DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
KALIMANTAN TIMUR
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama
untuk menyelesaikan makalah ini.
Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah, yaitu
Asuhan Kebidanan dengan judul makalah “Gangguan Nafas (RSD, MAS)”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...................................................................................................5
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................6
1.3. Tujuan................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
A.Gangguan Nafas
2.1. Pengertian Gangguan Nafas...................................................................7
B.Respiratory Distress Syndrome (RDS)
3.1 Pengertian RDS.......................................................................................8
3.2 Etiologi RDS...........................................................................................8
3.3 Patofisiologi RDS....................................................................................9
3.4 Manifestasi Klinis..................................................................................10
3.5 Komplikasi RDS....................................................................................11
3.6 Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................13
3.7 Penatalaksanaan RDS.............................................................................14
C.Aspirasi Meconium Syndrome (MAS)
4.1pengertian MAS......................................................................................15
4.2 Etiologi MAS.........................................................................................17
4.3 Patofisiologi MAS..................................................................................18
4.4 Tanda dan Gejala MAS..........................................................................19
4.5 Komplikasi RDS....................................................................................21
4.6 Pengobatan MAS...................................................................................22
4.7 Penatalaksanaan RDS.............................................................................24
3
BAB III KASUS
Kasus kebidanan pada bayi dengan RDS………………………………………26
Kasus kebidanan pada bayi dengan MAS………………………………………38
BABIV
Kesimpulan……………………………………………………………………..47
Saran……………………………………………………………………………47
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….48
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
Asfiksia neonatorum merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini erat kaitannya
dengan hipoksia janin dalam uterus. Hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir
(Nugroho, 2015). Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi seiama atau sesudah
persalinan (Marfuah dkk, 2013).
1. Tujuan Umum
6
2. Tujuan Khusus
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Gangguan Nafas
1.1 Pengertian
Gangguan nafas (respiratory failure) dan distress nafas (respiratory
distress) merupakan diagnosis yang ditegakkan secara klinis dimana
sistem pernafasan tidak mampu untuk melakukan pertukaran gas
secara normal tanpa bantuan. Terminologi respiratory distress
digunakan untuk menunjukkan bahwa pasien masih dapat
menggunakan mekanisme kompensasi untuk mengembalikan
pertukaran gas yang adekuat, sedangkan respiratory failure
merupakan keadaan klinis yang lanjut akibat kegagalan mekanisme
kompensasi dalam mempertahankan pertukaran gas atau tercukupinya
aliran oksigen.
Gagal nafas pada neonatus merupakan masalah klinis yang sangat
serius, yang berhubungan dengan tingginya morbiditas, mortalitas,
dan biaya perawatan. Sindroma gagal nafas (respiratory distress
sindrom, RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru
atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru(Marmi &
Rahardjo, 2012).
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi aterm maupaun
pada bayi preterm, yaitu bayi dengan berat lahir cukup maupun
dengan beratbadan lahir rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR yang
preterm mempunyai potensi kegawatan lebih besar karena belum
maturnya fungsi organ organ tubuh. Kegawatan sistem pernafasan
dapat terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram dalam bentuk sindroma gagal nafas dan asfiksia
8
neonatorum yang terjadi pada bayi cukup bulan paru(Marmi &
Rahardjo, 2012).
2.2 Etiologi
RDS (Respiratory Distress Syndrome) Penyebab kegagalan
pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu, faktor plasenta,
faktor janin dan faktor persalinan.
Faktor ibu meliputi hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, gravida empat atau lebih, sosial
ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh darah ibu yang
mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, dan lain-lain.
Faktor plasenta meliputi solusio plasenta, perdarahan plasenta,
plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak menempel pada
tempatnya.
9
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan
lahir,gemeli, prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-
lain.
Faktor persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan
dan lain-lain.
Sindroma gagal nafas adalah perkembangan imatur pada sistem
pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru-
paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan gangguan pernafasan
akibat ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap asfiksia. Biasanya
masalah ini disebabkan karena adanya masalah-masalah kehamilan
dan pada saat persalinan (Marmi & Rahardjo, 2012).
2.3 Patofisiologi
RDS (Respiratory Distress Syndrome) Kegawatan pernafasan dapat
terjadi pada bayi dengan gangguan pernafasan yang dapat
menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi berupa kerusakan
otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada sistem
pernafasan adalah terjadinya kekurangan oksigen (hipoksia) pada
tubuh bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolisme anaerob. Apabila keadaan hipoksia
semakin berat dan lama,metabolisme anaerob akan menghasilkan
asam laktat. Dengan memburuknya keadaan asidosis dan penurunan
aliran darah keotak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain
karena hipoksia dan iskemia.
Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu
primer. Pada keadaan ini bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah
relative masih baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya
vasokontriksi perifer ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah
dan reflek bradikardi ringan. Depresi pernafasan pada saat ini dapat
diatasi dengaan meningkatkan implus aferen seperti perangsangan
10
pada kulit.Apneu normal berlangsung sekitar 1-2 menit. Apnea primer
dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya sistem sirkulasi.
Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat
bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi
sampai 5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu
sekunder denyut jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam
darah terus menurun. Bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan
tidak menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan
terjadikecuali pernafasan buatan dan pemberian oksigen segera
dimulai (Marmi & Rahardjo, 2012).
11
4) Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
5) Apnea
6) Hipotensi sistemik
7) Anemia
8) Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
9) Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua
12
3) Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk
menentukan maturitas paru
4) Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia
13
Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban, sindroma
ini sangat parah. Mekonium yang Terhirup lebih kental sehingga
penyumbatan saluran udara lebih berat.
3.1 Etiologi
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami stres selama proses
persalinan berlangsung. Bayi seringkali merupakan bayi post-matur (lebih
dari 40 minggu). Selama persalinan berlangsung, bayi bisa mengalami
kekurangan oksigen. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya gerakan
usus dan pengenduran otot anus, sehingga mekonium dikeluarkan ke
dalam cairan ketuban yang mengelilingi bayi di dalam rahim. Cairan
ketuban dan mekoniuim becampur membentuk cairan berwarna hijau
dengan kekental yang bervariasi. Jika selama masih berada di dalam
rahim janin bernafas atau jika bayi menghirup nafasnya yang pertama,
maka campuran air ketuban dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-
paru. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial
ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan
pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu,
mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara,
menyebabkan suatu pneumonia kimiawi.
Cairan ketuban yang berwarna kehijauan disertai kemungkinan
terhirupnya cairan ini terjadi pada 5-10% kelahiran. Sekitar sepertiga bayi
yang menderita sindroma ini memerlukan bantuan alat pernafasan.
Aspirasi mekonium merupakan penyebab utama dari penyakit yang
berat dan kematian pada bayi baru lahir.
Faktor resiko terjadinya sindroma aspirasi mekonium:
Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
14
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan oksigen ketika bayi masih berada
dalam rahim).
3.2 Patofisiologi
MAS seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut
fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang mengalami distres akan
menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia
jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus disertai
dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam
cairan amnion. Apa yang terjadi bila mekonium terhisap ke dalam saluran
pernafasan? Mekonium tersebut akan menyumbat (sebagian ataupun
seluruh) saluran pernafasan bayi dimana dalam hal ini akan menjadi
berbahaya jika tidak segera ditangani.
3.4 Komplikasi
1. Displasia bronkopulmoner
15
2. Pneumotoraks
3. Aspirasi pnemonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar
untuk menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama
kehidupannya. Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa
meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis jangka
panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita
penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga menderita abnormalitas
perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM
dapat menimbulkan kematian
3.5 Pengobatan
Setelah kepala bayi lahir, dilakukan pengisapan lendir dari mulut bayi.
Jika mekoniumnya kental dan terjadi gawat janin, dimasukkan sebuah
selang ke dalam trakeabayi dan dilakukan pengisapan lendir. Prosedur ini
dilakukan secara berulang sampai di dalam lendir bayi tidak lagi terdapat
mekonium. Jika tidak ada tanda-tanda gawat janin dan bayinya aktif serta
kulitnya berwarna kehijauan, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak
melakukan pengisapan trakea yang terlalu dalam karena khawatir akan
terjadipneumonia aspirasi.
Jika mekoniumnya agak kental, kadang digunakan larutan garam
untuk mencuci saluran udara. Setelah lahir, bayi dimonitor secara ketat.
Pengobatan lainnya adalah:
Fisioterapi dada (menepuk-nepuk dada)
Antibiotik (untuk mengatasi infeksi)
Menempatkan bayi di ruang yang hangat (untuk menjaga suhu tubuh)
Ventilasi mekanik (untuk menjaga agar paru-paru tetap mengembang).
Gangguan pernafasan biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 hari,
meskipun takipneu bisa menetap selama beberapa hari. Hipoksia intra-
uterin atau hipoksia akibat komplikasi aspirasi mekonium bisa
16
menyebabkan kerusakan otak. Aspirasi mekonium jarang menyebabkan
kerusakan paru-paru yang permananen
3.6 Penatalaksanaan
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi
akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care
unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikoksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi
mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada
dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
17
Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan
diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat
obstruksi dan terdapatnya pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan
iregular pada paru )
Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau
respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Insidens sindrom gangguan pernapasan
(RDS) biasa menyerang pada bayi baru
lahir dengan kurang bulan (Maryunani,
2010)
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis :
18
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah / Ibu : <20 tahun / <35 tahun (Suradi, 2000)
Pendidikan Ayah / Ibu :
Pekerjaan Ayah / Ibu :
Agama :
Suku/ bangsa :
Alamat :
2. Alasan MRS dan Keluhan Utama
a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah untuk dilakukan perawatan.
b. Keluhan Utama
Pada kasus sindrom gangguan pernapasan (RDS) keluhan utama
adalah bayi lahir prematur <37 minggu terdapat sianosis,
pernafasan cuping hidung, retraksi dada serta terdapat bunyi
merintih atauu grunting pada bayi saat bernafas sejak bayi lahir
(Arief ZR, 2010)
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Riwayat Antenatal
Ibu hamil dengan hipertensi atau diabetes merupakan salah
satu faktor sindrom gangguan pernapasan (RDS) pada bayi
(Pramanik, 2015).
Riwayat Intrantal
Bayi yang lahir premature dengan umur kehamilan <37
minggu meningkatkan insidens sindrom gangguan
19
pernapasan (RDS) karena terjadi immaturitas paru (NHLBI,
2015).
Riwayat Postnatal
Riwayat Imunisasi
Riwayat Alergi
Riwwayat Penyakit Yang Pernah Di Derita
Riwayat Operasi/Pembedahan
Riwayat Tumbuh Kembang
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Riwayat Penyakit Menular
b. Riwayat Penyakit Menurun
c. Riwayat Penyakit Menahun
5. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Pernapasan Pada kasus bayi dengan RDS akan terjadi sesak nafas, pernafasan
cuping hidung, merintih, pernafasan cepat > 60/menit, aktivitas
menurun sidertai atoni atau hipotonoi, sejak bayi lahir
Nutrisi Bayi dengan RDS biasanya memerlukan alat bantu untuk memenuhi
nutrisinya dengan cara ASI diperas dan dapat diberikan melalui sendok,
dot, sonde, lalu kaji apakah bayi tersedak atau tidak.
Eliminasi BAB dan BAK dari bayi yang meliputi frekuensi, warna serta keluhan.
Istirahat Dapatkah bayi beristirahat, ada atau tidak keluhan saat beristirahat.
Aktivitas Bayi memiliki aktivitas yang minim karena lemah.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
20
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor
koma / delirium
Tanda Vital :
Tekanan Darah :
Nadi :
Pernapasan : > 60 kali/menit
Suhu :
Antropometri :
Tinggi Badan :
Berat Badan :
LILA :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kulit : Pada kasus sindrom gangguan pernapasan terdapat
sianosis di area kulit (Arief ZR, 2010)
Kepala :
Wajah
Mata :
Telinga :
Hidung : Pernapasan cuping hidung merupakan salah satu
dari
tanda dan gejala sindrom gangguan pernapasan
(Arief ZR, 2010)
Mulut : Pada kasus sindrom gangguan pernapasan terdapat
siaonosis disekitar mulut ( Arief ZR, 2010)
Leher :
Dada :
Abdomen :
21
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
b. Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
c. Auskultasi :
d. Perkusi :
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks Moro :
Refleks Tonic Neck :
Refleks Rooting :
Refleks Sucking :
Refleks Graps (Plantar & Palmar Grasp) :
Refleks Babynski :
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan Fungsi Kardiovaskuler
b. Pemeriksaan Diagnostik :
22
Pemeriksaan Foto Rontgen
1. Kebocoran Alveoli
Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel), pada
bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal
hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap.
V. INTERVENSI
23
1. Informasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga !
Rasional : penyampaian dan penjelasan kepada ibu dan keluarga
mengenai hasil pemeriksaan sangat penting agar ibu dan
keluarga dapat mengetahui perkembangan kesehatan
bayinya.
2. Lakukan informed concent !
Rasional : setiap tindakan yang diberikan harus diberitahu kepada ibu
dan keluarga melalui lembar informed concent. Sehingga
ibu dan keluarga berhak menentukan keputusan klinik yang
akan diambil dan dapat dipakai bahan pertanggungjawaban.
3. Pantau suhu dalam incubator !
Rasional : suhu dalam incubator harus sering dipantau, mengingat
bayi
masih dalam masa transisi.
4. Observasi TTV !
Rasional : kondisi bayi dengan RDS harus selalu dipantau, mengingat
kondisi bayi sangat lemah, rentan kehilangan suhu tubuh,
dan bayi mengalami takipneu, sewaktu-waktu TTV bayi
bisa berubah.
5. Pantau tetesan infus dan aliran oksigen !
Rasional : bayi BBLR dengan RDS sangat perlu untuk selalu
dipantau,
karena sebelumnya telah mengalami kolaps paru yang
membuat oksigenasi jaringan pada tubuhnya menurun yang
menyebabkan metabolisme anaerobik dengan penimbunan
asam laktat asam organik dan berakhir dengan asidosis
metabolik.
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak terkait dengan pemasangan
sonde dan pemberian antibiotik penisilin 50.000-100.000 IU/kgBB/hari !
Rasional : bayi BBLR dengan RDS mengalami refleks rooting,
sucking, dan swallowing yang lemah, sehingga perlu
24
dipasang sonde agar bayi mendapat nutrisi yang adekuat.
Pemberian antibiotik perlu untuk mencegah terjadinya
infeksi.
7. Berikan ASI personde tiap 2 jam !
Rasional : bayi membutuhkan nutrisi yang adekuat untuk
pertumbuhan
dan perkembangan.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
Waktu pengkajian :
Nama pengkaji :
Tempat pengkajian :
A. DATA SUBJEKTIF
4. Identitas
c. Identitas Pasien
25
Nama :
Umur/Tanggal lahir : Cairan amnion yang terwarna-mekonium
ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi
sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup bulan
atau lewat bulan (Arvin, B.K 2000)
Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis Medis :
d. Identitas Orang Tua
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Usia Ayah / Ibu :
Pendidikan Ayah / Ibu :
Pekerjaan Ayah / Ibu :
Agama :
Suku/ bangsa :
Alamat :
5. Alasan MRS dan Keluhan Utama
c. Alasan MRS
Alasan MRS adalah untuk dilakukan perawatan.
d. Keluhan Utama
takipnea, hipoksia, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan
kasus berat (Arvin,B.K, 2000)
6. Riwayat Kesehatan Klien
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat perjalanan penyakit dan upaya untuk mengatasi
d. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Riwayat Antenatal
Kehamilan postterm, pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi
pada ibu, diabetes mellitus pada ibu, bayi kecil masa
26
kehamilan (KMK), ibu yang perokok berat, penderita
penyakit paru kronik, atau penyakit kardiovaskular
(clark,2010)
Riwayat Intrantal
sindroma aspirasi mekonium terjadi karena cairan amnion
yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi pada saat
proses persalinan (clark, 2010)
Riwayat Postnatal
Riwayat Imunisasi
Riwayat Alergi
Riwwayat Penyakit Yang Pernah Di Derita
Riwayat Operasi/Pembedahan
Riwayat Tumbuh Kembang
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Riwayat Penyakit Menular
e. Riwayat Penyakit Menurun
f. Riwayat Penyakit Menahun
7. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Keterangan
Pernapasan Mekonium yang kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan
obstruksi jalan napas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan
pernapasan dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran dengan
gejala takipnea, retraksi, stridor, dan sianosis pada bayi dengan kasus
berat (Arvin,B.K, 2000)
Nutrisi Bayi dengan SAM biasanya memerlukan alat bantu untuk memenuhi
nutrisinya dengan cara ASI diperas dan dapat diberikan melalui sendok,
dot, sonde, lalu kaji apakah bayi tersedak atau tidak.
Eliminasi
Istirahat
Aktivitas Bayi memiliki aktivitas yang minim karena lemah.
27
d. Komposisi, Fungsi dan Hubungan Keluarga (Genogram)
e. Keadaan Lingkungan Rumah dan Sekitar
f. Kultur dan Kepercayaan Yang Mempengaruhi Kesehatan
B. DATA OBYEKTIF
2. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis / apatis / somnolen / sopor
koma / delirium
Tanda Vital :
Tekanan Darah :
Nadi : bradikardia (Harris V,2000)
Pernapasan : takipnea (> 60x/menit)
Suhu :
Antropometri :
Tinggi Badan :
Berat Badan : bayi kecil masa kehamilan(KMK),
(clark,2010)
LILA :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
5. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kulit : Pada kasus sindrom aspirasi mekonium berat
terdapat
sianosis di area kulit (Arvin, B.K 2000)
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
28
Mulut :
Leher :
Dada : terdapat retraksi dinding dada (Arvin, B.K 2000)
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
b. Palpasi
Kepala :
Wajah :
Mata :
Telinga :
Hidung :
Mulut :
Leher :
Dada :
Abdomen :
Genetalia :
Anus :
Ekstremitas :
c. Auskultasi :
Dada : terdengar bunyi stridor pada bayi dengan SAM
(Arvin, B.K 2000)
d. Perkusi :
6. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Refleks Moro :
Refleks Tonic Neck :
Refleks Rooting :
Refleks Sucking :
Refleks Graps (Plantar & Palmar Grasp) :
29
Refleks Babynski :
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Fungsi Paru
Pemeriksaan Fungsi Kardiovaskuler
Pemeriksaan kadar gas darah arteri : Pengukuran kadar gas darah
arteri dibutuhkan untuk menilai kebutuhan ventilasi dan oksigen
tambahan (gomella, 2009)
b. Pemeriksaan Diagnostik :
Pemeriksaan Foto Rontgen
Radiografi thoraks. : Radiografi thoraks sebaiknya
diambil setelah kelahiran jika neonatus
dalam kondisi distres. Radiografi thoraks
juga dapat membantu menentukan
pasien mana yang berpotensi mengalami
distres napas
6. Displasia bronkopulmoner
7. Pneumotoraks
8. Pneumonia
30
9. PPHN (Persistent Pulmonary Hypertension of the Newborn) adalah
Hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan proses hipoksemia
V. INTERVENSI
31
bayinya.
9. Lakukan informed concent !
Rasional : setiap tindakan yang diberikan harus diberitahu kepada ibu
dan keluarga melalui lembar informed concent. Sehingga
ibu dan keluarga berhak menentukan keputusan klinik yang
akan diambil dan dapat dipakai bahan pertanggungjawaban.
10. Observasi TTV !
Rasional : kondisi bayi dengan RDS harus selalu dipantau, mengingat
kondisi bayi sangat lemah, rentan kehilangan suhu tubuh,
dan bayi mengalami takipneu, sewaktu-waktu TTV bayi
bisa berubah.
11. Lakukan suction pada bayi dengan aspirasi meconium
Rasional : Jika bayi tidak bugar (didefinisikan sebagai kondisi tonus otot
yang lemah dan usaha napas yang kurang maupun tidak ada): suction
trakea langsung setelah kelahiran. Suction dilakukan selama tidak lebih
dari 5 detik. Jika bayi bugar (didefinisikan sebagai kondisi usaha napas
yang cukup, menangis, tonus otot cukup, dan warna kulit yang baik):
bersihkan sekresi dan mekonium dari mulut lalu hidung menggunakan
bulb syringe atau selang suction yang besar. Pada kondisi apapun,
langkah-langkah resusitasi berikutnya harus mencakup: pengeringan,
reposisi, dan pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
12. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak terkait dengan
pemasangan sonde dan pemberian antibiotik penisilin 50.000-100.000
IU/kgBB/hari !
Rasional : bayi KMK dengan MAS mengalami keadaan yang lemah,
sehingga perlu dipasang sonde agar bayi mendapat nutrisi
yang adekuat. Pemberian antibiotik perlu untuk mencegah
terjadinya infeksi.
13. Berikan ASI personde tiap 2 jam !
Rasional : bayi membutuhkan nutrisi yang adekuat untuk
pertumbuhan
32
dan perkembangan.
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan
rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan
keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
33
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN RDS
Tanggal pengkajian : 14 Juni 2017
No.RM : 35.19.31
SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : By. Ny “M”
Tgl/Jam Lahir : 14 Juni 2017 / 18.00 WITA
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 14 Juni 2017
34
Bayi segera setelah lahir mengalami sesak nafas, kebiruan dan terdengar
suara rintihan saat bernafas yang masih memerlukan perawatan intensif.
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Perjalan Penyakit
Ibu G2P1A0H1 umur kehamilan 36 minggu dengan KPD > 24 jam,
bayi lahir dengan tindakan SC karena gagal oksitosin drip, di Ruang
OK RSUD Praya pada tanggal 14 Juni 2017 pukul 18.00 wita,
menangis lemah dengan A-S : 5/7, berat badan : 2100 gram. Tindakan
yang sudah dilakukan adalah langkah awal resusitasi, bayi segera
menangis, pemberian vit K dan salep mata, kemudian bayi langsung
di bawa ke Ruang NICU. Di ruang nicu bayi diletakkan di incubator
dan diberikan O2 1 Lpm melalui nasal kanul.
b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Riwayat Antenatal
Corak Reproduksi : G2P1A0H1, UK 36 minggu
Hamil ke :2
Kunjungan Antenatal : 9 kali di Polindes dan Posyandu
Keadaan Kesehatan : TM I : mual muntah, sering kecing
TM II : pusing
TM III : sakit kepala, sering kencing
Obat yang dikonsumsi : tablet Fe, asam folat
Imunisasi TT : 2 kali selama kehamilan
Kenaikan BB hamil : 11 kg
Riwayat Intrantal
Lama kala I : ≥ 24 jam
Lama kala II : -
Warna air ketuban : jernih
Jenis persalinan : SC
Komplikasi persalinan: KPD ≥ 24 jam
35
Penolong : Dokter
Jam/tgl/lahir : 18.00 WITA/ 14 Juni 2017
Jenis kelamin : Laki-laki
BB/PB : 2100 gr / 46 cm
Riwayat Postnatal
Apgar Skor
Pola Keterangan
Pernafasan Ada gangguan yaitu bayi mengalami sesak nafas dan terdengar suara
rintihan saat bernafas
Nutrisi Jenis makanan : ASI
Frekuensi : telah diberikan 1 kali sebanyak 2 cc melalui OGT
Masalah : Tidak ada reflek hisap
Eliminasi BAB
Belum ada
BAK
Frekuensi : 1 kali
Warna : kuning jernih
Konsistensi : cair, bau khas urine
36
a. Psikologis : Penerimaan orang tua dan keluarga terhadap bayi sangat
menerima , keluarga membantu dalam perawatan bayi
sehari-hari.
b. Sosial : Pengambilan keputusan dalam keluarga musyawarah.
c. Kultural : Tidak ada kebiasaan dalam keluarga yang mempengaruhi
kesehatan bayi
d. Spiritual : Tidak ada kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
bayi.
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
Nadi : 154 x/menit
Respirasi : 76 x/menit
Suhu : 36,0 ºC
Antropometri :
Panjang Badan : 46 cm
Berat Badan : 2100 gram
Lingkar kepala : 31 cm
Lingkar dada : 30 cm
Lingkar lengan : 10 cm
2. Pemeriksaan fisik
37
Mata : Mata bersih, sklera tidak ikterus, tidak
ada infeksi ,konjungtiva tidak anemis.
Telinga : Daun telinga datar, lembut karena
tulang rawannya masih sedikit, letak
sejajar dengan kontus mata, infeksi
tidak ada.
Hidung : Hidung lunak, terdapat pernapasan
cuping hidung, tidak ada secret,
terpasang O2 CPAP pada hidung
Mulut : Warna kemerahan, tidak ada kelainan,
terpasang OGT.
Leher : Tidak ada kelainan.
Dada : Dada simetris, putting susu simetris,
terdapat tarikan dinding dada, suara
nafas dan jantung normal.
Abdomen : Perut simetris, tali pusat kering, tidak
ada kelainan.
Punggung : Tidak ada kelainan.
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, testis belum
turun ke skrotum , penis berlubang,
tidak ada kelainan.
Anus : Berlubang, belum BAB
Ekstremitas : Atas :
Gerakan lemah, jumlah jari lengkap,
tidak ada trauma lahir, tidak ada
sianosis, terpasang infus D 10 % pada
tangan sebelah kiri.
Bawah :
gerakan lemah, simetris, jari kaki
lengkap, terdapat sianosis pada ujung
jari-jari.
3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Reflek moro lemah, reflek rooting lemah, reflek grasping lemah, reflek
tonik neck lemah, reflek galants lemah
38
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
ANALISA
39
asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
Penatalaksanaan
40
Catatan Perkembangan
No Waktu Tindakan
1 14 Juni 2017 S :-
Pukul 23.59 O :
WITA Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah,
ekstremitas dingin (+), BB : 2100 gr,TTV : DJ : 154 x/menit, R :
76x/menit, S : 36,6˚C, pemeriksaan, fisik normal, bibir sianosis (-)
bibir kering (-), warna kulit kemerahan ekstremitas biru, tangisan
merintih, muntah (+) retraksi dada (+), tonus otot baik, BAB (+),
BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % 6 tetes mikro/menit, O 2
terpasang CPAP, OGT masih terpasang
A:
NKB SMK umur 6 jam RDS.
P :
1. Menjaga kehangatan bayi
Mencegah terjadinya hipotermi, dengan mengganti pakaian
atau popok bayi bila basah, memakaikan bayi topi, sarung
tangan dan kaki, memakaikan bayi selimut.
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit.
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas
bayi. O2 terpasang CPAP 7 mbar 35 % O2.
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8x 2 cc telah
diberikan ASI 2 cc setiap 2 jam, residu 3 cc
2 15 Juni 2017 S :-
Pukul 06.00 O:
WITA Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah,
41
ekstremitas teraba dingin (+), BB : 2100 gr,TTV : DJ : 153
x/menit, R : 56 x/menit, S : 36,8˚C, pemeriksaan, fisik normal,
bibir sianosis (-),bibir kering (-) warna kulit kemerahan, tangisan
merintih, muntah (+) retraksi dada (+), tonus otot baik, BAB (+),
BAK (+), masih terpasang infus D5 10 % tetes mikro/menit,
oksigen terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A :
NCB SMK umur 13 Jam dengan RDS.
P :
1. Menjaga kehangatan bayi
Mencegah terjadinya hipotermi, dengan mengganti pakaian
atau popok bayi bila basah, memakaikan selimut, memakaikan
bayi topi dan kaos kaki dan tangan.
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 56 x/menit, DJ : 153 x/menit, dan warna
kulit kemerahan, bibir tidak sianosis.
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas
bayi. O2 terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2.
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, menghitung tetesan
infuse, terpasang D 10 % 6 tetes mikro per menit pada tangan
sebelah kiri. Tetesan tidak lancar, mengganti infus disebelah
kanan.
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8 x 2 cc ( setiap
3 jam.
6. Perawatan tali pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali pusat
dan menjaga agar tetap kering.
7. Pemberian obat
42
Injeksi ampicilin 2 x 120 mg, pukul : 06.00 wita
Injeksi gentamicin 1 x 12 mg, pukul : 06.00 wita
3 15 Juni 2017 S :-
Pukul 18.00 O:
WITA Bayi masih dirawat di inkubator, keadaan umum bayi lemah,
ekstremitas teraba dingin (+), BB : 2400 gr, TTV : DJ : 146
x/menit, R : 56 x/menit, S : 37,4˚C, pemeriksaan, fisik normal,
bibir sianosis (-) , warna kulit kemerahan, tangisan merintih,
muntah (+) retraksi dada (+), tonus otot baik, BAB (+), BAK (+),
masih terpasang infus D5 10 % tetes mikro/menit, oksigen
terpasanng CPAP, OGT masih terpasang
A :
NCB SMK umur 1 hari dengan RDS.
P :
1. Menjaga kehangatan bayi
Mencegah terjadinya hipotermi, dengan mengganti pakaian
atau popok bayi bila basah, memakaikan selimut,
memakaikan bayi topi dan kaos kaki dan tangan.
2. Observasi pernafasan, denyut jantung dan warna kulit
Hasil observasi R : 56 x/menit, DJ : 146 x/menit, dan warna
kulit kemerahan, bibir tidak sianosis.
3. Observasi pemberian O2
Mengatur posisi kepala bayi ekstensi, agar terbuka jalan nafas
bayi. O2 terpasang menggunakan CPAP 7 mbar 35 % O2.
4. Observasi tetesan infuse
Mengobservasi tetesan dan lokasi infuse, menghitung tetesan
infuse, terpasang D 10 % 6 tetes mikro per menit pada tangan
sebelah kiri. Tetesan tidak lancar, mengganti infus disebelah
kanan.
5. Pemberian Nutrisi
Memberikan nutrisi berupa ASI melalui OGT 8 x 2 cc ( setiap
43
3 jam.
6. Perawatan tali pusat
Merawat tali pusat dengan membersihkan area sekitar tali
pusat dan menjaga agar tetap kering
SUBJEKTIF
A. Identitas
Nama bayi : Bayi Ny “N”
Umur : 23 jam
Tgl/Jam Lahir : 11-02-2021/14.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 3,255 gram
PB : 30 cm
44
Nama Ib u : Ny ”I” Nama Ayah : Tn. “D”
Umur : 23 Th Umur : 23 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku : Jawa Suku : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Sabanar Lama Hilir
45
buahan,ikan telur dan daging. Ibu mengonsumsi vitamin, asam
folat dan tablet Fe yang telah diberikan oleh bidan. Ibu sudah
mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1x. TT1 saat UK 6 bulan.
Riwayat intranatal:
46
Riwayat operasi/pembedahan
Tidak ada operasi
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat Pertumbuhan : Tidak Ada
OBJEKTIF
47
1. Pemeriksaan Umum
KU : Buruk , KES : Samnolen
Tanda Vital : Nadi : 119 x/menit
Pernapasan : 48 x/menit
Suhu : 36, 8 °C
Antropometri : Panjang badan : 30 cm,
Berat badan : 3.255 gr
LILA : 10, 5 cm
Lingkar kepala :
- Circumferentia suboccipu bregmetica = 30 cm
- Circumferentia fronto occipitalis = 32 cm
- Circumferentia mento occipitalis = 33 cm.
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Caput succedanum positif, ubun-ubun datar
48
aorta dan pulmo, terdengar teratur
Abdomen : Abdomen tampak datar, simetris, kulit tampak
pucat,bising usus normal (10 x/menit), timpani tidak
nyeri tekan, ,tidak ada pembekakan., hepar dan lien,
terdapat retraksi epigastrum
Genetalia : Perempuan, vagina tampak normal, labia mayora
menutupi labia minora, klitoris normal, bersih, tidak
terdapat benjolan dikelenjar skane dan bartholini
Anus : Tampak lubang anus, tidak terdapat haemoroid, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada tanda
kelainan.
Ekstermitas : Pada ekstremitas superior dan inferior tidak terdapat
oedem, namun ujung ekstremitas tampak pucat, crt
kembali dalam 3 detik babinski positif.
Punggung : Tidak tampak adanya kelainan pada tulang punggung,
tidak teraba adanya pembengkakan, dan tidak ada
perlukaan.
Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain:
Refleks Moro : (-) bayi tidak tampak terkejut ketika
dikejutkan dengan suara,
Refleks tonic neck : belum dilakukan
Refleks rooting : (-) bayi tidak tampak menoleh kearah
sentuhan ketika pipi bayi
disentuh
Refleks sucking :(+) refleks isap lemah, berusaha untuk
menghisap puting yang
disentuhkan.
Refleks graps (plantar & palmar grasp): (+)
- Stimulasi pada telapak kaki menyebabkan jari-jari kaki melengkung
(plantar flexion ).
49
- Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika
bila jari diletakkan di tangan bayi
Refleks babynski : (+) dibuktikan dengan dengan bila bayi telapak
kakinya digores dengan jari pemeriksa
maka jari kaki bayi berusaha untuk
menggenggam
A. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
ANALISA
Diagnosis : NCB SMK usia 23 jam dengan MAS
Masalah : - Tidak menangis spontan
- Tidak dapat menyusui karena reflek sucking lemah
Diagnosis potensial : - Displasia bronkopulmoner
- Pneumotoraks
- Aspirasi pnemonia
Masalah Potensial : - Sianosis
- dehidrasi
Kebutuhan segera : Dilakukannya resusitasi
PLANNING
50
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm
;Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan
mengetahui bahwa bayinya dalam keadaan
MAS
16.15 Memberikan dorongan kepada orang tua Bidan
untuk terus semangat dan meyakinkan orang
tua bahwa bayinya tidak apa-apa
16.25 Bidan
Menjelaskan kepada orang tua penyebab
MAS. MAS dapat disebabkan oleh faktor,
yang meliputi:
Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan
oksigen ketika bayi masih berada dalam
rahim).
;Ibu mengerti dan paham dengan penjelasan
tersebut
16.33 Mejelaskan kepada ibu untuk tetap Bidan
memberikan asi dan terus menjaga asupan
bayi ketika kondisi bayi sudah baik.
;Ibu paham apa yang dijelaskan dan akan
melakukan anjuran yang telah diberikan.
16.38 Menganjurkan kepada orang tua untuk Dokter
konsulkan kondisi bayi rutin ke dokter
51
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindroma gagal nafas (respiratory distress sindrom, RDS) adalah istilah
yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini
merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan
maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru(Marmi &
Rahardjo, 2012). Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin
menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik ketika
bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan.
4.2 Saran
1. Untuk lahan praktek
Diharapkan dapat meningkatkan pelayana asuhan kepbidanan yang
kompherensif pada bayi resiko tinggi khususnya pada bayi dengan RDS,MAS
2. Untuk institusi
Diharapkan dapat menyediakan literatur yang menunjang dalam
melakukan studi kasus khususnya berkaitan dengan RDS,MAS
30
3. Untuk Penulis
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada bayi resiko tinggi khusunya bayi dengan RDS,MAS
Daftar pustaka
1. KARYA TULIS ILMIAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN RDS
(RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM) DI RUANGAN NHCU RSUD PROF. DR.
W. Z. JOHANES KUPANG” ;
2. Levy M. Pathophysiology of oxygen delivery in respiratory failure. Chest.
2005;128:547-53.
3. Kumar A, Bhatnagar V. Respiratory Distress in Neonates. Indian J Pediatr
2005. 2005;72(5):425-38.
4. Sweet D, Carnielli V, Greisen G, Hallman M, Ozek E, Plavka R, dkk.
European consensus guidelines on the management of neonatal respirat
5. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KEGAGALAN NAFAS PADA
NEONATUS ; http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2014/07/GAGAL-NAFAS.pdf
6. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/07/GAGAL-
NAFAS.pdf