Anda di halaman 1dari 18

Pendidikan Inklusi

Tentang
Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi

Disusun Oleh :
Anton Syahputra (1830108013)
Maulia Putri (1830108044)
Nuriana Saputri (1830108057)

Dosen Pengampu :
Dra. Zahraine,. M.PD

Jurusan Bimbingan Dan Konseling


Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri ( IAIN )
Batusangkar
2020 M/1441 H
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan
Inklusi.
Makalah tentang Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi ini
telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada dosen
pengempu yaitu ibu Dra. Zahraine,. M.PD yang telah membimbing dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasa maupun isi dari makalah itu
sendiri. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Batusangkar, 23 Maret 2020

                                                                                          
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. i
Daftar isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar belakang....................................................................................... 1
1.2.  Rumusan masalah................................................................................. 1
1.3  Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus................................................... 2
B. Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi ..............................3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14
3.2 Saran.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak-anak adalah makhluk Tuhan yang dimana selalu memberi
kebahagiaan dan keceriaan untuk sekelilingnya. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya, anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang juga membutuhkan
pelayanan bahkan pendidikan yang layak seperti anak-anak normal lainnya,
anak berkebutuhan khusus juga bukan hanya anak yang selalu menunjukan
pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Maka untuk mengetahui akan anak berkebutuhan khusus dan bagaimana
ciri-ciri maupun jenis dan karakteristinya penulis membuat makalah tentang
Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi.

B. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
B. Apa Saja Jenis-Jenis Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi

C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
B. Untuk Mengetahui Apa Saja Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan
Inklusi

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak-anak adalah makhluk Tuhan yang dimana selalu memberi kebahagiaan dan
keceriaan untuk sekelilingnya. Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya, anak
berkebutuhan khusus adalah mereka yang juga membutuhkan pelayanan bahkan
pendidikan yang layak seperti anak-anak normal lainnya, anak berkebutuhan khusus
juga bukan hanya anak yang selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi
atau fisik.

Yang termasuk kedalam ABK antara lain:tunarungu, tunanetra, tunagrahita,


tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, anak keterlambatan belajar, gangguan
perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat, banyak sekali disekitar
kita yang masih belum bisa menerima keberadaan anak- anak berkebutuhan khusus
ini, sehingga sangat dibutuhkan pemahaman kepada orang-orang sekitar tentang ABK
itu sediri.

Pandangan masyarakat tetang ABK atau anak cacat dipandang sebagai anak yang
harus dikasihani atau disantuni. Sehingga tak jarang kita menemukan didalam
masyarakat, kelompok- kelompok penyantun orang-orang cacat dan merawatnya
dengan memberikan keterampilan atau pelatihan tertentu kepada penyandang cacat
tersebut.

Bahkan banyak juga komunitas dari para remaja dan para orangtua untuk
memahami pemahaman tentang ABK yang tidak selalu tentang kecacatannya tetapi

2
juga mereka memiliki bakat yang harus kita olah dengan dukungan atau motivasi dari
sekeliling anak berkebutuhan khusus tersebut.

Beberapa Pandangan yang ada dalam masyarakat, dapat di simpulkan bahwa


kehadiran anak berkebutuhan khusus didalam masyarakat terdapat beragam reaksi
positif atau masyarat yang menerima keberadaan anak berkebuthan khusus itu dengan
tindakan seperti bergaul bersama dan peduli, bahkan ada juga bereaksi negatif, seperti
contoh "Anak cacat hanya akan membawa kesialan atau anak cacat hanya akan
mempersulit sosial bahkan keluarga itu sendiri".

Dengan reaksi-reaksi tersebut, disisi lain masyarakat yang sudah mampu


menerima keberadaan anak berkebutuhan khusus akan diberi pelayanan atau
kesempatan untuk mendapat pendidikan dan pelatihan khusus yang memperlihatkan
bakat dan potensi mereka, mereka juga memiliki hak yang sama dengan anak-anak
normal lainnya.

Jadi problematika anak berkebutuhan khusus, tidak hanya terletak pada persoalan
individu dari anak itu sendiri, dimana mereka selalu memerlukan bantuan dari orang
lain, ada rasa tidak percaya diri dan malu. Namun pandangan negatif dan reksi
masyarakat termasuk keluarga dapat menjadi problema tersendiri bagi anak
berkebutuhan khusus. Mari kita bersama-sama menghargai hak-hak setiap anak,
dimana semua anak itu sama bahkan anak-anak yang berkebutuhan khusus.

B. Karakteristik Potensi Guru dalam Pendidikan Inklusi


Dalam Al-Qur’an surah At-Tin ayat 4 yaitu sebagai berikut:
       .C

“ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya” .

Dan juga dalam Q.S An-Nuur ayat 61 Sebagai berikut:

3
             .D
          
         
          
          
          
          
 

61. Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula)
bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka)
dirumah kamu sendiri atau dirumah bapak-bapakmu, dirumah ibu-ibumu, dirumah
saudara- saudaramu yang laki-laki, di rumah saudaramu yang perempuan, dirumah
saudara bapakmu yang laki-laki, dirumah saudara bapakmu yang perempuan,
dirumah saudara ibumu yang laki-laki, dirumah saudara ibumu yang perempuan,
dirumah yang kamu miliki kuncinya[1051] atau dirumah kawan-kawanmu. tidak ada
halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendirian. Maka apabila kamu
memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam
kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang
ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayatnya(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tidaklah ada pembedaan di


antara hamba-Nya, dan juga tidaklah ada hambatan, yang ada adalah bagaimana kita
dalam menghadapi, dan membantunya dalam mengoptimalkan potensi yang Allah
telah beri padanya. dan inilah tugas seorang guru,

Guru tersebut dalam menangani anak ABK tersebut haruslah menguasai


kompetensi dasar seorang guru, hal ini sesuai dengan Permendikbud 74 tahun 2008
yaitu:

1. Kompentensi Paedagogik

4
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru ber kenaan
dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai aspek seperti moral, emosional, dan
intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai
teori belajar dan prinsip- prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan
interest yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus
mampu mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk meng aktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu
melakukan kegiat an penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki,
dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah
membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak
majikannya pergi ke sekolah (Uyoh Sadullah ). Menurut Prof. Dr. J. Hoogeveld
(Belanda), pedagogik ialah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak
kearah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan
tugas hidupnya.

Kompetensi Paedagogik ini berkaitan dengan penguasaan seorang guru terhadap


karakteristik peserta didiknya, baik itu dari aspek fisik, moral, sosial, kultural dll,
bukan hanya itu kompetensi ini juga menuntut guru menguasai teori belajar,
menyelenggarakan kegiatan pengembangan peserta didik baik itu pengembangan
kurikulum pembelajaran dll. Yang mengenai pembelajaran guna mengembangkan
peserta didik.

Yang hal ini dibuktikan dengan bagaimana guru tersebut menangani ABK
tersebut dengan melihat bagaimana guru tersebut menangani anak ABK maka dapat
dilihat apakah guru tersebut telah mampu memahami karakteristik peserta didiknya,
dan menemukan cara bagaimana agar potensi anak didiknya tersebut tidak terhambat.

5
Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek pedagogik,
yaitu:

1. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,


sosial, kultural, emosional dan intelektual.
2. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan
yang mendidik.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
5. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
6. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
7. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
8. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola


pembelajaran, sekurang-kurangnya meliputi:

1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan


2. Pemahaman terhadap peserta didik
3. Pengembangan kurikulum/silabus
4. Perancangan pembelajaran
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
7. Evaluasi proses dan hasil belajar

6
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

2. Kompetensi Kepribadian

Yang mana kita tau bahwa kompetensi ini berkaitan dengan tingkah laku pribadi
guru itu sendiri yang haruslah memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul dalam
kehidupannya sehari-hari, yang mana guru ini adalah sosok teladan atau idola
dikalangan anak didiknya, maka hendaklah memilki kepribadian yang sesuai dengan
budi elok, hukum dan norma yang berlaku di masyarakat dan agama.

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian di dalam Peraturan Pemerintah


No.19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3 ialah kemampuan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.

Menurut Samani, Mukhlas (2008;6) secara rinci kompetensi kepribadian


mencakup hal-hal sebagai berikut; a) berakhlak mulia, b) arif dan bijaksana, c)
mantap, d) berwibawa, e) stabil, f) dewasa, g) jujur, h) menjadi teladan bagi peserta
didik dan masyarakat, i) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, j) mau siap
mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Menurut Djam’an Satori (2007;2.5) yang dimaksud dengan kompetensi


kepribadian ialah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri
yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpencar dalam perilaku sehari-
hari.

Dari beberapa pengertian seperti tersebut di atas maka yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan tingkah laku
pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terpantul

7
dalam perilaku sehari-hari. Hal ini dengan sendirinya berkaitan erat dengan falsafah
hidup yang mengharapkan guru menjadi model manusia yang memiliki nilai-nilai
luhur. Di Indonesia sikap pribadi yang dijiwai oleh filsafat Pancasila yang
mengagungkan budaya bangsanya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan
negaranya termasuk dalam kompetensi kepribadian guru. Dengan demikian
pemahaman terhadap kompetensi kepribadian guru harus dimaknai sebagai suatu
wujud sosok manusia yang utuh.

Seseorang yang berstatus sebagai guru adakalanya tidak selamanya dapat menjaga
wibawa dan citra sebagai guru di mata siswa dan masyarakat. Sehingga masih ada
sebagian guru yang mencemarkan wibawa dan citra guru. Di media masa sering
diberitakan tentang oknum-oknum guru yang melakukan satu tindakan
asusila,asosial, dan amoral. Perbuatan itu tidak sepatutnya dilakukan oleh guru.
Karenanya guru harus menjaga citra tersebut.

Profil guru ideal adalah sosok yang mengabdikan diri berdasarkan panggilan jiwa,
panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, tidak membatasi tugas dan
tanggung jawabnya tidak sebatas dinding sekolah. Masyarakat juga jangan hanya
menuntut pengabdian guru, tetapi kesejahteraan guru pun perlu diperhatikan. Guru
dengan kemuliaannya, dalam menjalankan tugas tidak mengenal lelah, hujan dan
panas bukan rintangan bagi guru yang penuh dedikasi dan loyalitas untuk turun ke
sekolah agar dapat bersatu jiwa dalam perpisahan raga dengan siswa. Raga guru dan
siswa boleh berpisah, tapi jiwa keduanya tidak dapat dipisahkan (dwitunggal).

Oleh karena itu dalam benak guru hanya ada satu kiat bagaimana mendidik siswa
agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama, nusa dan
bangsa di masa yang akan datang.

Posisi guru dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap seiring dan satu
tujuan. Seiring dalam arti kesamaan langakh dalam mencapai tujuan bersama siswa
berusaha mencapai cita- citanya dan guru dengan ikhlas mengantar mereka ke depan

8
pintu gerbang cita-cita. Itulah barangkali sikap guruyang tepat sebagai sosok pribadi
yang mulia kewajiban guru adalah menciptakan khairunnas yakni manusia yang baik.

Sebagai manusia yang mempunyai kepribadian, maka kehadiran guru di tengah-


tengah masyarakat adalah suatu kenyataan yang memang diperlukan oleh masyarakat.
Posisi kehidupan guru yang demikian itu tentunya akan mendapat penilaian yang
beragam dari dunia sekitarnya kadang kala disanjung dan ada pula disalahkan. Peran
guru mendapat perhatian luas dari masyarakat, hal ini menuntut dedikasi yang tinggi
dari orang-orang yang berkecimpung di dunia keguruan. Tidak berlebihan kiranya
ada pendapat bahwa kegagalan dalam pembangunan bermula dari kegagalan
membangun pendidikan. Tidak berlebihan kiranya ada pendapat bahwa kegagalan
pembangunan bermula dari kegagalan pendidikan.

3. Kompetensi Profesional

Yang mana kita tau bahwa kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan yang
harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru
harus mampu mengarahkan siswanya untuk tercapainya tujuan belajar.

Kompetensi Profesional Guru Adalah kemampuan yang harus dimiliki guru


dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas
untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran,
untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu
meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disaji kan. Persiapan diri tentang
materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti
membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan


untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi
pengatahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial,

9
maupun akademis. Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan dasar
yang harus dimiliki seseorang guru.

Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang


dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan. Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008;6) yang dimaksud dengan
kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu,
teknologi dan atau seni yang diampunya meliputi penguasaan;

Kompetensi atau kemampuan kepribadian yaitu kemampuan yang harus dimiliki


guru berkenaan dengan aspek Kompetensi Professional adalah :

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai


sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran.
Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagaisuatu seni pengelolaan
proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman, dan kemauan
belajar yang tidak pernah putus.

Dalam melaksakan proses pembelajaran, keaktifan siswa harus selalu diciptakan


dan berjalan terus dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat.
Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati,
mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar. Karena itu
guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga
terjadi suasana belajar sambil bekerja, belajar sambil mendengar, dan belajar sambil
bermain, sesuai kontek materinya.

Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus dapat melaksanakan
sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur

10
hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun butir
secara benar, agar tes yang digunakan dapat memotivasi siswa belajar.

Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses pembelajaran dapat diamati
dari aspek perofesional adalah:

1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai


pengetahuan bidang ilmu, teknologi, dan/atau seni yang sekurang-kurang meliputi
penguasaan:

1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
diampunya, dan
2. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
dia mampu.

4. Kompetensi Sosial

11
Kompetensi ini berkaitan dengan bagaimana seorang guru mampu menyesuaikan
diri dengan tuntutan kerja dilingkungannya, yang mana kita tau bahwa perhatian
masyarakat pun berbeda akan sosoknya. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan orang tua peserta didik dan
masyakat sekitar.

Menurut Djam’an Satori (2007), kompetensi sosial adalah sebagai berikut.

1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
Bersikap simpatik.
2. Dapat bekerja sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah. Pandai
bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
3. Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).
4. Sedangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan
kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang
mencakup kemampuan untuk;
5. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan/atau isyarat.
6. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
7. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.
8. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku.
9. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Fungsi Kompetensi Sosial

Masyarakat dalam proses pembangunan sekarang ini menganggap guru


sebagai anggota masyarakat yang memiliki kemampuan, keterampilan yang cukup
luas, yang mau ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan. Guru diharapkan

12
menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan. Guru perlu menyadari
posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan sangat penting, yakni sebagai;

1. motivator dan innovator dalam pembangunan pendidikan,


2. perintis dan pelopor pendidikan.
3. peneliti dan pengkaji ilmu pengetahuan,
4. pengabdian.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Yang termasuk kedalam ABK antara lain:tunarungu, tunanetra, tunagrahita,


tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, anak keterlambatan belajar, gangguan
perilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. Istilah lain bagi anak
berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat, banyak sekali disekitar

13
kita yang masih belum bisa menerima keberadaan anak- anak berkebutuhan khusus
ini, sehingga sangat dibutuhkan pemahaman kepada orang-orang sekitar tentang ABK
itu sediri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya tidaklah ada pembedaan di antara


hamba-Nya, dan juga tidaklah ada hambatan, yang ada adalah bagaimana kita dalam
menghadapi, dan membantunya dalam mengoptimalkan potensi yang Allah telah beri
padanya. dan inilah tugas seorang guru,

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam segi penulisan maupun isi makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan, kritik maupun
saran yang bersifat membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini,
penulis juga mengharapkan agar makalah yang penulis tulis ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

KR, Rose. 2013. Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Bandie, Delphie. 2006. Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusi.


Bandung: PT Refika Aditama.

Agus Wibowo. 2008. Kaum Difabel Juga Manusia . Diakses dari

14
http:// aguswibowo.wordpress.com/2008/12/03/ pada tanggal 23 Maret 2020. Jam

09.30 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai