TINJAUAN TEORI
Dengan preparat darah hapus yang perlu diperhatikan adalah jumlah leukosit
imatur (neutropenia < 1800/μl) sehingga dapat diperhitungkan rasio neutrofil
imatur dengan neutrofil total. Dikatakan terinfeksi apabila rasio I:T > 0,2.
Preparat darah hapus menunjukkan gambaran hasil berupa hemolisis,
hipergranulasi, hipersegmentasi dan toksik granulasi.
Kultur darah hingga saat ini merupakan gold standard dalam menentukan
diagnosis sepsis. Hasil kultur darah positif merupakan tanda definitif
terdapatmya bakteri patogen. Namun mempunyai kelemahan yaitu hasil biakan
bakteri baru dapat diperoleh minimal 3-5 hari insidensi hasil positif dari kultur
sepsis neonatorum awitan dini sekitar 0.9 per 1000 kelahiran.
Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang diperlukan ialah foto dada, abdomen atas indikasi,
dan ginjal. Pemeriksaan USG ginjal, skaning ginjal, sistouretrografi dilakukan
atas
indikasi.
3. Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya
korioamnionitis, yang merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Terapi suportif jalan napas, pernapasan, sirkulasi (A-B-C: airway, breathing,
circulation), periksa gula darah
2. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
3. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
4. Bila perlu diberi oksigen
5. Pasang infus untuk mencegah dehidrasi
6. Obati dengan antibiotik segera bila terdapat dugaan sepsis, segeras etelah
mengambil kultur darah tetapi harus menunggu hasil kultur darah.
7. Pemilihan antibiotik bergantung pada gejala
Sepsis awitan dini (Early-onset sepsis)
Mencakup organisme gram positif dan gram negatif, contoh
penicillin/amoxcillin penicillin / amoxcillin + aminoglikosida (misalnya :
gentamisin / tobramisin)
Sepsis awitan lambat (Late-onset sepsis)
Perlu juga mencakup stafilokokus dan enterokokkus koagulase negatif,
contoh : methicillin / flucloxacillin + gentamisin atau sefalosporin /
gentamisin + vancomysin
Bila terpasang kateter vena sentral, pindahkan bila tidak ada respon terhadap
antibiotik, kultur terus menerus positif, adanya organisme gram negatif atau
sangat sakit (Fanaroff dan lissauer,2013).
2.1.10 Pencegahan
Berikut adalah beberapa cara pencegahan agar tidak terjadi sepsis neonatorum,
antara lain :
1. Identitas bayi, meliputi: umur bayi, tanggal lahir, jenis kelamin, berat
badan dan panjang badan
2. Pemeriksaan fisik pada neonatus, data yang akan ditemukan
meliputi:
Letargi (khususnya setelah 24 jam pertama)
Tidak mau minum/reflek menghisap lemah
Regurgitasi
Peka rangsang
Pucat
Hiporefleksi
Tampak ikterus
3. Data lain yang mungkin ditemukan adalah:
Hipertermia
Pernapasan mendengkur bardipnea atau apenau
Kulit lembab dan dingin
Pucat
Pengisian kembali kapiler lambar
Hipotensi
Dehidrasi
Pada kulit terdapat ruam, ptekie, pustula dengan lesi atau herpes
4. Identitas orangtua
Meliputi : nama,umur,agama,suku/bangsa,pendidikan,pekerjaan, dan alamat
5. Sosial ekonomi, riwayat perawatan antenatal, ada/tidaknya ketuban
pecah dini, partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus)
6. Riwayat persalinan di kamar bersalin, ruang operasi atau tempat lain
7. Riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea,
dll)
8. Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita
penyakit infeksi (misalnya: toksoplasmosis, rubella, toksemia gravidarum dan
amnionitis)
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yang berhubungan dengan penularan infeksi pada bayi sebelum, selama
dan sesudah kelahiran.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan minum sedikit atau
intoleran terhadap minuman.
c. Gangguan pola pernapasan yang berhubungan dengan apnea.
d. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan penularan infeksi pada
bayi oleh petugas.
e. Koping individu efektif yang berhubungan dengan kesalahan dan kecemasan-
kecemasan infeksi pada bayi dan konsekuensi yang serius dari infeksi
2.2.3 Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Infeksi yang b.d penularan infeksi pada bayi sebelum,
selama dan sesudah kelahiran.
Tujuan I : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai resiko menderita infeksi.
Intervensi :
Intervensi :
Tujuan : memelihara kebutuhan nutrisi bayi, berat badan bayi tidak tujuan, menunjukkan
kenaikan berat badan.
Intervensi keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
Intervensi keperawatan :
Intervensi keperawatan :
a. Kaji ekspresi verbal dan non verbal, perasaan dan gunakan mekanisme koping
b. Bantu orang tua untuk mengatakan konsepnya tentang penyakit bayi, penyebab
infeksi, lama perawatan dan komplikasi yang mungkin terjadi.
c. Berikan informasi yang akurat tentang kondisi bayi, kemajuan yang dicapai,
perawatan selanjutnya dan komplikasi yang dapat terjadi.
Berdasarkan perasaan orang tua saat berkunjung, beri kesempatan untuk merawat
bayi.
2.2.4 Implementasi
Tindakan yang sesuai direncanakan mencakup tindakan mandiri maupun
kolaboratif. Tindakan mandiri adalah tindakan berdasarkan analisa dan simpulan
perawat. Tindakan kolaboratif adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
2.2.5 Evaluasi
1. Evaluasi tindakan : tindakan yang telah dilakukan dapat segera diamati/dievaluasi
hasilnya.
2. Evaluasi proses : adanya catatan perkembangan atau mungkin adanya perubahan
diagnosa setelah dilakukan tindakan keperawatan.