Anda di halaman 1dari 17

PSIKOLOGI KONSELING

HAL-HAL YANG BERKAITAN


DENGAN WAWANCARA KONSELING

MASYTA
1830108043
BK B 6
PENGERTIAN WAWANCARA
KONSELING
Menurut Irwan (2004) wawancara adalah Pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara ( pengumpulan data) kepada responden dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam.
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah pertemuan yang dilakukan
oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat
dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Sedangkan wawancara
konseling merupakan suatu proses tanya jawab yang dilakukan oleh konselor dengan klien melalui
komunikasi verbal dan didukung oleh komunikasi non verbal untuk membantu klien memecahkan
masalah yang dihadapi.
Meskipun Petterson (1973) Sendiri mengatakan bahwa “counseling is not interviewing,
although interviewing may be invloved” Namun wawancara sudah merupakan bagian dari proses
konseling dan berperan penting untuk keberhasilan atau sebaliknya kegagalan pada proses konseling itu
sendiri.
Ivey et al (1987) Menguraikan bahwa wawancara dapat dirumuskan sebagai metode
pengumpulan data dan menjadi ciri dalam pemgumpulan keterangan dilembaga-lembaga yang
berhubungan dengan kesejahteraan., ketenaga kerjaan, penempatan dan konseling mengenai karir.
PROSES DAN TAHAPAN WAWANCARA
KONSELING
1. Pembukaan Wawancara
Diletakan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi (walking relationship) yang
baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan terarah dalam wawancara konseling
Hal-hal yang dilakukan konselor:
• Membangun hubungan pribadi antara konselor dan konseli
• Menyambut kedatangan konseli dengan sikap ramah.
• Mengajak berbasa – basi sebentar.
• Menjelaskan kekhususan dari wawancara konseling.
• Mempersilahkan konseli untuk mengemukakan hal yang ingin dibicarakan.
2. Penjelasan Masalah
Konseling mengemukakan pikiran dan perassaan yang berkaitan dengan hal yang ingin
dibicarakan. Hal yang perlu dilakukan konselor:
• Menentukan jenis masalah dan pendekatan konseling yang sebaiknya diambil.
• Menerima ungkapan konseli apa adanya serta mendengarkan dengan penuh perhatian

3. Penggalian Latar Belakang Masalah


Karena dalam proses kedua, konseling belum menyajikan gambaran lengkap mengenai
kedudukan massalah, diperlukan penjelasan, ungkapan, pikiran, perasaan yang lebih mendetail dan
mendalam supaya kedudukan masalah menjadi lebih jelas. Hal yang perlu dilakukan konselor adalah
menganalisis kasus sesuai dengan pendekatan konseling yang disiplin.
4. Menyelesaikan Masalah
Dalam fase analisis kasus di atas, konselor dan konseli membahas bagaimana mengatasi
masalah. Konseli ikut berpikir, memandang dan mempertimbangkan. Hal yang perlu dilakukan konselor
adalah berusaha agar dalam diri konseli terdapat perubahan dalam sikap dan pandangan, juga
merencanakan tindakan konkret untuk dilaksanakan sesudah proses konseling selesai.

5. Penutup Wawancara
Bilamana konseli telah merasa mantap tentang penyelesaian masalah yang ditemukan bersama
dengan konselor, maka proses konseling berakhir. Biasanya konselor mengambil inisiatif dalam
memulai proses penutup ini yaitu:
• Memberikan ringkasan jalannya pembicaraan
• Menegaskan kembali ketentuan atau putusan yang diambil
• Memberikan semangat
• Menawarkan bantuan jika kelak timbul persoalan baru
• Berpisah dengan konseli
Menurut Ivey, et al ada 5 tahapan struktur wawancara sebagai berikut:
1. Rapport
Ditandai dengan ucapan berbasa basi seperti: Apa kabar? Tahap ini diikuti dengan rencana yang
akan dilakukan terhadap dan dengan klien, serta membawa klien merasa enak menghadapi
pewawancara. Acap kali penting menerangkan tujuan dari wawancara dan apa yang konselor bisa dan
tidak bisa melakukan.
2. Pengumpulan data
Tahap untuk merumuskan masalah dan mengidentifikasikan hal-hal yang bisa dilakukan dan
diberikan kepada klien. Mengetahui alasan mengapa klien sampai datang untuk wawancara dan
bagaimana klien menilai atau memandang masalahnya. Perumusan masalah yang tepat akan
menghindari pembicaraan yang meloncat-loncat dan memperjelas tujuan wawancara. Juga untuk
mengidentifkasikan secara jelas kemampuan atau hal-hal yang positif pada klien. Wawancara pertama
pada umumnya didahului dengan wawancara pendahuluan yang dikenal dengan “intake interview” yang
bisa dilengkapi dengan pengumpulan data yang sudah ada seperti data pribadi yang tersimpan atau hasil
pemeriksaan psikologis yang telah dilakukan. Selanjutnya tujuan dari “intake interview” adalah untuk
mengetahui latar belakang kehidupan klien yang merupakan kumpulan dari faktor atau data keadaan
sekarang atau yang sudah lewat mengenai klien secara sistematis. Penekanan isi tergantung dari
orientasi konselor atau hal-hal khusus yang akan ditelusuri lebih lanjut.
3. Menentukan hasil sesuai dengan arah kemana klieninginkan
Mengetahui apa yang dikehendaki klien dan bagaimana kelak kalau persoalan sudah diatasi.
Tahap yang penting bagi pewawancara untuk mengetahui apa yag dikehendaki klien dan senada atau
tidak bertentangan dengan apa yang secara rasional dipikirkan oleh pewawancara
4. Mengemukakan macam-macam alternatif penyelesaian masalah
Diarahkan pada apa yang klien tentukan setelah menentukan macam-macam alternatif. Sering
kali melibatkan penelaahan yang panjang mengenai dinamika-dinamika pribadinya dan merupakan
tahapan yang berlangsung paling lama.
5. Generalisasi dan pengalihan proses belajar
Memungkinkan klien mengubah cara berfikirnya, proses belajarnya, perasaannya, dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara ini jelas sudah berfungsi sebagai proses
konseling itu sendiri. Kelima tahapan ini dapat disingkat dengan lima pertanyaan sederhana
dan singkat sbb:
a. Apa kabar?
b. Apa masalahnya?
c. Apa yang anda inginkan akan terjadi?
d. Apa yang bisa kita lakukan mengenai hal itu?
e. Apakah anda mau melakukan hal itu?
PROSES KONSELING
• Pembukaan Berikut ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan saat awal-awal wawncara
a. Menit pertama dalam sesi konseling adalah mengatur nada verbal untuk mengingatkan.
b. Sapa responden dengan sikap yang bersahabat, secara alami, tulus, dan ikhlas.
c. Tunjukkan bahwa konselor memang ingin membantu.
d. Hindari sikap merendahkan dan mengatur
e. Hilangkan rasa frustasi dan kejengkelan
f. Terima orangyang konsultasi sebagai dirinya sendiri dan coba mengerti “dunia kliendari dalam diri
klien”.
g. Jangan coba-coba menebak mengapa klien ingin berkunjung dalam sesi konsultasi
h. Hindari kecanggungan dam semua reaksi yang terlalu umum dalam interaksi denan anggota
keluarga, teman, dan asosiasi.
• Berani mengungkapkan Diri Pengungkapan kepercayaan diri, sikap, perhatian, dan perasaan,
menentukan kesuksesan wawancara konslutasi dan faktor utama dalam keputusna responden untuk
mencari atau tidak mencari bantuan. Pengungkapan diri adalah hal yang kompleks. Dalam suasana
yang kondusif, maka pengungkapan diri akan mudah dilakukan. jika kondisi memang positif, maka
akan menciptakan hubungan kepercayaan dan menimbulkan persaaan terlindungi, bangga, dan
otentik.
Peran dalam wawancara konseling adalah:
a. Mendengarkan
b. Mengobservasi
c. Bertanya
d. Merespon.
• Medengarkan Mendengarkan adalah keahlian yang sanagt utama dalam sesi konseling. Berikut
ini merupakan hal-hal yang harus diperhatikan adalah mendengarkan secara empati:
a. Meyakinkan dengan lembut. Mengkespresikan kehangatan.
b. Menempatkan diri dalam situasi klien dan dunianya.
c. Dengarkan secara komprehensif agar dapat menjadi konselor yang sabar, menerima, dan
mengerti
d. Hindarkan mendengarkan untuk mengevaluasi, menilai, dan mengkritisi
e. Agar efektifitas konseling tinggi, maka hindarkan menginterogasi, menyalahkan, tidak
menyetujui secaralangsung atau tidak langsung
f. Berkonsentrasi terhadap apa yang dibiarakan klien
g. Berkata tulus
h. Tertarik mendengarkan mereka
i. Tidak mengiterupsi atau mengambil alih percakapan
j. Jangan terlalu banyak menyisipkan pengalaman pribadi
k. Tunjukkan reaksi non verbal: menyendarkan diri dan wajah, memelihara kontak mata,
merefleksikan perhatian denganekspresi wajah.
l. Senyum agar responden merasa hangat.
• Observasi. Observasi menyediakan petujuk tentang keseriusan masalah klien, jawaban
menipu, ragu-ragu dengankontak mata yang lama. Berikut adalah hal-hal yang harus
diperhatikan:
a. Amati posisi duduk, bergerak, dan gelisah responden, dengan tetap memlihara kontak
mata.
b. Perhatikan kekerasan suara, sifat takut, bukti dari ketegangan dan perubahan.
c. Jika anda merekam dan mencatat, jelaskan alasannyam, dan berhenti jika anda mendeteksi
aktivitas tersebut merugikan.
• Pertanyaan
• Merespons Memilih respon yang sesuai dengan permintaan pertanyaan dan informasi meungkin akan
sulit. Pendekatan tentang hal ini menyerankan respon untuk memperoleh dan mengidentifikasi
perasaan tentang ini, perasaan tentang masalah, dan perasaan kepercayaan responden.
a. Reaksi sangat tidak langsung dan responnya Reaksi ini mendiring responden untuk melanjutkan
komentar, menganalisis ide dan solusi, dan mandiri. Pewawancara tidak memberikan informasi,
membantu, atau mengevaluasi ide dan tindakan yang mungkin dilakukan klien. Respon yang
dilakukan adalah diam, dengan perilaku non verbal tetap terkontrol. Wajah / tidak berlebihan
Dorong responden untuk bercerita Mengemukakan apa yang disampaikan oleh klien (refleksi)
Jangan meneruskan tekanan jika klien tidak mau mengungkapkannya. Teknikini dapat menjelaskan
dan memverifikasi pertanyaan dan pernyataan.
b. Reaksi tidak langsung dan responnya Reaksi ini menginformasikan dan membarnikan dengantidak
adanya pengenaan (attachment). Reaksi yang dapat dilakukan adalah : Spesifik dalam menjawab
Jika tidak memiliki jawabankatakan apa adanya, dan berjanjilah untuk mencari informasi dan
berusaha untuk memberikan lain waktu. Dorong dan yakinkan klien untuk mengungkapkan
persaan, reaksi, dan gejala. Berhati-hati agar tidak jatuh seperti dalam pikiran si pewawancara.
c. Reaksi langsung dan responnya Reaksi langsung adalah respon bergerak melebihi keberanian dan
informasi tentang evaluasi atau penilaian. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
Bersikaplah taktis saat mendapat pertanyaan dan kritikan.
d. Reaksi sangat langsung dan responnya Dalam reaksi sangat langsung, maka saran dan nasihat
digantikan dengan ultimatum/ perintah keras. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan: Gunakan
respon sangat langsung jika klien dekat Jangan kaget dengan apa yang didengar dari klien Berisiap-siap
secara hati-hati untuk mengurangi rasa kaget Jangan coba-coba mengelak dari fakta-fakta yang itdak
menyenangkan Jujurlah dan bijaksana Bicara sedikit mungkin Lepaskan ketegangan denagn humor
Jengan menginteruppsi responden.
• Menutup Wawancara Penutupan memerlukan waktu, karena hal ini nantinya akan berpengaruh
terhadap mau dan tidaknya klien. Saat sudah selesai, jangan membuat topik baru Buka lebar informasi
• Mengevaluasi wawancara Tinjau yang telah dan dilakukan sebelumnya dan penyelesainnya Persiapan
yang diterapkan Srurktur wawacara sudah efektif Keahlian wawancara
TIPE WAWANCARA AWAL KONSELING

1. Wawancara face to face yaitu dua orang konselor dan klien, contoh pertanyaannya yang sering
digunakan “ ceritakan mengenai diri dan masalah anda”
2. Wawancara kelompok yaitu seperti konseling kelompok, contoh pertanyaannya apa yang membuat
anda bisa berada pada kelompok ini?
3. Wawancara telepon yaitu konseling melalui telepon
4. Wawancara video
5. Wawancara studi kasus contoh pertanyaannya “ buat rencana anda kedepannya bagaimana anda
bisa mengubah kebiasaan buruk tersebut”
MELAKSANAKAN WAWANCARA
PERTAMA
Sebelum melakukan wawancara
1. Pertama kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu
2. Membuat jadwal dengan konseli, dimana dan kapan bisa dilaksanakan
3. Menyiapkan pertanyaan dengan detail
4. Ucapan terima kasih setelah wawancara
DAFTAR PUSTAKA
• https://www.psikologimultitalent.com/2015/11/pengertian-fungsi-dan-
tujuan-wawancara.html?m=1
• Gunarsa, Singgah D. 2007. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia

Anda mungkin juga menyukai