Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA

“PENDIDIKAN KRITIS KI HAJAR DEWANTARA”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia semester 1 yang

diampu oleh:

Ibu Dr. Hj. Marwati Abd.Malik, M.Pd.

KELOMPOK 2 :

(2221803002) Aji Sugiarto


(2221803012) Nur Ilmi
(2221803017) Risno
(2221803018) Sitti Aisya Nur
(2221803022) Yulia Pratiwi

PPG PRAJABATAN TAHUN


PROGRAM STUDI MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara”.
Sebagai penyusun makalah ini, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah.

Filosofi Pendidikan Indonesia, Ibu Dr. Hj. Marwati Abd. Malik, M.Pd. yang telah
membimbing kami selama ini. Rasa terimakasih juga kami persembahkan kepada rekan-rekan
sekalian yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini, maka saran dan kritik yang
bersifat membangun akan diterima dengan penuh ucapan terima kasih demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Parepare, November 2022

Kelompok II

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Kritis................................................................................................3
B. Tujuan Pendidikan Kritis......................................................................................................4
C. Manfaat Pendidikan Kritis Ki Hadjar Dewantara.................................................................6
D. Tantangan dalam Penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara...................................8
E. Penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara...............................................................8
BAB III PENUTUP......................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang dibekali dengan kelebihan akal yang
membedakannya dengan mahluk lainnya. Karena itu manusia harus dapat mempergunakan
akalnya dengan baik untuk dapat bertahan hidup. Akal akal pikiran manusia terarah dengan baik
maka ibarat mesin harus dapat diolah dan dipoles dengan baik agar dapat berfungsi. Manusia
terlahir ibarat kertas kosongyang tidak memahami apapun, yang perlu mencatat segala hal yang
dialaminya dalam kehidupannya semasa dia hidup. Manusia bukanlah manusia seutuhnya
bilatidak menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan orang lain. Untuk dapat
memanusiakan manusia menjadi lebih baik maka perlu adanya asupan pendidikan. Karena tujuan
pendidikan itu sendiri adalah untuk memanusiakan manusia, dengan menghasilkan pribadi –
pribadi yang lebih manusiawi, sertaberwatak luhur. Karena pendidikan diyakini dapat merubah
kehidupan seseorangmenjadi lebih baik.Pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
pendidikan dalambidang sains dan pendidikan dalam bidang sosial. Namun setiap orang
yangmemiliki pendidikan tidak akan menjadi seseorang yang lebih baik tanpa dibalut dengan
pendidikan karakter dan moral. Sebab pendidikan yang baik adalah pendidikan yang didukung
dengan pendidikan karakter untuk dapat membentukwatak dan pribadi manusia menjadi lebih
baik, bijak dan bermartabat denganmemegang teguh rasa cinta dan bangga atas bangsa dan
negaranya, menghargai sesama dan dapat membangun kesatuan hidup yang lebih baik

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk membimbing dan mendidik dalam
proses pembelajaran kepada peserta didik. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah
proses menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan dilakukan agar peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan berpikir sehingga dapat mengetahui dan mengembangkan potensi
dirinya. Dengan kata lain, melalui pendidikan, peserta didik akan memiliki pemahaman terhadap
suatu pengetahuan dan membuatnya menjadi manusia yang kritis dalam berpikir, sehingga dapat
membebaskan dirinya. Untuk itu, pendidikan memiliki tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Namun pendidikan yang awalnya dengan dalih kesetaraan pendidikan, dalam
praktiknya, pendidikan hanya dapat dinikmati oleh golongan tertentu saja, atau terdapat kelas
sosial dan ekonomi. Seseorang dengan peluang pendidikan yang tinggi biasanya ditentukan oleh

1
ras, golongan, jenis kelamin, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis melakukan
penulisan dengan judul “Pendidikan Kritis menurut Ki Hadjar Dewantara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Pendidikan Kritis menurut Ki Hajar Dewantara?


2. Apa tujuan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara?
3. Apa saja manfaat dari Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara?
4. Apa saja tantangan dalam penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara?
5. Bagaimana penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui Pendidikan Kritis menurut Ki Hajar Dewantara.
2. Untuk mengetahui tujuan Pendidikan Kritis menurut Ki Hajar Dewantara.
3. Untuk mengetahui manfaat Pendidikan Kritis menurut Ki Hajar Dewantara.
4. Untuk mengetahui tantangan dalam penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar
Dewantara.
5. Untuk memahami penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Kritis

Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi
kehidupan Psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan
karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara
seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan
menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Ki Hajar Dewantara sendiri
dengan mengubah namanya ingin menunjukkan perubahan sikapnya dalam melaksanakan
pendidikan yaitu dari satria pinandita ke pinandita satria yaitu dari pahlawan yang
berwatak guru spiritual ke guru spiritual yang berjiwa ksatria, yang mempersiapkan diri
dan peserta didik untuk melindungi bangsa dan negara. Bagi Ki Hajar Dewantara, para
guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru
kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta
didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan
sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan,
baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Oleh karena itu, nama Hajar Dewantara
sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan.
Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang
keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan.

Teori Pendidikan kritis ada sebagai bentuk untuk mengkritik sebuah paradigma
Pendidikan yang berlaku. Oleh sebab itulah muncullah teori pendidikan baru disebut
paradigma pendidikan kritis. Ki Hajar Dewantara mengartikan bahwa pendidikan kritis
merupakan sebuah ajaran dalam berpendidikan yang mengacu mampu menuntun peserta
didik untuk mencapai kodrat diri, bahagia dalam pembelajaran, menjadi manusia yang
bermanfaat bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Secara tidak langsung paradigma pendidikan kritis adalah pendidikan yang


menerapkan pemikiran yang memiliki sifat positif dalam berkarya dan tidak termasuk
kedalam sikap meniru. Pada dasarnya kita sebagai peserta didik dituntut untuk selalu

3
berpikir kritis dalam menyikapi permasalahan baik secara sosial maupun personal.
Pendidikan kritis sangat penting dalam menghadapi situasi-situasi genting. Berpikir kritis
bisa dilatih sejak usia dini. Para pendidik juga harus bisa memberikan pemikiran kritisnya
kepada peserta didik. Sebuah bangsa yang saat ini sedang memburuk dapat terselesaikan
salah satu caranya dengan cara berpikir kritis. Secara tidak langsung berpikir kritis bisa
terjadi ketika kita menemukan sesuatu yang sangat mendesak sehingga otak bekerja lebih
keras yang akhirnya menghasilkan ide-ide cemerlang yang luar biasa.

Konsep pendidikan kritis sebenarnya ditujukan kepada peserta didik yang


diharapkan dapat berpikir secara aktif, kritis dan kreatif. Ada tiga konsep supaya
memenuhi standar interaksi secara menyeluruh yaitu:

1. Pendidikan Harus Membebaskan.


Artinya sebuah pendidikan tidak boleh dipaksakan karena siswa memiliki
kemampuan masing-masing dalam mengaplikasikan bakat.
2. Pendidikan Memiliki Akses yang Sama terhadap Peserta Didik.

Artinya seorang pendidik tidak diperkenankan untuk membeda-bedakan


antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Seorang pendidik harus berlaku
adil kepada semua peserta didiknya.

3. Pendidikan Mampu Memberikan Ruang Interaksi.

Artinya sebuah lembaga harus mampu mendirikan sebuah ruang interaksi


yang memadai bisa berupa kelas atau ruang untuk belajar agar peserta didik mampu
berinteraksi secara nyaman.

B. Tujuan Pendidikan Kritis

Tujuan pendidikan kritis berdasarkan pemikiran K.H. Dewantara adalah sebuah


proses menuntun segala kodrat yang dimiliki peserta didik agar dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi tingginya. Di mana konteks keselamatan dan
kebahagiaan berkaitan dengan kemerdekaan dalam proses belajar. Pendidikan kritis
bukan hanya berfungsi dalam sistem pendidikan yang berlaku di sekolah, melainkan juga
bagaimana menerapkan pemikiran kritis terhadap siswa. Serta memberikan peluang bagi
siswa untuk berpikir transformatif terhadap perubahan sosial di masyarakat.
4
Tujuan dari pendidikan kritis sendiri jika dilihat dari teori kritis yaitu memperluas
gagasan tentang rasionalitas. Jika disesuaikan dengan zaman sekarang, rasionalitas lebih
dari sekedar pemikiran kritis. Rasionalitas sendiri suatu pemikiran dan aksi yang
membuka jalan untuk kebebasan dan emansipasi manusia secara keseluruhan. Tujuan
teori kritis sendiri adalah memberikan pandangan yang rasional dan memberdayakan
subyek manusia untuk mengubah situasi-situasi yang kaku dan mencapai
kesetaraan. Selain itu, tujuan pendidikan kritis juga dapat di uraikan sebagai berikut:
 Pendidikan kritis dapat memberikan daya berpikir yang bukan hanya sekadar
tunduk dan patuh terhadap sebuah aturan. Melainkan memberikan
kesempatan untuk siswa memberikan tanggapan terhadap aturan-aturan
tersebut, agar sekolah memiliki referensi untuk melakukan perbaikan melalui
kritik dari siswa tersebut.
 Pendidikan kritis dapat membentuk pribadi siswa yang idealismenya terjaga
dan menanamkan kepedulian siswa terhadap keadaan sosial.
 Pendidikan kritis dapat membuat siswa tidak bergantung dengan jasa-jasa
yang diberikan oleh profesi manapun, ia memiliki kesempatan belajar dari
pengalaman dan teman sebayanya.
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi (Nuryatno, 2011). Sekolah
mengharuskan tenaga pendidik untuk menguasai materi pelajaran untuk mentransfer ilmu
ke para siswa. Guru sebagai pendidik profesional diidealkan mampu menjadi agen
pembelajaran yang edukatif, yaitu dapat menjadi fasilitator, motivator, pemacu,
perekayasa, dan inspirator pembelajaran (E. Mulyasa, 2007). Selain sebagai beberapa
aspek yang disebutkan tadi, guru harus menjadi panutan bagi siswa nya dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki,
semacam kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa. Kemudian,
guru juga harus memeiliki kecakapan dalam aspek sosial, seperti dialog dengan siswa
yang dinamis, interaksi dengan orang tua siswa, dan warga masyarakat sekitar. Dari
semua itu, ada yang lebih penting yang harus dimiliki oleh guru, yaitu memahami latar

5
belakang siswa dan memberikan pemahaman yang kritis terhadap murid agar mampu
menilai mana yang baik dan benar di luar sekolah.
C. Manfaat Pendidikan Kritis Ki Hadjar Dewantara

Pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara memiliki manfaat yang sangat besar untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Berikut beberapa manfaat dari
pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara:
1. Manfaat bagi peserta didik
 Peserta didik dapat termotivasi untuk mencari informasi baru.
Salah satu penerapan dari pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara yaitu pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik. Ketika pembelajaran berpusat pada peserta didik
diterapkan dalam kelas, maka muncul motivasi dalam diri peserta didik untuk
mencari informasi baru. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendidikan kritis Ki
Hadjar Dewantara yang menghendaki peserta didik untuk aktif dan mandiri. Peserta
didik berkesempatan untuk berinteraksi lebih dengan peserta didik lainnya atau
dengan pendidik tentang pokok pembahasan yang sedang dihadapinya.
 Peserta didik dapat melatih diri untuk berani berpendapat di dalam kelompok.
Pembelajaran kolaboratif dapat diterapkan sebagai salah satu bentuk perwujudan
pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk
melakukan kerjasama dalam mengerjakan suatu proyek kelompok. Kegiatan
berkelompok ini dapat melatih peserta didik untuk berani berpendapat.
 Peserta didik dapat membangun pengetahuan baik secara individu maupun kelompok.
Adanya pembelajaran kolaboratif tidak hanya melatih peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapatnua, tetapi juga pondasi untuk membangun pengetahuan
antar pelajar. Setiap orang memiliki pengalaman dan cara menyerap informasi yang
berbeda, sehingga mereka dapat mempelajari materi tersebut dari beragam sudut
pandang.
 Pendidikan kritis mendorong peserta didik untuk memiliki pengetahuan yang lebih
luas.
Dengan pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara, para peserta didik dapat menyerap
sumber informasi dari mana pun tanpa terkecuali. Jadi, mereka tidak hanya

6
mendapatkan materi pelajaran dari pendidik, tetapi juga dari berbagai sumber lain
yang mumpuni.
2. Manfaat bagi pendidik
 Para pendidik dapat menambah wawasan dari hal yang tidak diketahui dan tidak
dialami sebelumnya.
Biasanya, penyampaian ilmu hanya bersumber dari apa yang diutarakan pendidik
kepada peserta didik. Akan tetapi, melalui pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara,
peserta didik juga berkesempatan untuk menyampaikan pengalamannya akan suatu
kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan materi pelajaran.
 Pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara memberikan kesempatan kepada pendidik
untuk mengembangkan berbagai strategi asesmen.
Dengan penerapan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sebagai salah satu
bentuk pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara, pendidik dapat menuangkan
kreativitasnya dalam melakukan berbagai jenis asesmen kepada peserta didik. Tentu
hal ini tidak serta merta, namun pendidik tetap memperhatikan kesesuian asesmen
dengan cakupan materi, tingkat capaian peserta didik, dan kebutuhan peserta didik.
 Pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara dapat mendorong pendidik untuk lebih kreatif
dan inovatif.
Merdeka belajar merupakan penerapan dari pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara.
Dengan program merdeka belajar, guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif.
Caranya adalah dengan memberikan kebebasan untuk memanfaatkan apapun guna
meningkatkan kualitas pembelajarannya. Tidak hanya fasilitas di sekolah tetapi juga
lingkungan yang berada di sekitarnya.
 Kompetensi pendidik meningkat
Dengan adanya kebebasan melakukan proses pembelajaran secara kreatif dan
inovatif, pendidik dituntut untuk selalu belajar demi meningkatkan kompetensinya.
Mulai dari hal yang sederhana yaitu mencari sumber belajar yang shahih, atau
menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Secara tidak langsung, pendidik
juga diberikan kesempatan untuk mempertajam kemampuan pedagogik. Salah
satunya adalah dengan melibatkan peserta didik dalam menggali proses pembelajaran

7
agar mendapatkan informasi yang lebih tepat untuk mengembangkan kompetensi
dirinya dan peserta didik.

D. Tantangan dalam Penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara

Adapun tantangan dalam penerapan pendidikan kritis Ki Hajar Dewantara yaitu:

1. Kesulitan Pendidik menyesuaikan pembelajaran dengan keberagaman peserta didik


2. Pemahaman guru mengenai pendidikan kritis masih minim
3. Kejenuhan akan metode pembelajaran konvensional

E. Penerapan Pendidikan Kritis Ki Hajar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara memaknai pendidikan secara filosofi. Filosofi ini lahir


sebagai upaya memerdekakan manusia dari aspek lahiriah yaitu keluar dari kemiskinan
dan kebodohan, serta aspek batiniah yaitu memiliki otonomi berpikir dan mengambil
keputusan, martabat, mentalitas dan demokratik. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun tujuannya
adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai
manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tingginya. Merdeka belajar adalah sebagai gagasan pemikiran Ki Hajar
Dewantara yang membebaskan guru dan murid berekspresi, berinovasi, dan dapat
menentukan pembelajaran yang bebas, aman dan nyaman. Pendidikan kritis Ki Hadjar
Dewantara dapat di dapatkan dengan perencanaan yang matang. Perencanaan yang dibuat
untuk mencapai tujuan sesuai yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara adalah sebagai
berikut:

1. Pendidikan yang mampu membawa kebebasan kepada peserta didik untuk


mengeksplorasi potensi diri. Arti dari perencanaan berdasarkan kemampuan
eksplorasi potensi diri adalah karena pengembangan potensi peserta didik termasuk
ke dalam upaya yang sangat penting dalam pendidikan sedangkan potensi merupakan
kemampuan yang dimiliki peserta didik dan mempunyai kemampuan dapat di
kembangkan untuk menjadi aktual atau dapat di artikan bahwa potensi diri
merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik yang masih terpendam

8
dan mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan jika mendapat dukungan
dari lingkungan sekitar.
2. Pendidikan yang mampu mewujudkan merdeka belajar dengan mengikuti kodrat
alam dan kodrat zaman. Merdeka belajar memiliki makna sebagai sebuah pendidikan
yang mengarahkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan keinginan atau
karakteristik masing-masing. Kodrat alam merupakan kondisi anak sejak lahir yang
dipengaruhi kultur budaya dan lingkungan tempat anak berada sedangkan kodrat
zaman merupakan perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Sehingga
pendidikan yang mewujudkan merdeka belajar sesuai dengan kodrat alam dan zaman
anak di artikan bahwa dalam proses pendidikan merdeka belajar peserta didik akan
diberikan kebebasan dalam belajar sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi
zaman dia berada dengan tetap memberikan batasan untuk melindungi peserta didik
dari pengaruh negatif kondisi kodrat alam serta zaman.
3. Pendidikan yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
di artikan dalam perencanaan pembelajaran kritis peserta didik di tuntut untuk
mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik
dapat di dorong melalui pendidik ketika proses pembelajaran berlangsung dengan
tetap mempertimbangkan karakteristik dari masing-masing peserta didik.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara merangkum konsep Pendidikan
yang dikenal dengan Pendidikan kritis Ki Hajar Dewantara. Pendidikan kritis ada karena
sebagai bentuk keinginan perbaikan sistem Pendidikan zaman colonial ke sistem
Pendidikan yang lebih berpihak kepada masyarakat pribumi.salah satu upayanya yaitu
didirikannya Taman siswa disebut tempat Pendidikan kritis pertama kali terbentuk yang
bertugas mendidik dan mengajar anak sepanjang waktu.
Tujuan dari Pendidikan kritis adalah sebuah proses menuntun segala kodrat yang
dimiliki peserta didik agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi
tingginya. Di mana konteks keselamatan dan kebahagiaan berkaitan dengan kemerdekaan
dalam proses belajar. Pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara memiliki manfaat yang
sangat besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia mulai dari untuk
memerdekan peserta didik dan juga pendidik.
Merdeka belajar adalah sebagai gagasan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
membebaskan guru dan murid berekspresi, berinovasi, dan dapat menentukan
pembelajaran yang bebas, aman dan nyaman. Pendidikan kritis Ki Hadjar Dewantara
dapat di dapatkan dengan perencanaan yang matang.

B. Saran
Pendidikan kritis merupakan suatu budaya pendidikan yang sudah ada di Indonesia sejak
dahulu, sebaiknya kita sebagai generasi muda melestarikan sistem pendidikan yang
sesuai dengan kepribadian bangsa kita.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Ki Hadjar, 1954. Masalah Kebudayaan. Pertjetakan Taman Siswa,


Jogjakarta.--------------------------, 1962. Karja I (Pendidikan). Pertjetakan Taman
Siswa,Jogjakarta.
E. Mulyasa, Tim. 2007. Nutiring The Leader Within Your Child, Thomas Nelson Inc., A
Tennessee Corporation, 501 Nelson Place P.O. Box 141000, Nashville, TN 37214-
1000, hal. 70-84.
Nuryatno, H. Danasaputra, 2011. Sejarah Pendidikan, Pustaka Ilmu, Bandung. Pikiran Rakyat,
Selasa 23 Maret 2010, hal. 22.
Pranarka, A.M.W. 1986. Relevansi Ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara Dewasa ini
dan di Masa yang akan Datang”, dalam Wawasan Kebangsaan, Ketahanan Nasional
dan Wawasan Nusantara, Lembaga Pengkajian Kebudayaan Sarjana Wiyata
Tamansiswa, Yogyakarta.
Ricklefs, M.C. 2007. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (cetakan ke-3), SERAMBI, Jakarta.
Soeratman, Darsiti. 1985. Ki Hadjar Dewantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta.
Sumaatmadja, Nursid. 2002. Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi, ALFABETA,
Bandung.
TILAAR, H.A.R., Prof. Dr. M.Sc. Ed.1999, Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat Madani
Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tukiman Taruna, JC. 2010. Pendidikan yang Menggeli (sah) kan, Kompas, Senin,1 Maret 2010,
hal. 7.
Sugiharto, Bambang I. (ed.), 2008. Humanisme dan Humaniora: Relevansinya bagi Pendidikan,
Jalasutra, Yogyakarta

11

Anda mungkin juga menyukai