Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL

NEONATAL

ABORTUS IMMINENS

Disusun oleh :

Ika Nanda R P P27824417005

Adinda Resi Pratiwi P27824417007

Novi Rahmawati P27824417016

Esamanta Fiore Musaerosa P27824417023

Tsurayya Nur Afifah P27824417031

Fithrotul Himmah P27824417039

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIV KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Abortus Imminens” dengan baik tanpa ada halangan, sebagaui pemenuhan
tugas dari Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak
yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, kami sebagai penulis adalah manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk pembaca.

Surabaya, 28 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 4
C. TUJUAN............................................................................................................... 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN .................................................................................................... 5
B. KLASIFIKASI ..................................................................................................... 5
C. ABORTUS IMMINENS ................................................................................... 10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN
A. LANGKAH 1: PENGKAJIAN ........................................................................ 12
B. LANGKAH II : INTERPRETASI DATA ...................................................... 17
C. LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL ................................................. 18
D. LANGKAH IV : ANTISIPASI......................................................................... 18
E. LANGKAH V : PERENCANAAN .................................................................. 18
F. LANGKAH VI : PENATALAKSANAAN ...................................................... 19
G. LANGKAH VII : EVALUASI ......................................................................... 19
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN .............................................................................................................. 21
SARAN ........................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat
adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Pada tahun 2007 AKI mengalami
penurunan dari 307/100.000 menjadi 228/100.000 ibu melahirkan. Tujuan
pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
yang optimal (SDKI, 2007).
Abortus ialah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan
(Saiffudin, 2002). Di Indonesia tingkat abortus masih cukup tinggi dibanding
dengan negara-negara maju di dunia, yakni mencapai 2,3 juta abortus per
tahun. Penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan 60 – 70%, pre
eklampsi 10 – 20% dan infeksi nifas 20 – 30% (Manuaba, 2002). Estimasi
Nasional menyatakan setiap tahun terjadi 2 juta kasus abortus di Indonesia,
artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup pada perempuan
usia 15 - 49 tahun. Dari angka tersebut di atas angka kejadian Abortus
imminens menempati urutan paling atas yaitu sebesar 34 kasus (80%)
(Widyastuti, 2007). Bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang
berhubungan langsung dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu
Pengetahuan dan keterampilan yang baik. Karena penatalaksanaan yang benar
akan memberikan kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil.
Abortus imminens merupakan suatu kejadian kegawatdaruratan
obstetri terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan 20 minggu dengan
berat badan janin 500 gram tanpa disertai dengan adanya pembukaan serviks
dan atau tanpa disertai rasa mules-mules dan hasil konsepsi masih di dalam
uterus (Wiknjosastro, 2005). Bidan sebagai pemberi pelayanan yang
berhubungan langsung dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang baik. Karena penatalaksanaan yang benar
akan memberikan kontribusi keberhasilan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan abortus imminens.

3
B. Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ada maka yang menjadi rumusan
masalah adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Abortus Imminens menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut
Varney?”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus imminens dengan
menerapkan manajemen 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan Abortus imminens.
2) Menginterpretasikan data meliputi: diagnosa, masalah dan kebutuhan
pada ibu hamil dengan Abortus imminens.
3) Merumuskan diagnosa potensial pada ibu hamil dengan Abortus
imminens.
4) Menerapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan pada ibu
hamil Ny. G1P0A0 dengan Abortus imminens.
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
Abortus imminens.
6) Melaksanakan rencana tindakan pada ibu hamil dengan Abortus
imminens.
7) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan asuhan pada ibu hamil
dengan Abortus imminens.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Abortus
a. Pengertian abortus
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia
luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya.
(Sastrawinata, 2005; h. 1).

Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 dan pengeluaran


hasil konsepsi dengan berat janin kurang dari 500 gram. ( Joseph HK, 2011; h. 85)
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. (Rustam muchtar, 2012; h. 150). Abortus adalah penghentian
kehamilan sebelum umur 20 minggu kehamilan lengkap yang berat janin
<500gram. (Benson,2009;h. 293)
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan, dimana janin belum
mampu hidup di luar rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. ( Achadiat, 2004; h. 26).
Abortus adalah dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau usia kehamilan kurang
dari 28 minggu. ( Manuaba, 2010; h. 287).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah pengeluaran hasil
konsepsi ( pertemuan sel telur dan sel sperma) pada usia kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin < 500 gram.

B. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi menjadi dua golongan:
1) Abortus spontan
Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis. (Sastrawinata, 2005;h.1).

5
a) Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih
mungkin berlanjut dan dipertahankan. ( Khumaira M, 2012; h.134).
Abortus imminens adalah keguguran yang mengancam, keguguran
belum terjadi sehingga dapat dipertahankan. (Rustam Muchtar, 2012; h.
150)
Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam tanpa pengeluaran
hasil konsepsi. Keberadaan kram menyebabkan rasa tidak nyaman.
Perdarahan biasanya mulai terjadi 2 minggu setelah kehamilan berhenti
berkembang. (Sinclair, 2010; h.76)
Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam pada umur kehamilan
kurang dari 20 minggu. Pada keadaan ini terjadi ancaman proses keguguran,
namun produk kehamilan belum keluar. ( Joseph HK, 2011; h. 86)
Abortus Imminens adalah proses awal suatu keguguran yang ditandai
dengan perdarahan pervaginam,sementara ostium uteri eksternum masih
tertutup dan janin masih baik intrauterin. (Achadiat, 2004; h. 26)
Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam pada paruh pertama
kehamilan. ( Kriebs, Jan M, 2010; h. 247). Abortus imminens ialah
peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya
dilatasi serviks. (Wiknjosastro, H, 2007; h. 305).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus imminens
adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu, dimana hasil konsepsi masih di dlam uterus.

b) Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah perdarahan pervaginam (atau kehilangan
cairan amnion) terjadi disebabkan dilatasi serviks, dengan atau tanpa nyeri
abdomen. (Sinclair C, 2010;h.76).
Abortus insipiens merupakan suatu abortus yang sedang mengancam,
ditandai dengan pecahnya selaput janin dan adanya serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka. ( Nugroho T, 2010; h. 21).
6
Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung, dengan
ostium yang sedang terbuka dan ketuban yang teraba. Kehamilan tidak
dapat dipertahankan lagi. ( Joseph HK, 2011; h. 89).

Abortus insipiens adalah abortus membakat yang tidak dapat


dihentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan
pengeluaran hasil konsepsi. (Marmi, dkk, 2010;h. 58).
Abortus insipiens (abortus yang sedang berlangsung) adalah proses
abortus yang sedang berlangsung dsan tidak dapat lagi dicegah, ditandai
dengan terbuka ostium uteri eksternum, selain perdarahan. (Achadiat, 2004;
h. 26)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Abortus insipiens
merupakan abortus yang terjadi pada umur kehamilan <20 minggu yang
sedang berlangsung dan tidak dapat di pertahankan lagi, terjadi dengan
pengeluaran ostium
uteri

c) Abortus incomplit
Abortus incomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. ( Khumaira, 2012; h. 135)
Abortus incomplit adalah abortus sebagian tetapi tidak seluruh hasil
konsepsi keluar dari uterus, sebelum 12 minggu, abortus cenderung
berlangsung komplet, setelah 12 minggu , hasil konsepsi cenderung
tertahan. ( Sinclair,2010; h. 76)
Abortus incomplit merupakan perdarahan pada kehamilan muda dimana
sebagian dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis
serviks yang tertinggal pada desidua atau plasenta. ( Rukiyah, dkk, 2010; h.
143).

Abortus incomplit ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. (Wiknjosastro,A, 2007;h.307).

7
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus inkomplit
adalah abortus yang terjadi pada umur kehamilan <20 minggu yang ditandai
pengerluaran sebagian hasil
konsepsi dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.

d) Abortus komplite
Abortus komplite adalah keguguran lengkap dimana seluruh hasil
konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan. (
Manuaba,2010;h.294).
Abortus komplite adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu.
(Khumaira,2012;h. 135). Abortus komplite adalah semua hasil konsepsi
sudah keluar semua. ( Sinclair,2010;h. 76).
Abortus komplite adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana dari
seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri. (Rukiyah,dkk,
2010;h. 144). Abortus komplite adalah abortus dimana keseluruhan hasil
konsepsi di keluarkan (fetus dan plasenta), sehingga tidak ada yang
tertinggal di dalam kavum uteri. (Joseph HK, 2011;h. 93).
Abortus komplite adalah seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan,sehingga tidak memerlukan tindakan. (Marmi,dkk,
2010;h. 60). Abortus komplite adalah proses abortus dimana keseluruhan
hasil konsepsi telah keluar melalui jalan lahir. (Achadiat,2004;h.26).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa abortus komplite
merupakan perdarahan pada umur kehamilan <20 minggu dimana semua
hasil konsepsi sudah keluar semua melalui jalan lahir.

e) Missed abortion
Missed abortion merupakan buah kehamilan yang telah mati tertahan
dalam rahim selama 8 minggu atau lebih. (Sastrawinata,2005;h. 8)
Missed Abortion merupakan retensi hasil konsepsi 4-8 minggu setelah
kematian janin. (Sinclair,2010;h.76). Missed abortion adalah embrio atau
fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu,
akan tetapi hasil konsepsi keseluruhan masih tertahan dalam kandungan
selama 8 minggu atau lebih. (Nugroho,2010;h.22).

8
Missed abortion adalah retensi dari produk konsepsi yang telah mati di
dalam uterus selama beberapa minggu, atau keadaan dimana janin sudah
mati tetapi tetap berada di dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2
bulan atau lebih. (Joseph HK,2011;h.94).
Missed abortion adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20
minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan dalam uterus selama
6 minggu atau lebih.
(Achadiat,2004;h. 26)..

Dari penegertian diatas dapat disimpulkan bahwa Missed abortion


merupakan perdarahan pada umur kehamilan <20 minggu, berakhirnya
suatu kehamilan dimana janin sudah meninggal didalam rahim dan hasil
konsepsi masih tertahan dalam rahim selama 4-8 minggu atau lebih.

f) Abortus habitualis
Abortus habitalis adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-
turut atau lebih. (Sastrawinata, 2005;h. 8)
Abortus habitualis ialah abortus yang terjadi 3 (tiga) kali berturut –
turut atau lebih oleh sebab apapun. (Achadiat, 2004; h.26).
Abortus habitualis adalah dimana penderita mengalami abortus spontan
berturut –turut tiga kali atau lebih. (Joseph HK,2011;h.96)
Abortus habitualis adalah gagalnya tiga kali kehamilan atau lebih secara
berurutan. (Myles,2009;h.279). Abortus habitualis adalah abortus spontan
yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. (Sinclair,C, 2010;h. 76).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus habitualis
adalah abortus spontan yang terjadi tiga kali atau lebih secara berturut-turut
oleh sebab apapun.

2) Abortus Provokatus
Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja dilakukan tindakan
(Prawirohardjo, 2008; h.460). Abortus ini dibagi lagi menjadi:

9
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis adalah abortus yang didasarkan atas pertimbangan
dokter minimal tiga dokter spesialis yaitu spesialis kebidanan dan
kandungan, spesialis penyakit dalam, dan spesialis jiwa untuk
menyelamatkan ibu. (Prawirohardjo,
2008;h. 460).

a. Abortus kriminalis
Abortus kriminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang
sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum atau
dilakukan oleh yang tidak berwenang. (Sastrawinata,2005;h.2).

C. Abortus Imminens
a. Pengertian
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan terjadi perdarahan
pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
didalam uterus (Maryunani, 2009).
Abortus imminens adalah perdarahan vagina pada umur kehamilan kurang
dari 20 minggu. Pada keadaan ini terjadi ancaman proses keguguran, namun
produk kehamilan belum keluar
(Nugroho, 2012).

b. Tanda dan Gejala


Menurut Maryunani (2009), tanda dan gejala abortus imminens
antara lain :
1. Perdarahan sedikit/ bercak
2. Kadang disertai rasa mules/ kontraksi
3. Periksa dalam belum ada pembukaan
4. Palpasi : tinggu fundus uteri sesuai usia kehamilan
5. Hasil tes kehamilan (+)/ positif

c. Diagnosis
Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.

10
Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan, dan
tes kehamilan urin masih positif (Prawirohardjo, 2009).

d. Prognosis
Kehamilan dipertimbangkan terancam sering kali terjadi perdarahan
pervaginam selama pertengahan pertama kehamilan. Abortus imminens dapat
disertai dengan nyeri punggung bagian bawah tetapi terkadang juga tidak nyeri.
Prognosis pada kehamilaan menjadi buruk jika seorang wanita mengalami
kombinasi perdarahan dan nyeri. Untuk menentukan sumber perdarahan dan
memulai terapi, jika memang diperlukan evaluasi kehamilan dengan melakukan
pemeriksaan fisik, serum B-hcg,dan progesteron serta ultrasonografi (Varney,
2007).

e. Predisposisi
 Ibu hamil dengan usia <20 tahun dan >35 tahun merupakan usia
resiko untuk hamil.
 Ibu yang paritas >3 lebih banyak mengalami resiko abortus
imminens. Beresiko 6,9 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas
1-3.

f. Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2011), penatalaksanaan abortus imminens adalah :
1. Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan
rangsang mekanik kurang.
2. Pemeriksaan USG.
3. Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan
hasil dari pemeriksaan kehamilan baik.
4. Bila perlu diberi penenang phenobarbital 3 x 30 mg/ hari,dan
spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik per infus atau peroral.
5. Menganjurkan untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian.

11
BAB 3

KONSEP DASAR ASUHAN

1. Langkah I : PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama yang dipakai dalam menerapkan asuhan
kebidanan yang bertujuan untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien (Rismalinda, 2014).
1. Data Subyektif
Data yang berhubungan atau masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis (Rismalinda,
2014).
1. Identitas Klien dan suami menurut (Romauli,2011)
1. Nama
Untuk dapat mengenal atau memanggil nama ibu dan bapak untuk
mencegah kekeliruan bila ada nama yang sama.
2. Umur
Dalam waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
dan persalinan adalah 20-30 tahun.
3. Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita yang berkaitan
dengan ketentuan agama.
4. Suku bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi
perilaku kesehatan.
5. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi
sikap perilaku dan pengetahuan kesehatan seseorang.
6. Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat
kita sesuai.
7. Alamat

12
Untuk mengetahui ibu tinggal dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu
yang namanya bersamaan.
2. Keluhan utama
Adapun keluhan pada kasus abortus imminens adalah nyeri perut bagian
bawah, mulas-mulas, keluar darah sedikit-sedikit (Rukiyah, 2014).
3. Riwayat menstruasi
Data ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan dasar dari
organ reproduksi pasien. Beberapa data yang diperoleh dari riwayat
menstruasi adalah menarche, siklus menstruasi, volume darah yang
menunjukkan berapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan (Romauli,
2011).
4. Riwayat hamil ini
Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir, hari perkiran lahir, umur
kehamilan sekarang, jenis kehamilan, jenis persalinan yang lalu, komplikasi
persalinan dan keadaannya (Mufdillah, 2009). Jarak kehamilan yang terlalu
dekat dapat menjadi faktor terjadinya abortus imminens, Kehamilan >3
memiliki resiko abortus imminens.
5. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang
Pada ibu dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus dapat menjadi faktor
terjadinya abortus imminens.
2. Riwayat penyakit sistemik
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, atau kronisseperti : jantung, DM, asma, hipertensi
(Ambarwati dan Wulandari, 2009) Karena DM dapat menjadi faktor
terjadinya abortus imminens.
3. Riwayat penyakit keluarga
Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu
diketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit,
seperti jantung, diabetes mellitus, ginjal, hipertensi, dan hepatitis
(Romauli, 2011). Karena DM dapat menjadi faktor terjadinya abortus
imminens.

13
4. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui usia nikah pertama kali, status nikah syah atau tidak, lama
pernikahan, ini suami yang ke berapa (Sulistyawati, 2009).
5. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang dipakai dan berapa lama
memakai alat kontrasepsi dan apakah ada keluhan selama menggunakan
kontrasepsi (Ambarwati& Wulandari, 2009).
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Informasi essensial tentang kehamilan terdahulu mencakup bulan dan tahun
kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe persalinan, lama
persalinan, berat lahir, jenis kelamin, dan komplikasi lain, kesehatan fisik, dan
emosi terakhir harus diperhatikan (Romauli, 2011). Paritas >3, dan jarak
kehamilan yang terlalu dekat dapat menjadi resiko abortus imminens.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
(1) Nutrisi
Ini penting untuk diketahui supaya kita mendapatkan gambaran
bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya selama hamil. Kita bisa
menggali dari pasien tentang makanan yang disukai dan yang tidak
disukai (Romauli, 2011). Nutrisi yang kurang karena anemia atau
terlalu pendek jarak kehamilan dapat memicu terjadinya abortus
imminens.
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
meliputi frekuuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan
buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan
Wulandari, 2009).
(3) Istirahat
Untuk mengetahui kebiasaan ibu supaya diketahui hambatan ibu yang
mungkin muncul jika didapatkan data yang senjang tentang
pemenuhan kebutuhan istirahat (Romauli, 2011). Pada abortus
imminens dianjurkan istirahat atau tirah baring secara total.
(4) Hubungan seksual
Untuk menggali aktifitas seksual seperti frekuensi berhubungan dalam
seminggu dan gangguan/keluhan apa yang dirasakan (Romauli, 2011).

14
(5) Personal hygiene
Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun, kebersihan akan
mempengaruhikesehatan pasien dan janinnya (Romauli, 2011).
(6) Aktivitas
Mengkaji kebiasaan sehari-hari pasien karena data ini memberikan
gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang bisa dilakukan oleh
pasien dirumah (Romauli, 2011).
(7) Perokok dan pemakaian obat-obatan
Merokok, minum alkohol, dan minum obat-obatan tanpa indikasi perlu
untuk diketahui (Sulistyawati, 2009).
(8) Psikososial dan budaya
Adanya stres pada saat kehamilan menyebabkan perubahan respon
fisiologis, respon kognitif dan respon emosi yang dapat mengganggu
pikiran dan memicu terjadinya perdarahan serta abortus imminens.

2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data berasal dari hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lainnya
(Rismalinda, 2014).
1) Status Generalis
Untuk mengetahui keadaan baik yang normal maupun menunjukkan
kelainan, yaitu meliputi :

a) Keadaan umum
Pada kasus abortus imminens keadaan umum pasien adalah lemah
(Rukiyah, 2014).

b) Kesadaran
Pada kasus abortus imminens kesadaran pasien adalah composmentis
(Rukiyah, 2014).
c) Tekanan darah
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pucat,
berkeringat banyak, tekanan darah menurun (Saifuddin, 2002).
d) Nadi

15
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam waktu 1 menit, dalam
keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 60-80 x/menit (Romauli, 2011).
e) Respirasi
Untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan, normalnya 16-24x/menit
(Romauli, 2011).
f) Suhu
Suhu tubuh normal. Suhu tubuh yang normal 36-37,5oC (Romauli, 2011).
g) Berat badan
Untuk mengetahui penambahan berat badan ibu. Normalnya berat badan
tiap minggu adalah 0,5 kg dan penambahan berat badan selama hamil 6,5
sampai 16,5 kg (Romauli, 2011).
h) LILA
Pada bagian kiri: LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat
untuk status gizi ibu kurang/ buruk (Romauli, 2011).

2) Pemeriksaan sistematis
Pemeriksaan dengan melihat dari ujung kaki sampai ujung rambut (Romauli,
2011).

a) Kepala
(1) Wajah
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum lemah, wajah pucat,
berkeringat banyak, tekanan darah menurun (Saifuddin, 2002).
(2) Mata
Bentuk simetris, konjungtiva pucat. Sklera normal berwarna putih.
3) Pemeriksaan khusus Obstetri (Lokalis)
a) Abdomen
(1) Palpasi
a) Leopold I : Tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan.
b) Leopold II, III, dan IV tidak dilakukan.
(2) Auskultasi
DJJ mulai terdengar pada usia >16 minggu.

16
b) Anogenital
Vulva vagina pada abortus imminens tidak ada oedema dan varices pada
vagina. Pada kasus abortus imminens dilakukan pemeriksaan dalam yang
didapatkan hasil berupa ostium uteri eksternum (OUE) tertutup,
Gestasional Sac (GS) masih utuh sehingga tidak ada cairan amnion
ataupun jaringan yang keluar, fetus masih hidup (Nugroho, 2012).
4) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada abortus imminens dengan menggunakan
USG untuk mendeteksi adanya GS dan keadaan janin (Nugroho, 2012). Hasil
pemeriksaan USG pada abortus imminens adalah buah kehamilan masih utuh,
dan ada kehidupan janin (Rukiyah, 2014).

2. Langkah II : Interpretasi Data


Interpretasi data adalah langkah kedua yang dilakukan untuk mengidentifikasi
yang benar terhadap diagnosis/masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interpretasi yang benar atas dasar data subyektif dan obyektif.

Diagnosa Kebidanan
G...PAPIAH UK...minggu Letak/Presentasi,Tunggal,Hidup,Intrauterin KU ibu
dan janin lemah dengan Abortus Imminens

1. Data Obyektif
Pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan dignostik lain (Rismalinda,
2014). Menurut Rukiyah (2014), data obyektif yang didapatkan pada kasus
abortus imminens adalah :
a. Keadaan umum lemah
b. Kesadaran compos mentis
c. Tanda-tanda vital
d. TFU sesuai umur kehamilan
e. Pengelauran pervaginam berupa bercak darah
f. Pemeriksaaan USG buah kehamilan masih utuh dan ada kehidupan
janin

17
g. Pemeriksaan abdomen

3. Langkah III : Diagnosa Potensial


Dalam langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang telah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan,
bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi
(Rismalinda,2014). Pada kasus ibu hamil dengan abortus imminens diagnosa potensial
yang kemungkinan dapat terjadi pada ibu hamil adalah abortus inkomplit
(Rukiyah, 2014).

4. Langkah IV : Antisipasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainnya sesuai
dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan dan dievaluasi kemungkinan bisa terjadi
kegawatdaruratan dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu dan anak (Rismalinda, 2014).
Pada abortus imminens perlu tindakan segera yang dilakukan pada kasus abortus
imminens adalah bedrest total (istirahat) (Rukiyah, 2014). Serta melakukan kolaborasi
dengan dr. SpOG untuk pemberian sedative, tokolisis dan progesteron, preparat
hematimik (Maryunani, 2009).
5. Langkah V : Perencanaan
Pada langkah ini melakukan perencanaan menyeluruh yang merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi (Rismalinda, 2014).
Menurut Nugroho (2011), asuhan kebidanan yang dilakukan untuk abortus
imminens yaitu :

a. Istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan rangsang
mekanik berkurang.
b. Pemeriksaan USG.
c. Penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan hasil dari
pemeriksaan kehamilan baik.
d. Beri penenang phenobarbital 3x30 mg/hari, dan spasmolitika misalnya papaverin
atau tokolitik per infus atau peroral.

18
e. Anjurkan untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian.

6. Langkah VI : Penatalaksanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan aman. Pada saat
bidan berkolaborasi untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka bidan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh
tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dan asuhan klien (Rismalinda, 2014). Menurut Nugroho (2011),
pelaksanaan asuhan kebidanan yang
dilakukan untuk abortus imminens yaitu :

a. Membantu pasien istirahat ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat
dan rangsang mekanik berkurang.
b. Melakukan pemeriksaan USG.
c. Penderita pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti dengan hasil dari
pemeriksaan kehamilan baik.
d. Memberikan penenang phenobarbital 3x30 mg/hari, dan spasmolitika misalnya
papaverin atau tokolitik per infus atau peroral.
e. Menganjurkan untuk kontrol 2 mingu kemudian.

7. Langkah VII: Evaluasi


Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah
teridentifikasi didalam masalah dan diagnosis (Rismalinda, 2014).
Menurut Rukiyah (2014), hasil evaluasi atas pelaksanaan yang dilakukan yaitu
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. Halam kondisi ini, ditandai
dengan perdarahan yang terhenti, servik tertutup, uterus sesuai usia gestasi, tidak ada
kontraksi.

DATA PERKEMBANGAN
Menurut Rismalinda (2014), data perkembangan untuk asuhan kebidanan
menggunakan metode SOAP, yaitu :
S : Subyektif

19
Data yang berhubungan atau masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosa.
O : Obyektif
Pendokumentasian hasil observasi yang jujur, pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik
lain.
A : Assessment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi dari data subyektif dan data
obyektif.
P : Planing
Membuat rencana asuhan saat ini dan akan datang,untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau menjaga atau
mempertahankan kesejahteraannya.

20
BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan
Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan terjadi perdarahan
pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
didalam uterus (Maryunani, 2009).

Tanda dan Gejala


Menurut Maryunani (2009), tanda dan gejala abortus imminens antara lain :
 Perdarahan sedikit/ bercak
 Kadang disertai rasa mules/ kontraksi
 Periksa dalam belum ada pembukaan
 Palpasi : tinggu fundus uteri sesuai usia kehamilan
 Hasil tes kehamilan (+)/ positif.
 Diagnosis abortus imminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan
pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh
mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup, besarnya uterus masih sesuai umur kehamilan, dan tes
kehamilan urin masih positif (Prawirohardjo, 2009).

Prognosi
Kehamilan dipertimbangkan terancam sering kali terjadi perdarahan pervaginam
selama pertengahan pertama kehamilan. Abortus imminens dapat disertai dengan nyeri
punggung bagian bawah tetapi terkadang juga tidak nyeri. Prognosis pada kehamilaan
menjadi buruk jika seorang wanita mengalami kombinasi perdarahan dan nyeri. Untuk
menentukan sumber perdarahan dan memulai terapi, jika memang diperlukan evaluasi
kehamilan dengan melakukan pemeriksaan fisik, serum B-hcg,dan progesteron serta
ultrasonografi (Varney, 2007).

Penatalaksanaan
Menurut Nugroho (2011), penatalaksanaan abortus imminens adalah : Istirahat
ditempat tidur, agar aliran darah ke uterus meningkat dan rangsang mekanik kurang,
pemeriksaan USG, penderita bisa pulang setelah perdarahan pervaginam berhenti

21
dengan hasil dari pemeriksaan kehamilan baik, bila perlu diberi penenang
phenobarbital 3 x 30 mg/ hari,dan spasmolitika misalnya papaverin atau tokolitik per
infus atau peroral, menganjurkan untuk kontrol kembali 2 minggu kemudian.

Saran
Mengharapkan mahasiswa meningkatkan dan memperdalam ilmu pengetahuan
khususnya tentang ilmu kebidanan pada setiap ibu aborsi. Sehingga tidak sampai
melakukan tindakan aborsi karena tindakan tersebut melanggar hukum dalam negara
maupun agama.

22
DAFTAR PUSTAKA

Fitramaya. Manuaba, IAC (SpOG ). 2010. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta. : EGC.

Achadiat, Chrisdiono M, Sastrawinata,dkk.2005. Ilmu Kesehatan Reproduksi Obstetri


Patologi, Jakarta. :EGC

Ai Yeyeh, Rukiyah, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Trans Info Medika.

Winkjosastro,Hanifa 2007. Ilmu Kebidanan Edisi-4. Jakarta. : EGC

Fraser M. D. Myles Buku Ajar Bidan. 2009. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo .

Anik Maryunani. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:EGC.

HK. Joseph, S. Nugroho.2010. Catatan Kuliah Obstetri&Ginekologi. Yogyakarta. : Nuha


Medika

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. (2011). Buku ajar obstetric untuk mahasiswa kebidanan.Yogjakarta : Nuha
Medika.

Rismalinda. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta : Trans Info Media

Romauli, Suryati. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 (Konsep Dasar Asuhan Kehamilan).
Yogyakarta : Nuha Medika.

Mufdillah. 2009. Panduan Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Yogyakarta : Nuha. Medika.

Ambarwati, R,E., Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra. Cendika
Press.

Sulistyawati A.2009. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: Penerbit Andi;

Widyastuti, E. 2007. Hubungan pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi. Jakarta. : EGC

Departemen Kesehatan. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, Jakarta. : TIM

23
Benson, Ralph C&Martin L. Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri&Ginekologi. Edisi 9. Jakarta.
:EGC

Khumaira, M. 2012. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta. : Citra Pustaka

J.M. Kriebs, Gegor RL. 2010. Buku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta. : EGC

Marmi,dkk. 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta. : Citra Pustaka

Hamidah, S. M. (2013). Faktor Dominan yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus


Imminens. Jurnal Ilmu & Teknologi Ilmu Kesehatan, Jilid 1, No. 1, 29-33.

dharma, A. K. (2015). Laporan Kasus Abortus Imminens Juni 2015 Faktor Resiko,
Patogenesis, dan Penatalaksanaan. ISM, VOL. 3 No. 1 MEI-AGUSTUS hal 44-50, 49.

Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai