Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan
yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan
bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat
dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut
masalah kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (Hidayat, 2008).
Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan
anak karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Tingginya angka
kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor penyakit, infeksi dan
kekurangan gizi. Beberapa penyakit yang sampai saat ini masih menjadi penyebab utama
kematian terbesar bagi bayi diantaranya penyakit diare, tetanus, gangguan perinatal, dan
radang saluran napas bagian bawah (Hidayat,2008).
Untuk periode lima tahun sebelum survei angka kematian bayi hasil SDKI 2012
adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan kematian balita adalah 40 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI tahun 2007 lebih dari tiga perempat dari
semua kematian balita terjadi dalam tahun pertama kehidupan anak dan mayoritas kematian
bayi terjadi dalam periode neonatus (SDKI,2012). Penyebab kematian bayi dan balita adalah
gangguan pernafasan, premature, Berat Badan Lahir Rendah(BBLR), ikterus, diare,
meningitis, malnutrisi (Dinkes, 2011)
Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker
hati. Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar
melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi
dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual,
penggunaan berulang jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya (William
Sievert, 2010).
Mengingat kasus hepatitis B pada bayi baru lahir dapat menimbulkan kerusakan pada
hati dan dapat diikuti dengan kanker hati di kemudian hari. Bayi dengan keadaan ini
mempunyai resiko terhadap kematian atau jika dapat bertahan hidup dapat akan mengalami
kerusakan pada beberapa organ tubuhnya. Oleh sebab itu, penulis tertarik mengambil kasus
“Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi Pada Bayi Ny. E dengan Hepatitis B” dengan
menggunakan manajemen kebidanan.

1.1 Rumusan Masalah


Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi Ny. E dengan
hepatitis B?

1.2 Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
hepatitis B secara komprehensif .
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun objektif pada bayi
baru lahir dengan hepatitis B.
2) Menginterpretasikan data dan merumuskan diagnosis, masalah, kebutuhan
pada bayi baru lahir Ny. E dengan hepatitis B.
3) Melakukan perencanaan pada bayi baru lahir Ny. E dengan hepatitis B.
4) Melakukan implementasi yang sesuai dengan perencanaan asuhan pada bayi
baru lahir Ny. E dengan hepatitis B.
5) Melakukan evaluasi pada pelaksanaan evaluasi kebidanan pada bayi baru lahir
Ny. E dengan hepatitis B.
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan
pada bayi baru lahir Ny. E dengan hepatitis B.

1.1 Manfaat Studi Kasus

Penulis dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman nyata


untuk menangani bayi baru lahir dengan hepatitis B.
BAB II

KONSEP PENYAKIT

2.1 Pengertian Hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B" (VHB),
suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui
darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya
selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan
berulang jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya. (William Sievert, 2010)

2.2 Etiologi (Penyebab)

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama kali ditemukan
oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal dengan nama antigen Australia. Virus ini
termasuk DNA virus. Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB (Virus Hepatitis B) yang
terbungkus serta mengandung genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini
merusak fungsi liver dan terus berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat fungsi
serangan ini sistem kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil
maka virus dapat terbasmi habis, tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan menyebabkan
Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa virus seumur hidupnya).
Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan.

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yand disebut “Partikel
Dane”. Lapisan luar terdiri atas antigen HbsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada
inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen
(HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HbsAg) terdiri atas lipo
protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4 subtipe
yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemologis penting, karena menyebabkan
perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa
inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari. (Misnadiarly, 2007)

2.3 Patofisiologi Penyakit Hepatitis B

Virus Hepatitis B adalah suatu virus DNA dengan struktur genom yang sangat
kompleks (Isselbacher, 2000). Virus Hepatitis B berupa virus DNA sirkoler berantai ganda,
termasuk family Hepadnaviradae, yang mempunyai tiga jenis antigen. Ketiga jenis antigen
tersebut yaitu Antigen Surface Hepatitis (HbsAg) yang terdapat mantel (envelope virus),
antigen ”cor’’ Hepatitis B (HbcAg) dan antigen ’’e’’ Hepatitis B (HbeAg) yang terdapat pada
nucleocapsid virus. Ketiga jenis antigen ini dapat merangsang timbulnya antibodi spesifik
masing – masing yang disebut anti HBs, anti HBc dan anti HBe (Sulaiman, 1995).

Bagian virus Hepatitis B terdiri dari selubung luar HbsAg, inti pusatnya (HbcAg),
pembawa sifat (DNA), dan enzim pelipat ganda DNA (DNA polimerase) dan serpihan virus
(HbeAg). HbsAg terdiri dari 4 sub tipe penting yang mempunyai subdeterminan yang sama
yaitu a dan 4 subdeterminan yang berlainan, yaitu d, y, w dan r (Isselbacher, 2000).

Semua partikel virus Hepatitis B bersifat imonogenik dan mampu merangsang


pembentukan antibodi. Bila seseorang terinfeksi virus Hepatitis B, maka tubuh penderita
terdapat antigen yang berasal dari partikel virus dan antibodi humoral yang dibentuk untuk
melawan antigen tersebut.

HbsAg telah diidentifikasi dalam darah dan produk darah, saliva, cairan serebrospinal,
peritoneal, pleural, cairan sinovial, cairan amnion, semen, sekresi vagina, dan cairan tubuh
lainnya. Penularan melalui perkutaneus meliputi intra vena, intra muscular, subcutan atau intra
dermal (Chin, 2000). Penularan non perkutaneus melalui ingesti oral telah dicatat sebagai jalur
pemajanan potensial tetapi efisiensinya cukup rendah. Di lain pihak dua jalur penularan non
perkutaneus yang dianggap memliki dampak terbesar adalah hubungan seksual dan perinatal.

Penularan perinatal terutama ditemukan pada bayi yang dilahirkan carrier HbsAg atau
ibu yang menderita Hepatitis B selama kehamilan trimester ketiga atau selama periode awal
pasca partus. Meskipun kira-kira 10% dari infeksi dapat diperoleh in utero, bukti epidemiologik
memberi kesan bahwa hampir semua infeksi timbul kira-kira pada saat persalinan dan tidak
berhubungan dengan proses menyusui. Pada hampir semua kasus, infeksi acut pada neonatus
secara klinis asimtomatik, tetapi anak itu kemungkinan menjadi seorang carrier HbsAg
(Isselbacher, 2000).

Penyebaran perinatal merupakan masalah yang besar di negara–negara di mana terdapat


prevalensi infeksi virus Hepatitis B yang tinggi dengan prevalensi HbsAg yang tinggi. Hampir
semua bayi yang dilahirkan dari ibu HbsAg positif akan terkena infeksi pada bulan kedua dan
ketiga dari kehidupannya. Peranan adanya Universitas Sumatera Utara HbsAg pada ibu sangat
dominan untuk penularan. Sebaiknya walaupun ibu mengandung HbsAg positif namun bila
HbsAg dalam darah negatif maka daya tularnya menjadi rendah (Sulaiman, 1995).
Masa masuknya virus kedalam tubuh sampai timbulnya gejala (masa inkubasi)
bervariasi mulai dari 45-180 hari dan rata-rata 60-90 hari (Chin, 2000). Kemungkinan Hepatitis
B menjadi kronik, bervariasi tergantung usia terinfeksi virus Hepatitis B. Infeksi pada saat
kelahiran umumnya tanpa manifestasi klinik tapi 90% kemunkinan kasus menjadi kronik, di
lain pihak apabila infeksi Hepatitis B terjadi pada usia dewasa muda maka akan timbul
manifestasi klinik risiko berkembang menjadi kronik hanya 1% (Isselbacher, 2000).

Kurang dari 10% infeksi Hepatitis virus akut pada anak-anak dan 30% - 50% pada
orang dewasa terdeteksi secara klinis. Penderita umumnya mengalami gejala klinis nafsu
makan menurun, nyeri perut, mual, muntah dan kadang – kadang disertai nyeri sendi dan rash
dan sering berlanjut ke jaundice (Chin, 2000).

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B
(VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar kemudian mengalami
penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya,
sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel
hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada
DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan gel
hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus baru.
Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik
disebabkan karena respon imunologik penderita terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik
tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat. Gambaran patologis hepatitis akut
tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian
hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas
(masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan
fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis
kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara
daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi
hepatitis kronik aktif.

2.4 Tanda dan Gejala

Masa inkubasi adalah jarak waktu antara masuknya virus ke dalam tubuh hingga
munculnya gejala. Masa inkubasi Hepatitis B berkisar antara dua sampai lima bulan sejak
terpapar virus gejala tersebut biasanya akan hilang dalam waktu antara 30-90 hari.

Yang termasuk ke dalam gejala Hepatitis B antara lain :

1. Kehilangan nafsu makan

2. Mual dan muntah

3. Diare

4. Penurunan berat badan


5. Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada sendi, sakit kepala dan demam tinggi
(38°C atau lebih)

6. Nyeri perut bagian bawah

7. Lemas dan lelah

8. Sakit Kuning (Kulit dan bagian putih mata yang menguning)

2.5 Penanganan / Pengobatan

Proses pengobatan hepatitis B biasanya dilakukan oleh dokter spesialis hati (ahli hepatologi).
Jenis penanganan terhadap hepatitis B dilakukan tergantung pada berapa lama pasien
terinfeksi. Apakah hepatitis B akut (jangka pendek) atau hepatitis B kronis (jangka panjang).

Penanganan HbsAg positif pada ibu hamil biasanya dilakukan berdasarkan jenis penyakitnya.

1. Hepatitis akut
Pada penderita hepatitis B akut, dokter hanya akan memberikan obat-obatan untuk
menghilangkan gejala yang timbul. Seperti obat anti mual dan nyeri . pasien juga
memerlukan medical check up untuk mengetahui perkembangan virus dalam tubuhnya.
Jika diketahui pasien telah bebas dari virus hepatitis B (HBV), maka pengobatan harus
segera dihentikan.
2. Hepatitis kronis
Penanganan hepatitis B kronis lebih sulit dibandingkan hepatitis B akut. Umumnya
dokter akan memberikan obat untuk menghambat perkembangan virus sesuai tingkat
keparahannya, seperti entecavir, tenofovir. Obat-obatan tersebut memiliki efek
samping seperti mual, pusing, dan nyeri. Apabila pemberian obat-obatan menimbulkan
kerusakan hati yang sangat parah, maka metode yang bisa dilakukan hanyalah dengan
operasi transplantasi hati.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Biodata
Waktu Pengkajian : 29 Maret 2018

Nama : An. T

Tanggal lahir : 16 juli 2017

Jenis kelamin : Laki-laki

Anak ke : 1 dari 1 bersaudara

Umur : 8 bulan

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa-Indonesia

Tanggal masuk : 29 Maret 2018

Alamat : Sukodono

Identitas Orang Tua

- Ibu
Nama : Ny. E

Umur : 29 tahun

Pekerjaan :-

Suku bangsa : Jawa-Indonesia

Pendidikan : SMA

Alamat : Sukodono

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya karena berat badan bayinya rendah
yaitu 1800 gram.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan bayinya lemas dan urinenya berwarna kuning kecoklatan seperti teh
pekat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan selama kehamilan menderita hepatitis B dengan gejala sakit perut di
bagian kanan atas dimana lokasi hati berada, sakit pada otot dan persendian, serta
jaundice atau penyakit kuning pada kulit dan sklera.
5. Riwayat Antenatal
Penyakit/infeksi saat hamil : Selama kehamilan ibu menderita hepatitis B dengan
gejala sakit perut di bagian kanan atas dimana lokasi hati berada, sakit pada otot dan
persendian, serta jaundice atau penyakit kuning pada kulit dan sklera.
Upaya untuk mengatasi : Ibu melakukan tes darah rutin dan melakukan vaksin
imunoglobulin.
Tempat dan frekuensi periksa : Ibu melakukan kunjungan ANC di BPM dengan
frekuensi ANC sebanyak 6 kali selama kehamilan.
Imunisasi yang diperoleh : Ibu melakukan vaksin imunoglobulin sebanyak 3 kali
selama kehamilan
Obat/jamu yang diminum selama hamil: Ibu mengatakan hanya mengonsumsi obat
yang diberikan oleh bidan berupa Fe, asam folat, vit B, dan kalsium.
Kebiasaan ibu selama kehamilan: Ibu mengatakan jika selama kehamilan tidak nafsu
makan dan mengalami mual muntah.
6. Riwayat Kelahiran (Natal)
Tempat lahir dan penolong : RSIA Kirana , dr. Budi Santoso., Sp.OG,
Cara dan lama kelahiran : Sectio Cesaria selama 2 jam
Masa kehamilan : 29 minggu
BB/PB : 1800 gram/40 cm
Lingkar kepala : 29 cm
Lingkar dada : 26 cm
Lingkar lengan : 8 cm
7. Riwayat Ekskresi
Eliminasi urine : Urine berwarna kuning kecoklatan.
Eliminasi alvi : Feses berwarna pucat.
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
Keadaan kesehatan keluarga : Selama kehamilan ibu menderita hepatitis B.
Upaya untuk mengurangi : Ibu melakukan vaksin imunoglobulin sebanyak 3 kali
selama kehamilan dan menjaga pola makan.
Tempat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan: Ibu memeriksakan kesehatan diri di
BPM.
b. Data Objektif
Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status generalis
a) Keadaan Umum : Lemah
b) Kesadaran : Apatis
Moro refleks : Tidak ada
Rooting refleks : Ada
Sucking refleks : Tidak ada
Tonic neck refleks: Tidak ada
c) TTV:
- TD : 70/40 mmHg
- R : 36 x/menit
- N : 120 x/menit
- S : 38,5 ºC
d) Panjang Bayi : 40 cm
e) BB bayi : 1800 gram
f) Lingkar kepala : 29 cm
g) Lingkar dada : 26 cm
h) LILA : 8 cm
Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
1. Ukuran : Tidak ada pembesaran hydrocephalus
2. Rambut : Bersih
3. Muka : Terlihat pucat, tidak ada luka, kulit terlihat kekuningan
4. Mata : Conjungtiva pucat, sklera kekuningan.
5. Hidung : Lubang hidung simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
benjolan
6. Telinga : Letak simetris kanan kiri, tidak ada serumen, tidak ada
benjolan
7. Mulut/gusi : Besih, tidak ada stomatitis, tidak mudah berdarah
b) Leher
1. Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
2. Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
c) Ektremitas
1. Tidak ada polidaktil dan sindaktil
2. Oedema : Tidak oedema
3. Reflek Patella : Positif kanan kiri
4. Kuku : warna kekuningan

2) Pemeriksaan Khusus Obstetri ( Lokalis )


a. Abdomen
- Inspeksi
Bentuk perut : Normal (tidak terjadi pembesaran)
- Palpasi
Nyeri : Pasien menangis saat sedikit ditekan pada bagian
kuadran kanan atas
Hepar : Teraba dan terasa keras
- Perkusi : Redup di daerah abdomen kuadran kanan atas
- Auskultasi : Bising usus 14 x/menit
b. Genetalia
Bentuk genetalia laki-laki: Normal, keadaan testis baik, dan tidak ada kelainan
konginental.
c. Anus : Tidak ada haemoroid

3.2 PENENTUAN MASALAH


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan patologi pada kegawatdaruratan neonatus harus segera dilakukan
tindakan agar mencegah terjadinya angka kematian bayi (AKB) yang semakin meningkat
di Indonesia akibat kurang penanganan segera.
4.2 Saran
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca agar dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan tentang asuhan kebidanan pada anak khusunya dengan hepatitis B.

DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. (2007). Mengenal, Menanggulangi, Mencegah, dan Mnegobati Penyakit Hati


(Liver), Ed. 1. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

William Sievert, M. G. (2010). Segala Sesuatu Tentang Hepatitis. Jakarta : Arcar.

Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. (2010). Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C dalam
Praktik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto.

Syahrurachman, Agus, dkk. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

.Abdullah, Sulaiman. (1995). Belajar dan faktor-faktor Yang Memepengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta.

Isselbacher, J Kurt. (1999). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam / editor edisi
bahasa Inggris editor edisi bahasa Indonesia. Jakarta : EGC.

Chin, J. (2000). Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Penterjemah Kandun I.N,


Jakarta: Depkes R.I.

Isselbacher, Kurt J. 2000. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 3. Edisi 13.
Jakarta
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2000. Profil Kesehatan
Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai