Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ABORTUS

OLEH :

1. MANASE LENDE
2. NUNILA NUBERTA SELAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN STIKES MARANATHA

KUPANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkatnya penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ABORSI” dengan tepat
waktu.Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan.Selain itu makalah ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna ,oleh karena itu,saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang,20 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I ............................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .......................................................................................... 3

1.1 Latar belakang ..................................................................................... 3


1.2 Rumusan masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................... 5

BAB II ............................................................................................................. 6

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

2.1 Definisi ................................................................................................ 6


2.2 Etiologi ................................................................................................ 6
2.3 Manifestasi Klinis ................................................................................ 7
2.4 Woc ...................................................................................................... 8
2.5 Patofisiologi ......................................................................................... 9
2.6 Penatalaksanaan ................................................................................... 10
2.7 Komplikasi ........................................................................................... 10
2.8 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 10

BAB III ........................................................................................................... 11

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 11

3.1 Pengkajian ............................................................................................ 11


3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 12
3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 13
3.4 Implementasi ........................................................................................ 14
3.5 Evaluasi ................................................................................................ 15

BAB IV ............................................................................................................ 16

PENUTUP ...................................................................................................... 16

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 16


4.2 Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 17


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Abortus berdasarkan proses kronologinya dibagi menjadi 2, abortus buatan dan
abortus spontan (Agung, 2018). Abortus buatan atau abortus provocatus adalah
abortus yang dilakukan sengaja dengan tujuan dan alasan tertentu (Hutapea, 2016).
Abortus spontan merupakan keluarnya hasil konsepsi pada umur kehamilan sebelum
20 minggu tanpa adanya tindakan atau terjadi tanpa disengaja (Puspitasari et al.,
2018). Abortus spontan dapat terjadi setelah kematian janin dengan terjadinya
perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan nekrotik pada daerah
implantasi, sel-sel peradangan akut mengalami infiltrasi, akhirnya terjadi perdarahan
per vaginam yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Uterus berkontraksi dengan tujuan mengeluarkan benda asing tersebut
(Purwaningrum & Fibriana, 2017)
Sesuai dengan fitur klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus imminens,
abortus insipiens, abortus incomplete, abortus complete dan missed abortion (Hu et
al. , 2018). Abortus spontan ini terjadi disebabkan karena rendah dan tingginya umur
ibu, banyaknya paritas, jauhnya jarak kehamilan, adanya riwayat abortus, rendahnya
tingkat pendidikan, buruknya pola konsumsi, pekerjaan ibu, (Purwaningrum &
Fibriana, 2017). Salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus
diatas adalah umur ibu hamil. Abortus yang terjadi saat umur kurang dari 20 tahun
dikarenakan belum matangnya alat reproduksi untuk kehamilan, dibandingkan dengan
abortus yang terjadi saat umur lebih dari 35 tahun dikarenakan berkurangnya fungsi
dari alat reproduksi saat kehamilan, juga adanya kelainan kromosom dan beberapa
penyakit kronis lainnya (Shofiyati et al. , 2014).
Wanita hamil yang memiliki umur <20 tahun mempunyai risiko abortus sebesar
10%, umur 35-45 tahun memiliki risiko 20% dan umur 40-45 tahun memiliki risiko
abortus sebesar 50% (Dharma, 2015). Menurut WHO (World Health Organization)
dari tahun 1990 – 2008 diwilayah Asia Tenggara terjadi sekitar 3,1 juta abortus.
Tahun 2010-2014 terjadi sekitar 56 juta abortus pada masing-masing tahun di seluruh
dunia (WHO, 2018). Kejadian abortus ini sendiri memiliki resiko kematian yang tidak
aman di wilaya Asia Tenggara antara satu sampai 250 dan Negara maju hanya satu
dari 3700. Hal ini menunjukkan bahwa masalah abortus di Indonesia cukup tinggi
(Siti Khadijah, 2016). Di Indonesia, kematian ibu menurut untuk Kesehatan
Demografi Indonesia (SDKI) 2012 meningkat menjadi 359 kematian per 100.000
hidup kelahiran. Insiden aborsi di Indonesia 2 juta kasus dalam setahun, artinya
terdapat 43 kasus aborsi per 100 kelahiran hidup (Mardiyanti,2015).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Abortus


2. Apa penyebab terjadinya abortus
3. Sebutkan tanda dan gejala dari abortus
4. Sebutkan klasifikasi dari abortus
5. Jelaskan patofisiologi dari abortus
6. Bagaimana cara pengobatan dari abortus
7. Sebutkan komplikasi dari abortus
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui gambaran nyata tentang abortus
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran nyata dalam pengkajian keperawatan
2. Diketahui gambaran nyata dalam menyusun diagnosa keperawatan
3. Diketahui gambaran nyata dalam menyusun rencana keperawatan
4. Diketahui gambaran nyata dalam melakukan tindakan keperawatan
5. Diketahui gambaran nyata dalam melakukan evaluasi keperawatan
6. Diketahui gambaran nyata dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan

1.4. Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi risiko terjadinya Abortus.

1.4.2 Manfaat praktis

Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai kejadian abortus


BAB II

TINJAUUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus


Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepei sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu
dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu
diamggap keajaiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Sofian dalam Nurarif dan Kusuma, 2015)
(Susilowati, 2019) Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh
akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan
janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar
kandungan.(Darmawati, 2011)(Purwaningrum & Fibriana,2017)
2.2 Etiologi Abortus
Faktor penyebab terjadinya abortus adalah (Zuliyanti, 2019):

1. Faktor Fetal

Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan


oleh abnormalitas zigot, atau plasenta. Abnormalitas kromosom ditemukan
sekitar 60-75% kasus abortus spontan. Dan angka abortus yang disebabkan
kelainan kromosom akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan. Abnormalitas kromosom diturunkan dari gen kedua orang tuanya.

2. Faktor Maternal

a. Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti


Leiomyoma yang besar dan multipel atau adanya sinekia uterus
(Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan risiko abortus.Malformasi
kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii dan
lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih kontroversial.
Pembedahan pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif.
Inkompetensia servik bertanggung jawab untuk abortus yang terjadi pada
trimester II. Tindakan cervical cerclage pada beberapa kasus
memperlihatkan hasil yang positif.

b. Infeksi

Beberapa jenis infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti


secara luas, misal: Lysteria monocytogenes, Mycoplasma hominis,
Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan (Herpes simplex,
Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan
semua jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan
infeksi dengan abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga
American College of Obstetricians and Gynecologyst menyatakan bahwa
infeksi bukan penyebab utama abortus trimester awal.

c. Penyakit Metabolik
Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu
seperti tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan
anemia.Anemia dapat mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu
dan janin karena dengan kurangnya kadar hemoglobin maka berkurang
pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan efek tidak
langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya
kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya
prematuritas pada bayi).
d. Faktor Imunologi
Sindroma Antibodi Fosfolipid adalah gangguan imunologi autoimunitas
yang ditandai dengan adanya antibodi dalam sirkulasi yang melawan
fosfolipid membran dan setidaknya memperlihatkan satu sindroma klinik
spesifik (abortus berulang, trombosis yang penyebabnya tak jelas dan
kematian janin).Penegakkan diagnosa setidaknya memerlukan satu
pemeriksaan serologis untuk konfirmasi diagnosis (antikoagulansia lupus,
antibodi kardiolipin).Pengobatan pilihan adalah aspirin dan heparin
(atau prednison dalam beberapa kasus tertentu).
e. Trauma Fisik
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali
dilupakan.Yang diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan
Abortus. Namun, sebagian besar abortus spontan terjadi beberapa waktu
setelah kematian mudigah atau janin (Smith, 2015).

3. Faktor Paternal

Faktor paternal Tidak banyak yang diketahui tentang faktor


paternal (ayah) dalam terjadinya abortus spontan.yang jelas, translokasi
kromosom pada sperma dapat menyebabkan abortus.

2.3 Manifestasi Klinis


Seorang wanita diduga mengalami abortus apabila dalam masa
reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
yang terlambat, juga sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut
bagian bawah (Mitayani,2013:23).

Setelah dilakukan pemeriksaan ginekologi di dapatkan tanda-tanda


sebagai berikut

1. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidak jaringan hasil


konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah teertutup, ada/tidak jaringan yang keluar dari ostium, ada/tidak
jaringan yang berbau busuk dari ostium.
3. Colok vagina : posio masih terbuka/sudah tertutup, teraba/tidak
jaringan pada uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyangkan, tidak nyeri pada perabaan
adneksia, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
2.4 WOC

Kelainan Pertumbuhan Kelainan Infeksi Akut Kelainan traktus


Hasil konsepsi Plasenta Genetalis

Oksigenasi plasenta Taksin bakteri


Terganggu Virus

Perdarahan dalam desidia basalis

Nekrosis Jaringan sekitar

Hasil Konsepsi Lepas

Vili Koliaris menembus lebih dalam (8-9 mgg)

Lepas sebagian Perdarahan pervagina

Plasenta tertinggal dalam rahim Lemah

Uterus berkontraksi Tindakan kuret


Penurunan Intake
MK: Risiko cairan
Nyeri Abdomen HB syok
MK: Resiko ketidak
Frekuensi nadi MK: Risiko Infeksi seimbangan cairan

Gelisah MK: Nyeri Akut

MK : Ansietas
2.4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai
khorialis belum menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsempsi
dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan 8 sampai 4 minggu villi
khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga plasenta tidak dapat
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahdan daripada
plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak lengkap. Peristiwa ini
menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk,


adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil
tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah yang mati tidak
dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa
apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya terjadi organisasi, sehingga
semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose dalam hal
ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion
dan khorion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang
oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas pigmenperkamen.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah
terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.(Susilowati,

2019)

2.5 Penatalaksanaan

1. Istirahat baring

Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena


cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya
rangsang mekanis.

2. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.


3. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas
dan empat jam bila pasien panas.
4. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptikuntuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
(Mulyaningasih, 2013)
2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi pada aborsi yang dapat terjadi
1. Perdarahan (Hemorrage)
2. Perforasi sering terjadi di waktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak ahli seperti dukun anak, dll
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok karena perdarahan banyak dan infeksi berat (sepsis) (Susilowati, 2019)
2.7 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang bisa di lakukan lakukan adalah:
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion (Susilowati,2019)
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien berupa nama, alamat, umur, status, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal lahir, nomor RM, diagnosa medis, jenis kelamin.
2) Identitas pengguang jawab berupa nama, alamat, tanggallahir, status,
agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien, jenis kelamin.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian kondisi kesehatan pasien saat ini.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan kodisi
kesehatan saat ini.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau
tidaknya riwayat alergi, stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
1. Pengkajian fungsional Gordon
Perubahan pola kebutuhan dasar manusia sebelum sakit dan
sesudah sakit
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat dan tidur
5) Pola personal hygiene
6) Pola aktivitas
7) Pola kognitif dan persepsi
8) Pola konsep diri
9) Pola hubungan dan peran
10) Pola seksual dan reproduksi
11) Pola penanganan masalah stress
12) Pola keyakinan dan nilai-nilai
D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum dan kesadaran umum
2. Tanda tanda vital berupa tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu
3. Pemeriksaan head to toe
E. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu stelah kehamilan.
2. Pemeriksaan doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pendera fisiologis d.d frekuensi
nadi meningkat
2. Ansietas b.d kebutuhan tidak terpenuhi d.d tampak gelisah
3. Risiko syok d.d kekurangan volume cairan
4. Risiko ketidakseimabangan cairan d.d perdarahan
5. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan sekunder
3.3 Intervensi Keperawatan

N HARI/ DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


O TANGG KEPERAWATAN KRITERIA
AL HASIL
1. (D.0077) (L.08066) (I.08238)
Nyeri akut b.d Setelah Observasi
Agen pencedera dilakukan 1. Identifikasi
fisiologis d.d intervensi lokasi,karakter
Frekuensi nadi Keperawatan istik,durasi,fre
meningkat selama 1x24 jam kuensi,kualitas
maka di harapkan ,intensitas
Tingkat nyeri nyeri.
menurun dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil : skala nyeri
1. Keluhan 3. Identifikasi
Nyeri respons nyeri
Menurun non verbal.
(5) 4. Identifikasi
2. Meringis faktor yang
menurun (5) memperberat
3. Gelisah dan
menurun (5) memperingan
4. Kesulitan nyeri
tidur 5. Identifikasi
menurun (5) pengetahuan
5. Pola napas dan keyakinan
Membaik tentang nyeri
(5) 6. Identifikasi
6. Tekanan pengaruh
darah budaya
membaik terhadap
(5) respon nyeri
7. Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan
terapi
komplementer
yang sudah di
berikan
9. Monitor efek
samping
Penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
5. Meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan
Penyebab,peri
ode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
memonitor
Nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
5. Ajsrkan teknik
nonfarmakolog
is untuk
mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. (D.0080) (L.09093) (I.09314)
Ansietas b.d Setelah Observasi :
Kebutuhan tidak dilakukan 1. Identifikasi
terpenuhi d.d intervensi saat tingkat
Tampak gelisah Keperawatan ansietas
selama 1x24 jam berubah
maka di harapkan 2. Identifikasi
Tingkat Ansietas kemampuan
menurun dengan mengambil
kriteria hasil : keputusan
1. Perilaku 3. Monitor tanda-
Gelisah tanda ansietas
menurun (5) Terapeutik :
2. Perilaku 1. Ciptakan
Tegang suasana
menurun(5) terapeutik
3. Keluhan untuk
pusing menumbuhkan
menurun (5) kepercayaan
4. Konsentrasi 2. Temani pasien
membaik untuk
(5) mengurangi
5. Pola tidur kecemasan
membaik 3. Pahami situasi
(5) yang membuat
ansietas
4. Dengarkan
dengan penuh
perhatian
5. Gunakan
pendekatan
yang tenang
dan
menyakinkan
6. Tempatkan
barang pribadi
yang
memberikan
kenyamanan
7. Motivasi
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
8. Diskusikan
perencanaan
realistis
tentang
peristiwa yang
akan datang
Edukasi :
1. Jelaskan
prosedur,terma
suk sensasi
yang mungkin
di alami
2. Informasikan
secara factual
mengenai
diagnosis,peng
obatan dan
prognosis
3. Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien,jika
perlu
4. Anjurkan
melakukan
kegiatan yang
tidak
kompetitif,ses
uai kebutuhan
5. Anjurkan
menggunakan
perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan
untuk
mengurangi
ketegangan
7. Latih
penggunaan
mekanisme
pertahan diri
yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
obat anti
ansietas,jika
perlu
3. (D.0039) (L.03032) (I.03121)
Risiko syok d.d Setelah Observasi :
kekurangan dilakukan 1. Monitor
volume cairan intervensi frekuensi dan
Keperawatan kekuatan nadi
selama 1x24 jam 2. Monitor
maka di harapkan frekuensi
Tingkat syok napas
menurun dengan 3. Monitor
kriteria hasil : tekanan darah
1. Kekuatan 4. Monitor berat
nadi badan
meningkat 5. Monitor waktu
(5) pengisian
2. Tingkat kapiler
kesadaran 6. Monitor
meningkat elastisitas atau
(5) turgor kulit
3. Saturasi 7. Monitor kadar
oksigen albumin dan
meningkat protein total
(5) 8. Monitor hasil
4. Pucat pemeriksaan
menurun (5) serum
5. Tekanan 9. Monitor intake
nadi dan output
membaik cairan
(5) 10. Identifikasi
6. Frekuensi tanda-tanda
napas hipovolemia
membaik 11. Identifikasi
(5) tanda-tanda
hipervolemia
12. Identifikasi
faktor
ketidakseimba
ngan cairan
Terapeutik :
1. Atur waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumntasika
n asil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan,jik
a perlu

4. (D.0035) (L.05020) (I.03121)


Risiko Setelah Observasi :
ketidakseimbanga dilakukan 1. Monitor
n cairan d.d intervensi frekuensi dan
perdarahan Keperawatan kekuatan nadi
selama 1x24 jam 2. Monitor
maka di harapkan frekuensi
keseimbangan napas
cairan menurun 3. Monitor
dengan kriteria tekanan darah
hasil : 4. Monitor berat
1. Asupan badan
cairan 5. Monitor waktu
meningkat pengisian
(5) kapiler
2. Kelembapa 6. Monitor
n membran elastisitas atau
mukosa turgor kulit
meningkat 7. Monitor
(5) jumlah, wama
3. Dehidrasi dan berat jenis
menurun (5) urine
4. Tekanan 8. Monitor kadar
darah albumin dan
membaik protein total
(5) 9. Monitor hasil
5. Turgor kulit pemeriksaan
membaik serum
(5) 10. Monitor intake
dan output
cairan
11. Identifikasi
tanda-tanda
hipovolemia
12. Identifikasi
tanda-tanda
hypervolemia
13. Identifikasi
faktor risiko
ketidakseimba
ngan cairan
Terapeutik :
1. Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasik
an hasil
pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil
pemantauan
jika perlu
5. (D.0142) (L.14137) (I.14539)
Resiko infeksi b.d Setelah Observasi :
tidak adekuatnya dilakukan 1. Monitor tanda
pertahanan intervensi dan gejala
sekunder Keperawatan infeksi local
selama 1x24 jam dan sistemik
maka di harapkan Terapeutik :
Tingkat infeksi 1. Batasi jumlah
menurun dengan pengunjung
kriteria hasil : 2. Berikan
1. Kebersihan perawatan
tangan kulit pada area
meningkat edema
(5) 3. Cuci tangan
2. Kebersihan sebelum dan
badan sesudah
meningkat kontak dengan
(5) pasien dan
3. Nafsu lingkungan
makan pasien
meningkat 4. Pertahankan
(5) teknik aseptic
4. Demam pada pasien
menurun (5) berisiko tinggi
5. Kemerahan Edukasi :
menurun (5) 1. Jelaskan tanda
6. Nyeri dan gejala
menurun (5) infeksi
7. Bengkak 2. Ajarkan cara
menurun (5) mencuci
8. Putus asa tangan dengan
membaik benar
(5) 3. Ajarkan etika
batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi,jika
perlu
3.4 Implementasi

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau rencana


asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).Pada tahap pelaksanaan ini kita
benar- benar siap untuk melaksanakan intervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas
keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain
dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang
mencakup:

a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan


b. Pelaksanaan intervensi keperawatan
c. Pendokumentasian tindakan keperawatan
d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon
pasien terhadap intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi diperlukan
kemampuan perawat terhadap penguasaan teknis keperawatan, kemampuan
hubungan interpersonal, dan kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-
teori keperawatan kedalam praktek.
3.5 Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).Dalam evaluasi
pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat untuk
memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu: a. Tujuan tercapai.

a) Tujuan sebagian tercapai.


b) Tujuan tidak tercapai.

Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu:

a. Evaluasi Proses (Formatif)


ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap klien
segera stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai
tujuan yang telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi Hasil (sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan


selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi
dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.
Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan kondisi klien dengan
menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai.Evaluasi pencapaian tujuan
memberikan umpan balik yang penting bagi perawat untuk mendokumentasikan
kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan kartu/format bagan
SOAP (Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Abortus pada usia kehamilan awal pada umumnya disebabkan oleh abnormalitas
zigot, atau plasenta. Dan angka abortus yang disebabkan kelainan kromosom akan
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Faktor Maternal.
Kelainan anatomi uterus Adanya kelainan anatomi uterus seperti Leiomyoma yang besar
dan multipel atau adanya sinekia uterus (Ashermann Syndrome) dapat meningkatkan
risiko abortus.
Malformasi kongenital yang disebabkan oleh abnormalitas fusi Ductus Müllerii
dan lesi yang didapat memiliki pengaruh yang sifatnya masih kontroversial. Pembedahan
pada beberapa kasus dapat menunjukkan hasil yang positif. Infeksi. Beberapa jenis
infeksi dan hubungannya dengan abortus telah diteliti secara luas, misal: Lysteria
monocytogenes, Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Toxoplasma gondii, dan
(Herpes simplex, Cytomegalovirus, Rubella) memiliki hubungan yang bervariasi dengan
semua jenis abortus spontan. Data penelitian yang menghubungkan infeksi dengan
abortus menunjukkan hasil yang beragam,sehingga American College of Obstetricians
and Gynecologyst menyatakan bahwa infeksi bukan penyebab utama abortus trimester
awal. Abortus sering dihubungkan dengan adanya penyakit metabolik pada ibu seperti
tuberkulosis, Diabetes Mellitus, Hipotiroidisme, dan anemia.Anemia dapat mengurangi
suplai oksigen pada metabolisme ibu dan janin karena dengan kurangnya kadar
hemoglobin maka berkurang pula kadar oksigen dalam darah. Hal ini dapat memberikan
efek tidak langsung pada ibu dan janin antara lain kematian janin, meningkatnya
kerentanan ibu pada infeksi dan meningkatkan risiko terjadinya prematuritas pada bayi).
Trauma yang tidak menyebabkan terhentinya kehamilan sering kali dilupakan.Yang
diingat hanya kejadian tertentu yang dapat menyebabkan Abortus. Faktor Paternal. Pada
awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Hasil konsepsi pada
abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, adakalanya kantung amnion kosong
atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila
mudigah yang mati tidak dikelurakan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi oleh
lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh
sebab diserap.
4.2 Saran
disiplin menjalani gaya hidup sehat, makanlah makanan bergizi seimbang serta
mengandung kaya antioksidan, jauhi rokok dan alkohol, serta jangan sembarangan
meminum obat atau jamu-jamuan. Dan saat istri hamil, minta ia memperbanyak istirahat,
jalani pola diet sehat, jangan berlebihan beraktifitas fisik dan berhubungan seksual, serta
kontrol teratur kehamilannya ke dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Darmawati. (2011). Mengenali abortus dan faktor yang berhubungan dengan


kejadian abortus. Idea Nursing Journal, II(1).

Mulyaningasih, D. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Abortus.

Oliver, J. (2018). Tanda dan Gejala Nyeri. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Purwaningrum, E. D., & Fibriana, A. I. (2017). HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC


HEALTH. 1(3), 84–94.

Susilowati, R. U. (2019). LAPORAN PENDAHULUAN ABORTUS.

Zuliyanti, R. (2019). TINJAUAN PUSTAKA. 5–18.

Anda mungkin juga menyukai