Anda di halaman 1dari 7

ASMA BRONKIAL

Disusun Oleh:
Dinar Putri Wardana (P27824417030)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara
total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas
dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta
faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi
penyebab serangan.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi
atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan
sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan
pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan
asma.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Asma Bronkial
2. Bagaimana gejala klinis yang timbul pada penderita Asma Bronkial
3. Bagaimana Asma Bronkial memengaruhi kehamilan
4. Bagaimana penatalaksanaan Asma Bronkial dalam kehamilan dan persalinan

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi Asma Bronkial
2. Untuk mengetahui gejala klinis yang timbul pada penderita Asma Bronkial
3. Untuk mengetahui bagaimana Asma Bronkial memengaruhi kehamilan
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Asma Bronkial dalam kehamilan dan
persalinan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Asma bronkial adalah sindroma yang kompleks dengan berbagai tipe klinis yang
dapat menyerang ibu hamil dan pada saat persalinan. Penyakit asma bronkial di masyarakat
sering disebut sebagai bengek. Asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal
lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh faktor genetik ataupun faktor lingkungan (virus,
allergen, perubahan cuaca, stress, kurangnya aktivitas/olahraga maupun paparan bahan kerja).
Pada asma bronkial terdapat penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan oleh spasme
otot polos saluran nafas, odema mukosa dan adanya hipersekresi yang kental. Penyempitan
ini menyebabkan gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam
sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akhirnya akan
berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.
Asma ditandai dengan dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga
terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstitial
paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen makan antibodi Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibody yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
menyebabkan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhiolus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhiolus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Gambar 1. Penampang saluran nafas pada keadaan normal dan pada asma bronkial.

1.2 Gejala Klinis


Keluhan utama penderita asma ialah sesak napas mendadak disertai fase inspirasi
yang lebih pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi, dan diikuti bunyi wheezing, batuk
yang disertai serangan napas yang kumat-kumatan. Pada penderita asma, keluhan tersebut
dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan makin
lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi berat.
Wheezing utama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat
atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau
kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak sama sekali.
Batuk humper selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu,
makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.

1.3 Pengaruh Asma Bronkial pada Kehamilan


Asma bronkial sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan. Biasanya penyakit ini
akan timbul mulai usia kehamilan 24 minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada
akhir kehamilan. Pengaruh penyakit ini terhadap kehamilan, persalinan dan nifas serta
sebaliknya adalah bervariasi. Asma bronkial sering merupakan penyakit keturunan. Diagnosis
biasanya mudah didapat, karena wanita telah sering berobat kepada dokter atau pengobatan
non-medis. Kehamilan, persalinan, dan nifas akan berlangsung seperti biasa, tanpa gangguan,
kecuali datang serangan asma yang berat (status asmatikus). Dalam hal ini diberikan obat-
obatan dan oksigen, kala II diperpendek dengan tindakan ekstraksi vakum atau forceps.
Asma bronkial merupakan penyakit alergi, hal terpenting untuk menghindarinya
adalah menghindari faktor pencetus alergi tersebut. Pada umumnya penderita asma dapat
melahirkan pervaginam. Jenis pertolongannya sendiri, bidan harus berkolaborasi dengan
dokter untuk segera menentukan tindakan. Persalinan disesuaikan dengan berat ringannya
penyakit asma itu sendiri.
Penyakit asma bronkial dalam kehamilan kadang-kadang bertambah berat atau malah
berkurang. Dalam batas wajar penyakit asma bronkial tidak banyak pengaruhnya terhadap
kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim melalui gangguan pertukaran O2 dan CO2. Pengawasan hamil dan
pertolongan persalinan dapat berlangsung biasa, kecuali terdapat indikasi pertolongan
persalinan dengan tindakan operasi. Oleh karena itu perlunya kolaborasi antara bidan dan
dokter untuk melakukan pengawasan bersama.
Prinsip dasar asuhan kebidanan pada ibu hamil disertai dengan penyakit asma
bronkial, memastikan jenis penyakit asma yang dideritanya dan tentukan asuhan kebidanan
sesuai tingkatan asma klien, menyarankan untuk memeriksakan diri ke dokter secara rutin,
memerhatikan dalam pemberian obat, dan memberikan dukungan emosional pada ibu agar
tidak stres.
Prinsip dasar asuhan kebidanan pada ibu bersalin disertai penyakit asma bronkial.
Pada dasarnya pasien yang memiliki penyakit asma dapat melahirkan pervaginam. Bidan
berkolaborasi dengan dokter, menentukan jenis penyakit asma yang diderita ibu bersalin,
memantau kesejahteraan ibu dan janin lebih intensif, memersiapkan kemungkinan bayi
hipoksia.

2.5 Penatalaksanaan Asma Bronkial dalam Kehamilan dan Persalinan


Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan yang
komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari tenaga kesehatan
dan adanya pengertian serta kerjasama antara klien dan keluarganya. Pendidikan kepada klien
dan keluarganya menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan bidan ataupun dokter puskesmas,
sehingga dicapai hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak.
Pengontrolan pada ibu yang menderita asma harus dioptimalkan karena dapat
mengurangi potensial morbiditas terkait asma bronkial selama kehamilan. Kekambuhan
penyakit asma bronkial minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang secara
teratur. Pengontrolan tersebut mencakup mengatasi masalah terkait dengan faktor pencetus
dan kepatuhan terhadap pengobatan.
Kehamilan tidak memperlihatkan efek konsisten pada pengontrolan asma yang dapat
memburuk atau membaik. Oleh sebab itu perlu ditekankan bahwa pada ibu penderita asma
bronkial, pengontrolan asma yang benar lebih baik untuk bayi dan hasil kehamilan. Seorang
tenaga kesehatan harus menjelaskan bahwa pengobatan asma pada umumnya aman dalam
kehamilan. Edukasi tentang pengontrolan yang benar dan kepatuhan terhadap pengobatan
merupakan bagian penting dalam asuhan antenatal dini.
Ibu yang menderita asma bronkial lebih beresiko memiliki neonatus dengan berat
badan lahir rendah, mengalami kelahiran prematur dan komplikasi, seperti preeklamsia,
terutama jika asma tidak ditangani secara aktif dengan kortikosteroid secara inhalasi.
Kortikosteroid inhalasi secara tunggal atau kombinasi dengan bronkodilator jangka panjang
aman digunakan dalam kehamilan.
Berhenti merokok adalah bagian penting pada saran obstetri umum, mengurangi
gejala pada asma bronkial adalah hal yang penting, dan efektifitas kortikosteroid inhalasi
berkurang pada penderita asma bronkial yang merokok. Kortikosteroid sistemik harus tetap
digunakan sebagai dosis rumatan untuk ibu yang menderita asma berat yang sulit
disembuhkan dan perlu ditinjau oleh spesialis pernapasan dan obstetri.
Perburukan asma bronkial akut, berat, atau mengancam jiwa selama persalinan sangat
jarang terjadi. Tenaga kesehatan yang menangani proses persalinan harus menginformasikan
kepada ibu bahwa asma bronkial akut jarang terjadi dalam persalinan. Apabila tidak terdapat
asma bronkial akut, seksio caesaria hanya boleh dilakukan jika diindikasikan. Ibu dengan
asma bronkial telah terkontrol dengan baik harus mendapatkan asuhan resiko rendah dan
persalinan yang ditangani secara pervagina oleh bidan.
Menyusui harus didiskusikan dalam periode antenatal agar ibu lebih sadar mengenai
manfaat kesehatan dengan jangka panjang menyusui dan merasa lebih percaya diri untuk
menyusui. Bidan harus menginformasikan pada ibu bahwa alergi makanan jarang terjadi jika
makanan diperkenalkan di tahap akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 24 September 2008 dari
USU digital library: http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk
pendidikan bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, R. (1998). Sinopsis Obstetri: obstetri fisiologi, obstetri patologi. Jakarta: EGC.
Robson, S. E., Waugh, J., & Yulianti, D. (2011). Patologi pada kehamilan : manajemen &
asuhan kebidanan. Jakarta: EGC.
Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan 4 : patologi. Jakarta: Trans Info
Media.

Anda mungkin juga menyukai