Anda di halaman 1dari 19

HUBUNGAN ANTARA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DENGAN

KEJADIAN HIPOTERMI

Ajeng Aryanningsih, Taufik Nurhadi

program studi profesi bidan poltekkes kemenkes Surabaya


dosen pembimbing universitas

ajengaryani16@gmail.com

Abstrak

Hipotermi dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan masalah yang lazim terjadi karena
kehidupan bayi yang baru lahir yang paling kritis adalah pada saat masa transisi dari intra uterine ke ekstra
uterine yang mengalami perubahan secara mendadak. Kejadian hipotermi dengan BBLR merupakan penyebab
8% morbiditas dan mortalitas perinatal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan
BBLR dengan kejadian hipotermi di Ruang NICU RSUD. Dr. Soegiri Lamongan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik crossectional dengan populasi semua bayi yang dirawat
di Ruang NICU RSUD. Dr. Soegiri Lamongan, besar sampel 59 bayi, teknik pengambilan sampel simple
random sampling yang diambil dari tanggal 01 Januari 2012-31 Desember 2012. Instrumen pengambilan data
dengan menggunakan lembar pengumpul data. Analisis data dengan menggunakan uji stastistik Rank Spearman
dengan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan dari 32 BBLR bahwa hampir setengah (43,80%) atau sejumlah 14 bayi
adalah hipotermi ringan dan 12 BBLASR bahwa hampir setengah(41,70%) atau 5 bayi yang mengalami
hipotermi .
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian hipotermi.
Saran dari penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi para nakes untuk meningkatkan pelayanannya.

Kata kunci :BBLR; hipotermi

Abstract
Hypothermia with premature infants is common problem because infants life’s most critical in
transition period from intra urine to ekstra urine who had a sudden event. The incidence of hypothermia with
premature infants are caused 8% morbidity and mortality perinatal in Indonesia. This research have aim to
analyze relation premature infants with hypothermia in NICU room RSUD.Dr. Soegiri Lamongan.

Reasearh type using crossectional analytic with population all infants in NICU room RSUD Dr. Soegiri
Lamongan, with 59 infants, sampling technique use simpel random sampling that take in date January 01, 2012
to December 31, 2012. Instrument retrieval data used wide data collector. Data analysis with statistic test Rank
Spearman with α = 0,05.
Reasearh result show that from 32 premature infants almost half (43,80%) or as much 14 infants are
light hypothermia and 12 premature infants almost half (41,70%) or 5 infants have hypothermia.
Conclusion in this research is have a relation between premature infants and hypothermia. Suggestion
for health workers are this research can be education in order to improve their service.

Keywords : premature infant; hypothermia

Pendahuluan

Permintaan masyarakat terhadap kualitas dan kuantitas pelayanana kesehatan semakin


meningkat. Hal ini dipengaruhi banyak faktor yang menyebabkan perubahan terhadap
masyarakat. Salah satu pelayanan kesehatan nakes bidan yang memerlukan perhatian khusus
yakni bayi baru lahir dengan risiko tinggi mengalami kejadian hipotermi. (Varney,2006).
Kehidupan bayi baru lahir pada masa paling kritis adalah masa transisi dari intra
uterine ke ekstra uterine yang mengalami perubhana secara mendadak. Hal ini perlu diketahui
oleh bidan dalam memberikan pertolongan kepada bayi dengan risiko tinggi terhadap
hipotermi dan komplikasi penyakit lainnya (Varney,2007).
Mekanisme pengaturan temperature pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna
oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka
bayi akan berisiko terkena hipotermi.Bayi dengan hipotermi sangat berisiko tinggi mengalami
kecacatan bahkan kematian, Hipotermi dapat terjadi pada bayi yang keadaan ubuhnya basah
atau tidak segera dikeringkan dan diselimui walaupun berada dlam lingkungan hangat
(Yunanto, 2008).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan parameter kesejahteraan suatu negara. Pada
saat ini Indonesia mencapai AKB tertinggi di Negara ASEAN. Salah satu penyebab
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir adalah hipotermi. Dalam upaya mewujudkan
tujuan MDGs Indonesia yang keempat, yaitu menurunkan angka kematian anak, maka slah
satu tolak ukurnya adalah menurunnya angka kematian dan morbiditas neonates. Sedangkan
dalam IMillenium Development Goals (MDGs) ke-4, Indonesia menargetkan pada tahun
2015 AKB menurun menjadi 23 bayi per 1000 kelahiran hidup (Depkes,2007).
Hasil studi pendahuluan di Ruang NICU RSUD Dr, Soegiri Lamongan pada tahun
2012 didapatkan 120 bayi mengalami hipoteermi, angka tersebut menujukkan penigkatan dua
kali lipat dibandingkan tahun 2011 yaitu sejumlah 72 kasus hipotermi. Sedangkan pada bulan
Januari sampai Februari pada tahun 2013 didapatkan 13 kasus hipotermi dengan 9 kasus
terjadi pada BBLR dan 4 kasus terjadi pada bayi normal. Hal ini menunjukkan bahwa risiko
bayi BBLR dua kali lebih besar mengalami hipotermi daripada bayi normal.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan hipotermi antara lain BBLR yang terjadi
karena lapisan lemak subkutan yang tipis, perbandingan luas permukaan tubuh lebih besar
daripada berat badan bayi, hal inilah yang menyebakan panas tubuh si bayi cepat hilang. Pada
cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung menurun. Panas tubuh bisa hilang melalui penguapan,
yang bisa terjadi jika seorang bayi baru lahir dibanjiri oleh air ketuban. Cadangan glikogen
dan broen fat sangat sedikit, tubuh dengan cepat menggunakan energi agar tetap hangat,
sehingga pada saat kedinginan bayi memerlukan banyak ksigen, karena itu hipotermi dapat
menyebabkan kekurangan ksigen dlam jaringan (Indarso,2005).
Di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka morbiditas dan
mortalitas BBLR masih menjadi penyebab utama akibat dari penurunan suhu suhu tubuh
dibawah 36,50c atau hipotermi (Imral,2007)
Akibat dari hiotermi antara lain adalah hipoglikemi, asidosis metabolic, karena
vasokonstriksi perifer dengan metabolism anaerob. Kebutuhan oksigen yang meningkat,
metabolism meningkat sehingga pertumbuhan terganggu, gangguan pembekuan sehingga
mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat, shock, apnea,
perdarahan intraventrikular(Indarso, 2005).
Definisi kelahiran BBLR dapat diartikan sebagai berat bayi yang lahir kurang dari
2500 gram. Sekitar 25 persen kasuskelahiran BBLR terjadi anpa disertai faktor risiko yang
diketahui. Berbagai macam faktor telah dihubungkan dengan BBLR. Keadaan ini dpat
dipengaruhib oleh usi ibu hamil yang terlalu tua (>34 th) atau terlalu muda (<17th), kondisi
ekonomi, keadaan patologis pada masa kehamilan, satatus nutriri, stress, perokok , pemakaian
obat-obatan, konsumsi alcohol dan status gizi. Faktor lainnya yang juga berpengaruh dalam
kelahiran BBLR yaitu jarak kelahiran, komplikasi-komplikasi sebelumya, perawatan sebelum
dan sesudah kelahiran, hipertensi, diabetes dari ibu,infeksi yang meluas, infeksi local dari
sistem urine dan genital serta ktidakmampuan serviks. BBLR biasanya disertai penyulitdan
masalah diantaranya hipotermi, sindrom gawat nafas, hipoglikemi, pendarahan intracranial,
sepsis neonatorum, ikterus nenonatorum dan keruskan integritas kulit (Pantiawati,2010).
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang meliputi balai pengobatan, rumah sakit, praktek dokter, bidan praktek, apotek,
lanoratorium dan sarana kesehatan lainnya (Wijono, 2010). Semakinlengkapa sarana yang
tersedia semakin baik pula proses pelaksanaan tugas bidan dimana kelengkapan sarana
merupakan menunjang pelayanan kesehatan dan pencegahan terbaik bahaya hipotermi.
Salah satu upaya preventif terhadap hipotermi yang disebabkan karena berat badan
lahir rendah adalah pengetahuan bidan yang memadai tentang hipotermi sehingga dapat
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pmberian asuhan kebidana yang benar
(Notoatmodjo,2003).
Selain itu pada saat memberikan pelayanan kesehatan bidan tidak cukup hanya
berbekal pengetahuan dan keterampilan belaka tetapi yang lebih penting adalah sikap, moral
dan etika yang lebih baik karena bidan memiliki kemampuan,pengalaman, ketermapilan dan
sikap yang professional akan mampu memeberikan pelayanan asuhan kebidana yang baik.
Hal ini diharapkan mampu menurunkan AKB terutama pada neonatus. Dalam rangka
menurunkan AKB maka perlu dilakukan penelitian terhadap nenonatus sebagai sasaran
peningkatan AKB. Hal inilah yang melatar belakangi penulis untuk mengadakan penelitaian
tentang “ Hubungan Antara Berat Bayi Lahir Rendah dengan kejadian Hipotermi”.
Pada latar belakang telah disampaikan bahwa penulis ingin menegetahui lebih lanjut
mengenai hubungan anatara BBLR dengan hipotermi. Maka dengan ini rumuasan masalah
yang diambil yakni “Adakah hubungan anatara Berat Bayi Lahir Rendah dengan kejadian
hipotermi di ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Sehingga tujuan penilitian ini yang didapat nantinya yaitu penulis dan pembaca
nantinya akan mengetahui hubungan anatara BBLR dengan kejadian hipotermi di ruang
NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Serta bagi penulis, penulis akan dapat mengidentifikasi
BBLR di ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan, mengidentifikasi kejadian hipotermi di
ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan, serta dapat menganalisis hubungan anatara BBLR
dengan kejadian hipotermi di ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
Dari penelitian ini juga dapat memberikan manfaat antara lain manfaat teoritis dan
praktis. Manfaat teoritis penelitian ini yakni, dapat menjadi pendukung di bidang ilmu
pedatrik khususnya mengenai perawatan neonatusdengan BBLR dengan hipotermi dan dapat
dijadikan penelitian lebih lanjut. Sedangkan manfaat praktisnya yakni, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan pelayanan kesehatan dan tindakan pada
bayi BBLR dengan hipotermi, agar dapat membantu penanganan bayi hipotermi secara
optimal untuk menurunkan AKB, serta dapat memberikan masukan pada rumah sakit dalam
menyusun protap pelayanan bayi BBLR dengan hipotermi.

Tinjauan Teoritis

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah
kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah
lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28
hari. (Wafi Nur Muslihatun, 2010).Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir
2500 gram sampai 4000 gram. Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal
adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak
ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
Ciri-ciri neonatus menurut Sarwono Prawiroharjo tahun 2002 :
Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180/menit yang kemudian turun sampai
140/menit – 120/menit pada waktu bayi berumur 30 menit; pernapasan cepat pada menit-
menit pertama (kira-kira 80/menit) disertai dengan pernapasan cuping hidung, retraksi
suprastenal dan intercostals, serta rintihan hanya berlangsung 10 sampai 15 menit; nilai apgar
7-10 (Lihat tabel Apgar Score); berat badan 2500 gram- 4000 gram; panjang badan lahir 48-
52 cm; lingkar kepala 33-35cm; lingkar dada 30-38 cm; lingkar lengan atas 11 cm; reflek isap
dan menelan sudah terbentuk dengan baik; reflek moro sudah baik, apabila dikagetkan akan
memperlihatkan gerakan memeluk; grasping reflek sudah baik, apabila diletakan suatu benda
di atas telapak tangan, bayi akan mengengam; labia mayora sudah menutupi labia minora
( pada perempuan);Testis sudah turun di scortum (pada laki-laki); baik urin, mekonium akan
keluar dalam 24 jam pertama.mekonium bewarna coklat kehijauan.
Menurut Depkes (2010; h.10), dalam setiap persalinan, penatalaksanaan bayi baru lahir
menganut beberapa prinsip yang penting diantaranya:
Jaga bayi tetap hangat; isap lendir dari mulut dan hidung (bila perlu); keringkan; pemantauan
tanda bahaya
Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira 2 menit setelah lahir;
lakukan inisiasi menyusui dini; beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusu dini; beri salep mata antibiotika pada kedua mata;
pemeriksaan fisik; beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamn K1.
Dalam asuhan bayi baru lahir lakukan juga hal-hal sebagai berikut :
Teruskan menjaga kehangatan bayi dengan kontak kulit ibu bayi selama 1 jam pertama;
anjurkan ibu untuk menyusui jika bayi sudah menunjkkan tanda ingin menyusu; jangan
memberikan dot atau makanan apapun sebelum diberi ASI. Juga tidak dianjurkan untuk
memberikan air, air gula, dan susu formula.
Lakukan pemantauan terhadap bayi yang diletakkan pada dada ibu setiap 15 menit setelah 1-2
jam pertama kehidupan, untuk hal-hal sebagai berikut :
Pernafasan : apakah merintih, terdapat retraksi dinding dada bawah/pernafasan cepat; jika
terdapat tanda kesulitan bernafas (merintih, retraksi dinding dada bawah atau nafas cepat)
maka segera lakukan rujukan; kehangatan : periksa apakah kaki teraba dingin; jika kaki terbaa
dingin, pastikan suhu ruangan hangat. Tempatkan atau lanjutkan bayi untuk kontak kulit ke
kulit dengan ibunya, serta selimuti ibu dan bayi dengan selimut yang hangat; periksa kembali
1 jam kemudian. Bila tetap dingin, lakukan pengukuran suhu tubuh kurnag dari 36,5 0C,
lakukan penatalaksanaan hipotermi; jika bayi lahir mati atau meninggal, lakukan berbagai
upaya yang bertujuan untuk memberi dukungan pada ibu dan keluarganya.(Depkes RI, 2008).
Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2006). Berat badan lahir rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(Sarifuddin, 2002). Bayi bobot lahir rendah (BBLR) adalah berat badannya kurang   dari 2500
gram (Kompas, 2008). BBLR adalah berat badan lahir antara 1500 – 2500 gram (Sarifuddin,
1998). Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah berat badan bayi
pada saat lahir kurang dari normal atau kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi. BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Prematur Murni: masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus bulan sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK) (Ridwanamiruddin, 2007)
Dismatur: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat seharusnya untuknya masa gestasi
itu. Berarti bayi mengalami reterdasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMK) (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002).
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah
umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan
kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
Faktor ibu : Penyakit (malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain). Komplikasi
pada kehamilan (Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum,
pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm).Usia ibu dan paritas (angka kejadian
BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan usia > 35 tahun).
Faktor kebiasaan ibu (faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkotika).Faktor janin (prematur, hidramnion, kehamilan
kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom). Faktor lingkungan (faktor lingkungan yang
dapat berpengaruh diantaranya tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosial ekonomi).
Komplikasi penyakit pada BBLR yakni, Hipotermia, hipoglikemia, gangguan cairan dan
elektrolit, hiperbilirubin, sindrom gawat nafas, infeksi, perdarahan intraventrikuler, Apnea of
prematurity (Isran, 2007). Karakteristik klinis BBLR yakni, Berat badan kurang dari 2500
gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar kepala kurang dari 35 cm; masa
gestasi kurang dari 37 minggu; kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat, dan licin; kepala
lebih besar daripada badan; rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan
lengan; lemak subkutan kurang; tulang rawan dan daun telinga belum cukup matur; ubun-
ubun dan sutura lebar; rambut tipis, halus, dan teranyam sehingga sulit terlihat; satu persatu;
puting susu belum terbentuk dengan baik; pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic
usus dapat terlihat; genetalian belum sempurna, labia maniro belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki); otot masih hipotonik, sehingga
kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap kesatu
jurusan; tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat serangan apneu, banyak
tidur; kalau bayi lapar biasanya menangis, gelisah, aktifitas bertambah; refleksi mengisap dan
menekan belum sempurna. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002 dan Ilyas, 2003).
Bayi dengan BBLR yang perlu diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan, dan siap sediaan tabung oksigen. Pada bayi prematur makin pendek masa
kehamilan makin sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan makin tinggi angka
kematian perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi, cacat
bawaan dan trauma pada otak. Penatalaksanaan umum pada BBLR yaitu:
Membersihkan jalan nafas, memotong tali pusat dan perawatan tali pusat, membersihkan
badan bayi dengan kapas dan baby oil/minyak, membungkus bayi dengan kain hangat,
pengkajian keadaan kesehatan pada bayi berat badan lahir rendah, pengaturan suhu
lingkungan dengan bayi dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur yaitu : Berat
badan di bawah 2 kg 35oC, Berat badan 2 kg sampai 2,5 34 oC. Suhu inkubator diturunkan
1 oC setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 25-
27 oC. Pemberian nutrisi yang adekuat. Apabila daya isap belum baik maka bayi dicoba untuk
menetek sedikit demi sedikit. Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI dengan
memakai sendok atau pipet. Apabila bayi belum ada refleks isap dan menelan harus dipasang
selang penduga lambung / sonde fooding. Mencegah infeksi dengan memperhatikan prinsip-
prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi. Penimbangan
ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh karena itu penimbangan ketat berat badan dilakukan dengan
ketat (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002 dan Ilyas, 2003). Pelaksanaan khusus
pada BBLR dibagi 2 yaitu:
a.       Untuk berat lahir kurang dari 1500 gr :
Keringkan secepatnya dengan kain hangat. Kain yang basah sebaiknya diganti dengan kain
yang kering dan hangat.Pertahankan tetap hangat.. Berikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit dan bungkus dengan kain hangat. Berikan lampu 60 watt dengan jarak
minimal 60 cm dari bayi. Kepala bayi ditutup dengan topi. Berikan oksigen. Tali pusat dalam
keadaan bersih. Tetesi ASI bila dapat menelan. Bila tidak dapat menelan langsung di rujuk ke
RS.
b.      Untuk berat lahir 1500 – 2500 gr :
Keringkan secepatnya dengan kain hangat. Kain yang basah sebaiknya diganti dengan kain
yang kering dan hangat.Pertahankan tetap hangat. Berikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit dan bungkus dengan kain hangat. Berikan lampu 60 watt dengan jarak
minimal 60 cm dari bayi. Kepala bayi ditutup dengan topi. Berikan oksigen. Tali pusat dalam
keadaan bersih. Beri ASI. Bila tidak dapat mengisap tapi bisa menelan tetesi langsung dari
puting. Bila tidak dapat menelan langsung dirujuk di RS.
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 36,5 °C Suhu normal bayi, baru lahir
berkisar 36,5°C ± 37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36°C atau
kedua kaki, dan tangan teraba dingin. Bila tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermi sedang (Suhu 32°C-36°C) suhu aksila. Disebut hipotermia berat bila
suhu tubuh < 32°C. Hipotermia menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya metoblis anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen,
mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian (Saifudin, 2009). Gejala
hipotermia baru lahir yakni, Bayi tidak mau minum/mentee. Bayi tampak lesu dan
mengantuk. Tubuh bayi teraba dingin. Dalam keadan berat , denyut jantung bayi, menurun
dan kulit tubuh bayi mengeras (sklerema). Tanda-tanda hipotermia sedang yakni,
Aktifitas berkurang, letargis. Tangisan lemah. Kulit berwarna tidak rata (cutisma lviorata).
Kemampuan menghisap lemah. Kaki teraba dingin. Hipotermi berlanjut akan timbul cidera
dingin. Tanda-tanda hipotermia stadium lanjut yakni, Muka ujung kaki dan tangan berwarna
merah terang. Bagian tubuh lainnya pucat. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama
pada punggung, kaki dan tangan (sklerema) (Saifudin, 2009). Faktor pencetus hipotermi pada
bayi yakni, Faktor lingkungan, syok, infeksi , gangguan endokrin  metabolic, kurang gizi ,
energi protein( KKP), obat- obatan aneka cuaca (DepKes RI, 2010). Prinsip dasar mencegah
bayi hipotermi yakni, Mengeringkan  bayi baru lahir segera setelah lahir. Bayi lahir dengan
tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela /pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh.  merupakan
gejala awal hipotermi untuk mencegah terjadinya serangan dingin  setiap bayi lahir harus
segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut
dihangatkan terlebih dahulu). Setelah tubuh bayi kering segera dibungkusde ngan  selimut,
diberi topi / tutup kepala,ka us tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup
diatas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan bayi.
Menunda memandikan bayi  bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi stabil. Untuk mencegah
terjadinya serangan dingin,ibu / keluarga dan penolong persalinan harus menunda
memandikan bayi. Pada bayi baru lahir sehat yaitu lahir cukup bulan,berat > 2.500gr
melangsung menangis kuat, maka memandikan bayi, ditunda selama 24jam setelah kelahiran.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan
atau mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah tersebut, yang dilakukan
secara hati-hati sehingga memperoleh pemecahan (Notoadmodjo,2005). Rancangan atau
desain dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting, yang memungkinkan
pemaksimalan control beberapa faktor yang kemungkinana mempengaruhi hasil peneliian
(Nursalam,2008). Penelitian yang digunakan menggunakan analitik korelasi, analitik korelasi
merupakan untuk mengkaji hubungan variable penelitian mencari, menjelaskan,
memperkirakan, menguji, berdasarkan teori (Notoadmodjo, 2005). Pada penelitian kali ini
dlam hal menemukan hubungan antara BBLr dengan kejadian hipotermi menggunakan teknik
cross sectional merupakan penelitian dimana variabeltermasuk faktor risiko danvariabel yang
termasuk efek diobservasipada waktu yang sama (Notoadmodjo, 2005). Rancangan penelitian
mencerminkan langkah teknis dan operasional (Hidayat, 2007).
S
d
D
B
R
y
b
u
Im
B
RtN
w
ia
g
e
ro
L
U
Y
n
C
A
L
S
Gambar diatas merupakan rancangan penulis untuk melakukan penelitiannya. Kerangka kerja
yang dilakukan penulis dimulai dari memilih populasi. Populasi yang diambil yakni bayi baru
lahir yang mengalami BBLR di ruang NICU RSUD DR Soegiri Lamongan pada bulan
Januari-Desember 2012 bersebanyak 349 koresponden. Setelah itu Penulis mengambil sampel
dengan metode simple random sampling. Sampel yang diambil yakni sebagian bayi bar lahir
yang mengalami BBLR di ruang NICU RSUD Dr Soegiri Lamongan. Pengumpulan data
menggunakan lembar pengumpul data. Lalu diperoleh variabel dependent (kejadian
hipotermi) dan variabel independent (BBLR). Setelah diperoleh kedua variabel baru data bisa
diolah melalui tahap editing,coding, dan tabulating. Lalu setelah data melalui itu semua
barulah data dianalisa dengan menggunakan uji Rank Spearman. Setelah itu data penelitian
dapat disajikan dan dapat ditarik kesimpulan.
Penelitian diambil mulai Maret-Juni 2013 adalah pengambilan data diambil pada
bulan Mei 2013. Dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel finith. Karena
sampel cukup banyak, maka digunakan besar sampel untuk populasi infinit melalui konversi
terlebih dulu menggunakan rumus. Setelah menggunakan semua rumus diperoleh 59
koresponden. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random
sampling.Penelitian dengan jenis ini merupakan jenis probability yang paling sederhana.
Sebelumnya peneliti membuat daftar populasi dari kunjungan pada bulan tersebut,
menghitung besar sampel, membuat nomor undian berdasarkan daftar populasi, dan
mengambil undian sejumlahbesar sampel yang akan diteliti.
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yakni,
variabel independent dan variabel dependent. Variabel independent sering juga disebut
variabel stimulus, input, predictor dan ecedent. Variabel independent (variabel bebas) adalah
variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependent (variabel
terikat).Dalam penenlitian ini variabel independent yang digunakan adalah BBLR.
Selanjutnya adalah variabel dependent, variabel ini sering disebut respon, output, criteria,
konsekuen. Variabel dependent (variabel terikat) adlah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
kejadian hipotermi pada BBLR.
Definisi operasional adalah mendefinisikan variael secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, memungkinkan penelti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena(Hidayat,2007). Variabel
independent BBLR definisi opersionalnya yaitu berat badan bayi baru lahir yang kurang dari
2500gram. Indikatornya yaitu, berat badan bayi baru lahir rendah dalam satuan gram. Alat
ukur dengan menggunakan lembar pengumpul data. Terdapat skor pada masing-masing
tingkatan berat badan. Skor 1 untuk BBLR dengan rentang berat 1500-2500 gram. Skor 2
untuk BBLSR dengan rentang berat badan 1000-1500 gram. Skor 3 untuk BBLSAR dengan
rentang berat badan kurnag dari 1000 gram. Variabel dependent hipotermi dengan definisi
operasionalnya suhu tubuh BBLR yang tercata dlam rekam medik bayi selama dirawat di
ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Indikator yang digunakan adlah suhu tubuh bayi
dakam satuan 0C. Alat ukur yang digunakan adalah lembar pengumpul data. Terdapat skor
ditiap tingkatan hipotermi. Skor 1 bila bayi tidak mengalami hipotermi.Skor 2 bila bayi
mengalami hipotermi ringan. Skor 3 bila bayi mengalami hipotermi sedang. Skor 4 bila bayi
mengalami hipotermi berat.
Pengumpulan data adalah sutu proses pendekatan kepala subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dlam suatu penelitian (Nursalam,2008).
Metode pengumpul data yang dilakukan pada variabel independent adalah lebar pengumpul
data. Lembar pengumpul data adalah daftar yang berisi subyek dan beberapa gejala atau
identitas lainnya dari sasaran pengamatan (Notoadmodjo,2005). Pada saat melakukan
penelitian ini peneliti telah mengikuti proses pendidikan dna mendapat izin dari pihak terkait
yaitu ketua jurusan kebidanan poltekkes kemenkes Surabaya dan direktur RSUD Dr. Soegiri
Lamongan. Setelah mendapat izin resmi, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
pencatatan pasien dengan BBLR mulai Januari-Desember 2012 di rekam medik bayi.
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan lebar pengumpul data
baik pada BBLR maupun kejadian hipotermi. Sedangkan sumber datanya adalah data
sekunder melalui rekam medik bayi mulai bulan Januari-Desember 2012. Setelah itu sumber
data dipindah ke lembar pengumpul data. Setelah data dikumpulkan barulah data diolah dan
dianalisis dengan menggunakan tahap editing,coding, dan tabulating. Pada proses editing,
penulis mengecek kelengkapan data dengan memeriksa data di lembar pada pengumpul data.
Coding yang digunakan penulis terdapat dalam skoring kondisi BBLR mulai dari skor 1 yang
menunjukkan BBLR. BBLSR ditunjukkan dengan skor 2. BBLSAR ditunjukkan dengan skor
3. Sednagkan kejadian hipotermi, pada bayi tidak mengalami hipotermi diberi skor 1,
hipotermi ringan diberi skor 2, hipotermi sedang diberi skor 3, dan hipotermi berat diberi skor
4. Semakin tinggi skor maka semakin tinggi pula tingkat kesakitan bayi. Berikutnya adlah
tabulating proses ini digunakan untuk memeberi skor dari data yang telah terkumpul,
kemudian dikelompokkan berdasarkan itemnya dan ditabulasi ke dalam frekuensi. Untuk
mengetahui hubungan BBLR dengan kejadian hipotermi maka dilakukan analisis dengan
menggunakan uji Rank Spearmen correlation.
Dalam meneliti, peneliti harus menggunakan etika selama melaksanakan penelitian.
Pertama, peneliti harus menyampaikan maksud dan tujuan serta dampak selama penelitian
dilakukan jika responden bersedia, hal tersebut dapat dilakukan dengan menandatangani
lembar persetujuan menjadi responden. Seandainya subjek tidak mau, maka peneliti tidak
boleh memaksa dan harus menghormati hak responden. Kedua, Peneliti juga harus bisa
menjaga privasi koresponden maka dalam menuliskan laporan peneliti tidak perlu
mengungkaokan identitas koresponden. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memiliki
batas dalam meneliti. Sampel yang digunakan hanya sebatas bayi yang dirawat di ruang
NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan sehingga hasilnya kurang representative sebagai
generalisasi secara keseluruhan di Lamongan. Alat ukur yang digunakan dirancang sendiri
oleh peneliti berdadarkan teori sehingga validitas dan reabilitasnya masih perlu diuji.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian membahas gambaran umum lokasi penelitian, data umum yang
menerangkan umur ibu, paritas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, masa gestasi. Sedangkan data
khusus mengenai BBLR dan kejadian hipotermi.
Gambaran umum lokasi penelitian. Lokasi penelitian berada di RSUD Dr. Soegiri
Lamongan yang bertipe B non pendidikan yang bertugas untuk melaksanakan upaya
penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. RSUD Dr. Soegiri memiliki berbagai fungsi, seperti : pelayanan medis,
pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan
rujukan, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, pelaksanaan pengembangan dan penelitian,
dan pengelolaan administrasi keuangan. RSUD Dr. Soegiri Lamongan teletak di jalan
Kusuma Bangsa No. 07 Lamongan, dengan lahan ±4 hektar. Penelitian ini dilakukan di Rawat
Inap NICU. Pada fasilitan penelitian terdiri dari ruang isolasi dan riang perawatan bayi, ruang
laktasi dan musholla, dan memilki 23 couve untuk bayi normal dan 5 inkubator bayi berisiko
tinggi.
Data umum menunjukkan umur ibu, paritas, pendidikan, pekerjaan, masa gestasi.
Berikut tabelnya.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu yang memiliki bayi BBLR di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri
Lamongan Tahun 2013.

Umur ibu Frekuensi Presentase (%)


<20 tahun 24 40.70
21-35 tahun 20 33.90
>35 tahun 15 25.40
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.1 Menunujukkan hampir setengah (40.70%) atau sejumlah 24 responden berusia <20 tahun.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi RespondenBerdasarkan Paritas Ibu di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan
Tahun 2013.
Paritas Frekuensi Presentase
Primipara 19 32.20
Multipara 40 67.80
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.2 Menunjukkan sebagia besar (67.80%) atau sejumlah 40 responden merupakan multipara

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri
Lamongan.
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
Pendidikan Dasar 30 50.80
Menengah 18 30.50
Perguruan Tinggi 11 18.60
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa setengahnya (50.80%) atau sejumlah 30 responden pendidikan terakhir adalah
pendidikan dasar.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di ruang NICU RSUD Dr. Soegiri
Lamongan Tahun 2013.
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Tidak Bekerja 33 55.90
Bekerja 26 44.10
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa sebagian besar(55.90%) atau sejumlah 33 responden tidak bekerja.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Gestasi di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri
Lamongan Tahun 2013.
Masa Gestasi Frekuensi Presentase
<36 minggu 42 71.20
37-42 minggu 17 28.80
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.5 Menunjukkan bahwa sebagian besar (71.20%) atau sejumlah 42 responden memmiliki masa Gestasi

<36 minggu.

Data khusus menunjukan berat badan lahir dan kejadian hipotermi. Hubungan BBLR
dengan kejadian hipotermi dapat dihitung dengan menggunkan rumus pada uji spearman
Rank. Serta bantuan program SPSS 16.0 pada windows.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Bayi Berat Lahir Rendah Berdasarkan Kualifikasi di Ruang NICU RSUD Dr.
Soegiri Lamongan Tahun 2013.
Berat Badan Lahir Frekuensi Presentase (%)
BBLR 32 54.20
BBLSR 12 25.40
BBLSAR 15 20.30
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.6 Menunjukkan bahwa sebagian besar (54.20%) atau sejumlah 32 responden termasuk BBLR

Tabel 4.7 Distribusi suhu badan bayidi Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan Tahun 2013
Suhu badan bayi Frekuensi Presentase (%)
Tidak hipotermi 15 25.40
Hipotermi ringan 23 39.00
Hipotermi sedang 10 16.90
Hipotermi berat 11 18.60
Jumlah 59 100.00

Tabel 4.7 Menunjukkan bahwa sebagian besar (39.00%) atau sejumlah 23 responden hipotermi ringan.

Pembahasan

Hasil penenlitian pada tabel 4.6 menunujukkan sebagian besar atau sebnayak 32
koresponden adalah BBLR dan sebagian kecil atau 12 koresponden mengalami BBLASR.
Dari hasil penelitian dapat diketahui faktor-faktor yang mempengarhi bayi dengan kejadian
BBLR, yakni terdiridari faktor janin (kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat
bawaan, infeksi TORCH, insufisiensi plasenta,inkompanilitas ABO rhesus), faktor plasenta
(plasenta previa, solusio plasenta), faktor ibu (komplikasi dan penyakt dalam kehamilan sperti
anemia, pendarahan antepartum, hipertensi, PEB, eklamsia, jantung, TBC), menderita malaria
dan infeksi menular sesual, kelainan bentuk uterus, tumor, usia ibu <20 tahun atau lebih dari
35 tahun, multigravida, keadaan sosial ekonomi rendah, dan sebab lain (ibu perokok,ibu
peminum alcohol, ibu pecandu narkotik, penggunaan obat anti metabolik). Faktor lingkungan
(bertempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, terpapa zat beracun). BBLR merupakan
satu-satunya faktor yang signifikan berkorelasi dengan hipotermi, hal tersebut perlu
diperhatikan keberadaannya karena kehilangan panas terlalu cepat akan menganggu proses
metabolisme bayi. Sehingga perlu dijaga suhunya sektar 30-370C karena masih belum dapat
membentuk antibodi dan fagositosisi sehingga reaksi peradanan masih belum baik
dikarenakan kondisi luasnya daerah permukaan tubuh bayi.
Pada tabel 4.1 didapatkan hampir setengahnya ibu berumur <20 tahun yaitu sebanyak
24 responden dan sebagian kecil berumur >35 tahun yaitu sebanyak 15 responden. Ibu dengan
usia <20 tahun tingkat kematangan organnya masih belum sempurna sebaliknya pada ibu
dengan usia >35 tahun dan multigravida organ reproduksinya sudah mulai menurun
fungsinya. Jadi, baik ibu yang melahirkan diusia kurang dari 20 tahun atau ibu yang
melahirkan diusia lebih dari 35 tahun atau keadaan multigravida maka sama- sama berisiko
mendapati bayinya mengalami kejadian BBLR. Umur ibu yang semakin matang juga dapat
memengaruhi kedawasaan dan kepahaman dalam menerima informasi bidan dalam
menyampaikan asuhan.
Pada tabel 4.3 didapati ibu berpendidikan pendidikan dasar adalah setenganya dengan
30 koresponden, dan ibu yang berpendidikan PT hanya sebagian kecil yaitu 11 koresponden.
Dari sini dapat kita ketahui bahawa semakin tinggi pendidikan ibu semakin realistis pula pola
pikir ibu dlam menangani bayinya. Seebaliknya, ibu dengan pendidikan rendah akan memiliki
pola pikir yang sederhana dan kurang dapat memahami asuhan yang diberikan bidan untuk
bayinya sehingga, mereka berpikiran penangan BBLR rumit.
Pada tabel 4.5 didapati bahwa sebagian besar bayi yang lahir adalah premature dengan
42 responden. Tingginya angka kejadian prematur kemungkinan disebabkan adanya penyakit
dan komplikasi yang menyertai kehamilan ibu seperti hipertensi, preeklamsi, eklamsi dan
penyakit jantung sehingga menyebabkan ibu memaksakan kelahirannya walaupun belum
cukup masa gestasinya. Hal ini yang menyebabkan bayi lahir belum cukup bulan mengalami
komplkasi dan penyulit karena belum maturnya organ yang dimiliki.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.7 menunjukkan distribusi frekuensi terjadi
hipotermi pada BBLR, didapati setengahnya bayi mengalami hipotermi ringan dan sebagian
kecil tidak mengalami hipotermi. Dalam hal ini jika bayi mengalami kejadian hipotermi
setelah lahir penolong dapat langsung mengeringkan tubuhnya dengan handuk kering dan
bersih kemudian ganti handuk yang basah kecuali bagian tangan dan punggung agar bayi
masih punya cadangan lemak untuk mencegah bayi mengalami hipotermi dan untuk
mengjindari serangan hipotermi secara mendadak, dialarang untuk memandikan bayi setelah
lahir tunggu hingga bayi mengalami masa transisi antara 6-24 jam pertama setelah lahir, serta
pemberian ASI ibu secara cukup dengan cara pemberian sedikit, namun sering agar kalori
bayi tercukupi dan merangsang reflek bayi dengan mendekap bayi diatas perut ibu, sehingga
kulit bayi menempel dengan kulit ibu dan juga dapat menguranhgi hipotermi pada bayi serta
pengetahuan yang memadai tentang tata cara menghindari dan mencegah hipoterni dari
pertugas kesehatan agar tidak sampai terjadi hipotermi pada bayi baru lahir, penolong juga
harus mempersiapkan tempat persalinan yang hangat, kering dan bersih agar tidak terjadi
hipotermi. Penolong dapat dengan segera memasukkan bayi dalam incubator supaya bayi
tidak sampai terserang hipotermi, seta kondisi lingkungan yang baik dimungkinkan kejadian
hipotermi pada bayi baru lahir dapat dihindarkan serta perlu dilakukan penanganan secara
cepat agar sedikit menimbulkan kejadian hipotermi.
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus pada uji correlation coefficient
spearman, didapati adanya hubungan antara bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi di
Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya sendiri. Oleh karena itu, bayi dapat mengalami stress akibat perubahan suhu
lingkungan dan dapat mengalami hipotermi karena suhu tubuhnya dibawah 36,50C. Hipotermi
merupakan maslah potensial yang terjadi pada BBLR, karena terkait kebutuhan energi yang
meningkat, kehilangan panas yang begitu cepat akibt luasnya permukaan tubuh bayi.
Hipotermi dua kali berisiko menyebabkan kematian pada BBLR karena imunitas yang rendah.
Gejala BBLR yang lainnya adalah bayi tidak mau minum atau menetek, bayi tampak lesu dan
mengantuk, suhu tubuh bayi dingin, terdapat pengerasan pada kulit bayi. Pusat pengaturan
panas di otak bayi baru lahir mampu mendorong produksi panas sebagai bentuk reaksi
terhadap rangsangan yang diterima oleh termoreseptor, tetapi sangat bergantung pada
kegiatan metabolism yang meningkat yang akan mengurangi kemamapuan bayi umtuk
mengendalikan suhu tubuh terutama dlam lingkungan yang tidak mendukung. Keadaan ini
sangat berbahaya bagi neonatus terlebih untuk bayi prematur dan BBLR karena tidak
sanggup mengimbangi penurunan suhu dengan produksi panas yang dibuat sendiri. Tidak
matangnya organ pencernaan menyebabkan risiko gangguan pencernaan yang menyebabkan
ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi pada bayi tersebuti tersebut, sehingga bayi tersebut
berusaha mengambilenenrgi yang tersimpan. Faktor kesulitan menyusu menyebabkan bayi
kekurangan nutrisi, sehingga kehilangan banyak energy dan dapat menyebabkan terjadinya
hipoglikemi, gangguan pembekuan darah pulmonal, dan apnea. Jika hal ini tidak segera
ditanggapi maka akan menyebabkan perdarahan intraventrikuler.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan “Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah dengan
Kejadian hipotermi di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan” dapat diberikan
kesimpulan, yakni:
Bayi yang dirawat di Ruang NICU RSUD Dr. Soegiri Lamongan sebagian besar adalah bayi
dengan status medik BBLR. Kejadian BBLR pada bayi baru lahir setengahnya menglami
hipotermi ringan. Terdapat hubungan antara BBLR dengan kejadian hipotermi yang telah
diuji dengan rumus uji Rank Spearman Correlation.

Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dan penulisan data hasil penelitian berikut
pembahasannya terdapat saran yang dapat disampaikan sebagai media penyempurnaan
penelitian berikutnya. Saran secara teoritis (IPTEK), diharapakan institusi pendidikan
memperbanyak referensi mengenai hipotermi dan dapat dijadikan bahan penelitian lebih
lanjut. Saran secara praktis bagi tenaga kesehatan khususnya bagi bidan, diharapkan mampu
meningkatkan pelayanan kesehatan dlam hal deteksi dini, antisipasi itu dpat dilakukan dengan
cara analisis riwayat kehamilan dan persalinan baik sekarang maupun yang lalu memantau
selama proses kelahiran dengan demikian dapat diketahui kemungkinan adanya masalah
seperti BBLR atau kejadian hipotermi dapat dicegah. Saran secara praktis bagi institusi,
hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan bagi mahasiswa kebidanan
sutomo guna menambah wawasan mengenai BBLR dan kejadian hipotermi. Saran secara
praktis bagi peneliti berikutnya, diharap dilakukan penelitian selanjjtnya mengenai faktor-
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipotermi. Mengingat dlam penelitian ini ada
beberapa bayi BBLR yang tidak mengalami hipotermi.

Daftar Referensi

Aminullah, 2008. Pendidikan Kedokteran Berkelamnjutan Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FK


UI.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta :
Rineka Cipta.
Deslidel, dkk. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Haws, Paulette. 2008. Asuhan Neonatus Rujukan Cepat. Jakarta : Buku Penerbit Kedoktran
EGC.
Hidayat, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Anlisis Data Edisi Pertama.
Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Imral, Chair. 2007. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15 Jakarta :EGC.
Indarso. 2005. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan
Anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Kosim, Soleh dkk. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Ajar Neonatologi.
Manuba, Ida Bagus Gede. 2002. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Margono.2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Maria, 2005. Buku Ajar Keperawatan Neonatus. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Neonatal. Jakarta : Trans Info Media.
Marzuki. 2001. Metodologi Riset. Yogyakarta : BPFE UII.
Monica, Ester. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Peneran Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Thesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta : Nuha
Medika.
Proverawati, Atikah dan Cahyo Ismawati. 2010. BBLR Berat Badan Lahir Rendah.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Saifuddin, AB. 2002. Buku AcuanNasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifudin, Abdul Bari. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.
Sarwono, Prawiroardjo. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Sukman, T. Putra. 2008. Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta :
Yayasan Esensia Medika (YEM).
Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar asuhan Kebidanan. Vol.2. Jakarta : EGC.
Viknjosastro, hanifah (ed). 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai