PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2011-2016
cenderung fluktuatif, namun apabila dicermati lebih lanjut, dalam 3 (tiga)
tahunterakhir jumlah kematian ibu menunjukkan progres positif atau cenderung
menurun.Untuk tahun 2016, kematian ibu terbanyak tetap berada di Kabupaten
Lombok Tengah dengan 26 kasus dan belum ada kabupaten yang ditetapkan
sebagai Kabupaten AKINO (Angka Kematian Ibu Nol). Jumlah kematian ibu di
kabupaten/kota secara rincidapat dilihat pada lampiran profil kesehatan tabel 6.
Kejadian kematian ibu terbanyak pada tahun 2016 sama dengan tahun
2015yakni terjadi pada saat nifas sebesar 56,52%, sedangkan kejadian
kematian ibubersalin sekitar 28,26%, dan kematian ibu pada saat hamil sekitar
15,22%.Berdasarkan kelompok umur, kematian ibu banyak terjadi pada usia 20-
34 tahunsebanyak 63,04%, usia ≥35 tahun sebanyak 28,26% dan usia<20
tahun sebanyak8,70%.
Informasi mengenai tingginya jumlah kematian ibu bermanfaat untuk
pengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama
pelayanankehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi
(making pregnancysafer). Salah satu upayanya adalah melalui pembuatan
pedoman Rencana AksiNasional (RAN) program percepatan penurunan AKI,
yang memuat programpeningkatan jumlah kelahiran yang dibantu oleh tenaga
kesehatan, penyiapan systemrujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,
bahkan penyiapan keluarga dansuami siaga dalam menyongsong kelahiran.
Kasus Kematian Bayi di Provinsi NTB Tahun 2011-2016.
2
Gambar II
3
Berdasarkan latar belakang di atas dan mengingat kembali pentingnya
perhatian dan peran dari petugas kesehatan khususnya bidan mengenai
penanganan dalam persalinan, nifas, BBL dan KB. Maka, mahasiswa tertarik
untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Persalinan Patologi
dengan Oligohidramnion pada Ny”L” di VK Bersalin RSUD KOTA MATARAM”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
4
Kehamilan 40-41 minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota
Mataram pada tanggal 30 Oktober 2018”.
d. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan secara
menyeluruh pada kasus ‘‘Asuhan kebidanan pada Ny “L” G3P2A0H2Usia
Kehamilan 40-41 minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota
Mataram pada tanggal 30 Oktober 2018”.
C. Manfaat
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Persalinan
a. Pengertian Persalinan
1) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2009).
2) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Ary Sulistyawati, 2010).
3) Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus ke dunia luar (Ayu Febri Wulanda, 2011).
4) Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu(Asuhan persalinan normal).
b. Etiologi
Perlu diketahui bahwa selama persalinan, dalam tubuh wanita terdapat dua
hormone yang dominan.Estrogen, berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas
otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis.Progesterone, berfungsi
untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsang dari luar
seperti rangsang oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta menyebabkan
otot rahim dan otot polos relaksasi.
6
Adapun teori-teori penyebab persalinan adalah sebagai berikut:
7
merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan
dimulai.
6) Teori Hipotalamus-pituitari dan Glandula Suprarenalis
a) Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
b) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus
sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuknya
hipotalamus.
7) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan di desidua disangka sebagai salah satu
permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin
F2 atau E2 yang diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan
adanya kadar prostaglandinyang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama proses
persalinan.
8) Induksi persalinan
8
c. Fisiologis persalinan
Sebab-sebab terjadinya persalinan masih merupakan teori yang komplek.
Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak
mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan
kadar hormon progesterone dan estrogen. Progesteron merupakan penenang
bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu
sebelum persalinan. Kadar prostaglandin meningkat menimbulkan kontraksi
myometrium.Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan
iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga
plasenta berdegenerasi.Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus
frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus
berkontraksi(Prawirohardjo, 2009).
d. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1) Kala I
Kala I persalinan di mulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).Inpartu ditandai
dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka
dan mendatar.Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar
dan membuka.Sebelum onset persalinan, serviks mempersiakan kelahiran
dengan berubah menjadi lembut.Saat persalinan mendekat, serviks mulai
menipis dan membuka. Tanda dan gejala kala I :
9
Gambaran prosesnya adalah sebagai berikut:
b) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam
kondisi menipis penuh, maka tahapan berikutnya adalah
pembukaan.Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot uterus ke
atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi.Dilatasi dan
diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravagina.
Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi menjadi
dua fase:
10
(b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
11
besar karena tekanan pada rektum. Perineum menonjol dan menjadi besar
karena anus membuka. Labia menjadi membuka dan tidak lama kemudian
kepala janin tampak pada vulva pada waktu his.Pada primigravida kala II
berlangsung 1,5-2 jam, pada multigravida 0,5-1 jam.
a) Menurut Duncan.
Plasenta lepas mulai dari bagian pinggir (marginal) disertai dengan
adanya tanda darah yang keluar dari vagina apabila plasenta mulai
terlepas.
b) Menurut Schultze
Plasenta lepas mulai dari bagian tengah (central) dengan tanda adanya
pemanjangan tali pusat yang terlihat di vagina.
12
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek pada
saat plasenta terlepas. Situs plasenta akan berdarah terus sampai uterus
seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir, seluruh dinding uterus
akan berkontraksi menekan pembuluh darah yang akhirnya akan
menghentikan perdarahan dari situs plasenta tersebut.
b) Semburan darah.
13
Selama 2 jam pertama pascapersalinan pantau tekanan darah, nadi,
tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala IV.
Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara
lebih sering.
(Rukiyah, 2009)
14
sanggup berpartisipasi selama
proses persalinan.
15
a) Asynclitismus posterior: bila sutura sagitalis mendekati
simfisis danos parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan.
b) Asynclitismus anterior: bila sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari
os parietal belakang.
2) Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul.Faktor-
faktor yng mempengaruhi descensus ialah tekanan air ketuban,
dorongan langsung fundus uteri padabokong janin, kontraksi otot-otot
abdomen, ekstensi badan janin.
16
5) Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang
menyebabkan terjadinya hal ini ialah lengkungan panggul sebelah
depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi,
maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik
putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut-turut lahir
ubun-ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
B. Konsep Oligohidramnion
1. Pengertian
Marks dan Divon (1992) mendefinisikan oligohidramnion bila pada
pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong amnion 5 cm atau
kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan pada usia
kehamilan 41 minggu. Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air
ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007),
atau juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari
12% dari 511 kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.
(Dexa Media no.3 tahun 2007). Cairan ketuban atau cairan amnion adalah
cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung didalam kantung
amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin.
Sedangkan menurut Norwitz (2001) mendefinisikan oligohidramnion
bila pada pemeriksaan ultrasonografi diketahui total volume cairan amnion
<300 mL, hilangnya kantong vertikel tunggal yang berukuran 2 cm,
atau AFI <5cm pada kehamilan aterm atau <5th persentil sesuai usia
kehamilan.
17
Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena
pertumbuhan dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion
atau karena janin mengalami tekanan dinding rahim (Sastrawinata, dkk,
2004:40). Jika produksinya semakin berkurang, disebabkan beberapa hal
diantaranya: insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ
perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak minum sehingga dapat
menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri
“oligohidramnion” dengan kriteria :
1) Jumlah kurang dari 500 cc
2) Kental
3) Bercampur mekonium
(Manuaba, dkk, 2007:500)
a. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenesis (Khumaira, 2012:188).
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih rendah
secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usiagestasi tersebut.
Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau kehilangan cairan yang
meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50 % kasus
oligohidramnion, penurunan produksi cairan amnion yakni kelainan
ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin obstruksi pintu
keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan keluaran urin
dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti, 2010:232). Sebab
oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang
kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini
(Marmi, ddk, 2011:111)
18
b. Klasifikasi Oligohidramnion
19
Chaunhan melakukan meta analisis terhadap 18 penelitian yang meliputi
lebih dari 10.500 kehamilan yang indeks cairan amnion intrapartumnya
kurang dari 5 cm. Dibandingkan dengan kontrol yang indeksnya lebih
dari 5 cm, wanita dengan oligohidramnion memperhatikan peningkatan
resiko bermakna untuk seksio
c. Patofisiologis
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara
fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah
kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah,
kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari
golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering
menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan
kelainan kromosom (Prawirohardjo, 2010:155).
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010:269).
20
Pathway Oligohidramnion
1. Tirah baring
3. Perbaikan
nutrisi Berhasil 1. Kesejahteraan
janin buruk
4. Pemantauan
kesejahteraan 2. Fetal distress
janin Spontan
VE 3. Induksi gagal
Forsep
21
d. Komplikasi oligohidramnion
Menurut Manuaba, dkk. (2007:500) Komplikasi oligohidramnion dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali akibat
persalinannya oleh karena:
Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria
2. Komplikasi terhadap janinya
Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadap janinnya:
a) Deformitas janin adalah:
Leher terlalu menekuk-miring
Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
Deformitas ekstermitas
Talipes kaki terpelintir keluar
b) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal
distress
c) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus
dengan dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air
ketuban
d) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir terjadi
kesulitan bernapas karena paru-paru mengalami hipoplasia
sampai atelektase paru
e) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan kematian
janin intrauterin
f) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadinya
hubungan langsung antara membran dengan janin sehingga
dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauterin.
Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh karena hubungan atau
ikatan dengan membrannya.
22
e. Diagnosis oligohidramnion
Wanita hamil yang dicurigai mengalami oligohidramnion, harus dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan jumlah cairan amnion,
dan memastikan diagnosis oligohidramnion. Oligohidramnion dapat
dicurigai bila terdapat kantong amnion yang kurang dari 2x2 cm, atau
indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari 5 cm. setelah 38 minggu volume
akan berkurang, tetapi pada postterm oligohidramnion merupakan penanda
serius apalagi bila bercampur mekonium. Amnionic fluid index (AFI) diukur
pertama dengan membagi uterus menjadi empat kuadran dengan
menggunakan linea nigra sebagai divisi kanan dan kiri, umbilikus untuk
kuadran atas dan bawah. Diameter maksimum vertikal kantong amnion di
setiap kuadran yang tidak mengandung tali pusat atau ekstremitas janin
diukur dalam sentimeter; jumlah pengukuran ini adalah AFI. Sebuah AFI
normal adalah 5,1-25 cm, dengan oligohidramnion didefinisikan sebagai
kurang dari 5,0 cm dan polihidramnion karena lebih dari 25 cm.
Untuk mengetahui oligohidramnion dengan jelas dapat dilakukan tindakan
“Amnioskopi” dengan alat khusus amnioskop. Indikasi amnioskopi adalah:
1) Usia kehamilan sudah diatas 37 minggu
2) Terdapat preeklamsia-berat atau eklampsia
3) Bad Obstetrics History
4) Terdapat kemungkinan IUGR
5) Kelainan ginjal
6) Kehamilan post date
Hasil yang diharapkan adalah:
1) Kekeruhan air ketuban
2) Pewarnaan dengan mekonium
Komplikasi tindakan amnioskopi adalah:
1) Terjadi persalinan prematur
2) Ketuban pecah-menimbulkan persalinan prematur
3) Terjadi perdarahan-perlukaan kanalis servikalis
4) Terjadi infeksi asendens
23
Tehnik diagnosis oligohidramnion dapat mempergunakan Ultrasonografi
yang dapat menentukan:
1) Amniotic Fluid Index (AFI) kurang dari 5 cm
2) AFI kurang dari 3 cm disebut Moderate Oligohidramnion
3) AFI kurang dari 2-1 cm disebut Severe Oligohidramnion
(Manuaba, dkk, 2007:501)
f. Gambaran klinis
Pada ibu yang mengalami oligohidramnion biasanya uterusnya akan
tampak lebih kecil dari usia kehamilan, ibu merasa nyeri di perut pada
setiap pergerakan anak, sering berakhir dengan partus prematurus, bunyi
jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas,
persalinan lebih lama biasanya, sewaktu ada his akan sakit sekali, bila
ketuban pecah air ketubannya sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar
dan dari hasil USG jumlah air ketuban kurang dari 500 ml (Rukiyah dan
Yulianti, 2010:232-233).
g. Prognosis
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila terjadi
kehamilan muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan janin,
bahkan bisa terjadi foetus papyreceous, yaitu picak seperti kertas karena
tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi cacat
bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. Selain
itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal (Sistem otot) (Khumaira,
2012:189). Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin
kurang dari 24 minggu dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-
paru. Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu:
1) Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-
paru terhambat
2) Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
3) Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru (Khumaira, 2012:18)
24
h. Diagnosa banding
Menurut Sastrawinata dkk, (2005:41) diagnosa pada ibu yang mengalami
oligohidramnion yaitu Ketuban pecah sebelum waktunya.
i. Penatalaksanaan
Penanganan oligohidramnion bergantung pada situasi klinik dan dilakukan
pada fasilitas kesehatan yang lebih lengkap mengingat prognosis janin
yang tidak baik. Kompresi tali pusat selama proses persalinan biasa terjadi
pada oligohidramnion, oleh karena itu persalinan dengan sectio caesarea
merupakan pilihan terbaik pada kasus oligohidramnion (Khumaira,
2012:189). Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010:233) Penatalaksanaan
pada ibu dengan oligohidramnion yaitu :
1) Tirah baring
2) Hidrasi dengan kecukupan cairan
3) Perbaikan nutrisi
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
Tindakan Konservatif :
1) Tirah baring.
2) Hidrasi
3) Perbaikan nutrisi.
4) Pemantauan kesejahteraan janin ( hitung pergerakan janin, NST,
Bpp ).
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6) Amnion infusion.
7) Induksi dan kelahiran
Penatalaksanaan bergantung pada usia kehamilan :
1) Pre-term : mengevaluasi dan memonitor keadaan fetal dan maternal
agar tetap dalam kondisi optimal.
2) Aterm : persalinan.
3) Post-term : Persalinan
25
2. Cairan Amnion
Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi
sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum,
kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar
dicairan amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion
mengandung banyak sel janin (lanugo, vernik kaseosa). Fungsi cairan
amnion yang juga penting ialah menghambat bakteri karena mengandung
zat seperti fosfat dan seng (Prawirohardjo, 2010:155).
Cairan ketuban mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin. Kelainan jumlah cairan ketuban
dapat terjadi, dan seringkali merupakan pertanda yang paling awal terlihat
pada janin yang mengalami gangguan. Di pihak lain, kelainan jumlah
cairan ketuban dapat menimbulkan gangguan pada janin, seperti
hipoplasia paru, deformitas janin, kompresi tali pusat, pertumbuhan janin
terhambat (PJT), prematuritas, kelainan letak dan kematian janin. Oleh
sebab itu, kelainan jumlah amnion yang terjadi oleh sebab apapun akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Wiknosastro, 2009:267).
a. Komposisi air ketuban
Air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk oleh
sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibentuk oleh
difusi ekstraseluler melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan
plasma janin. Selanjutnya, setelah trimester II, terjadi pembentukan zat
tanduk kulit janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga sebagian
besar air ketubannya dibentuk oleh:
Sel amnionnya
Air kencing janin
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak 12 minggu dan setelah
mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak
7-14 cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc
dalam sehari (Manuaba, dkk, 2007:500)
26
Menurut Manuaba, dkk (2007:500) komposisi yang membentuk air ketuban
adalah:
1. Bertambahnya air ketuban bukan merupakan kenaikan linier tetapi
bervariasi sebagai berikut:
27
hormon ini ikut serta menumbuh-kembangkan paru janin dan
sistem gastrointestinalnya.
28
rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada
klien.
Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh
dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses
manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan
yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang disusun
secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan yang
benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat,
efektif dan efisien.
2. Pendokumentasian menggunakan SOAP
Dokumentasi dalam bidang kesehatan adalah suatu sistem pencatatan dan
pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan pasien
dan semua kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter, bidan,
perawat, dan petugas kesehatan lainnya).
29
seorang bidan boleh menulis lebih dari satu catatan untuk satu pasien dalam
satu hari. (Mufdilah, 2009).
30
4. Alasan SOAP digunakan sebagai pendokumentasian, yaitu:
a. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan progresi informasi yang
sistematis yang mengorganisir penemuan dan konklusi bidan menjadi
suatu rencana asuhan
b. Metode ini merupakan penyulingan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan
pendokumentasian asuhan
c. SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan dalam
mengorganisir pikiran bidan dan memberikan asuhan yang
menyeluruh.
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu hamil 9 bulan dengan Oligohidramnion
32
b. Riwayat perjalanan penyakit
Ibu hamil 9 bulan mengatakan ia melakukan pemeriksaan USG di
klinik dokter spesialis kandungan pada tanggal 29-10-2018 dari hasil
pemeriksaan didapatkan cairan ketuban berkurang atau sedikit
kemudian ibu disarankan untuk segera dirawat di rumah sakit. Ibu
mengatakan rasa sakit pada perutnya hilang timbul, pengeluaran
lendir bercampur darah (-), pengeluaran cairan ketuban (-).
Kemudian ibu dirujuk ke VK Bersalin pada pukul 09.00 wita (30-10-
2018).
c. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari
HPHT : 20-01-2018
Imunisasi TT : TT3x
Tablet Fe : 3 bungkus
33
e. Riwayat KB yang lalu
Lama menggunakan KB : 8 tahun
34
h. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit jantung : Tidak Ada
2) Penyakit hipertensi : Tidak Ada
3) Penyakit diabetes : Tidak Ada
4) Penyakit Ginjal : Tidak Ada
5) Gangguan mental : Tidak Ada
6) Penyakit asma : Tidak Ada
7) Riwayat kembar : Tidak Ada
8) Kelainan congenital : Tidak Ada
9) Lain-lain : Tidak Ada
i. Riwayat kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Makan
Komposisi : roti
Porsi :-
Minum
35
b. Eliminasi
BAB terakhir : Tanggal 30-10-2018, pukul 05.30 wita
Warna : Kuning
Konsistensi : Cair
c. Istirahat
Istirahat terakhir : Tanggal 30-10-2018, pukul 01.00 wita
j. Riwayat psikososial
Status Perkawinan : Nikah sah 1 kali
36
Beban kerja : Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaraan : Composmentis
c. Emosi : Stabil
2. Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan sebelum hamil : 38 kg
Berat badan terakhir : 47 kg
Kenaikan BB selama hamil : 9 kg
LILA : 22,5 cm
IMT : 12,6 kg/m2
3. Tanda – Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 89 x/ menit
R : 22 x/ menit
S : 36,7oC ( Aksila )
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan rambut
kulit kepala bersih, warna rambut hitam, distribusi merata, ketombe
(-), rambut rontok (-), luka / lesi (-), benjolan (-)
b. Wajah
Pucat (-), oedema (-)
c. Mata
Bentuk simetris, Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus
d. Mulut dan gigi
Bibir pucat (-) gusi berdarah (-),caries (-), gigi tidak ada berlubang
37
e. Leher
Bendungan vena jugularis (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
f. Payudara
Bentuk simetris, puting susu menonjol (+/+), ada hiperpigmentasi
g. Abdomen
1) Inspeksi :
Bekas luka operasi (-), linea nigra (+), striae (-),
2) Palpasi
a) Leopod I : TFU 31 cm, teraba bokong pada fundus
b) Leopod II : Teraba panjang dan datar (punggung janin) di
sebelah kiri perut ibu (puki) dan bagian kecil janin
(ekstremitas) disebelah kanan perut ibu.
c) Leopod III : Presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP
d) Leopold IV : teraba kepala 2/5 bagian
e) Kontraksi uterus : Belum ada
f) Auskultasi : DJJ (+), irama teratur 11-11-12, frekuensi
136x/menit
g) TBBJ : 3100 Gram
h. Ekstremitas atas dan bawah
Simetris, kuku jari tangan pucat (-), tangan edema (-/-), ekstremitas
bawah edema (-), varises (-/-), kuku jari kaki pucat (-)
38
j. Pemeriksaan dalam, tanggal 30-10-2018, pukul 09.10 wita.
VTØ 1 cm, eff 10 %, ketuban (+), presentasi kepala, denominator
belum jelas, penurunan kepala H1, tidak teraba bagian terkecil janin
atau tali pusat.
k. Pemeriksaan penunjang
Darah :
- Hb : 11,9 gr/dl
C. Analisa
1. Diagnose
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, bahwa keadaan ibu dan janinnya
baik, dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 110 /70 mmHg, denyut
jantung janin baik (+) 136 x/menit dan hasil pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 1 cm. (pemeriksaan dilakukan pada tanggal 30-10-2018, pukul
09.10 wita)
39
Ibu dan keluarga sudah mengerti dengan hasil pemeriksaannya
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang cukup agar ibu memiliki
tenaga untuk mngedan. Ibu dapat mengkomsumsi nasi atau roti dan minum
yang manis-manis untuk menamnah energy seperti air gula, air putih atau
pocari sweat.
5. Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman dengan miring kiri
tujuannya agar bayi ibu tidak sesak atau hipoksia dalam perut ibu dan
mempercepat proses penurunan kepala janin ibu.
40
b. Persipan alat dan bahan serta obat-obatan
- Alat : partus set, 1 buah gunting episiotomi, gunting tali pusat, 2 buah klem
Kelly, ½ kocher
- Bahan dan obat-obatan : kassa dan kapas secukupnya, betadine, klem tali
pusat, jarum jahit, oxycytosin, metergin, lidokain
c. Persiapan perlengkapan ibu dan bayi seperti : baju ibu, kain secukupnya,
sabuk, pakaian dalam,pembalut, pakain bayi, sarung tangan dan kaki, kain
bayi serta topi
Alat dan bahan serta persiapan ibu dan bayi sudah di siapkan
41
TABEL OBSERVASI
42
menjalar
ke perut
bagian
bawah
12.00 - - - + 140 12- 8 2 Lendir Ibu
11-12 6 0 bercampur mengatak
darah an sakit
pinggang Observasi
menjalar
ke perut
bagian
bawah
13.00 1x 15 Lem + 148 12- 110 8 3 2 Lendir Ibu VTØ 1 cm, eff
ah 11-12 /80 8 6, 2 bercampur mengatak 10 %, selaput
8 darah an sakit ketuban (+)
pinggang presentasi
menjalar kepala
ke perut denominator
bagian belum jelas,
bawah penurunan
kepala di HI,
tidak teraba
bagian kecil
janin/ tali
pusat
14.00 1x 15 Lem + 144 12- 8 2 Lendir Ibu
ah 12-12 8 0 bercampur mengatak
darah an sakit
pinggang Observasi
menjalar
ke perut
43
bagian
bawah
15.00 1x 15 Lem + 144 12- 8 2 Lendir Ibu
ah 12-12 8 0 campur mengatak
darah an sakit
pinggang
menjalar observasi
ke perut
bagian
bawah
16.00 3x 35 Sed + 140 12- 110 8 3 2 Lendir Ibu VTØ 8 cm, eff
ang 11-12 /60 5 6, 0 campur mengatak 75%, selaput
7 darah an sakit ketuban
pinggang (+), teraba
menjalar kepala
ke perut denominator
bagian UUK di kanan
bawah depan
dan sudah penurunan
ingin kepala di HII ,
mengedan tidak teraba
bagian kecil
janin atau tali
pusat
44
16.20 3x 45 Kuat + 140 12- 120 8 3 2 Lendir Ibu VTØ 10 cm,
11-12 /80 2 6, 0 campur mengatak eff 100%,
7 darah dan air an sakit selaput
ketuban pinggang ketuban
menjalar (-), teraba
ke perut kepala
bagian denominator
bawah UUK di depan
dan sudah penurunan
ingin kepala di HIII+
mengedan , tidak teraba
bagian kecil
janin atau tali
pusat
KALA II
Tanggal : 30-10-2018
Pukul : 16.20 wita
Tempat : ruang Vk bersalin
A. Data Subyektif
1. Ibu mengatakan rasa sakit pada perutnya sudah semakin sring dan kuat
2. Ibu mengatakan rasa ingin buang air besar
3. Ibu mengatakan ada dorongan ingin meneran
B. Data Objektif
1. Keadaan umum ibu baik
2. Td 120/80 mmHg, N 82 x/menit, R 20x/menit, S 36,7°C
45
3. Pengeluaran lendi ercampur darah semakin banyak, dorongan intik meneran,
perineum menonjol, dan vulva membuka, serta anus membuka
4. His 3 x dalam 10 menit selama 45 detik intensitas kuat
5. Djj frekuensi 140 x/menit, irama 12-11-12
6. Pemeriksaan dalam
VTØ 10 cm, eff 100 %, ketuban (-), presentasi kepala, denominator ubun-
ubun kecil didepan, penurunan kepala HIII+, tidak teraba bagian terkecil janin
atau tali pusat.
C. Analisa
1. Diagnose : kala II
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan : tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin baik
dan hasil pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan lengkap atau 10 cm.
Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya
2. Menjelaskan cara mengedan yang benar pada ibu yakni posisi setengah duduk
kemudian kedua lengan dimasukkan kedalam lipatan paha tarik hingga ke siku,
dagu menempel didada, pandangan menghadap ke perut, serta gigi dirapatkan
saat mengedan menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Menolong persalinan sesuai APN
a. Memastikan perlengkapan alat dan obat-obatan untuk persalinan dan
penatalaksaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
b. Memakai APD (apron, sepatu boot, masker, dan handscone)
c. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
d. Menggunakan sarung tngan DTT
e. Memasukkan oksitosin 10 IU ke dalam spuit 10 cc
f. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT
46
g. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap
h. mendekontaminasi sarung tangan pada laruran klorin
i. Memeriksa denyut jantung janin
j. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
k. Meletakkan handuk bersih diatas perut ibu
l. Meletakkan kain bersih 1/3 di bawah bokong ibu
m. Membuka partu set dan memastikan perlengkapan alat
n. Memakai sarung tangan steril
o. Saat kepala janin terlihat divulva 5-6 cm maka lindungi perineum dengan satu
tangan dengan dilindungi kain, tangan yang lain menahan belakang kepala
agar tidak defleksi terlalu cepat, membantu lahirnya kepala, menganjurkan ibu
untuk nafas cepat dan dangkal.
p. Memriksa adanya lilitan tali pusat, tidak terdapat lilitan tali pusat
q. Menunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar
r. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, memegang kepala bayi secara
biparietal , dengan lembut menggerakkan kepala bayi kearah bawah dan
distal untuk melahirkan bahu depan, dan menggerakkan ke atas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
s. Setelah bahu lahir tangan kanan menjaga kepala, leher dan bahu bayi bagian
bawah dengan posisi ibu jari di leher dan keempat jari lainnya pada bahu dan
punggung anterior
t. Setelah badan lahir tangan kiri melakukan sanggah susur menelusuri kearah
bokong hingga tungkai bawah
u. Kemudian melakukan penilaian bayi, bayi pada saat lahir segera menangis,
warna kulit kemerahan ekstremitas biru
v. Mengeringkan kepala bayi mulai dari muka kepala dan bagian tubuh lainnya
tanpa membersihkan verniks menggunakan handuk tersebut dan mengganti
handuk dengan yang kering. Meletakkan bayi radiawarmer agar hangat.
47
APGAR SCORE
NO Aspek yang dinilai 1 menit Nilai 5 menit nilai
pertama kedua
1 Appearance Tubuh 1 Tubuh 2
(penampilan) kemerahan kemerahan
ekstrimitas
biru
2 Pulse (denyut Lebih dari 2 Lebih dari 2
jantung) 100x/menit 100x/menit
3 Grimace ( reaksi Menyeringai 1 Menyeringai 2
terhadap
rangsangan)
4 Activity (tonus otot) Lemah 1 Lemah 1
5 Respiration Teratur 2 teratur 2
(pernafasan)
Jumlah 7 9
Kala III
Tanggal : 30-10-2018
Puku :16.25 wita
Tempat : ruang vk bersalin
A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dengan selamat
2. Ibu mengatakan masih mules terasa pada perutnya
B. Data Objektif
1. Plasenta belum lahir
2. TFU sepusat
3. Uterus globuler
48
4. Adanya tanda-tanda pelepasan plasenta seperti tali pusat memanjang,
adanya semburan darah, uterus globuler
5. Kandung kemih kosong
C. Analisa
1. Diagnose : kala III
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan : tidak ada
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 30-10-2018
Waktu : 16.27 WITA
1. Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah lahir dengan selamat, plasenta belum
dilahirkan.
2. Melakukan manajemen aktif kala III
a. Memastikan tidak ada bayi ke 2 dengan meraba fundus uteri, tidak terdapat
bayi kedua
b. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik oksitosin 10 IU untuk membantu
mengeluarkan plasenta menjadi lebih cepat dan mencegah perdarahan
c. Menyuntikkan oksitosin pada paha kanan bagian luar secara IM
d. Menklem tali pusat 2-3 cm dari umbilukus bayi dan klem 2 cm dari klem
pertama
e. Setelah itu potong tali pusat diantara kedua klem dengan tetap melindungi
perut bayi agar tidak terkena gunting, selanjutnya menjepit tali pusat dengan
klem tali pusat.
f. Meletakkan bayi diatas radiant warmer
g. Menyelimuti bayi dengan kain hangat dan memasang topi bayi
h. Memindahkan klem hingga berjarak 3-10 cm dari vulva
i. Meletakkan satu tangan diatas kain pada tepi atas sympisis, sedangkan
tangan lain meregangkan tali pusat
49
j. Melakukan peregangan tali pusat terkendali, dengan tangan kanan dan
tangan kiri menekan tepi atas sympisis untuk megetahui pelepasan plasenta
k. Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat semakin
memanjang, adanya semburan darah, uterus ibu globuler, tangan kiri
menekan uterus secar lembut ke arah dorso cranial kemudian plasenta
ditarik kearah bawah dan selanjutnya keatas sesuai dengan kurve jalan lahir
l. Setelah plasenta lahir keduan tangan meraih plasenta kemudian melakukan
gerakan memutar searah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin
m. Massase selama 15 detik dengan cara tangan kiri berada diatas fundus
dengan gerakan memutar, kontraksi uterus baik bentuk membundar, keras
seperti batu
n. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lengkap amnion serta korion dan
selaputnya lengkap dan kotiledon berjumlah 20 buah
o. Memeriksa robekan jalan lahir, terdapat robekan jalan lahir derajat II yaitu
pada mukosa vagina,fauchete posterior, kulit perineum dan otot perineum.
Sudah dilakukan penjahitan tanpa menggunakan anestesi, teknik penjahitan
menggunakan teknik jelujur
Kala IV
Tanggal : 30-10-2018
Pukul : 16.30
Tempat : ruang bersalin
A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan perutnya masih mulas
2. Ibu mengatakan masih terasa nyeri pada pinggangnya
3. Ibu senang atas kelahiran bayinya
B. Data Objektif
1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
2. Kontraksi baik
3. Kandung kemih kosong
50
4. Dilakukan penjahitan perinium
5. Jumlah perdarahan kurang lebih 75 cc
C. Analisa
1. Diagnose : kala IV
2. Masalah : tidak ada
3. Kebutuhan : tidak ada
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayinya
baik dan jumlah perdarahan normal serta hasil pemeriksaan 110/80 mmHg,
kontraksi rahim ibu baik
2. Menjelaskan kepada ibu ketidaknyamanan yang dirasakan yakni perutnya
yang mulas adalah sesuatu yang normal karena otot rahim ibu yang
berkontraksi untuk mencegah terjadinya perdarahan dan kembali keukuran
semula seperti sebelum hamil.
3. Membersihkan ibu, melakukan vulva hygiene, membersihkan badan ibu
dengan air DTT, tempat tidur dan bekas darah dengan klorin 0,5%,
memasang underpad dibawah bokong ibu untuk memantau jumlah
perdarahan serta memasangkan kain panjang agar ibu merasa lebih
nyaman
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum yang banyak serta istirahat
sebentar agar kondisi ibu terasa lebih baik
5. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini seperti miring kiri dan miring kanan
agar sirkulasi darah menjadi lancar dan mempercepat pemulihan
6. Memberikan terapi pada ibu sesuai kebutuhan yakni amoxcilin 500 mg 3 x 1,
asam mefenamat 500 mg 3 x 1 metergin 3 x 1 dan sf 2 x 1
7. Melakukan pemantauan 2 jam post partum dengan memantau serta jumlah
perdarahan ibu.
51
TABEL PEMANTAUAN 2 JAM POST PARTUM
Jam Waktu TD N S TFU CUT Kandung Perdarahan
ke Kemih
I 16.45 100/80 80 36,5 2 jari baik Kosong ±10 cc
bawah
pusat
17.00 100/80 80 2 jari Baik Kosong ±10 cc
bawah
pusat
17.15 100/80 80 2 jari Baik Kosong ±10 cc
bawah
pusat
17.30 100/80 80 2 jari Baik Kosong ±5 cc
bawah
pusat
II 18.00 100/80 80 36,5 2 jari Baik Kosong ±5 cc
bawah
pusat
13.30 100/80 80 2 jari Baik Kosong ±5 cc
bawah
pusat
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. “L” data subjektif yang dikaji sesuai dengan teori yang
ada dan data subjektif yang telah dikaji menunjang diagnosa. Ny. “L”
didiagnosa G3P2A0H2Usia Kehamilan 40-41 minggu dengan inpartu kala 1 fase
laten dengan Oligohidramnion, yakni ibu mengatakan HPHT pada tanggal 20-
01-2018. Kemudian ibu mengatakan rasa sakit pada perutnya hilang datang,
belum ada pengeluaran lendir bercampur darah, pengeluaran air(-) serta dari
hasil pemeriksaan penunjang yakni USG didapatkan jumlah cairan ketuban
sedikit atau hampir habis. Menurut teori Marks dan Divon (1992) mendefinisikan
oligohidramnion bila pada pemeriksaan USG ditemukan bahwa index kantong
amnion 5 cm atau kurang dan insiden oligohidramnion 12% dari 511 kehamilan
pada usia kehamilan 41 minggu. Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana
air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc (manuaba, 2007), atau
juga didefinisikan dengan indeks cairan amnion 5 cm atau kurang dari 12% dari
511 kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.
53
kepala 2/5 bagian, Kontraksi uterus : belum ada, Auskultasi : DJJ (+), irama
teratur 11-11-12, frekuensi 136x/menit, TBBJ :3100 Gram.
VTØ 1 cm, eff 10 %, ketuban (+), presentasi kepala, denominator belum jelas,
penurunan kepala H1, tidak teraba bagian terkecil janin atau tali pusat.
C. Analisa (A)
Hal ini sesuai dengan pengkajian data yang sudah dilakukan yaitu Pada
data subyektif didapatkan ibu mengatakan ini kehamilannya yang ketiga, HPHT
20-01-2018. Selain itu ibu mengatakan belum ada pengeluaran lendir
bercampur darah, pengeluaran air ketuban (-), rasa sakit pada perut hilang
datang. Serta hasil pemeriksaan USG didapatkan jumlah air ketuban berkurang
atau sedikit.
D. Penatalaksanaan (P)
54
kandungan yaitu advice dokter pemasangan infuse RL 500 ml, pemberian
oxytocsin mulai dari 8 tpm, observasi persalinan. Pemberian oxytocsin
dikarenakan pembukaan hanya 1 cm dan his tidak adekuat.
55
(Manuaba, dkk, 2007:501)
Pada penatalaksanaan kasus Ny “L” pada saat persalinan sudah dilakukan
sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal tetapi pada saat bayi lahir bayi
langsung menangis, warna tubuh kemerahan, A-S: 7-9 bayi tidak segera
dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bayi diletakkan di Median Warmer.
Pada pengkajian data saat di Ruang VK Bersalin RSUD Kota Mataram
dilakukan pengkajian sesuai dengan pengkajian data di teori dan di lahan, begitu
juga dengan asuhan yang diberikan, sesuai dengan diagnosa, masalah dan
kebutuhan pasien.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan kebidanan Persalinan Patologi pada Ny.”L”
G3P2A0H2Umur Kehamilan 40-41minggu dengan Oligohidramnion di ruang VK
Bersalin RSUD Kota Mataram, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subyektif pada kasus
‘‘Asuhan kebidanan pada Ny “L” G3P2A0H2Usia Kehamilan 40-41
minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota Mataram pada tanggal 30
Oktober 2018”.
b. Mahasiswa mampu melakukan pengumpulan data obyekif pada kasus
‘‘Asuhan kebidanan pada Ny “L” G3P2A0H2Usia Kehamilan 40-41
minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota Mataram pada tanggal 30
Oktober 2018”.
c. Mahasiswa mampu menganalisa atau assasment yang sesuai pada
kasus‘‘Asuhan kebidanan pada Ny “L” G3P2A0H2Usia Kehamilan 40-41
minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota Mataram pada tanggal 30
Oktober 2018”.
d. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan secara menyeluruh pada
kasus ‘‘Asuhan kebidanan pada Ny “L” G3P2A0H2Usia Kehamilan 40-41
minggu dengan Oligohidramnion di RSUD Kota Mataram pada tanggal 30
Oktober 2018”.
B. Saran
1. Bagi Institusi Praktik
Mengharapkan Institusi lahan tetap mempertahankan dan meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan kebidanan
khususnya.
57
2. Bagi Instansi Pendidikan
Mengharapkan instansi pendidikan meningkatkan kualitas mahasiswa D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram sehingga siap mengeluarkan
tenaga – tenaga bidan yang kompeten pada bidangnya nanti.
3. Bagi Mahasiswa
Mengharapkan mahasiswa menambah keterampilan dan pengetahuan
mahasiswa, dan memberi peluang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori –
teori yang diperoleh di institusi pendidikan.
58
DAFTAR PUSTAKA
59