Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KONPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PADA IBU HAMIL DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI RSUD HARAPAN INSAN SENDAWAR

Disusun Oleh :
MARHAMAH
NIM. P07224422166

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal ini tidak akan
selesai tepat pada waktunya tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Asuhan
Kebidanan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk perbaikan penyusunan yang akan datang.
Semoga Asuhan Kebidanan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Samarinda, Juli 2023

Marhamah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................4
A. Konsep Dasar Teori..............................................................................4
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan..................................15
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................26
BAB V PENUTUP.......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut WHO tahun 2019, Angka Kematian Ibu (AKI)
merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam kesehatan ibu serta
mampu menilai derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI)
di negara ASEAN seperti di Thailand pada tahun 2017 adalah 44/100.000
kelahiran hidup, di Malaysia 39/ 100.000 kelahiran hidup dan Singapura
6/100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, dalam tujuan pembangunan
SDGs (Sustainable Development Goals), target Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah 70 per 100.000 kelahiran hidup hingga tahun 2030. Pada
tahun 2019 kematian ibu di Indonesia sebanyak 4221 orang dari 4.778.621
kelahiran hidup atau angka kematian ibu 88,33 per 100.000 kelahiran
hidup (Alam,dkk 2019).
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa angka
kematian ibu yang disebabkan oleh abortus sekitar 15-50%, di Asia
Tenggara setiap tahun sebesar 4,2 juta ibu hamil mengalami Abortus
termasuk Indonesia mengalaminya dimana angka kejadian tersebut
mencapai 750.000 sampai 1,5 juta pertahun (Wulan Citra Sari, 2020).
Adapun penyebab lainnya kematian ibu di Indonesia adalah disebabkan
karena perdarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi
puerperium (8%), persalinan macet (5%), abortus (5%), trauma obstetri
(3%) emboli (3%) dan penyebab lain (11%) (Utami & Putri, 2020).
Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah
pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus inkomplit merupakan
salah satu jenis abortus spontan dimana terjadi pengeluaran hasil konsepsi
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang
tertinggal didalam uterus (Apriyanti, 2019). Kejadian abortus inkomplit
secara umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan.

4
Abortus inkomplit menduduki peringkat kedua kejadian terbanyak setelah
abortus imminens dan lebih dari 80% abortus inkomplit terjadi pada 12
minggu pertama kehamilan (Hartika, 2018).
Penyebab aborsi biasanya tidak diketahui tetapi paling sering
dikaitkan dengan kelainan kromosom janin dan faktor resiko ibu seperti
usia, penyakit penyerta ibu dan infeksi (Redinger & Nguyen, 2022).
Komplikasi abortus yang dapat menyebabkan kematian ibu antara lain
karena perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang terjadi pada ibu
dapat menyebabkan anemia, sehingga dapat memberikan resiko kematian.
Infeksi juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami abortus dan dapat
menyebabkan sepsis, sehingga dapat berakibat kematian pada ibu (Utami
et al., 2021).
Wanita hamil yang mengalami abortus inkomplit, apabila
dilakukan penanganan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang timbul
dapat diminimalkan. Namun apabila abortus tidak ditangani dengan baik
maka dapat menimbulkan kematian ibu. Oleh karena itu, perlunya
penanganan yang baik dan tepat terhadap kejadian abortus dengan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas. Atas dasar
inilah penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dengan abortus inkomplit di RSUD Harapan Insan Sendawar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
dengan Abortus Inkomplit menggunakan pola pikir ilmiah melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut varney dan
mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.

5
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori abortus pada kehamilan
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan kegawat daruratan
pada ibu hamil dengan Abortus Inkomplit.
c. Melaksanakan asuhan kebidanan kegawatdaruratan pada ibu hamil
dengan Abortus Inkomplit melalui pendekatan varney yang terdiri
dari :
1) Melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif
2) Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
3) Mengidentifikasi masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan segera
5) Mengembangkan rencana asuhan/intervensi
6) Implementasi
7) Evaluasi
d. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk catatan SOAP.
e. Membahas adanya kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


a. Abortus
1. Pengertian Abortus
Secara bahasa, aborsi berasal dari bahasa Inggris
“Abortion” dan bahasa latin “Abortus” yang berarti gugur
kandungan, keguguran atau dikenal juga dengan penghentian
kehamilan. Abortus didefinisikan sebagai ancaman atau
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Rangkuti et al.,
2019).
Abortus adalah terancamnya atau keluarnya buah
kehamilan baik sebagian ataupun keseluruhan pada umur
kehamilan lewat dari 20 minggu. Kematian janin dalam rahim
disebut Intra Uterine Fetal Death (IUFD), yakni kematian yang
terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada
trimester pertama disebut keguguran atau abortus (Riningsih,
2020).

2. Jenis-jenis Abortus
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah terjadinya perdarahan bercak
yang menunjukan ancaman terhadap kelangsungan suatu
kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan, ditandai dengan
perdarahan bercak hingga sedang, serviks tertutup (karena
pada saat pemeriksaan dalam belum ada pembukaan), uterus

7
sesuai usia gestasi, kram perut bawah, nyeri memilin karena
kontraksi tidak ada atau sedikit sekali, tidak ditemukan
kelainan pada serviks (Rangkuti et al., 2019).
b. Abortus Insipiens
Abortus jenis ini merupakan proses abortus yang sedang
berlangsung. Ditandai dengan adanya rasa sakit karena telah
terjadi kontraksi rahim untuk mengeluarkan hasil konsepsi.
Ostium bisa ditemukan sudah terbuka dan kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi (Mochtar, 2013).
c. Abortus Inkomplit (Abortus Bersisa)
Abortus tidak lengkap (abortus inkompletes) ditandai
dengan keluarnya sebagian hasil konsepsi dari uterus, sehingga
sisanya memberikan gejala klinis. Menurut Mochtar (2013)
hanya sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang
tertinggal adalah desidua atau plasenta. Sebagian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada
pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan
teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium
uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi dengan
jumlah yang banyak maupun sedikit bergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan sebagian tempat pelekatan
plasenta masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Riningsih, 2020).
d. Abortus Komplit (Abortus Lengkap)
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi
sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan
sedikit, ostium uteri sebagian besar telah menutup, dan uterus
sudah banyak mengecil. Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan
pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks menutup, dan
tidak ada sisa konsepsi dalam uterus (R. D. P. Sari & Prabowo,
2018).

8
e. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim
selama ≥8 minggu. Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang
menetap bahkan mengecil, biasanya tidak diikuti tanda–tanda
abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi
(R. D. P. Sari & Prabowo, 2018). Penderita missed abortion
biasanya tidak merasakan keluhan kecuali merasakan
pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan
(Mochtar, 2013).
f. Abortus Septik
Abortus septik ialah abortus yang disertai penyebaran
infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikimia
atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi
tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila
dilakukan kurang memperhatikan tingkat kesterilan (Mochtar,
2013).
g. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih
secara berturut-turut. Pada umumnya penderita tidak sulit untuk
menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir sebelum mencapai
usia 28 minggu (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
h. Abortus Provokatus (induced abortion)
Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini
terbagi lagi menjadi dua (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018) :
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutic) adalah abortus
yang terjadi karena tindakan, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis).

9
b. Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi karena
tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis.
b. Abortus Inkomplit
1. Definisi
Abortus inkomplit adalah dimana sebagaian jaringan hasil
konsepsi masih tertinggal didalam uterus dimana pada pemeriksaan
vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam
kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum,
perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau
sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa yang menyebabkan
sebagian piacental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan
terus (Lepith et al., 2022)
Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan pervaginam
yang diikuti keluarnya janin tanpa plasenta. Biasanya ditandai oleh
gejala amenore, kontraksi yang menyebabkan perut sakit, dan
banyak perdarahan yang dikeluarkan. Ketika dilakukan
pemeriksaaan kesehatan, ostium ditemukan terbuka dan teraba oleh
jaringan dan ovarium berukuran kecil dibandingkan ukuran normal
sesuai kehamilan (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).

2. Etiologi
Abortus inkomplit disebabkan oleh sejumlah masalah
berupa (Lepith et al., 2022):
1) Faktor tumbuhnya hasil dari konsepsi yang berdampak pada
janin yang mengalami cacat atau sampai kematian yang
memaksa pengeluaran hasil konsepsi. Sebab dari terganggunya
pertumbuhan hasil konsepsi ialah:
a. Faktor kromosom berupa gangguan yang muncul semenjak
awal bertemunya kromosom (juga seks), muncul lewat

10
gagalnya proses memisahkan kromosom di proses anaphase
dengan miosis atau mitosis.
b. Faktor dari lingkungan endometriumnya, dimana tidak
memiliki kesiapan untuk mendapatkan implan dari hasil
konsepsi.
c. Kurangnya gizi dari ibu akibat gangguan anemia dengan
indikasi adanya nilai ≤11 gr% kadar HB pada bagian sel
darah merah. Anemia berat memicu rusaknya otak sampai
berpotensi terjadi keguguran.
d. Implikasi faktor luar yakni adanya obat maupun radiasi yang
berpengaruh di terganggunya proses tumbuhkembang
konsepsi.
e. Infeksi yang diketahui melalui adanya demam tinggi lewat
penyakit tifoid, pneumonia, rubeola, pielitis, atau demam 19
malta yang dipicu oleh endotoksin serta metabolit toksik oleh
ibu maupun serangan kuman dan virus di bagian vetus.
2) Kelainan Pada Plasenta
a) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
plasenta berfungsi.
b) Gangguan pembuluh darah plasenta, peredaran pada DM
c) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke
plasenta sehingga terjadi abortus.
3) Penyakit ibu Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta.
a) Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis,
malaria, sifilis.
b) Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2
menuju sirkulasi uterus plasenta.
c) Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit diabetes militus.

11
4) Kelainan yang terdapat dalam Rahim. Rahim merupakan tempat
tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma bekas operasi pada serviks.
3. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Abortus
Inkomplit
1. Usia
Umur adalah salah satu dari faktor yang menjadi penyebab
abortus yakni di bawah umur 20 tahun serta 35 tahun keatas.
Bobak mengatakan jika usia ibu berkorelasi terhadap kondisi
dari alat reproduksi para wanita. Umur dari reproduksi sehat
serta aman yakni di rentang usia 20-35 tahun. Usia >35 tahun
berhubungan terhadap pengurangan serta penurunan dari daya
tahan tubuh juga terjangkit berbagai penyakit yang umumnya
dijumpai pada usia ini.
Masa emas usia reproduksi wanita terbatas, batasan ini
terkait dengan faktor reproduksi wanita yang berada pada
kondisi yang optimal pada usia 20-35 tahun dapat mengalami
penurunan kemampuan fisik Karena terjadinya proses
degenerative sehingga menimbulkan komplikasi termasuk
abortus (Fitriyanti, 2021).
2. Paritas
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila
melahirkan rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah
melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya
gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas.
Paritas adalah frekuensi melahirkan baik lahir dalam
keadaan hidup atau mati. Paritas adalah faktor resiko yang
berkaitan dengan timbulnya abortus. Frekuensinya lebih tinggi
terjadi pada paritas >3, hal ini dikarenakan pada kehamilan
lebih dari 3 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin

12
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya
sudah lemah (Fitriyanti, 2021).
3. Riwayat Abortus
Riwayat abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada
usia kehamilan <20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram yang pernah dialami seseorang sebelumnya. Setelah satu
kali abortus spontan memiliki 15% untuk mengalami
keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali resikonya
meningkat 25%.7 Beberapa studi meramalkan bahwa resiko
abortus setelah 3 kali abortus berurutan adalah 30-45%.
Kejadian abortus diduga mempunyai efek terhadap kehamilan
berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilan maupun
pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai resiko lebih tinggi untuk persalinan
prematur, abortus berulang dan bayi dengan berat badan lahir
rendah (Fitriyanti, 2021).
4. Penyakit penyerta
Penyakit yang diidap oleh ibu bisa langsung berdampak
terhadap tumbuh kembang dari janin di kandungan lewat
sarana plasenta yang masuk ke janin, yang bisa memicu
kematian dari janin. Sampai bisa terjadi penyakit abortus.
Penyakit dari ibu yang langsung bisa berpengaruh terhadap
janin misalnya (Fitriyanti, 2021):
a. Anemia
Anemia diartikan sebagai kondisi dimana ibu memiliki
kadar HB darah yang kurang dari 12gr%. Kebutuhan zat
yang menjadi pembentuk darah khususnya besi di trimester
2 akan meningkat pesat sampai menyentuh angka 2 kali
lipat jika dikomparasikan waktu tidak hamil. Kondisi yang
dimaksud dipicu oleh adanya volume darah pada ibu yang

13
meningkat akibat kebutuhan janin pada oksigen dan zat gizi
yang berada dibawah oleh sel darah merah.
Kebutuhan bagi janin untuk proses pertumbuhan serta
perkembangan intrauterine didapat tiap janin dari nutrisi
terkandung dalam tubuh ibu. Kebutuhan janin dikirim lewat
adanya plasenta. Kebutuhan dari janin yang tidak tercukupi
bisa memberikan gangguan pada asupan nutrisi serta
peredaran oksigen ke sistem sirkulasi retroplasenter yang
juga memicu terhambatnya pertumbuhan dan tumbuh
kembang dari janin yang bisa menjadi penyebab mudahnya
hasil konsepsi terlepas dari uterus sehingga bisa kejadian
abortus.
b. Hipertensi
Penyakit tahunan sebagaimana misalnya hipertensi
bisa memperlebar resiko abortus. Hipertensi dalam
kehamilan sebagai dampak dari hipertensi tahunan, misal
hipertensi kronik. Hipertensi kronik di waktu kehamilan
adalah tekanan darah ≥140/90 mmHg yang didapatkan
sebelum umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi tidak
hilang sehabis waktu 12 minggu setelah persalinan.
Waktu kejadian hipertensi di kehamilan tidak terjadi
invasi selsel trofoblas menuju lapisan otot arteri spiralis
serta jaringan matriks sekelilingnya. Lapisan otot arteri
spiralis tidak berpotensi mengalami distensi dan
vasodilatasi. Sebagai akibat dari arteri spiralis relative
terkena vasokontriksi dan terjadi kegagalan “remodeling
arteri spiralis”, sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
c. Diabetes mellitus
Bagi orang yang menderita gangguan diabetes, adanya
kehamilan bisa memberatkan kondisi dari diabetes wanita

14
tersebut. Hal ini diakibatkan oleh adanya kondisi hamil,
kadar gula darah akan mengalami peningkatan.
Hiperglikemia ini muncul semenjak konsepsi serta berjalan
sampai waktu kehamilan maupun setelahnya. Kendali
glukosa yang buruk selama 7 minggu pertama
pembentukan janin berakibat meningkatkan resiko
terjadinya keguguran berhubungan dengan
ketidakadekuatan kontrol glikemik selama fase embrionik
(usia kehamilan 7 minggu pertama) diindikasikan dengan
peningkatan HbA1c.
Wanita hamil yang diabetes dengan kontrol yang buruk
mempunyai resiko terjadinya abortus spontan 30% sampai
60%. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa
abortus spontan disebabkan oleh kontrol glikemik yang
buruk selama trimester pertama.
d. Kelainan yang terdapat dalam Rahim
Rahim dikenal sebagai lokasi tumbuh berkembangnya
janin yang ditemui dalam keadaan abnormal berbentuk
mioma uteri, uterus septus, uterus arkuatus, retrofleksi
uteri, bekas operasi pada serviks, serviks inkompetens,
robekan serviks postpartum (Utari, 2018).
5. Pekerjaan
Pada masa kehamilan pekerjaan yang berat serta bisa
menguras tenaga fisik berpotensi mendatangkan bahaya juga
berpengaruh terhadap datangnya gangguan di kehamilan. Apa
lagi bila tidak dibarengi proses istirahat cukup serta melakukan
konsumsi beberapa makanan bergizi, karenanya pekerjaan yang
cukup berat perlu dikurangi atau bahkan dihindari dengan
maksud memperoleh keselamatan bagi ibu dan juga janin
(Utari, 2018).
6. Pendidikan

15
Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk
pengembangan diri dan meningkatkan kematangan intelektual
seseorang. Kematangan intelektual akan berpengaruh pada
wawasan dan cara berfikir baik dalam tindakan dan
pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan
dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang
rendah membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program
kesehatan sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang
mungkin terjadi. Meskipun sarana kesehatan telah tersedia
namun belum tentu mereka mau menggunakannya (Artanti,
2017).

4. Tanda dan Gejala


1) Perdarahan terjadi keseluruhan atau hanya sebagian atau bisa
juga darah beku.
2) Meningkatnya intensitas rasa mulas (dari kontraksi)
3) Terbukanya serviks atau dikenal dengan istilah Ostium uteri
eksternum
4) Waktu dilakukan periksa secara vaginal, diraba beberapa
jaringan di kavum uteri dan terkadang terlihat tonjolan
eksternum dan sebagian jaringan keluar
5) Terjadinya syok akibat tidak terhentinya proses pendarahan
hingga sisa-sisa bagian janin keluar
6) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi (Lepith et al.,
2022).

5. Patofisiologi
Umumnya adanya abortus spontan diawali adanya pendarahan
pada disedua basalis selanjutnya dibarengi mekanisme nekrosis
yang menjangkiti sekitar jaringan yang menderita perdarahan.
Patofisiologi munculnya keguguran diawali oleh pelepasan

16
jaringan dari plasenta baik keseluruhan atau sebagian yang
berdampak pada pasien menderita pendarahan juga membuat O2
dan nutrisi janin berkurang (Manuaba, 2013).
Untuk proses keguguran yang dialami dibawah 8 minggu
umur kehamilan maka proses terlepasnya bisa terlaksana dengan
penuh yang membuat adanya abortus kompletus dengan alasan villi
korlialis tidak berkembang secara dalam di bagian lapisan desidua.
Untuk proses keguguran dengan usia cukup tua di kehamilan,
proses terlepasnya tidak akan bisa sempurna akibat sudah
tumbuhnya villi korialis sampai bisa menembus basalis di lapisan
desidua. Akibat tebalnya bagian yang menjadi sisa di dinding
uterus serta melekat disana maka bisa terjadi fenomena abortus
inkompletus. Abortus yang tersisa dan tinggal pada uterus bisa
menghambat kontraksi pada uterus yang memicu keluarnya darah
secara berlebih. Terlepasnya konseptus adalah bentuk barang asing
di bagian dalam uterus serta mampu memberi rangsangan dari
uterus agar bisa berkontraksi. Karenanya, gejala paling umum dari
keguguran ialah sakit di bagian perut akibat rahim yang
berkontraksi, munculnya darah dengan penyerta berupa keluarnya
hasil dari konsepsi baik keseluruhan atau hanya sebagian (Rosita,
2018).

6. Komplikasi
1) Perdarahan.
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisasisa hasil konsepsi jika perlu pemberian transfusi darah
kematian karena pendarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
posisi hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada Rahim, misalnya,

17
abortus provokatus kriminalis. Dengan adanya dugaan atau
kepastian perforasi laparotami harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada
oerlukan alat-alat lain.
3) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena pendarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
4) Infeksi
Infeksi bisa disebabkan akibat sisa hasil konsepsi dan berbagai
bakteri (Redinger & Nguyen, 2022). Pada genitalia ekstema
dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal,
khususnya pada genitalia eksterna yaitu staphylococci,
streptococci, gram negatif enteric bacilli, mycoplasma,
treponema (selain T. padilium), leptospira, jamur, trichomonas
vaginalis, sedangkan pada vagina ada lactobacilli, streptococci,
staphylococci, gram negatif enteric bacilli, clostridium sp.,
bacteroides sp, listeria jamur (Rouse et al., 2019)

7. Penaganan dan penatalaksanaan


Abortus dapat diperkecil resiko terjadinya (Lepith et al., 2022):
1) Rutin memeriksakan diri ke dokter
2) Berkonsultasi ke dokter ataupun tenaga kesehatan dan menjalani
test USG
3) Mencukupi asupan nutrisi ibu hamil
4) Melakukan terapi pengobatan penyakit akut ibu maupun bapak
5) Mengurangi akitifitas fisik yang berat sejak prakehamilan 6.
Mempertebal daya tahan tubuh
6) Selektif dalam mengkomsumsi obat
7) Istirahat yang cukup
8) Menghindari stress dan tekanan psikologis
9) Mengatur jarak kehamilan.

18
Penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit (Lepith et al.,
2022):
a) Memperbaiki keadaan umum, termasuk tanda vital (nadi,
tekanan darah,pernapasan, suhu) bila perdarahan banyak,
berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
b) Awasi perdarahan, jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan
secara digital ataudengan cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks
c) Periksa tanda-tanda syok, segera mulai penanganan syok. Jika
tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan
tersebut saat penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi
karena kondisi juga dapat memburuk dengan cepat.
d) Pemberian antibiotika yang cukup tepat
e) 24-48 jam setelah dilindungi dengan anitbiotika atau lebih cepat
bila terjadi perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi dan
kuretase untuk mengeluarkan hasil konsepsi
f) Pemberian infus dan antibiotika diteruskan menurut kebutuhan
dan kemajuan penderita
Penatalaksaan pada kasus abortus inkomplit (R. D. P. Sari &
Prabowo, 2018):
 Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat yang disusul dengan ditransfusi
darah.
 Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular untuk
mempertahankan kontraksi otot uterus.
 Berikan antibiotik untuk rnencegah infeksi.

19
B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
dengan Abortus Inkomplit
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama :
Umur : < 20 tahun dan > 35 tahun.
Kurang dari 20 tahun rentan mengalami abortus
karena alat-alat reproduksi untuk hamil belum
matang sehingga dapat merugikan kesehatan ibu
maupun pertumbuhan dan perkembangan janin.
Sedangkan abortus pada umur lebih dari 35 tahun
terkait dengan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa di usia ini
(Ruqaiyah, 2018).
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan : Pendidikan merupakan jenis pendidikan formal
yang bisa merubah seseorang dan membentuknya
secara lebih baik. Tingkatan dari pendidikan
berdampak pada berubahnya sikap maupun
perilaku menjadi lebih sehat. Tingkatan pendidikan
yang tinggi bisa mempermudah penyerapan dari
informasi serta menerapkannya di kondisi harian,
khususnya dari sisi kesehatan (Fitriyanti, 2021).
Pekerjaan : Pekerjaan merupakan aspek mendasar kehidupan
yang dijalankan agar memperoleh pendapatan.
Akan tetapi di waktu mengalami kehamilan
beberapa pekerjaan berat misalnya menguras
tenaga fisik berpotensi mendatangkan bahaya serta
berpengaruh terhadap datangnya gangguan di

20
kehamilan apa lagi bila tidak dibarengi oleh proses
istirahat cukup serta melakukan konsumsi beberapa
makanan bergizi, karenanya pekerjaan yang cukup
berat perlu dikurangi atau bahkan dihindari dengan
maksud memperoleh keselamatan bagi ibu atau
janin (Fitriyanti, 2021).
Alamat :

2. Keluhan Utama
Terdapat perdarahan, disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
dan saat periksa dalam terdapat pembukaan (R. D. P. Sari & Prabowo,
2018).

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


Mengkaji riwayat penyakit yag pernah/sedang diderita klien dapat
mempengaruhi atau memperberat/diperberat oleh kehamilannya. Perlu
pengkajian tentang riwayat penyakit menular, menurun dan menahun
pada klien. Penyakit yang diidap oleh ibu bisa langsung berdampak
terhadap tumbuh kembang dari janin di kandungan lewat sarana
plasenta yang masuk ke janin, yang bisa memicu kematian dari janin.
Sampai bisa terjadi penyakit abortus. Penyakit dari ibu yang langsung
bisa berpengaruh terhadap janin misalnya (Redinger & Nguyen,
2022):
Anemia : Anemia diartikan sebagai kondisi dimana ibu
memiliki kadar HB darah yang kurang dari 12gr%.
Anemia kehamilan merupakan kondisi dimana kadar
ibu hamil berada kurang dari 11 gr% di trimester 1
atau 3 dengan kata lain kadar. Kebutuhan bagi janin
untuk proses pertumbuhan serta perkembangan
intrauterine didapat tiap janin dari nutrisi terkandung
dalam tubuh ibu. Kebutuhan janin dikirim lewat

21
adanya plasenta. Kebutuhan dari janin yang tidak
tercukupi bisa memberikan gangguan pada asupan
nutrisi serta peredaran oksigen ke sistem sirkulasi
retroplasenter yang juga memicu terhambatnya
pertumbuhan dan tumbuh kembang dari janin yang
bisa menjadi penyebab mudahnya hasil konsepsi
terlepas dari uterus sehingga bisa kejadian abortus.
Hipertensi : Penyakit tahunan sebagaimana misalnya hipertensi
bisa memperlebar resiko abortus. Hipertensi dalam
kehamilan misal hipertensi kronik. Hipertensi kronik
di waktu kehamilan adalah tekanan darah ≥140/90
mmHg yang didapatkan sebelum umur kehamilan 20
minggu dan hipertensi tidak hilang sehabis waktu 12
minggu setelah persalinan.
Diabetes : Diabetes mellitus ialah sebuah penyakit yang muncul
mellitus akibat turunnya produksi maupun mekanisme dari
hormone insulin di dalam tubuh. Wanita hamil yang
diabetes dengan kontrol yang buruk mempunyai
resiko terjadinya abortus spontan 30% sampai 60%.
Hal ini diakibatkan oleh adanya kondisi hamil, kadar
gula darah akan mengalami peningkatan. Kendali
glukosa yang buruk selama 7 minggu pertama
pembentukan janin berakibat meningkatkan resiko
terjadinya keguguran.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit tertentu dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan
keluarga atau etnisitas, dan beberapa di antaranya berkaitan dengan
lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal (M. H.
Sari et al., 2020).

22
6. Riwayat Menstruasi
Riwayat siklus, lama dan jumlah menstruasi klien.
- Siklus: Jarak antara menstruasi yang di alami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, biasanya sekitar 23-32 hari
- Lama: 3-8 hari
- HPHT: Merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan
perkiraan taksiran partus (Mochtar, 2013).
Terlambat haid atau ammenorhe kurang dari 20 minggu (R. D. P.
Sari & Prabowo, 2018).

7. Riwayat Obstetri

No Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Suami Ank UK Pny Jns Pnlg Tmpt Peny J BB/PB H M Abnr Lakta Peny
K mlts si
1
2
Seorang ibu yang pernah mengalami abortus, memiliki resiko
untuk mengalami abortus berulang pada kehamilan selanjutnya (Deng
et al., 2022).
Paritas adalah frekuensi melahirkan baik lahir dalam keadaan
hidup atau mati. Paritas adalah faktor resiko yang berkaitan dengan
timbulnya abortus. Frekuensinya lebih tinggi terjadi pada paritas >3,
hal ini dikarenakan pada kehamilan lebih dari 3 dapat menimbulkan
gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan Rahim biasanya sudah lemah (Fitriyanti, 2021).

8. Riwayat Kontrasepsi
Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang
pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian
terakhir dengan kehamilan (M. H. Sari et al., 2020).

23
9. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk mendeteksi komplikasi,
beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan seputar kehamilan
yang dialami klien sejak haid terakhir (HPHT).
a. Keluhan tiap trimester
Keluhan yang dirasakan ibu pada setiap trimester dapat
menentukan/mendeteksi dini adanya tanda bahaya (Varney, 2007).
b. Pergerakan anak pertama kali (Quickening)
c. Pemeriksaan kehamilan
d. Pendidikan kesehatan yang sudah didapatkan
e. Imunisasi

10. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Malnutrisi umumnya sangat berat kemungkinan paling
besar terjadinya predisposisi abortus. Ibu hamil yang
kurang dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya akan
beresiko mengalami anemia serta berpengaruh terhadap
tumbuh kembang janin sehingga dapat menyebabkan
kecacatan dan kematian janin (Aprianto et al., 2022)
Eliminasi Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kebiasaan BAB
(frekuensi, jumlah, konsistensi,bau) dan kebiasaan BAK
(warna,frekuensi,jumlah dan terakhir kali ibu BAB atau
BAK).
Istirahat Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu berapa
jam tidur siang dan dan tidur malam, karena berpengaruh
terhadap kesehatn fisik ibu (Lepith et al., 2022)
Aktivitas Abortus sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu. Apabila ibu
terlalu banyak bekerja atau beraktivitas akan memicu
terjadinya abortus. Beban kerja yang terlalu berat membuat
ibu lelah baik secara fisik maupun mental, hingga

24
mengakibatkan beberapa gangguan kesehatan (Aprianto et
al., 2022).
Kebiasaan Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan
obat, bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir
dengan abortus. Alkohol dinyatakan meningkatkan risiko
abortus spontan, meskipun hanya digunakan dalam jumlah
sedang.
Paparan teratogen (obat, alcohol, kafein, radiasi)
merupakan faktor resiko yang menyebabkan anomali
kongenital, sehingga dapat menyebabkan abortus inkomplit
(Redinger & Nguyen, 2022).
Seksualitas Hubungan seksual masih tetap diperbolehkan kecuali pada
ibu yang pernah mengalami keguguran, namun beberapa
wanita kehilangan gairah seksualnya ketika hamil
(Fitriyanti, 2021).

11. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


Tingkat kepekaan terhadap terjadinya abortus adalah
wanita yang belum matang secara emosi dan jiwa (Mochtar,
2013).
- Perlu dikaji status pernikahan, berapa kali menikah, dan
berapa lama pernikahan, karena ada kemungkinan perlu
perhatian ekstra jika ibu hamil sesudah lama menikah dan
harus diperhitungkan dalam pimpinan persalinan
- Kekhawatiran dan kecemasan ibu hamil yang berlebihan
tidak jarang menimbulkan abortus, 15-20% kecemasan
terdeteksi berakhir dengan abortus (Aprianto et al., 2022)
- bahwa kehamilan yang tidak diinginkan bisa berdampak
pada kesehatan mental baik ibu maupun janinnya (R. D.
P. Sari & Prabowo, 2018).
- Bagaimana psikis ibu menghadapi kehamilannya.

25
- Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar.
Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak.
- Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan
masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan
pengaruh negatif pada kehamilan ibu.

B. Data Obyektif
1. PemeriksaanUmum
Keadaan Umum
Kesadaran :
Composmentis/Apatis/Delirium/Somnolen/Sopor/
Semi Koma/Koma.
Kesadaran menurun atau tidak sadar merupakan
gejala dari syok. Banyak nya darah yang
hilangakan mempengaruhi keadaan umum
pasien. Pasien bisa masih dalam keadaan sadar,
sedikit anemis atau sampai syok berat
hipovolemik (Mochtar, 2013).

Tanda vital :
Tekanan darah : 110/70 mmHg-120/80 mmHg, <140/90 mmHg
atau tekanan sistolik <90 mmHg.
Wanita normotensif mungkin mengalami
hipertensi sebagai respons terhadap perdarahan.
Tekanan darah rendah merupakan gejala syok
(R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
Nadi : 60 - 100 x/menit.
Nadi cepat, lemah merupakan gejala syok (R. D.
P. Sari & Prabowo, 2018).
Suhu : 36,5-37,5 0C
Suhu yang tinggi perlu diwaspadai

26
kemungkinan terjadinya infeksi dan perlu
penanganan lebih lanjut (R. D. P. Sari &
Prabowo, 2018).
Pernafasan : 16 - 20 x/menit
Nafas cepat merupakan gejala syok (R. D. P.
Sari & Prabowo, 2018).
Antropometri :
Berat badan sebelum hamil :
Berat Badan Saat ini :
Tinggi Badan : >145 cm
LILA : > 23,5 cm

2. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada lesi, konstruksi mbut lebat, distribusi
rambut merata, tekstur rambut halus, rambut bersih
Wajah : ada/tidak hiperpigmentasi, oedema/tidak, pucat/tidak
Mata : konjungtiva warna merah muda, sclera putih, tidak
ada oedem pada palpebra, ada / tidak gangguan
pengelihatan
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada peradangan, tidak
ada pengeluaran secret
Mulut dan : bibir warna merah muda, terdapat peningkatan
gigi jumlah mukosa, tidak ada caries dentis, tidak ada
stomatitis, lidah bersih berwarna merah muda dan
tremor
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada
gangguan pendengaran
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe.
Tidak ada bendungan pada vena jugularis
Payudara : simetris, ada / tidak pengeluaran kolostrum, putting
susu menonjol / tenggelam / datar, ada / tidak

27
hiperpigmentasi
Abdomen : pembesaran sesuai kehamilan, terdapat linea nigra
dan striae, tidak ada luka bekas operasi
Sebelum usia kehamilan 12 minggu, fundus uteri belum
dapat diraba dari luar. Normalnya tinggi fundus uteri pada usia
kehamilan 12 minggu adalah 1-2 jari di atas simphysis
Palpasi Leopold I-IV : (Mochtar, 2013)
Leopold I : Tidak teraba
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
TBJ : -
Genetalia : Perdarahan pervaginam,ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari
vulva.
Ekstermitas : Tidak ada odema, CRT < 2 detik, akral hangat,
pergerakan bebas.

4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan dalam : Pada pemeriksaan dalam, didapatkan
Ostium uteri terbuka dan terkadang
terlihat hasil konsepsi (Redinger &
Nguyen, 2022).
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Urine : Pemeriksaan plano test dapat masih positif
atau sudah negatif. Tingkat hCG akan
rendah, dan tidak akan ada detak jantung
janin (Redinger & Nguyen, 2022).
Pemeriksaan USG : Pemeriksaan USG untuk mengetahui adanya
sisa hasil konsepsi yang tertinggal didalam
rahim (Redinger & Nguyen, 2022).

28
Pemeriksaan : Dari darah perlu ditentukan Hb, sekali
Laboratorium dalam kasus abortus, yang tanda gejalanya
disertai adanya pengeluaran perdarahan
pervaginam, perlu untuk dilakukan
pemeriksaan Hb, untuk menentukan anemia
atau tidaknya ibu.

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosis : G.. P.... hamil ..... minggu dengan Abortus Inkomplit
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi
(bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan.
Diagnosis : G...Papah usia kehamilan..... minggu
janin tunggal/ganda, hidup/mati,
intrauterin/ekstrauterin.
G : Gravida
P : Para -> a : aterm
p : premature
a : abortus
h : hidup (Varney, 2007)
- Intrauterin hanya boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa
USG atau dilakukan pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan
merupakan kehamilan intrauterin.
Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang
sedang dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian
atau yang menyertai diagnosis.
Kebutuhan : Hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah.

29
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL
Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah
diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan
antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.
Diagnosa Potensial (Fitriyanti, 2021):
- Anemia sedang/berat
- Syok Haemoragic
- Syok Hipovolemia
- Infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA


Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus
dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup
tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau
bersifat rujukan.
Kebutuhan segera : Berkolaborasi dengan dr.Sp.OG

V. INTERVENSI
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang tekah
diidentifikasi.
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada
ibu.
Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi
petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya.
2. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien, identifikasi
apakah ada tanda-tanda syok dan infeksi
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian intervensi
dan terapi.

30
Rasional : Penatalaksanaan dan penegakkan diagnosa lanjutan
kehamilan dengan abortus imminens membutuhkan
tindakan kolaborasi bersama dr Sp.OG (penanganan aktif
atau penanganan pasif).

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 26 Juli 2023


Waktu : 17.15 WITA
Tempat : RSUD Harapan Insan Sendawar
Oleh : Marhamah

S.
1. Identitas
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 16 tahun Umur : 20 tahun
Agama : Kristen Agama : Islam
Suku : Dayak Suku : Dayak
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung Barong Tongkok

2. Alasan datang / keluhan utama


Ibu mengatakan perut mules dan keluar darah beserta gumpalan sejak + 3, hari
yang lalu pada tanggal 23 Juli 2023 jam 13.30 WITA.

3. Riwayat kesehatan klien


Ibu memiliki riwayat penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Saat ini ibu
sedang dalam pengobatan penyakit hipertensi.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Klien mengatakan didalam keluarga memiliki riwayat penyakit.

32
5. Riwayat menstruasi
HPHT : 30-03-2023
TP : 07-01-2024
Riwayat menstruasi teratur, menstruasi pertama kali usia 12 tahun, siklus haid
teratur, lama haid 7 hari, banyaknya haid 2-3x ganti pembalut/hari, tidak ada
keluhan waktu haid.

6. Riwayat obstetrik
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
No Suami Ank UK Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny JK BB/PB Abnorm
H M Laktsi Peny
alitas
1. Tn. R H A M I L L I N I

7. Riwayat kehamilan sekarang


Ini merupakan kehamilan pertama ibu. Ibu mengetahui kehamilannya pertama
kali saat melakukan test pack dirumah. Pada tanggal 20 juni 2023, ibu
memeriksakan kehamilannya di puskesmas hasil USG menyatakan usia
kehamilan ibu 11 minggu. Selama hamil ibu sudah 1 kali memeriksakan
kehamilannya ke puskesmas dan 1 kali ke dokter spesialis kandungan. Pada
trimester I ibu mengalami mual, muntah pada pagi hari dan sering pusing, saat
trimester II keluhan ibu berkurang. Ibu mengatakan ada riwayat jatuh, dan
keesokannya mengeluh mules dan keluar darah beserta gumpalan pada tanggal
21 Juli 2023 hingga saat ini. Selama hamil ibu rutin mengonsumsi vitamin
yang diberikan oleh bidan.

8. Riwayat Ginekologi
Ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit infeksi genetalia, endometritis,
kista, mioma uteri, IMS, kanker serviks atau penyakit ginekologi lainnya yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh kehamilan.

9. Riwayat kontrasepsi

33
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

10. Pola fungsional kesehatan


Pola Keterangan
Ibu terakhir makan pukul 18.00 WITA, dan nyemil pada
Nutrisi pukul 18.30 WITA.
Minum air putih ±2 gelas.
BAK terakhir pukul 17.00 WITA, BAB terakhir kemarin
Eliminasi sore.
Ibu belum ada BAK dan BAB selama masuk rumah sakit
Ibu hanya tidur siang ±3 jam saat perjalanan ke rumah
Istirahat
sakit
Aktivitas Ibu hanya berbaring di bed
Personal Ibu sudah mandi, mengganti pakaian dan mengganti
hygiene pembalut
Tidak ada kebiasaan konsumsi jamu-jamuan atau
Kebiasaan konsumsi obat tanpa resep dokter, tidak ada kebiasaan
menggunakan cairan pembersih vagina
Seksualitas Terakhir melakukan 1 mg yang lalu

11. Riwayat psikososio kultural spiritual


Psikologis : Ini merupakan kehamilan yang direncanakan, ibu merasa
khawatir dengan kehamilannya saat ini
Sosial : Ini merupakan pernikahan pertama ibu, lama pernikahan 2
bulan. Suami dan keluarga bahagia dengan kehamilan ibu
dan bersama-sama menjaga kehamilan ibu.
Kultural : Tidak ada adat istiadat yang dapat mempengaruhi kehamilan
ibu
Spiritual : Tidak ada tradisi keagamaan yang dapat mempengaruhi
kehamilan ibu
O.

34
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : baik
Ekspresi wajah : cemas
b. Antropometri
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan saat ini : 40 kg
IMT : 17,8 kg/m2 (obestitas)
Lila : 22 cm
c. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 90 x/i
Suhu : 36,7 oC
Pernapasan : 20 x/i
SpO2 : 98 %
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : warna rambut hitam, distribusi rambut merata, tidak ada
oedem / massa
Wajah : simetris, tampak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera berwarna putih, tidak
ada gangguan pengelihatan
Hidung : bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
Dada : tidak ada retraksi dinding dada
Payudara : simetris, puting susu menonjol, areola kehitaman, tidak ada
pengeluaran kolostrum
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, TFU, 10 Cm
Genetalia : tampak pengeluaran darah berwarna merah segar pada 1
pembalut penuh
Ekstermitas : Atas : simetris, tidak oedem, CRT <2dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, hooman sign negative, CRT

35
<2dtk

3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan USG :
Tanggal 20 Juni 2023 di klinik
Hasil : uk 11 minggu
Tanggal 26 Juli 2023 di Praktik dr. SpOG
Hasil Ab Inkomplit
Pemeriksaan Laboratorium :
Tanggal 26-07-2023 di RSUD Harapan Insan Sendawar
Hemoglobin : 11,6 g/dL HIV : NR
Leukosit : 8.600 /uL HbsAg : NR
GDS : 112 mg/dl Antigen : Negatif
Pemeriksaan Dalam :
Tanggal 26-07-2023 di RSUD Harapan Insan Sendawar
Oleh : Bidan
Terdapat pengeluaran darah, tidak ada oedem, tidak ada varices, tidak ada luka
parut, portio lunak, teraba jaringan didepan portio, pembukaan 1 cm, keluar
sisa jaringan, perdarahan ±15 cc.

A.
Diagnosis : GIP0000 usia kehamilan 16 minggu 2 hari dengan
Abortus Inkomplit
Masalah : Tidak ada
Diagnosis Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Kebutuhan Segera : Kolaborasi dengan dokter SpOG

P.

36
TGL/ Penatalaksanaan Paraf
jam
26/7/23 Menjelaskan hasil pemeriksaan umum, TD: 120/70 mmHg Mahasiswa
17.20 normal), N: 9x/menit (normal), T: 36,8 oC (normal), RR:
WITA 20x/menit (normal); ibu mengetahui dan memahami
kondisinya saat ini
17.25 Menjelaskan kepada ibu bahwa perdarahan pervaginam Bidan &
WITA pada kehamilan muda merupakan salah satu tanda bahaya mahasiswa
pada kehamilan
; Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
17.27 Mengajarkan ibu teknik relaksasi untuk mengurangi rasa Bidan &
WITA nyeri dengan menarik nafas dalam dari hidung dan mahasiswa
dihembuskan perlahan-lahan melalui mulut
; Ibu mengerti dan mampu melakukan teknik relaksasi
17.28 Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan daerah Bidan &
WITA genetalia, mengganti pembalut max 4 jam sekali atau mahasiswa
apabila terasa telah penuh
; ibu mengerti dan bersedia menjaga daerah genetalia
17.30 Memberikan dukungan psikologis kepada ibu agar ibu tetap Bidan &
WITA tenang dan semangat mahasiswa
; ibu merasa sedikit tenang
17.40 Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan Bidan &
WITA pemasangan infus intravena dengan cairan RL sebanyak 20 mahasiswa
tetes permenit
; infus telah terpasang pada tangan kiri ibu
17.42 Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG, R curetase jam Bidan &
WITA 06.00 besok pagi. mahasiswa
18.50 Melakukan observasi tanda – tanda vital Mahasiswa
WITA ; TD : 121/73 mmHg, N : 90 x/menit, RR : 20x/menit, T :
36,8oC, SpO2 : 98%
19.15 Melakukan observasi tanda – tanda vital Mahasiswa

37
WITA ; TD : 120/76 mmHg, N : 93 x/menit, RR : 20x/menit, T :
37oC, SpO2 : 98%
19.30 Melakukan observasi tanda – tanda vital Mahasiswa
WITA ; TD : 110/71 mmHg, N : 93 x/menit, RR : 20x/menit, T :
36,8oC, SpO2 : 98%
19.50 Melakukan observasi tanda – tanda vital Mahasiswa
WITA ; TD : 118/75 mmHg, N : 95 x/menit, RR : 20x/menit, T :
36,8oC, SpO2 : 98%
19.58 Melakukan informed consent untuk persiapan tindakan Bidan &
WITA kuretase Mahasiswa
; ibu mengerti dan bersedia dengan tindakan yang akan
dilakukan
20.00 Melakukan persiapan kuretase pada ibu Mahasiswa
WITA - Mencukur rambut daerah pubis ibu
- Melepas seluruh perhiasan pada ibu.
- Memberitahu ibu untuk berpuasa dari jam 22.00.

38
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengumpulan Data Dasar


Penulis melakukan pengkajian terhadap Ny. A di RSUD Harapan
Insan Sendawar. Ny. A datang pada tanggal 26 Juli 2023 pukul 18.53
WITA dengan keluhan perut mules dan keluar darah beserta gumpalan
sejak 5 hari yang lalu. Klien tidak memiliki riwayat penyakit dan alergi. Di
dalam keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit.

Usia ibu saat ini 16 tahun, Masa emas usia reproduksi wanita terbatas,
batasan ini terkait dengan faktor reproduksi wanita yang berada pada
kondisi yang optimal pada usia 20-35 tahun, ibu hamil usia kurang dari 20
tahun mememiliki resiko tinggi kehamilannya, diatas usia 35 tahun dapat
mengalami penurunan kemampuan fisik Karena terjadinya proses
degenerative sehingga menimbulkan komplikasi termasuk abortus
(Fitriyanti, 2021).

Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah:


120/70 mmHg, Nadi: 95 x/i, Suhu: 37 oC, Pernapasan: 21 x/i, SpO2: 99 %.
Pada palpasi abdomen 5 cm genetalia terdapat pengeluaran darah berwarna
merah kecoklatan pada pembalut, dilakukan pemeriksaan dalam teraba
jaringan didepan portio, keluar jaringan sisa plasenta, pembukaan 1 cm,
perdarahan ±20 cc.
Abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan pervaginam yang
diikuti keluarnya janin dan sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal didalam uterus saat usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Biasanya ditandai oleh gejala amenore, kontraksi yang menyebabkan perut
sakit, dan banyak perdarahan yang dikeluarkan. Ketika dilakukan
pemeriksaaan kesehatan, ostium ditemukan terbuka dan teraba oleh

39
jaringan dan ovarium berukuran kecil dibandingkan ukuran normal sesuai
kehamilan (R. D. P. Sari & Prabowo, 2018).
Berdasarkan penelitian Fitriyanti (2021), faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap kejadian abortus inkomplit salah satunya adalah.
Penyakit dari ibu yang langsung bisa berpengaruh terhadap janin misalnya
anemia, hipertensi, dan diabetes mellitus. Sejalan dengan Vaishnavi et al
(2021) mengatakan usia, kelainan ibu (diabetes, hipertensi, penyakit ginjal,
masalah tiroid, sindrom ovarium polikistik, lupus, trombofilia), kurang atau
kelebihan berat badan, kelainan pada rahim, paparan teratogen (obat-
obatan, alkohol, kafein, radiasi), dan infeksi adalah etiologi dan faktor
risiko terjadinya abortus inkomplit. Ibu H memiliki BB kurang dengan IMT
17,8 kg/m2 .Berdasarkan klasifikasi IMT menurut WHO dalam P2PTM
Kementrian kesehatan RI (2018), termasuk dalam kategori BB kurang,
adalah keadaan dimana seseorang memiliki berat badan dengan indek masa
tubuhnya di bawah 18 kg/m2
Pada hasil anamnesa, ibu mengatakan ada riwayat jatuh 5 hari yang
lalu, sekitar 7 % wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak
kasus tidak dilaporkan. Pada umumnya kasus trauma jatuh sendiri dan
kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio placenta,
peedarahan fetomaternal, ruptur uteri, trauma janin langsung ( Fitriyani
(2021).
Pada penatalaksaan kasus Ny. A dilakukan tindakan kuretase. Kuret
atau kuretase adalah prosedur untuk mengeluarkan jaringan dari dalam
rahim. Kuret dapat dilakukan dengan metode pengikisan menggunakan alat
berbahan logam ataupun metode penyedotan (suction) menggunakan alat
khusus. Dengan metode tersebut, jaringan dalam rahim akan dikeluarkan.
Prosedur kuret umumnya berlangsung sekitar 20-30 menit. Setelah semua
proses kuretase selesai dilakukan, alat kuret dan spekulum akan dikeluarkan
dari vagina. Pasien akan diminta untuk tinggal dirumah sakit selama
beberapa jam untuk dipantau jika muncul efek obat bius atau jika terjadi
perdarahan (Tamin, 2021).

40
B. Interpretasi Data Dasar
Interpretasi data dasar meliputi diagnosis kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Dari pengkajian data dapat ditegakkan diagnosa pada Ny.A
GIP0000 usia kehamilan 20 minggu dengan Abortus Inkomplit
Dalam menentukan diagnosa pada asuhan kebidanan
Kegawatdaruratan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

C. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah Potensial/Diagnosis


Potensial dan mengantisipasi Penanganannya
Identifikasi diagnosis atau masalah potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang telah didentifikasi. Berdasarkan hasil
pemantauan tidak ditemukan masalah atau diagnosa yang dapat terjadi
pada Ny.A.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik

D. Menerapkan Tindakan terhadap Kebutuhan Segera


Pada langkah ini kebutuhan yang harus dilakukan segera kepada klien
yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan lebih lanjut.
Tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktik.

E. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh


Dalam kasus ini penulis telah memberikan rencana Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan pada Ny. A yaitu :
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu.
2. Anjurkan ibu melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
3. Anjurkan ibu menjaga kebersihan daerah genetalia
4. Berikan dukungan psikologis pada ibu
5. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
6. Lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG dalam pemberian intervensi

41
dan terapi.
Didalam menyusun rencana asuhan tidak ada kesenjangan antara teori
dan praktik

F. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman


Dalam kasus ini penulis telah melaksanakan asuhan sesuai dengan
yang telah direncanakan. Tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

G. Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam
diagnosis dan masalah.
Secara keseluruhan dari langkah pengumpulan data sampai evaluasi
asuhan berjalan cukup baik. Tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik

42
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus yang dibahas dalam laporan ini adalah asuhan kebidanan pada
Ny.A GIP0000 usia kehamilan 20 minggu dengan Abortus Inkomplit.
Berdasarkan hasil pengkajian, pemeriksaan fisik, evaluasi dan permbahasan
yang telah dipaparkan sebelumnya pelaksanaan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan dengan abortus inkomplit di RSUD Harapan Insan
Sendawar telah dilaksanakan dengan baik dan seluruh asuhan yang
direncanakan telah diberikan.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki dalam
melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan sesuai dengan standar
profesi bidan dan dapat mengatasi kesenjangan yang timbul antara teori
dan praktik sehingga dapat meningkatkan pengaplikasian teori yang
didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat memberikan
asuhan yang menyeluruh dan optimal dalam pelayanan kesehatan terutama
yang berkaitan dengan kasus kegawatdaruratan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi terus meningkatkan perbaikan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif agar lebih aplikatif dalam
pelaksanaannya. Selain itu, institusi juga dapat menilai kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dengan
mempraktikkan dan menerapkannya langsung kepada klien.

43
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., Aeni, S., & Noviani, N. A. (2019). Faktor Risiko Kejadian Anemia Pada
Sudiang Raya Kota Makassar. 11, 143–155.

Alkaf, S., Ilhami, O. F., Azhar, M. B., Bernolian, N., & Melizah, A. (2020). Maternal
Obesity Increases Risk for Adverse Maternal Outcome at RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang. Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science,
3(1), 34–40. https://doi.org/10.24198/obgynia.v3n1.178

Aprianto, I., Nulanda, M., Wahyu, S., Mappaware, N. A., & Julyani, S. (2022).
Karakteristik faktor Resiko Kejadian Abortus di RSIA Sitti Khadijah 1
Makassar. Fakumi Medical Journal, 2(5), 359–367.

Apriyanti, F. (2019). Hubungan Anemia Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di


RSUD Bangkinang Tahun 2018. Jurnal Doppler Universitas Pahlawan Tuanku
Tambusai, 3(1), 20–28.

Artanti, D. R. (2017). Hubungan Riwayat Abortus dan Jarak Kehamilan Dengan


Kejadian Abortus di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari Tahun
2017.

Atrian, M. K., Sadat, Z., Bidgoly, M. R., Abbaszadeh, F., & Jafarabadi, M. A. (2015).
The Association of Sexual Intercourse During Pregnancy With Labor Onset.
Iranian Red Crescent Medical Journal, 17(1), 1–5.
https://doi.org/10.5812/ircmj.16465

Deng, T., Liao, X., & Zhu, S. (2022). Recent Advances in Treatment of Recurrent
Spontaneous Abortion. Obstetrical and Gynecological Survey, 77(6).
https://doi.org/10.1097/OGX.0000000000001033

Fitriyanti, P. (2021). Factors That Affect the Incidence of Incomplite Abortus in


Amanat Mother and Child Hospital 2021 [Universitas Muhammadiyah
Makassar]. https://digilibadmin.unismuh.ac.id

Florencia, G. (2022). Sperma masuk ke Dalam Kandungan, Bahayakah ? Halodoc.


https://www.halodoc.com/artikel/sperma-masuk-ke-dalam-kandungan-
bahayakah

Hartika, P. L. (2018). Hubungan Antara Usia dan Paritas Ibu Hamil dengan
Kejadian Abortus Inkomplit di Ruang VK RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh
Banjarmasin (Vol. 23, Issue 4). Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin.

44
Hutasoit, E. S. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas Pada Wus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Payung Sekaki Kota Pekanbaru 2019. JOMIS (Journal of
Midwifery Science), 4(1), 25–33. https://doi.org/10.36341/jomis.v4i1.1117

Lepith, P. P., Lestari, I., & Prasastia, C. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Abortus Inkomplit di RSU Anwar Medika. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina
Sehat PPNI Mojokerto.

Manuaba, I. A. C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk


Pendidikan Bidan Edisi 2 (2nd ed.). EGC.

Mochtar, R. (2013). Sinopsis Obstetri Fisiologis Patologi. EGC.

Rangkuti, L. F., Sanusi, S. R., & Lutan, D. (2019). Penyakit Ibu Terhadap Kejadian
Abortus Imminens Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan.
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 3(1), 29.
https://doi.org/10.24912/jmstkik.v3i1.1793

Redinger, A., & Nguyen, H. (2022). Incomplete Abortions. StatPearls Publishing.

Riningsih, S. (2020). Karakteristik Ibu Yang Mengalami Abortus Di Rumah Sakit


Khusus Ibu Anak Kahyangan Yogyakarta Tahun 2019.

Rosita, F. O. (2018). Rasio Prevalensi Anemia Ibu Hamil Terhadap Kejadian Abortus
Iminens di RSUD Wonosari Gunung Kidul Tahun 2017 [Politeknik Kesehatan
kementerian Kesehatan Yogyakarta]. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1441/

Rouse, C. E., Eckert, L. O., Muñoz, F. M., Stringer, J. S. A., Kochhar, S., Bartlett, L.,
Sanicas, M., Dudley, D. J., Harper, D. M., Bittaye, M., Meller, L., Jehan, F.,
Maltezou, H. C., Šubelj, M., Bardaji, A., Kachikis, A., Beigi, R., & Gravett, M.
G. (2019). Postpartum endometritis and infection following incomplete or
complete abortion: Case definition & guidelines for data collection, analysis, and
presentation of maternal immunization safety data. Vaccine, 37(52), 7585–7595.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2019.09.101

Ruqaiyah, R. (2018). Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus Inkomplit


di RSIA Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Delima
Pelamonia, 2(2), 93–98. https://doi.org/10.37337/jkdp.v2i2.72

Sari, M. H., Apriyanti, F., & dan Azzahri Isnaeni, L. M. (2020). Hubungan Usia dan
Paritas Dengan Kejadian Abortus Inkomplit di RSUD Siak. Jurnal Doppler,
4(2), 61–70.

Sari, R. D. P., & Prabowo, A. Y. (2018). Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan

45
Trimester 1.

Sunder, A., Varghese, B., Darwish, B., Shaikho, N. M., AlSada, A., Albuainain, H.,
Alrowaijeh, S., Al-Khalifa, S. A., Khalid Bughamar, A., & Dayoub, N. (2022).
Maternal Obesity: An Obstetric Risk. Cureus, 14(9), 1–8.
https://doi.org/10.7759/cureus.29345

Tamin, R. P. (2021). Kuret, Ini Yang Harus Anda Ketahui. Alodokter.


https://www.alodokter.com/kuret-ini-yang-harus-anda-ketahui#:~:text=Kuret
atau kuretase adalah prosedur,kuretase (dilation %26 curettage)

Utami, F. S., & Putri, I. M. (2020). Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Normal.


Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM. Mataram, 5(2), 107.
https://doi.org/10.31764/mj.v5i2.1262

Utami, N. S., Nadapdap, T. P., & Fitria, A. (2021). Faktor yang Memengaruhi
Kejadian Abortus di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan
Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Almuslim, 7(1), 1–7.

Utari, I. (2018). Hubungan Kehamilan Remaja dengan Kejadian Abortus di RSUD


Wonosari Gunungkidul 2017. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta.

Vaishnavi, Gomase, K., & Taksande, V. (2021). A Case Report On: Incomplete
Abortion with Chronic Hypertension. Journal of Pharmaceutical Research
International, 33, 664–669. https://doi.org/10.9734/jpri/2021/v33i59a34317

Varney, H. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed.). Buku Kedokteran EGC.

Wahyuddin, A. A. (2019). Analisis Aktifitas Seksual Dengan Terjadinya Abortus


Pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Umum Palagimata Kota Bau-Bau Tahun 2019.
Politeknik Kesehatan Kendari.

Wulan Citra Sari. (2020). 1035325 Hubungan antara Umur dan Paritas dengan
Kejadian Abortus Imminens di RS.AR Bunda Kota Prabumulih Tahun 2019.
Jurnal Kebidanan : Jurnal Medical Science Ilmu Kesehatan Akademi Kebidanan
Budi Mulia Palembang, 10(1), 60–65.
https://doi.org/10.35325/kebidanan.v10i1.225

46

Anda mungkin juga menyukai