Anda di halaman 1dari 35

TUGAS PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI

OBSERVASI, OBSERVASI DAN WAWANCARA


BERDASARKAN KONSEP PDCA

DISUSUN OLEH :

JUNIWARTI
NIM : 1715301112

DOSEN
ZURAIDA, S.ST, M. BIOMED

PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN


STIKes FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2017/ 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-

Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah diskusi yang bertemakan Penilaian dalam

Pelayanan Kebidanan dengan lancar tanpa hambatan yang cukup berarti.Makalah ini kami

susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mutu Pelayanan Kebidanan.

Tidak lupa kami pun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu kami dalam menyelesaikan masalah ini

Kami sangat menyadari, makalah ini jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, kami

meminta kritik dan saran dari pembaca. Kami pun berharap semoga makalah yang kami

susun ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bukittinggi , Agustus 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang

perlu diperhatikan.Salah satu di antaranya yang dipandang mempunyai peran cukup

penting ialah menyelenggarakan pelayanan kesehatan khususnya kebidanan.Adapun

yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan ialah upaya yang diselenggarakan secara

sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, menengah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan anggota masyarakat.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu banyak

upaya yang dapat dilaksanakan. Upaya tersebut akan terwujud jika dilaksanakan

secara terarah dan terencana dalam ilmu administrasi kesehatan dikenal dengan nama

Program Menjaga Mutu.

Program menjaga mutu pelayan kebidanan tidak terlepas dari dari kegiatan-

kegiatan yang harus dilaksanakan.Pelbagai kegiatan tersebut meliputi kegiatan

persiapan seperti membentuk organisasi, menetapkan batas-batas wewenang dan

tanggung jawab, menjabarkan ruang lingkup kegiatan, menetapkan aspek pelayanan

sampai menetapkan tolak ukur/ambang batas aspek pelayanan. Dan kegiatan

pelaksanaan seperti menetapakan masalah mutu pelayanan kebidanan, menetapkan

prioritas masalah mutu pelayanan kebidanan, melakukan analisis masalah mutu

pelayanan kebidanan, melakukan kajian masalah mutu pelayanan kebidanan,

menetapkan dan menyusun upaya penyelesaian masalah mutu layanan kebidanan,

melaksanakan upaya penyelesaian masalah mutu pelayanan kebidanan sampai

melakukan pemantauan dan menilai kembali masalah mutu pelayanan kebidanan.


Kegiatan melakukan penilaian sangat diperlukan dalam program upaya

menjaga mutu pelayanan kebidanan, karena melalui kegiatan penilaian ini dapt

diketahui maslah-masalah dan prestasi yang telah dicapai. Dengan demikian, tenaga

kesehatan atau organisasi kesehatan dapat mempertahan serta meningkatkan

pelayanan juga dengan ini akan dapat diketahui masalah-masalah yang belum

terpecahkan jalan keluarnya jadi dengan diketahuinya masalah akan segera diteliti

jalan keluar serta penyelesaianya.

2. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan kepada

penulis maupun pembaca bahwa dalam kegiatan program menjaga mutu pelayanan

kebidanan salah satunya dengan melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan agar

dapat menentukan masalah-masalah pelayanan kebidanan sehingga dapat diteliti

penyelesaian dari maslah tersebut.

3. Ruang lingkup

Adapun ruang lingkup penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui obsevasi.

2. Melakukan penilaian mutu prlayanan kebidanan melalui wawancara.

3. Melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui dokumentas


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI

WAWANCARA

1. PENGERTIAN

Wawancara adalah proses komunikasi dengan tujuan tertentu antara individu

dengan individu lain (komunikan). Merupakan langkah nyata, perasaan dan

pengertian dengan menggunakan kata-kata, isyarat maupun tindakan-tindakan

lain (menurut M. Greenhil).

Yang dimaksud dengan proses komunikasi ialah suatu proses pembicaraan

yang terdiri dari adanya pembicaraan (klien yang mempunyai masalah) yang akan

kita wawancarai, ada masalah yang perlu dipecahkan.

Wawancara merupakan bagian penting dari pewawancara dalam

melaksanakan tugas pewawancara yaitu untuk memperoleh data yang relevan dari

klien/keluarga/masyarakat. Berdasarkan data itu pewawancara dapat menentukan

masalah serta membantu klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Wawancara adalah keterampilan professional yang memerlukan aktivitas dan

kreativitas untuk mempelajarinya dengan cara tersendiri demi tercapainya

bermacam-macam tujuan (menurut B.W. Spardly).

Yang dimaksud aktivitas dan kreativitas adalah: aktivitas merupakan

gerakan/tindakan dalam mencapai kemajuan. Dan kreativitas merupakan

dorongan/kemauan/ide untuk bertindak menuju kemajuan.

Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa wawancara adalah cara pengumpulan

data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap dengan melibatkan

beberapa komponen.
Dimana setelah data-data tentang klien terkumpul, lalu dilakukan penentuan

masalah kesehatan klien sehingga memudahkan untuk memberikan asuhan

kesehatan yang dibutuhkan berdasarkan masalah tersebut.

Adapun komponen-komponen yang terlibat dalam wawancara adalah sebagai

berikut:

1. Komunikator

2. Masalah

3. Saluran

4. Penerima

5. Tempat

2. TUJUAN WAWANCARA

a. Mampu memahami perilaku orang lain

Bila menemukan klien marah, sikap yang diambil yaitu dengan

menenangkannya, kemudian menanyakan sebab-sebab kemarahannya,

mengapa ia bisa marah.

b. Menggali perilaku bila setuju dan tidak setuju

Di sini kita menangkap atau mengartikan tingkah laku atau reaksi

nonverbal klien terhadap anjuran kita.

c. Memahami perlunya memberi pujian

Dalam menggali potensi klien untuk memecahkan masalahnya, perlu

adanya pujian dan memberi bantuan memecahkan masalah klien di mana

kurang bisa memecahkan masalahnya sendiri.


d. Menciptakan hubungan personal yang baik

Dengan menciptakan hubungan personal yang baik tentunya kita bisa

mendekatkan diri kita dengan klien agar suasana menjadi lebih akrab.

e. Memperoleh informasi tentang situasi atau sikap tertentu

Untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan situasi/sikap

tertentu dapat digali dengan mengajukan pertanyaan terbuka, karena

pertanyaan terbuka memerlukan jawaban panjang ataupun berupa uraian.

f. Untuk menentukan suatu kesanggupan

Kita harus mengetahui keadaan/situasi yang dihadapi oleh klien dalam

menentukan kesanggupannya.

g. Mendorong untuk bertindak

Mendorong atau mengerahkan supaya klien bertindak atau melakukan

suatu kegiatan.

h. Memberi nasihat

Didalam wawancara juga ada yang bersifat memberi nasihat kepada

klien/keluarga/masyarakat.

3. PROSES WAWANCARA

Di dalam proses wawancara (interview) ada 3 faktor atau komponen. Adapun

komponen-komponen tersebut adalah:

1) Komunikator/klien: adalah orang yang memiliki masalah (sumber dari masalah).

Dengan kata lain adalah orang yang menyampaikan masalah.

2) Masalah: adalah sesuatu yang dirasakan oleh klien dimana ia tidak dapat

memcahkannya sendiri. Semua yang ia rasakan tercemin dalam perilakunya

antara lain diam, cemberut, marah-marah, dll. Lambang-lambang tersebut kita


artikan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mencocokan

dengan tingkah laku klien yang dirasakan dan reaksi yang kita lihat.

3) Saluran (channel): yang dimaksud dengan saluran disini adalah saran/alat yang

dilalui oleh suara. Adapun alat itu adalah:

a. Mata (penglihatan)

Dalam menghadapi klien, mata kita harus tajam dan cepat menangkap atau

mengartikan reaksi nonverbal/tingkah laku klien yang wajar maupun tidak

wajar.

b. Telinga

Kondisi telinga harus baik atau segar agar cepat menangkap dan mendengar

apa yang diucapkan klien, meskipun cerita klien tidak menarik, dengarkanlah

supaya klien merasa puas.

4. MENJADI PENDENGAR YANG BAIK

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik bagi klien, perlu diketahui

cara-cara menjadi pendengar yang baik yang terjadi dari:

1. Pengertian mendengarkan

Mendengarkan adalah memusatkan perhatian, penglihatan dan pendengaran

sehingga dapat menangkap dan mengingat apa yang kita dengar serta kita lihat

(menurut Drs. Surtin Citrobroto). Untuk mendengarkan dengan baik dibutuhkan

usaha dan kemauan yang pada akhirnya menghasilkan pemusatan jiwa.

Setiap orang melaksanakannya ketika memperhatikan percakapan

seseorang. Salah satu perhatian yang terbesar yang dapat ditunjukkan yaitu dengan

memberikan perhatian dengan cara mendengarkan (menurut Katharina Lowsan

SRN).
2. Tujuan mendengarkan

Maksud atau tujuan menjadi pendengar yang baik adalah:

a. Menyenangkan hati klien

b. Mengetahui dan mengerti pembicaraan orang lain

c. Memberikan rasa puas pada klien

d. Memberikan rasa aman pada pembicara

e. Menunjukkan rasa saling percaya

f. Menghargai pembicaraan

3. Teknik menjadi pendengar yang baik

Agar kita dapat menjadi pendengar yang baik, kita perlu mengetahui cara-cara

meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan aktif atau baik. Adapun cara-cara

menjadi pendengar yang baik adalah:

a. Kesiapan mendengarkan

b. Partisipasi dalam proses mendengarkan

c. Menekankan pemahaman bukan mengkritik

d. Mengendalikan emosi

e. Menangkap ide pokok pembicaraan

f. Tunjukkan sikap terbuka

g. Kontak mata yang baik

h. Posisi sejajar dengan klien

i. Gunakan sentuhan

j. Peliharalah rasa humor

k. Gunakan pertanyaan terbuka

l. Gunakan teknik terarah


4. Prinsip-prinsip menjadi pendengar yang baik

Pada dasarnya menjadi pendengar yang baik membutuhkan suatu keterampilan

tertentu. Prinsip umum menjadi pendengar yang baik adalah menunjukkan rasa

empati, cepat tanggap, mampu menginterpretasikan informasi, dan dapat mengambil

suatu tindakan yang tepat. Selain itu pendengar yang baik harus memiliki

pendengaran yang tajam.

5. TEKNIK WAWANCARA

Supaya kita dapat mengadakan wawancara dengan baik, kita perlu mengetahui

cara atau teknik wawancara yang baik. Adapun teknik-teknik tersebut antara lain:

1. Inisiatif

Diberikan inisiatif kepada klien dengan cara:

a. Memberikan kesempatan bicara kepada klien untuk mengutarakan masalahnya.

b. Mengemukakan pendapatnya.

c. Menggali potensi dalam mengatasi masalahnya.

Dalam hal ini kita dengan sabar mengarahakan klien untuk bicara. Jangan

memotong pembicaraan klien, kecuali untuk membantu menemukan kata-kata atau

mendorong klien meneruskan pembicaraannya. Berilah klien kesempatan yang

cukup untuk mengutarakan pokok masalah yang dihadapinya.

2. Pendekatan tidak langsung

Kita hendaknya mengajukan pertanyaan tidak langsung pada masalahnya.

Umpamakanlah sebagai lingkaran dan kemudian pikirkanlah setelah kita melihat

lingkaran tersebut. Dari tepi mana kita bisa masuk agar kita sampai ditengah-

tengah lingkaran.
3. Pertanyaan terbuka

Teknik yang baik supaya hasil wawancara sempurna adalah dengan

mengajukan pertanyaan terbuka. Dengan pertanyaan terbuka klien diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk mengutarakan masalah yang dihadapinya.

Pertanyaan terbuka sebagai cara pendekatan yang baik dan penting setiap

wawancara karena pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang panjang dan

banyak dapat menggali pendapat klien.

4. Penggunaan aktivitas verbal

Dengan penuh perhatian mendengarkan pembicaraan klien serta dengan

diselingi beberapa pertanyaan pendek ataupun gerakan non verbal.

5. Wawancara spontan

Dengan suasanan kekeluargaan kita mengarahkan klien dengan cara santai

atau rileks dengan duduk berdekatan, menggunakan bahasa yang sederhana sehungga

klien tidak merasa malu atau canggung menghilangkan kesenjangan.

6. Penanganan ekspresi yang timbul dalam wawancara

Kita harus peka terhadap reaksi klien, baik verbal maupun non verbal sewaktu

klien bicara.

6. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WAWANCARA

Pada waktu kita wawancara, dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

1. Faktor penunjang

Dilihat dari klien

Kecakapan dan kemauan klien dalam menceritakan masalahnya. Sikap klien

yaitu sikap klien yang mau menceritakan masalahnya dengan sungguh-sungguh dan

bersedia dibantu.
Dilihat dari pewawancara

Berhasil tidaknya ditentukan oleh si pewawancara, maka yang dibutuhkan

adalah:

a. Kecakapan pewawancara dalam mengajukan pertanyaan terbuka yang dapat

menggali seluruh masalah. Harus cakap mendengarkan dan mengambil inti

pembicaraan dan cepat tanggap terhadap reaksi klien baik verbal maupun

nonverbal.

b. Sikap pewawancara. Harus bersikap ramah, jangan sampai klien curiga,

diharapkan pewawancara dapat mendekati klien sehingga timbul rasa saling

percaya. Sikap pewawancara yang simpatik, muka manis, tidak sombong, rendah

hati tetapi tegas.

c. Pengetahuan. Pewawancara yang berpengetahuan luas dengan mudah dapat

mencerna isi pembicaraan serta cepat tanggap terhadap pembicaraan klien.

d. Sistem sosial. Kelincahan atau kepandaian perawat dalam memahami kebiasaan

atau adat istiadat klien/keluarga/masyarakat yang diwawancarai, menyesuaikan

diri dengan keadaan disekelilingnya, mengenal kebiasaan dan daerah klien.

2. Faktor penghambat

Faktor-faktor yang menghambat jalannya wawancara adalah:

a. Pewawancara kurang cakap dalam mendengarkan dan mengajukan pertanyaan

terbuka serta menyimpulkan inti pembicaraan, sehingga tidak dapat menangkap

pembicaraan.

b. Sikap pewawancara yang acuh tak acuh, tidak dapat menyesuaikan diri dengan

keadaan disekelilingnya, sikap yang kurang ramah terhadap

klien/keluarga/masyarakat.
c. Pengetahuan klien kurang. Bila demikian, hendaknya pewawancara dapat

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh klien.

B. PENDOKUMENTASIAN PELAYANAN KEBIDANAN

1. PENGERTIAN

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya bahan pustaka baik

berupa tulisan atau rekaman.

Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat

dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen

kebidanan, 1995).

Pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek

maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

Catatan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat, sakit pasien

pada saat lampau, sekarang, dalam bentuk tulisan, yang menggambarkan asuhan

keperawatan atau kebidanan yang diberikan. Umumnya catatan pasien berisi

informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa keperawatan, respon pasien

terhadap asuhan keperawatan atau kebidanan yang diberikan dan respon terhadap

pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk interfensi lanjutan.

Dokumentasi kebidanan

Dokumentasi kebidanan merupakan bukti catatan dalam pelaporan yang

dimiliki bidan dalam melakukan catatan asuhan yang berguna untuk kepentingan

klein, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar

komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab bidan.

Dokumentasi kebidanan merupakan bukti legal dari asuhan pelaksanan kebidanan.


Dokumentasi asuhan dalam pelayanan kebidanan adalah bagian dari kegiatan

yang harus dikerjakan oleh bidan setelah memberikan asuhan kepada pasien.

Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien,

kebutuhan pasien, kegiatan asuhan kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan

yang diterimanya. Dengan demikian dokumentasi kebidanan mempunyai porsi yang

besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor tertentu atau situasi

yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Disamping itu catatan juga dapat sebagai

wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (interdisipliner) yang dapat

dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk dipertanggung jawabkan.

Dokumentasi kebidanan merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan

yang dilaksanakan sasuai standar. Dengan demikian pemahaman dan keterampilan

dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap

tenaga kebidanan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan atau kebidanan

secara baik dan benar.

2. TUJUAN DOKUMENTASI

a. Sebagai sarana komunikasi

Dokumentasi yang dikomunikasikan secara akurat dan lengkap dapat

berguna untuk :

1) Membantu koordinasi asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan oleh

tim kesehatan.

2) Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau anggota tim

kesehatan atau mencegah tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak

dilakukan untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam

memberikan asuhan keperawatan/kebidanan pada pasien


3) Membantu tim perawat/bidan dalam menggunakan waktu sebaik-baiknya.

b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat

Sebagai upaya untuk melindungi pasien terhadap kualitas pelayanan

keperawatan/kebidanan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan

perawat dalam melaksanakan tugasnya, maka perawat/bidan diharuskan mencatat

segala tindakan yang dilakukan terhadap pasien.

c. Sebagai informasi statistik

Data statistik dari dokumentasi keperawatan/kebidanan dapat membantu

merencanakan kebutuhan dimasa mendatang, baik SDM, sarana, prasarana dan

teknis.

d. Sebagai sarana pendidikan

Dokumentasi asuhan keperawatan/kebidanan yang dilaksanakan secara

baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan/kebidanan maupun siswa

kesehatan lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan

pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun praktik lapangan.

e. Sebagai sumber data penelitian

Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai

sumber data penetilian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan terhadap

asuhan keperawatan/kebidanan yang diberikan,sehingga melalui penelitian dapat

diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan kebidanan yang aman, efektif

dan etis.

f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan

Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar, diharapkan

asuhan keperawatan/ kebidanan yang berkualitas dapat dicapai, karena jaminan

kulaitas merupakan bagian dari program pengembangan pelayanan kesehatan.


Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa dokumntasi yanh kontinu, akurat

dan rutin baik yang dilakukan oleh perawat / bidan maupun tenaga kesehatan

lainnya. Audit jaminan kualitas membantu untuk menetapkan suatu akreditasi

pelayanan keperawatan / kebidanan dalam mencapai standar yang telah

ditetapkan.

g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan

Dengan dokumntasi akan didapatkan data yang aktual dan konsisten

mencakup seluruh kegiatan keperawatan/kebidanan yang dilakukan melalui

tahapan kegiatan proses keperawatan kebidanan.

3. PRINSIP – PRINSIP PENCATATAN / DOKKUMENTASI

Prinsip pencatatan ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi isi maupun teknik

pencatatan.

1. Isi pencatatan

1. Mengandung nilai administratif

2. Mengandung nilai hukum

3. Mengandung nilai keuangan

4. Mengandung nilai riset

5. Mengandung nilai edukasi

2. Teknik pencatatan

1. Menulis nama pasien pada setiap halaman catatan perawata/bidan

2. Mudah dibaca, sebaiknya menbggunakan tinta warna biru / hitam

3. Akurat, menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal, waktu dan

dapat dipercaya secara faktual


4. Ringkas, singkatan yang biasanya digunakan dan dapat diterima, dapat

dipakai.

5. Pencatatan mencakup keadaan sekarang dan waktu lampau.

6. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian tulis kata

“salah” diatasnya serta paraf dengan jelas. Dilanjutkan dengan informasi yang

benar “jangan dihapus” . validitas pemcatatan akan rusak jika ada penghapusan.

7. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi tanda tangan

8. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis

kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.

4) JENIS – JENIS PENCATATAN

Ada dua jenis pencatatan :

a. Catatan pasien secara tradisional

Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada

sumber dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat

dari perawat, dokter, atau tim kesehatan lainnya.

b. Catatan berorientasi pada masalah

Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang

sedang di alami pasien. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence

Weed dari USA, Dimana dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan

dengan penekanan pada pasien tentang segala permasalahannya. Secara

menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama “Problem Oriented Method”.

Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk

membantu tim kesehatan mengidentifikasi masalah – masalah pasien,

merencanakan terapi, diagnosa, penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji


perkembangan pasien. POR adalah suatu konsep, maka disarankan untuk

membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat menerapkan konsep ini

dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisis setempat.

Komponen dasar POR terdiri dari empat bagian yaitu :

a. Data dasar

b. Daftar masalah

c. Rencana

d. Catatan perkembangan pasien.

5) POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN

Sistem pendokumentasian keenidanan dengan pengumpulan data rekam medik

1. Rekam Medik

Rekam medis disini diartikan sebagai keterangan baik tertulis maupun

terekam tentang identitas anamnesa, penetuan fisik laboratoruim, diagnosa segala

kebidanan dan rindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan

baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan darurat

kalau diartikan secara sederhana rekam medis seakan hanya merupakan catatan

dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji lebih luas tidak hanya

catatan biasa, akan tetapi sudah merupakan segala informasi yang menyangkut

tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis

lainnya,yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit.

Tujuan dan kegunaan rekam medis terdapat 2 pengertian :

1) Tujuan Rekam Medis

Adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam

rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan dirumah sakit, tanpa


didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,

mustahil tertib administrasi rumah salit akan berhasil sebagaimana

diharapkan.

2) Kegunaan rekam medis

Kegunaan rekam medis dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu :

a. Aspek administrasi

b. Aspek hukum

c. Aspek keuangan

d. Aspek penelitian

e. Aspek pendidikan

f. Askeb dokumentasi

3) Pengolahan data medis

Kegiatan dalam pengolahan data ini adalah :

a. Coding

Membuat kode atas setiap diagnosis penyakit berdasarkan

klasifikasi penyakit yang ada, berdasarkan pengelompokan penyakit yang

di tuangkan dalam bentuk kode.

b. Indexing

Pembuatan indexs diantaranya indexs rawat jalan, inap, bedah

penyakit, semua ini dipersiapkan untuk membuat laporan statistik rumah

sakit.

4) Penyimpanan rekam medis

Terdapat dua cara penyimpanan :

a. Sentralisasi
Penyimpanan rekam medik seorang pasien dalam satu kesatuan

catatan medik.

b. Desentralisasi

Penyimpanan dengan cara pemisahan antara rekam medis

poliklinik dengan pasien dirawat.

6) POLA PENYAJIAN DOKUMENTASI KEBIDANAN

SOAP

1. Pengertian

SOAP  Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.

2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP

1) S = Subjective Data = Data Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa.

2) O = Objective Data = Objektif Data

Menggambarka pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk

mendukung Assesment.

3) A = Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi

data subjektif dan data objektif dalam suatu identifikasi.

4) P = Perencanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara

menyeluruh dalam melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi

efektivitas asuhan yang diberikan.


SOAPIER

1) Pengertian

SOAPIER  format yang lebih tepat yang digunakan apabila rencana

pasien ada yang akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.

2) Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAPIER

S : Subjective  Pernyataan atau keluhan pasien

O : Objective  Data yang di observasi

A : Assesment  Kesimpulan berdasarkan data Objektif dan Subjektif

P : Planning  Apa yang dilakukan terhadap masalah

I : Implementation  Bagaimana dilakukan

E : Evaluation  Respon pasien terhadap tindakan keperwatan atau kebidanan

R : Revised  apakah rencana keperawatan atau kebidanan akan dirubah.

C. MELAKUKAN PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MELALUI

OBSERVASI

1. Pengertian

Observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan

“memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara

akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar

aspek dalam fenomena tersebut.Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai

disiplin ilmu, baik ilmu eksak maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung

dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas,

terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami

pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan

untuk melanjutkan suatu penelitian. Ilmu

pengetahuan biologi dan astronomi mempunyai dasar sejarah dalam pengamatan oleh

amatir. Di dalam penelitian, observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner,

rekaman gambar dan rekaman suara.

Adapun pengertian lainnya tentang observasi, yaitu:

a. Observasi : mengamati pada saat pelayanan

b. Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja

diadakan dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian

yg langsung (Bimo Walgito, 1987:54)

c. Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak

langsung gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah

(Djumhur, 1985:51).

d. Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat

(depdikbud:1975:50)

e. Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja

diadakan dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian

yg langsung.

f. Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak

langsung gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar)

g. Observasi sebagai alat pengumpul data memiliki sifat-sifat :

1) dilakukan sesuai dengan tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu.

2) direncanakan secara sistematis.

3) hasilnya dicatat & diolah sesuai dengan tujuannya.

4) dapat diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya.


5) Bersifat kwantitatif.

2. Tujuan Observasi

Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang

dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam

aktivitas, dan makna kejadian dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian

yang diamati tersebut.Deskripsi harus kuat, faktual, sekaligus teliti tanpa harus

dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.

Observasi perlu dilakukan karena beberapa alasan, yaitu:

a Memungkinan untuk mengukur banyak perilaku yang tidak dapat diukur dengan

menggunakan alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada

anak-anak.

b Prosedur Testing Formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak-anak

sebagaimana orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur

utama.

c Observasi dirasakan lebih mudah daripada cara peugumpulan data yang lain. Pada

anak-anak observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang

dewasa. Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat-buat

bila merasa sedang diobservasi.

3. Jenis-Jenis Observasi

Klasifikasi tentang jenis-jenis observasi dapat dilihat dari beberapa sudut

pandangan antara lain :


a. Berdasarkan situasi yang diobservasi

1) Observasi terhadap situasi bebas (free situasion), observasi yang dilakukan

terhadap situasi yang terjadi secara wajar, tanpa adanya campur tangan dari

pengobservasi. Misalnya observasi yang dilakukan terhadap siswa-siswa yang

sedang bermain secara bebas.

2) Observasi terhadap situasi yang dimanipulasikan (manipulated situasion),

yaitu situasi yang telah dirancang oleh pengobservasi dengan menambahkan

satu atau lebih variabel. Misalnya seorang pengobservasi ingin mengetahui

sifat kepemimpinan sekelompok siswa.

3) Observasi terhadap situasi yang setengah terkontrol (partially controlled), jenis

observasi ini adalah merupakan kombinasi dari kedua jenis observasi situasi

bebas dan situasi yang dimanipulasikan.

b. Berdasarkan keterlibatan pengobservasi

1) Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan

subyek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang studi yang

ingin mengetahui bagaimana antosias siswa-siswanya terhadap pelajaran yang

diberikan.

2) Observasi non partisipasi, dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat

dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin

mengetahui bagaimana antosias siswa terhadap bimbingan karir.

3) Observasi quasi partisipasi, dalam jenis ini sebagian waktu dalam satu periode

observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diobservasi,

dan sebagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan tersebut. Misalnya kita

ingin mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas

kelompok.
c. Berdasarkan pencatatan hasil-hasil observasi

Observasi berstruktur, aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah

dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis.

Bentuk catatan yang sistematis yaitu :

1) daftar chek (chek list), adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang

sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi.

2) skala bertingkat (rating scale), adalah gejala-gejala yang akan diobservasi itu

didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan.

Kelemahan dari observasi berstruktur ini adalah bahwa pengobservasi sangat

terikat dengan daftar yang telah tersusun sehingga ia tidak mungkin

mengembangkan observasinya dengan aspek-aspek lain yang kebetulan terjadi

selama observasi berlangsung. Untuk mengatasi kelemahan ini, dapat ditemouh

dengan cara kombinasi, yaitu menggunakan suatu daftar yang terperinci tentang

tingkah laku yang diobservasi, yang dilengkapi dengan blanko untuk mencatat

tingkah laku tertentu yang muncul, yang belum terekam dalam daftar. Observasi

tak berstruktur, dalam melaksanakan observasi ini pengobservasi tidak

menyediakan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang akan diobservasi.

Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting

dalam suatu periode observasi.


4. Menyusun Pedoman Observasi

Untuk menyusun pedoman observasi, Anda sebaiknya mengikuti

langkahlangkah sebagai berikut:

a) Merumuskan tujuan observasi.

b) Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.

c) Menyusun pedoman observasi.

d) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan dengan

proses belajar peserta didik maupun kepribadiannya.

e) Melakukan uji-coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan

pedoman observasi.

f) Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji-coba.

g) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.

h) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.

4. Kelebihan & Kekurangan Observasi

a. Kelebihan Observasi

1) Dapat mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya pada waktu

kejadian itu berlangsung atau sewaktu perilaku itu terjadi.

2) Dapat memperoleh data dari subjek secara langsung, baik yang dapat

berkomunikasi secara verbal ataupun tidak.

b. Kelemahan Observasi

1) Diperlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasil dari suatu kejadian,

misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka

seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut.


2) Pengamatan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, tidak dapat

dilakukan secara langsung.

3) Adanya kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diamati, misalnya kegiatan-

kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal yang sifatnya pribadi, seperti kita

ingin mengetahui perilaku anak saat orang tua sedang bertengkar, kita tidak

mungkin melakukan pengamatan langsung terhadap konflik keluarga tersebut

karena kurang jelas.

5. Aspek-Aspek Tingkah Laku Yang Cocok Dievaluasi Dengan Metode

Observasi

Aspek tingka laku yang cocok dievaluasi dengan metode observasi

adalah tempramen, karakter, penyesuaian, sikap dan minat.Intelegensi, bakat dan

asil belajar dapat pula dievaluasi dengan metode observasi, tetapi pelaksanaannya

sangat sulit dan kurang efektif.

D. PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN MENGGUNAKAN SIKLUS

PDCA

1) Penilaian Mutu

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang

berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang

dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak ( Roemer dalam Amirudin,

2007). Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin,

2006).
Dimensi mutu pelayanan kebidanan adalah :

a. Kompetensi Teknis (Technical competence)

b. Akses terhadap pelayanan (Access to service)

c. Efektivitas (Effectiveness)

d. Efisiensi (Efficiency)

e. Kontinuitas (Continuity)

f. Keamanan (Safety)

g. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)

h. Kenyamanan (Amenities

Mutu pelayanan kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah

dilakukan penilaian. Dalam praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena

mutu dalam pelayanan kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang

dapat berbeda persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.

Robert dan Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi

penilaian yaitu :

a. Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu terkait dengan dimensi ketanggapan petugas

memenuhi kebutuhan klien, kelancaran komunikasi, keprihatinan dan

keramahtamahan petugas terhadap klien

b. Bagi penyelengara pelayanan, mutu terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan

dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan

kebutuhan klien

c. Bagi penyandang dana, nutu terkait dengan dimensi efisiensi pemakaian dana,

kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan beban biaya.


Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian

mutu berpedoman pada hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan

kesehatan (health needs and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila

berhasil akan menghasilkan kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan

kebidanan yang diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada

tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin

sempurna kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.

Berkaitan dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu

kepuasan bersifat subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda.

Sekalipun pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak

ditemukan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk

mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:

a. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien

b. Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual, tetapi yang dipakai

adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu apabila dapat

memuaskan rata-rata klien

c. Pembatasan pada upayan yang dilakukan

d. Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus memenuhi kode etik

dan standar pelayanan kebidanan.

e. Mutu pelayanan kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat

memuaskan dengan tingkat rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai

dengan kode etik dan standar profesi kebidanan.

f. Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada tiga pendekatan

penilaian mutu, yaitu :

1) Struktur
Struktur meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan, organisasi

dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia lainnya di fasilitas

kesehatan.

2) Struktur = input

3) Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur dari :

a) Jumlah, besarnya input

b) Mutu struktur atau mutu input

c) Besarnya anggaran atau biaya

d) Kewajaran

3) Proses

Proses merupakan semua kegiatan yang dilaksanakan secara profesional

oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan tenaga profesi lain) dan interaksinya

dengan klien

Proses mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi tindakan,

prosedur dan penanganan kasus. Baik tidaknya proses dapat diukur dari :

a) Relevan tidaknya proses itu bagi klien

b) Fleksibilitas dan efektifitas

c) Mutu proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya

d) Kewajaran, tidak kurang dan tidak berlebihan

e) Outcomes

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan

profesional terhadap klien Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan

dan kepuasan baik positif maupun negatif.


Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan

tertentu atau prosedur tertentu.

Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional

klien

4) Siklus PDCA

Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan oleh Walter Shewhart

pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa

Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" ("Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak

lanjuti"), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang

umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini

dikembangkan oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”

The Deming Wheel”(Tjitro, 2009)

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang sering dianggap

sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan

siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart,

dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian

kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola kerja dalam perbaikan suatu

proses atau system sehaingga mutu pelayanan kesehatan

PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja,

pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus

menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA digunakan dalam

pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka peningkatan mutu


pelayanan kesehatan. Secara sederhana siklus PDCA dapat digambarkan sebagai

berikut :

a) Siklus PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:

1) Perencanaan ( Plan )

Tahapan pertama adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan

merupakan suatu upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang

ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan

terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman dalam melaksanaan cara

penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari perencanaan adalah

tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan

diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik

mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:

(a). Judul rencana kerja (topic),

Pernyataan tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi

(problem statement), Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap

dengan target yang ingin dicapai (goal, objective, and target), Kegiatan yang

akan dilakukan (activities), Organisasi dan susunan personalia pelaksana

(organization and personnels) Biaya yang diperlukan (budget), Tolak ukur

keberhasilan yang dipergunakan (milestone). Pelaksanaan ( Do )

Tahapan kedua yang dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah

disusun. Jika pelaksanaan rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain

di luar anggota tim, perlu terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga

staf pelaksana tersebut dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan

dilaksanakan.
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan

manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan

pokok manajerial, yaitu :

a) Keterampilan komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian

staf terhadap cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan

b) Keterampilan motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia

menyelesaikan cara penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan

c) Keterampilan kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan

cara penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan

d) Keterampilan pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang

dilaksanakan.

2. Pemeriksaan ( Check )

Tahapan ketiga yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan

hasil yang dicapai dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari

pemeriksaan untuk mengetahui :

a) Sampai seberapa jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan

b) Bagian mana kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan

dengan baik

c) Apakah sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia

d) Apakah cara penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan

atau Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat

bantu yang sering dipergunakan yakni

(a). Lembaran pemeriksaan (check list)


Lembar pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk

mencatat secara periodik setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan

lembar pemeriksan adalah:

1) Tetapkan jenis penyimpangan yang diamati

2) Tetapkan jangka waktu pengamatan

3) Lakukan perhitungan penyimpangan

4) Peta kontrol (control diagram)

Peta kontrol adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya

penyimpangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat

bedasarkan lembar pemeriksaan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

pembuatan peta kontrol adalah :

1) Tetapkan garis penyimpangan minimum dan maksimum

2) Tentukan prosentase penyimpangan

3) Buat grafik penyimpangan

4) Nilai grafik

3) Perbaikan (Action)

Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana

kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan

pemilihan dengan cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja

yang telah diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau

kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta

hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.


BAB II

PENUTUP
1. Kesimpulan

a. Melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui wawancara adalah

cara pengumpulan data-data tentang klien melalui suatu proses yang bertahap

dengan melibatkan beberapa komponen.

b. Melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui observasi observasi

dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara

c. Melakukan penilaian mutu pelayanan kebidanan melalui dokumentasi

merupakan bagian integral dari asuhan kebidanan yang dilaksanakan sasuai

standar

d. Penilaian mutu pelayanan kebidanan menggunakan siklus pdca merupakan

rangkaian kegiatan yang terdiri dari perencanaan kerja, pelaksanaan

kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang dilakukan terus menerus dan

berkesinambungan mutu pelayanan

2. Saran

Diharapkan makalah ini dapat berguna dalam sistem pembelajaran dan

dalam pelaksanaan penilaian mutu pelayanan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai