadi dua yaitu :
● Primer, dimana impantasi sesudah dibuahi langsung di peritoneum atau cavum
abdominal.
● Sekunder, yaitu pembentukan zigot terjadi ditempat yang lain misalnya di
dalam saluran telur atau ovarium yang selanjutnya berpindah ke dalam rongga
abdomen oleh karena terlepas dari tempat asalnya. Hampir semua kasus
kehamilan abdominal merupakan kehamilan ektopik sekunder akibat rupture
atau aborsi kehamilan tuba atau ovarium ke dalam rongga abdomen. Walaupun
ada kalanya kehamilan abdominal mencapai umur cukup bulan, hal ini jarang
terjadi, yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum tercapai maturitas (bulan
ke 5 atau ke 6) karena pengambilan makanan kurang sempurna.

f. Kehamilan Heterotopik adalah kehamilan intrauterin yang dapat terjadi dalam


waktu berdekatan dengan kehamilan ektopik. Kehamilan heterotopik dapat di
bedakan atas :
1) Kehamilan kombinasi (Combined Ectopic Pregnancy) yaitu kehamilan yang
dapat berlangsung dalam waktu yang sama dengan kehamilan intrauterin
normal.
2) Kehamilan ektopik rangkap (Compound Ectopic Pregnancy) yaitu terjadinya
kehamilan intrauterin setelah lebih dahulu terjadi kehamilan ektopik yang
telah mati atau pun ruptur dan kehamilan intrauterin yang terjadi kemudian
berkembang seperti biasa.

6
g. Kehamilan interstisial yaitu implantasi hasil konsepsi terjadi dalam pars
interstitialis tuba. Kehamilan ini juga disebut sebagai kehamilan kornual
(kehamilan intrauterin, tetapi implantasi plasentanya di daerah kornu, yang kaya
akan pembuluh darah. Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal maka ruptur
terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke 3 atau ke 4.
h. Kehamilan intraligamenter berasal dari kehamilan ektopik dalam tuba yang pecah
(bagian yang berada di antara kedua lapisan peritoneum visceral yang membentuk
ligamentum latum).
i. Kehamilan tubouterina merupakan kehamilan yang semula mengadakan
implantasi pada tuba pars interstitialis, kemudian mengadakan ekstensi secara
perlahan-lahan ke dalam kavum uteri.
j. Kehamilan tuboabdominal berasal dari tuba, dimana zigot yang semula
mengadakan implantasi di sekitar bagian fimbriae tuba, secara berangsur
mengadakan ekstensi ke kavum peritoneal.
k. Kehamilan tuba ovarial digunakan bila kantung janin sebagian melekat pada tuba
dan sebagian pada jaringan ovarium.

2.5 Tanda dan gejala


Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun
petugas medis biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan. Pada
umumnya penderita menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Amenorrhea
b. Nyeri perut bagian bawah
c. Gejala kehamilan muda
d. Level hormone Human Chorionic Gonadotropin (HCG) rendah
e. Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
Pada pemeriksaan pervagina terdapat nyeri goyang bila serviks digoyangkan dan
kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.

Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak
tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas, sehingga sukar
membuat diagnosisnya, gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan
ektopik, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi
dan keadaan umum penderita sebelum hamil (Norma dan Mustika, 2018: 72).

7
2.6 Diagnosis
Diagnosis kehamilan ektopik terganggu dapat ditegakkan melalui beberapa
pemeriksaan meliputi pengkajian data subjektif (anamnesa), dan data objektif
(Pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, kebidanan, dan penunjang)
a. Pengkajian data subjektif
1) Biodata: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat istri
dan suami (Norma dan Mustika, 2018: 74-75).
2) Keluhan utama: amenore dapat disertai dengan tanda-tanda hamil muda
(morning sickness, mual muntah, dan ngidam), adanya nyeri abdomen (nyeri
dapat menjalar ke seluruh abdomen, diafragma, dan nyeri pada saat buang air
besar), dan perdarahan pervaginam khas berwana kecoklatan (Norma dan
Mustika, 2018: 76).
3) Riwayat haid: umur menarche, frekuensi atau siklus menstruasi, lamanya
menstruasi, dismenorrhea atau keluhan saat menstruasi, dan Hari Pertama
Haid Terakhir (HPHT) untuk menghitung usia kehamilan (Norma dan
Mustika, 2018:79).
4) Riwayat pernikahan: ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali
menikah (Norma dan Mustika, 2018: 79).
5) Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya: sering ditemukan riwayat
operasi caesar, riwayat operasi tuba oleh karena riwayat kehamilan ektopik
sebelumnya, riwayat abortus berulang (Suryawinata dkk., 2019).
6) Riwayat kehamilan sekarang: berapa kali periksa dan dimana,
keluhan-keluhan dan tanda-tanda bahaya yang dirasakan. (Norma dan
Mustika, 2018: 80)
7) Riwayat penyakit: sering ditemukan riwayat keputihan lama, infeksi menular
seksual seperti clamidya, gonorhoe, dan bakteri atau virus lainnya, riwayat
penyakit radang panggul (Pratiwi, 2019).
8) Riwayat kontrasepsi: jenis kontrasepsi yang dipakai oleh ibu sebelum hamil,
sudah berapa lama ibu menggunakan alat kontrasepsi tersebut, apa yang ibu
keluhkan selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut. Hal tersebut untuk
menilai risiko alat kontrasepsi yang dipakai (Norma dan Mustika, 2018: 80).

8
9) Kebiasaan berbahaya bagi kehamilan seperti merokok baik perokok aktif
maupun pasif, minum jamu dan obat-obatan terlarang (Pratiwi, 2019: 55).

b. Pengkajian data objektif


1) Pemeriksaan umum: Keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital bervariasi
tergantung tingkatan syok, lama dan jumlah perdarahan (Norma dan Mustika,
2018: 82).
2) Pemeriksaan fisik: (Norma dan Mustika, 2018: 83)
a) Pada konjungtiva ditemukan pucat tergantung lama dan jumlah
perdarahan.
b) Pada abdomen:
● Inspeksi: apakah ada luka bekas operasi, apakah abdomen tampak
distensi atau perut tegang.
● Palpasi: Nyeri tekan pada abdomen, posisi nyeri tekan bisa lebih keras
disatu sisi tergantung lokasi kehamilan ektopik terganggu.
3) Pemeriksaan Kebidanan:
● Pemeriksaan inspekulo: tampak perdarahan sedikit sampai sedang
berwarna kecoklatan
● Pemeriksaan dalam: tidak ada pembukaan portio, adanya nyeri goyang
portio, dan kavum douglas menonjol.
● Pemeriksaan penunjang (Dewi, 2016: 53-54)
a) Laboratorium: haemoglobin, hematokrit, sel darah putih, dan tes
kehamilan.
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG): tidak adanya kantong kehamilan
dalam kavum uteri, adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri,
adanya massa komplek di rongga panggul.
c) Laparoskopi.
Laparotomi : harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu
dengan gangguan hemostasis ( tindakan diagnosis dan definitif),
diagnosa pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
d) Kuldosintesis.

2.7 Penatalaksanaan
9
Penanganan kehamilan ektopik terganggu mempertimbangkan beberapa hal yaitu
kondisi ibu, keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya, lokasi
kehamilan ektopik, kondisi anatomis organ pelvis, kemampuan teknik bedah mikro
dokter, dan kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat. Pada keadaan kondisi
ibu buruk yaitu dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus
kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya ditangani
dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari pembedahan. Kehamilan
ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan
adalah tata laksana yang disarankan (Dewi, 2016: 51).

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Ektopik Terganggu


Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan beberapa literatur, faktor risiko dari
kehamilan ektopik terganggu adalah
1. Umur
Istilah umur diartikan dengan lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan
waktu dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan
derajat perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dorlan 2010 dalam Ekasari,
2015). Penyebab kematian maternal dari faktor reproduksi diantaranya adalah usia
ibu. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20 tahun sampai dengan 30 tahun. Kematian maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata dua sampai
lima kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20 sampai
29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30 sampai 35 tahun
(Prawirohardjo, 2012). Hamil di usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko tinggi
terjadinya komplikasi dalam kehamilan oleh karena organ reproduksi yang belum
matang dan masih dalam masa pertumbuhan (Komariah dan Nugroho, 2020).
Ketidakmatangan organ reproduksi mempermudah terjadinya infeksi menular
seksual sehingga menyebabkan rusaknya organ-organ reproduksi seperti
penyempitan saluran pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian kehamilan
ektopik terganggu (Dewi, 2016). Hamil diusia lebih dari 35 tahun juga memiliki
risiko tinggi terjadinya komplikasi oleh karena fungsi reproduksi wanita sudah
terjadi penurunan (Komariah dan Nugroho, 2020). Semakin bertambahnya usia
maka semakin tinggi risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu yang
10
mengakibatkan penurunan aktivitas mioelektrik tuba. Dalam hal ini gerakan
peristaltik tuba menjadi lamban, sehingga implantasi zigot terjadi sebelum zigot
mencapai kavum uteri (Asyima, 2018).Hal ini sesuai dengan penelitian Triana
(2019) menyatakan bahwa ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu
lebih banyak pada ibu yang berumur < 20 dan >35 tahun yaitu 66,7%.
Berdasarkan uji statistik terdapat hubungan antara umur ibu dengan kejadian
kehamilan ektopik terganggu yaitu didapatkan nilai p sebesar 0,024 < α 0,05.
Sejalan dengan penelitian Asyima (2018), semakin bertambahnya umur akan
berisiko terkena kehamilan ektopik terganggu. Dari hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Chi-Square diperoleh nilai p 0,038 < α 0,05, artinya ada
hubungan umur ibu dengan kejadian kehamilan
ektopik terganggu.Hasil penelitian Triana (2019) berbeda dengan hasil penelitian
Tarigan (2016), umur rata-rata ibu dengan kehamilan ektopik terganggu adalah
32-33 tahun. Hasil penelitian Triana (2019) juga tidak sejalan dengan penelitian
Yadav et al. (2017), mayoritas kejadian kehamilan ektopik terganggu pada umur
25-34 tahun. Umur 20-35 tahun merupakan usia produktif seorang wanita untuk
hamil sehingga risiko terjadinya komplikasi kehamilan seperti kehamilan ektopik
terganggu menjadi lebih tinggi. Menurut Nirmalasari dkk (2018), kelompok umur
25 – 49 tahun merupakan kelompok seksual aktif dan mobilitas pada kelompok
umur tersebut juga tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Hendri dkk. (2013),
didapatkan kecenderungan peningkatan risiko infeksi menular seksual seperti
clamidya trakomatis dan penyakit radang panggul pada rentang usia menikah
antara 20-35 tahun sekitar 64%. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan
kejadian kehamilan ektopik terganggu oleh karena infeksi dapat mengakibatkan
adhesi atau perlengketan pada tuba, oklusi atau penyumbatan tuba, fimbria
phimosis atau hidrosalping. Hidrosalping adalah suatu kondisi yang terjadi ketika
tuba fallopi terisi dengan serosa atau cairan sehingga mengakibatkan
pembengkakan pada tuba (Aisyah dan Amanda, 2019).

2. Gravida
Gravida adalah jumlah total kehamilan ibu, termasuk kehamilan intrauterine
normal, abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan mola hidatidosa. Jenis gravida
pada ibu antara lain (Prawirohardjo, 2012):

a. Primigravida: wanita yang hamil untuk pertama kalinya.

11
b. Multigravida: wanita yang sudah pernah hamil lebih dari satu kali.

c. Grandemultigravida: wanita yang sudah pernah hamil lima kali atau lebih.

Semakin meningkatnya jumlah kehamilan akan meningkatkan risiko terjadinya


kehamilan ektopik terganggu, hal ini dikaitkan dengan riwayat kehamilan
terdahulu seperti riwayat abortus dan riwayat kehamilan ektopik terdahulu yang
merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik terganggu. Hal ini sejalan
dengan penelitian Prasanna, et.al (2016) yang menemukan bahwa kejadian
kehamilan ektopik terganggu paling banyak terjadi pada multigravida 84% dan
penelitian Santoso (2011) yang menemukan kejadian kehamilan ektopik paling
banyak pada gravida kedua yaitu 34,34% dibandingkan gravida pertama yaitu
32,2%. Abortus dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada rahim yang tidak
ditangani atau kerusakan dinding rahim terutama pada abortus berulang (Dewi,
2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Sariroh dan Primariawan (2015) bahwa
kehamilan ektopik terganggu sebagian besar disebabkan oleh kerusakan pada tuba
atau tersumbatnya tuba. Selain karena infeksi menular seksual dan penyakit
radang panggul, kerusakan pada tuba bisa diakibatkan oleh endometriosis dan
fibroid.

3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan merupakan riwayat penyakit yang pernah diderita oleh ibu.
Riwayat kesehatan yang merupakan faktor risiko terjadinya kehamilan ektopik
terganggu meliputi:

⮚ Riwayat infeksi menular seksual

Infeksi menular seksual oleh bakteri Chlamydia Trakomatis dapat


mengakibatkan kerusakan pada tuba yang dapat meningkatkan kejadian
kehamilan ektopik terganggu (Aisyah dan Amanda, 2019). Penyakit menular
seksual seperti klamidia, gonorea dan sebagainya yang timbul karena infeksi
bakteri inilah, hasil konsepsi yang seharusnya menempel pada rahim gagal
mencapai rahim dan justru tumbuh dan berkembang ditempat lain ( Pratiwi,
2019:144). Bila penyakit tersebut tidak diobati akan menimbulkan adhesi
perituba, oklusi tuba, fimbria phimosis atau hidrosalping (Aisyah dan
Amanda, 2019).

12
⮚ Penyakit radang panggul

Penyakit radang panggul juga akan sangat mempengaruhi perjalanan hasil


konsepsi sehingga tidak dapat mencapai rahim untuk berkembang (Pratiwi,
2019:144). Penyakit radang panggul meliputi salpingitis, endosalpingitis dan
endometritis menyebabkan aglutinasi silia lipatan mukosa tuba dengan
penyempitan saluran, pembentukan kantong-kantong buntu, dan tertekuknya
tuba. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat infeksi juga
menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii (Dewi, 2016: 46).

4. Riwayat kebidanan yang lalu


Riwayat kebidanan yang lalu merupakan riwayat kehamilan, persalinan dan masa
nifas. Riwayat kebidanan yang lalu yang merupakan faktor risikokehamilan
ektopik terganggu dari berbagai sumber meliputi:

⮚ Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya dan riwayat operasi tuba

Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya dan riwayat operasi tuba juga dapat
mengakibatkan hasil konsepsi menuju rahim terhambat (Pratiwi, 2019:144).
Hal ini berkaitan dengan kegagalan memperbaiki patensi tuba akibat
kegagalan operasi tuba sebelumnya (Dewi, 2016: 46).

⮚ Riwayat operasi Caesar

Riwayat operasi caesar dapat mengakibatkan komplikasi untuk kehamilan


selanjutnya yaitu dapat membentuk jaringan parut sehingga meningkatkan
kejadian kehamilan ektopik terganggu (Suryawinata dkk., 2019). Jaringan
parut pada opersi Caesar menyebabkan hasil konsepsi menempel diluar
endometrium kavum uteri khususnya pada riwayat opersai caesar berulang.

⮚ Riwayat abortus

Riwayat abortus juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik


karena terjadinya infeksi pada rahim yang tidak ditangani atau kerusakan
dinding rahim terutama pada abortus berulang (Dewi, 2016). Infeksi yang
tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan perlengketan perituba yang
dapat menyebabkan kinking pada tuba (sumbatan akibat saluran tuba yang

13
terbelit) dan menyempitkan lumen sehingga meningkatkan risiko kehamilan
ektopik (Prawirohardjo, 2018).

⮚ Riwayat kontrasepsi

Salah satu faktor risiko kehamilan ektopik terganggu adalah


kegagalanpenggunaan alat kontrasepsi. Kontrasepsi merupakan metode untuk
mencegah kehamilan namun masih bisa terjadinya kegagalan dari
penggunaannya. Beberapa kegagalan alat kontrasepsi yang memiliki risiko
kehamilan ektopik terganggu adalah tubektomi (sterilisasi tuba), Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), kontrasepsi darurat (EC) estrogen dosis
tinggi, dan minipills yang hanya mengandung progestin (Aling dkk., 2014).
Kegagalan tubektomi menyebabkan sperma dan sel telur masih dapat bertemu
namun kerusakan pada tuba dapat mengakibatkan terhambatnya hasil
pembuahan untuk bernidasi pada endometrium kavum uteri (Khairani, 2018).
Kegagalan AKDR berkaitan dengan faktor mekanis yaitu terhambatnya
perjalanan ovum yang dibuahi kedalam kavum uteri. Kegagalan alat
kontrasepsi yang mengandung estrogen tinggi atau hanya progesteron
berkaitan dengan faktor fungsional yaitu berubahnya motilitas tuba karena
perubahan hormon estrogen dan progesterone (Dewi, 2016).

⮚ Riwayat merokok

Wanita hamil yang dalam masa kehamilannya terpajan asap rokok berisiko
lebih tinggi untuk mengalami komplikasi. Wanita hamil yang terpajan asap
rokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik (Dewi, 2016: 55). Berdasarkan hasil penelitian Kristianingsih dan
Halimah (2018), ada hubungan keterpaparan asap rokok dengan kejadian
kehamilan ektopik pada ibu hamil dengan nilai p value 0,035 dengan nilai OR
3,657. Hal ini disebabkan karena bahan kimia yang terkandung di dalam rokok
(Protein PROKR1) mengakibatkan terhambatnya kontraksi otot di tuba fallopi
sehingga mengganggu perpindahan dari ovum yang telah dibuahi ke dalam
endometrium kavum uteri (Fitriany dkk., 2014).

14
Gambar Kehamilan ektopik
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER 1 DENGAN KEHAMILAN


EKTOPIK TERGANGGU PADA Ny. R DI RUANG PONEK RSUD
Kab.TANGERANG

1. Pengumpulan Data

⮚ Identitas

Nama Ibu : Ny. R


Umur : 30 Tahun
Suku/Kebangsaan : Sunda Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT (Ibu rumah tangga)
Alamat rumah : Perum Indah Kajen
Telp. : 0814xxxxxxx
Alamat kantor :-
Telp. :-
Nama suami : Tn.F
Umur : 36 Tahun

15
Suku/Kebangsaan : Sunda / Indinesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat rumah : Peruma Indah Kajen
Telp. : 0825 XXXX
Alamat kantor :-
Telp. :-

⮚ Anamnesa (Data Subjektif)

Pada tanggal 02 Maret 2023 pukul 13:00 WIB


1. Alasan kunjungan ini : Ibu datang ke IGD Ponek RSUD Kab.Tangerang
atas rujukan dari klinik Tiara Bunda pada tanggal 02 maret 2022 pukul
13.00 WIB Data yang didapat dalam surat rujukan yaitu ibu telah
dilakukan pemeriksaan USG di Klinik Tiara Bunda pada tanggal 01 maret
2022 dengan hasil pemeriksaan bahwa tidak ada kantung kehamilan
2. Keluhan – keluhan : Ibu datang dengan keluhan nyeri perut bagian kanan
bawah sudah 5 hari dan mengeluarkan flek berwarna kecoklatan sudah 3
hari dari jalan lahir sehingga Ibu merasa takut dan khawatir dengan
janinnya
3. Riwayat sosial ekonomi
Status perkawinan : Sah
Bahasa yang di gunakan : Bahasa Sunda
Kebiasaan (merokok, konsumsi alcohol, napza ) : Ibu Tidak pernah
merokok,
mengkonsumsi alkohol dan napza
Dukungan keluarga/suami : Suami dan Keluarga mendukung
Status Kesehatan Suami : Sehat
Imunisasi TT :

16
Kegiatan sehari – hari : mengepel, mencuci dan menyapu
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Hubungan seks selama kehamilan : 3 kali dalam seminggu
Rencana tempat bersalin : Di rumah bersalin
4. Riwayat Kesehatan keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti : Hipertensi, Diabetes
mellitus, keturunan kembar, sickle cell disease, alergi, epilepsi, penyakit
jantung, kelainan mental, kelainan kongenital
5. Riwayat Kesehatan ibu
Tidak ada riwayat penyakit seperti : Hipertensi, Diabetes mellitus, sickle
cell disease, riwayat alergi, penyakit jantung, obat-obatan, psycosa
postpartum, asma, batuk berkepanjangan, penyakit ginjal

6. Riwayat Penyakit Menular Seksual


Tidak ada riwayat penyakit seperti : Sexual Transmited Infection (STI),
AIDS, pengeluaran vagina abnormal, luka/bengkak pada vagina, rasa nyeri
saat berkemih, diare yang berkelanjutan
7. Riwayat operasi : Tidak ada
8. Riwayat Ginekologi
Tidak ada riwayat penyakit seperti : Salpingektomy, infertilitas, Kehamilan
ektopik, operasi pada vagina.pelvic/uterus
9. Riwayat Menstruasi
Usia menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 hari teratur
Lamanya : 5 - 6 hari Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut/hari
Dismenorhea : Ibu mengatakan merasakan sakit hanya di hari pertama
dan kedua pada saat menstruasi.
10. Riwayat kontrasepsi :
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi suntik KB 3 bulan
selama 1 tahun, alasan berhenti karena ibu mengalami flek setiap bulan
dan tidak haid yang menjadikan ibu berfikir bahwa ibu tidak cocok
menggunakan kb suntik 3 bulan dan setelah itu ibu memutuskan untuk
tidak menggunakan alat kontrasepsi.
17
11. Riwayat obstetric :
a. Riwayat kehamilan ini
HPHT : 10 Januari 2022 TP : 17 Oktober 2022
Pergerakan janin pertama kali : Belum ada pergerakan janin
Pergerakan janin 24 jam : Belum ada pergerakan janin
Obat – obatan yang dikonsumsi : selama hamil ibu tidak pernah
mengkonsumsi jamu atau obat obatan selain obat yang diberikan oleh
bidan yaitu tablet Fe,
Kekhawatiran khusus :

b. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


No Tanggal Usia Jenis Tempat Komplikas Penolo Bayi Nifas
lahir kehamilan persal persalinan i ng Laktasi masalah
inan BBJK
umur Ibu bayi Masala
h

1 4 Tahun 9 Bulan Normal PMB Tidak ada Bidan 3,1 Kg Normal, dan tid
komplikas masalah
50 cm
i

12. Diet/makan
Makanan yang dikonsumsi : Nasi, Sayur, Daging, Buah dan Susu

18
Frekuensi dalam sehari : 2-3 kali sehari
Masalah (pica) : Tidak ada
Keluhan-keluhan (kelelahan, sakit kepala, letih, lesu, sakit gusi, keilangan
selera makan, mual muntah) : Tidak ada

⮚ Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik


2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tinggi badan : 150 cm
4. Berat badan : 50 Kg (saat ini) Berat badan : 48 Kg (sebelum
hamil)
5. LILA : 24 cm

6. Tanda vital
Tekanan darah : 110 / 70 MmHg
Denyut nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu tubuh : 37° C
7. Kepala hingga leher
i. Kepala : Bersih, rambut tidak ada ketombe, tidak tampak
alopesia, tidak rontok, dan tidak terdapat benjolan.
ii. Wajah
Oedema : Tidak ada oedema
Cloasma : tidak ada cloasma gravidarum
iii. Mata
Konjungtiva : Konjungtiva tampak sedikit pucat,
Sklera : Sklera berwarna putih
iv. Mulut
Bibir : Bibir tampak sedikit pucat
Lidah :
Gigi : Tidak ada karies

19
v. Leher
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening

8. Payudara
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Ukuran : Payudara kanan dan kiri sama, mengalami pembesaran
Tanda kehamilan : Hiperpigmentasi aerola.
Puting susu : Menonjol
Kondisi kulit : Normal / Tidak ada kelainan
9. Tangan dan kaki
a. Ekstremitas atas
Nyeri menggenggam : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
Pucat : Kuku jari tidak tampak pucat
b. Ekstremitas bawah
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks Patella : , refleks patella positif kanan dan kiri

10. Punggung
Oedema daerah sacral : Tidak ada
Posisi tulang belakang : Normal
11. Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Bentuk :
Tanda kehamilan : Tampak sedikit menggembung
Gerakan janin : Tidak ada gerakan janin
Massa : Terdapat nyeri tekan dibagian perut bawah
Pembesaran hati : Tidak ada
Pemeriksaan obstetric :
TFU : Tidak dilakukan
Leopold I : Tidak dilakukan
20
Leopold II : Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV : Tidak dilakukan
DJJ : Belum terdengar x/menit teratur/tidak
Punctum :
12. Anogenital
a. Lipat paha
Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
b. Vulva vagina
Labia, klitoris dan perineum : Tidak ada varises, tidak ada luka
Vagina : Ada pengeluaran flek darah berwarna
coklat kehitaman
Uretra :Tidak ada pembengkakan kelenjar skene
Kelenjar Bartolini : Tidak ada pembengkakan kelenjar Bartolini

⮚ Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (jika ada indikasi albumin)


● Darah

✔ Hemoglobin : 10,8 gr%

✔ Golongan Darah : A+

✔ Leukosit : 11.700mm3

✔ Lain-lain : Tidak ada

● Urine

✔ Protein : Negatif

✔ Glukosa : Negatif

✔ Lain – lain : Tidak ada

21
● USG : Tidak ada kantung kehamilan di dalam kavum uteri, kantung
kehamilan tampak di luar uterus berada di bagian kornu kanan bagian
tuba dan sudah pecah.
Dokter mendiagnosa bahwa ny. F mengalami kehamilan ektopik
terganggu.

⮚ Interpretasi Data

Diagnosa : Ny. R usia 30 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 7 minggu dengan


kehamilan ektopik terganggu dan anemia, kantung kehamilan tampak di luar
uterus berada di bagian kornu kanan bagian tuba dan sudah pecah.
Dasar : Ny. R mengatakan ini adalah kehamilan yang
kedua dan tidak pernah keguguran,
HPHT : 10 Januari 2022
Masalah : Ibu merasa takut dan khawatir dengan janinnya
karena nyeri perut bagian bawah dan keluar flek berwarna kecoklatan dari
jalan lahir

Dasar : Ibu mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah


sudah 5 hari dan mengeluarkan flek berwarna kecoklatan sudah 3 hari dari
jalan lahir
Kebutuhan : Motivasi Ibu dan keluarga

⮚ Antisipasi diagnosa dan masalah potensial

1) Identifikasi kebutuhan akan Tindakan segera atau kolaborasi


Kolaborasi dengan Dokter untuk tindakan Laparatomi

2) Merencanakan asuhan yang menyeluruh


Pukul 13:50 WIB
● Beritahu ibu tentang keadaan ibu saat ini sesuai dengan pemeriksaan,
agar ibu mengetahui tentang keadaannya dan janin yang
dikandungnya, sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu.

22
● Beritahu ibu tentang masalah yang dialami ibu saat ini, agar ibu bisa
mengetahui keadaanya
● Lakukan kolaborasi dengan Dokter agar Ibu segera tertangani
● Beritahu Ibu dan keluarga informasi tentang persiapan laparatomi agar
Ibu dan keluarga mengetahui tindakan apa saja yang akan dilakukan
selanjutnya
● Berikan support kepada Ibu agar ibu tidak perlu cemas atau khawatir
tentang rasa sakit pada saat di operasi.
● observasi keadaan ibu dan beritahu ibu untuk puasa karena akan
dilakukan tindakan operasi
● Mengantar Ibu ke ruang operasi untuk dilakukan tindakan laparatomi.
● Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
● Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kanan dan kiri secara
perlahan dan bertahap dan mengajarkan keluarga untuk membantu
mobilisasi secara perlahan dan bertahap agar Ibu bisa tetap
mempertahankan fungsi tubuh

⮚ Pelaksanaan

Pukul 14:20
● Menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu sesuai hasil pemeriksaan,
diantaranya:Keadaan Umum Ibu Baik, Kesadarannya Composmentis,
Status Emosi Ibu Stabil, Tekanan Darah Ibu 110/70 MmHg, Denyut Nadi
88 x/menit, Pernafasan Ibu 20 x/menit, Suhu Tubuh Ibu 37°C,
Konjungtiva tampak sedikit pucat, Bibir Ibu tampak sedikit pucat, Ada
pengeluaran flek darah berwarna coklat kehitaman dari Vagina Ibu, HB
Ibu 10,8 gr%, Leukosit 11.700 mm3, Tidak ada kantung kehamilan di
dalam kavum uteri, kantung kehamilan tampak di luar uterus berada di
bagian kornu kanan bagian tuba dan sudah pecah.
23
● Menjelaskan kepada ibu tentang masalah ibu saat ini bahwa nyeri perut
bagian kanan bawah sudah 5 hari dan mengeluarkan flek berwarna
kecoklatan sudah 3 hari dari jalan lahir yang dialami ibu adalah tanda dan
gejala dari kehamilan ektopik terganggu yang mana tidak ada kantung
kehamilan didalam rahim
● Melakukan kolaborasi dengan Dokter yaitu pemberian infus RL,
Cefazoline 2 mg, pemasangan kateter, penjadwalan operasi laparatomi.
● Memberikan dukungan serta memotivasi ibu bahwa pada saat dilakukan
tindakan laparatomi ibu akan diberikan anastesi terlebih dahulu, sehingga
ibu tidak perlu cemas atau khawatir tentang rasa sakit pada saat dioperasi
● Mengobservasi keadaan ibu dan memberitahu ibu untuk puasa karena akan
dilakukan tindakan operasi.
● Mengantarkan ibu ke ruang operasi untuk dilakukan tindakan laparatomi.
● Melakukan Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian terapi cefazolin 1
gr/IV, asam mefenamat 500 mg 1 tab/oral, dan tablet tambah darah 60 mg
1 tab/oral.
● menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kanan dan kiri
secara perlahan dan bertahap dan mengajarkan keluarga untuk membantu
mobilisasi secara perlahan dan bertahap

⮚ Evaluasi

Pukul 19:30
● Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan mengenai keadaannya saat
ini
● Ibu mengetahui hasil pemeriksaan dan khawatir karena keadaannya tidak
baik.
● Kolaborasi dengan Dokter sudah dilakukan
● Ibu mengerti atas informasi tersebut dan menjadi lebih tenang
● Ibu mengerti atas informasi yang diberikan.
● Tindakan operasi dilakukan pada pukul 16.30 WIB.
Tindakan operasi selesai pada pukul 17.30 WIB.
Pasien dipindahkan ke ruangan Cut Nyak Dien pada pukul 18.00 WIB
24
● Terapi berhasil diberikan sesuai dengan advis dari dokter.
● Ibu dan keluarga mengerti atas informasi yang diberikan dan dapat
mengikuti instruksi yang telah diberikan.

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu. Perawatan yang
dilakukan sejak pasien datang adalah segeras mencari tahu kepastian diagnosis kehamilan
ektopik terganggu dengan mengambil data lengkap dari anamnesis, pemeriksaan fisik
umum dan pemeriksaan ginekologis, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah,
tes kehamilan dan USG. Setelah didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu,
segera dilakukan intervensi pembedahan laparotomi (salpingektomi sinistra). Dengan
kondisi pasien yang stabil setelah di operasi, luka operasi terawat dengan baik, os
meminta pulang paksa pada perawatan hari ke sembilan dan diminta kontrol luka operasi
3 hari di poliklinik.

25
Hal yang dapat dilakukan sekarang adalah memberi edukasi pada pasien ini untuk
lebih jeli dalam menghadapi tanda-tanda kemungkinan hamil lagi, seperti langsung ke
dokter untuk memastikan apakah dirinya benar-benar hamil dan mendapat perawatan
yang lebih ketat. Dijelaskan juga faktor – faktor resiko seperti infeksi pelvik penyakit
menular seksual, usia dan larangan merokok untuk mencegah bertambah besarnya resiko
terjadinya kehamilan ektopik terganggu, karena pada pasien yang perna mengalami
penyakit ini, jelas sebelumnya sudah ada faktor resiko untuk memungkinkan terjadinya
kehamilan ektopik terganggu lagi.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini bermanfaat bagi pembaca terutama bagi mahasiswa


kesehatan untuk menambah pengetahuan terkait dengan kasus kehamilan ektopik
sebagai salah salah kegawatdaruratan Obstetri yang jika tidak ditangani secara tepat
akan menyebabkan kematian pada ibu maupun janin.

DAFTAR PUSTAKA

Aling, D.M.R., Kaeng, J.J dan Wantania, J. 2014. Hubungan Penggunaan


Kontrasepsi dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu di BLU
RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode 2009-2013. Jurnal E-
Clinic, 2(3).
Asyima. 2018. Hubungan Paritas dan Umur Ibu Terhadap Kejadian Kehamilan Ektopik
Terganggu (KET) di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia, 2(2):87-92.
Ekasari, W.U. 2015. Pengaruh Umur ibu, Paritas, Usia Kehamilan, dan Berat
Lahir Bayi Terhadap Asfiksia Bayi pada Ibu Preeklampsia Berat. UNS-
Pasca Sarjana.
Dewi, N.A.T., 2016. Patologi dan Patofisiologi Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Dewi, T.P. dan Risilwa, M. 2017. Kehamilan Ektopik Terganggu: Sebuah

26
Tinjauan Kasus. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 17(1): 26-32.
Khairani, Y. 2018. Epidemiologi Kehamilan Ektopik.
Ginekologi kehamilan-ektopik/epidemiologi. diakses tanggal 1 Februari 2021.
Tarigan, G.Y., 2016. Karakteristik Pasien Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUP
H. Adam Malik Medan Periode Tahun 2012 -2015. Repositori Institusi
Universitas Sumatera Utara.
Norma, N dan Dwi, M., 2018. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan
Kasus Dilengkapi Contoh Askeb. Edisi 3. Nuha Medika. Yogyakarta.
World Health Organization. 2019. World Health Statistics Overview 2019.
Monitoring health for the SDGs, sustainable development goals. WHO

27

Anda mungkin juga menyukai