Anda di halaman 1dari 21

PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN BAGI

ANAK TUNARUNGU DAN TUNA WICARA DI SLB PUTRA JAYA


KOTA MALANG

Laporan ini disusun sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Psikologi
Pendidikan Anak Luar Biasa

Dosen Pengampu:

Dellawaty Supraba, S.Psi., M.Si.,

Disusun oleh:

Adhella Putri Anugrahi (21090000180)


Amanda Cecilia Nadeak (21090000183)
Bitaria Indah (21090000188)
Dwijayanthi
Puriya Atika Paustina (21090000204)
Angel Rupa Kasturi (21090000218)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peran Guru Sebagai Fasilitator
Pembelajatan Bagi Anak Tunarungu dan Tunawicara di SLB Putra Jaya Kota Malang” dengan
tepat waktu. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulisan laporan praktikum yang berjudul “Peran Guru Sebagai Fasilitator


Pembelajatan Bagi Anak Tunarungu dan Tunawicara di SLB Putra Jaya Kota Malang” ini
sebagai tugas mata kuliah observasi dan wawancara . Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami sebagai penulis menyadari makalah ini masih memerlukan
penyempurnaan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Kami menerima segala
bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Malang, 22 Juni 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover ........................................................................................................................... 1
Kata Pengantar .......................................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4
B. Tujuan Praktikum ....................................................................................... 5
C. Manfaat Teoritis ......................................................................................... 5
D. Manfaat Praktis ........................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Tuna Rungu dan Tuna Wicara .................................................. 5
B. Karakteristik Tuna Rungu dan Tuna Wicara .............................................. 6
BAB III DESKRIPSI MASALAH
A. Pengumpulan Data ..................................................................................... 8
B. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 8
C. Panduan Wawancara/ Guide Interview ....................................................... 8
D. Identifikasi Kasus ....................................................................................... 10
E. Hasil Pencatatan ......................................................................................... 10
F. Hasil Observasi dan Wawancara ................................................................ 15
G. Diagnosa Permasalahan ............................................................................. 15
BAB IV PEMBAHASAN
A. Hasil Wawancara dan Observasi ................................................................ 16
B. Rancangan Intervensi ................................................................................. 16
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 18
B. Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 19
LAMPIRAN .............................................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah luar biasa merupakan sebuah sistem Pendidikan yang diciptakan untuk
memenuhi konsep pendidikan untuk semua individu dengan kekhususan yang dimiliki
anak berkebutuhan khusus. Sekolah luar biasa telah menjadi sorotan penting dalam
upaya menyediakan akses dan kesempatan belajar yang setara bagi semua individu,
termasuk anak tunarungu.
SLB Putra Jaya, lembaga pendidikan khusus yang berfokus pada anak
berkebutuhan khusus guru memiliki peran yang sangat penting sebagai fasilitator
pembelajaran. Anak tunarungu menghadapi tantangan unik dalam proses pembelajaran
mereka. Kehilangan pendengaran mereka mempengaruhi komunikasi, pemahaman
bahasa, serta perkembangan sosial-emosional mereka.
Pemahaman tentang Ketunaan Pendengaran Guru di SLB Putra Jaya memiliki
pemahaman yang mendalam tentang ketunaan pendengaran. Mereka perlu memahami
jenis dan tingkat kehilangan pendengaran yang mungkin dialami oleh anak tunarungu,
serta dampaknya terhadap pembelajaran dan komunikasi.
Pemahaman ini memungkinkan guru untuk merancang strategi pengajaran yang
sesuai dengan kebutuhan individu anak tunarungu. Bahasa isyarat adalah alat
komunikasi utama bagi anak tunarungu. Guru di SLB Putra Jaya menguasai bahasa
isyarat dengan baik untuk dapat berinteraksi secara efektif dengan anak-anak
tunarungu. Kemampuan dalam bahasa isyarat memungkinkan guru untuk
menyampaikan informasi dengan jelas dan memfasilitasi proses pembelajaran. Dengan
pembelajaran Kurikulum di SLB Putra Jaya perlu disesuaikan dengan kebutuhan anak
tunarungu.
Guru menggunakan metode pengajaran yang memungkinkan anak-anak untuk
mengakses materi secara visual dan kinestetik. Penggunaan gambar, grafik, media
visual, dan kegiatan interaktif akan meningkatkan partisipasi dan pemahaman anak
tunarungu.Selain aspek akademik, guru di SLB Putra Jaya juga memiliki peran penting
dalam membantu anak tunarungu mengembangkan keterampilan sosial dan emosional.
Guru perlu menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, dan mendukung di mana anak
tunarungu merasa diterima, dihargai, dan termotivasi untuk belajar. Menggunakan
strategi komunikasi alternatif dan kegiatan kolaboratif akan membantu anak tunarungu
berinteraksi dengan teman sebaya dan membangun keterampilan sosial mereka.
Dengan latar belakang ini, guru di SLB Putra Jaya dapat memainkan peran
penting sebagai fasilitator pembelajaran bagi anak tunarungu. Mereka
mengintegrasikan pemahaman tentang ketunaan pendengaran, penguasaan bahasa
isyarat, adaptasi kurikulum, pengembangan keterampilan sosial-emosional, dan
kolaborasi dengan spesialis serta keluarga untuk menciptakan lingkungan pendidikan
inklusif yang mendukung perkembangan dan pembelajaran anak tunarungu.

4
B. Tujuan Praktikum
Mengetahui dan memahami tentang anak berkebutuhan khusus Tunarungu dan
Tunawicara dalam memberikan solusi dan mengatasi permasalahn yang dialaminya.

C. Manfaat Teoritis
Mengetahui, memahami serta menambah pengetahuan baru tentang anak yang
memiliki kebutuhan khusus Tunarungu dan tunawicara

D. Manfaat Praktis
1. Bagi sekolah inklusi, agar perkembangan anak tunarungu dan tunawicara dapat
ditangani dengan baik
2. Bagi orang tua dan masyarakat, agar dapat menerima dan memberikan perlakuan
yang baik kepada anak tunarungu dan tunawicara
3. Dapat berguna sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Tuna Rungu dan Tuna Wicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tunarungu artinya rusak


pendengaran dan dianggap lebih baik, halus, sopan, dan formal, dibandingkan dengan
kata tuli. Tunarungu sendiri merupakan suatu kondisi gangguan atau kehilangan
kemampuan mendengar yang dialami oleh sesorang, sehingga menghambat proses
informasi bahasa melalui pendengarannya, baik memakai atau tidak memakai alat
bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan
keberhasilan proses informasi bahasa melalui pendengaran (Chayrica, 2018)
Menurut (Sumantri, 1996)mengemukakan tuna rungu adalah mereka yang
kehilangan pendengaran baik sebagai maupun seluruhnya yang menyebabkan
pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari
Anak tunarungu disebut sebagai anak yang memiliki gangguan pendengaran yaitu
anak yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan pelayanan secara
khusus (Manungsong, 2018). Pendengaran merupakan salah satu sistem yang penting
bagi manusia sehingga jika individu tersebut mengalami pendengaran yang tidak
berfungsi dengan semestinya pasti dapat sangat memberikan dampak baik secara fisik
maupun psikologis.
(Hallahan, 2012) terdapat dua sudut pandang yang dapat mendasari Batasan
tentang gangguan pendengaran yaitu:

1. Fisiologis
Pada hal ini gangguang pendengaran berdasarkan derajat gangguan yang diukur
dengan dB yang merupakan satuan decibel yang menunjukkan kemammpuan rata-rata
individu yang tidak mengalami gangguan pendengaran dalam mendeteksi suara yang
palinh halus dengan pembatasan sebagai berikut;

a. Tunarungu (tuli)
individu tidak dapat mendengarkan suara yang ada dengan keseluruhan atau
dapat mendengarkan suara pada 90dB atau suara yang lebih keras dan yang
setara dengan suara mesin pemotong rumput

b. Kesulitan pendengaran
individu pada hal ini mnegalami gangguan pendengaran yang berfluktuasi atau
permanen tetapi tidak termasuk dalam tunarungu (US Office of Education dalam
Manungsong, 2014 dikutip dari Modul ALB)

2. Pendidikan
Pendidik professional di bidang Pendidikan lebih menekankan seberapa besar
gangguan pendengaran mempengaruhi kemampuan berbicara dan perkembangan

6
Bahasa anak. Hal ini membatasi gangguan pendengaran beradasarkan kemampuan anak
tersebut dalam berbahasa yaitu:

a. Tunarungu, individu dengan hendaya pendengaran dapat menghalangi


pemrosesan penerimaan informasi yang menggunakan kemampuan auditoria
baik setelah menggunakan atau tidak menggunakan alat bantu.

b. Kesulitan pendengaran, individu dengan bantuan alat pendengaran masih


tidak dapat mendengar seutuhnya, namun dapat mendengar walau pun hanya
terdengar sedikit tetapi hal ini dapat membantu individu dalam pendengarannya.

B. Karakteristik Tuna Rungu dan Tuna Wicara

1. Aspek Akademi

Mengalami keterbatasan pada kemampuan berbicara dan berbahasa


mengakibatkan berpengaruh pada perkembangan akademiknya sehingga dapat
memiliki prestasi yang rendah dalam mata perlajaran yang bersifat verbal tetapi
cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat nonverbal dengan
kemampuan anak normal yang seusianya.

2. Aspek Sosial-emosional

a. Pergaulan terbatas dengan sesame tunarungu sebagai akibat dalam


kemampuan berkomunikasi
b. sukar menyesuaikan ego pada diri dengan situasi yang ada sehingga jika
ada keinginan harus selalu segera dipenuhi
c. Takut dengan lingkungan, sehingga membutuhkan bantuan dan
bergantung dengan seseorang dan menyebabkan tidak percaya diri.
d. Sukar mengalihkan perhatian, jika sudah menyenangi hal tersebut akan
susah untuk dialihkan
e. Polos, perasaan yang umum dalam keadaan ekstrem
f. Cepat marah dan tersinggung. Sebagai akibat dari susahnya
menyampaikan perasaan atau keinginan dalam memahami permbicaraan
orang tersebut

3. Fisik dan Kesehatan

Jalannya kaku dan agak membungkuk (jika organ keseimbangan yang ada pada
telinga bagian dalam terganggu); gerak matanya lebih cepat; gerakan tangannya
cepat/ lincah dan pernapasaannya pendek; sedangkan dalam aspek kesehatan,
pada umumnya sama dengan orang

7
BAB III

DESKRIPSI MASALAH

A. Pengumpulan Data

1. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada 3 subjek, 2 subjek sebagai siswa dengan
gangguan tunarungu dan tunawicara serta 1 subjek sebagai guru pengajar di
SLB Putra Jaya

2. Observasi
Observasi dilakukan di sekolah subjek. Observasi dilakukan dengan
wawancara terstruktur.

B. Waktu dan Tempat

1. Observasi ini dilakukan pada:


Hari/tanggal : Selasa, 20 Juni 2023
Pukul : 07.00- 10.00
Tempat : SLB Putra Jaya

2. Wawancara observasi ini dilakukan pada:


Hari/tanggal : Kamis, 22 Juni 2023
Pukul : 07.00- 10.00
Tempat : SLB Putra Jaya

C. Panduan Wawancara/ Guide Interview

Anak Tunarungu dan Tunawicara Guru SLB

1. Siapa nama anda? 1. Apa saja yang dipersiapakan guru


2. Apa hobi anda? sebelum proses pembelajaran?
3. Apa hal yang anda sukai? 2. Apa aja mata pelajaran disini?
4. Bagaimana sikap anda pada 3. Bagaimana respon siswa ketika proses
hal-hal yang anda sukai? pembelajaran?
5. Apa hal yang tidak anda sukai? 4. Apa saja kendala yang sering muncul
6. Bagaimana sika pada hal-hal pada saat proses pembelajaran
yang tidak anda sukai? berlangsung?
7. Siapa teman dekat anda? 5. Bagaimana ibu menghadapi kendala
tersebut?

8
8. Bagaimana anda berteman 6. Apakah pembelajaran selalu dalam
dengan teman anda? kelas atau diluar kelas juga?
9. Apa cita-cita anda? 7. Bagaimana ibu membelajarkan bahasa
10. Hal apa yang anda inginkan? isyarat kepada siswa?
11. Bagaimana anda mengatur 8. Apakah ada kompetensi-kompetensi
emosi anda? tertentu?
12. Bagaimana anda 9. Bagaimana ibu menjelaskan materi
melampiaskan emosi anda? sehingga siswa menangkap apa yang
disampaikan guru?
10. Apakah ada fasilitas khusus yang
dipersiapkan untuk golongan anak
tunarungu?
11. Apakah siswa diberikan tugas
pekerjaan rumah?
12. Bagaimana guru mengamati
perkembagan kemajuan masing-
masing siswa?
13. Bagaimana hubungan sossial anak
dengan anak lainya? Apakah mereka
dapat berkomunikasi dengan baik?
14. Layanan apa yang diberikan pada
golongan anak tunarungu? Apakah
sama pada anak golongan biasa?

9
D. Identifikasi Kasus

1. Data

Data Subjek:
Nama Insial :D
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 17 tahun
Agama : Islam
Alamat : Malang, Jawa Timur

Data Guru:
Nama Insial : Ibu Anis
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Guru Sekolah Luar Biasa Putra Jaya
Alamat : Malang, Jawa Timur

2. Keadaan Subjek
D sangat bahagia saat melihat kami dan kami mencoba untuk membangun
hubungan yang baik dengan D agar merasa nyaman dan aman bersama kami.

E. Hasil Pencatatan

1. Hasil Wawancara Subjek

No. Verbatim
1. Penanya :
“Siapa namanya?”

2. Narasumer D:
“D”
3. Penanya :
“Suka apa?”
4. Narasumer D:
“Sekolah”
5. Penanya :
“Pelajaran apa yang disukai?”
6. Narasumber D :

10
“Ppkn”

7. Penanya :
“Guru yang kamu sukai?”
8. Narasumer D:
“Bu Anis”
9. Penanya :
“Kenapa suka sama Bu Anis?”
10. Narasumer D:
“Cantik”
11. Penanya :
“Siapa teman dekat kalian?”

12. Narasumber D:
(dia menunjuk T dan M)
13. Penanya :
“Apa yang kamu lakukan berdua?”
14. Narasumber D :
“Mengobrol, bercerita”
15. Penanya :
“Apa yang kamu lakukan saat bersama mereka?”
16. Narasumer D:
“Bermain sepedah?”
17. Penanya :
“D punya teman di rumah?”
18. Narasumer D:
“Suci (seorang anak tuna grahita yang tinggal di dekat rumahnya dan satu
sekolah dengan debi )”
19. Penanya :
“Kalau M punya teman di rumah?”
20. Narasumer D:
“Gak ada, temanya adek dan kakak”
21. Penanya :
“Orang tua yang paling deket dengan kalian”

11
22. Narasumer D:
“Ibu”
23. Penanya :
“Cita-citanya jadi apa?”
24. Narasumer D:
“Cheff”

2. Hasil Wawancara Guru

No. Verbatim
1. Penanya :
“Apa saja yang dipersiapakan guru sebelum proses pembelajaran?”

2. Narasumer :
“Tentu saja Sebelum kita memulai mengajar kita harus mempunyai RBP
(rancangan pembelajaran) itu mesti tiap guru harus punya, terus
menyiapkan media yang digunakan sesuai yang akan dipelajarkan”
3. Penanya :
“Apa aja mata pelajaran disini bu?”
4. Narasumber :
“Matapelajarannya ya sama kayak umun, kan ada kurikulumya sendiri tapi
kalau SMP, SMA itu ada amata ppelajaran tambahan seperti vokasi, kalau
SMA itu jam vokasinya lebih banyak”
5. Penanya :
“Bagaimana respon siswa ketika proses pembelajaran”
6. Narasumber :
“Macam-macam, tergantung apa yang kita ajarkan. Kalau dia suka berarti
merespon lebih cepat misalkan pembelajaran menggunkan hp nah anak-
anak lebih senang”
7. Penanya :
“Apa saja kendala yang sering muncul pada saat proses pembelajaran
berlangsung?”
8. Narasumber :

12
“Mungkin sebagian mereka ya karena kemampuan dari mereka ini tidak sama
ada yang rendah ada yang mampu daya tangkapnya. Kalau yang lebih rendah
misalnya pembelajaran matematika, kalau si *** suda mampu sekali, kalai
su*** masih belum bisa untuk menghitung uang itu masih sulit, jadi akhirnya
kita mengajar dari yang terrendah misalnya duaribu ditambah duaribu berapa
gitu, sulit membedakan uang mana yg dua ribu mana yang sepuluh ribu”
9. Penanya :
“Bagaimana ibu menghadapi kendala tersebut?”

10. Narasumber :
“Ya itu anak yang nggak bisa kita ulang-ulang ngajarnya sampai bisa yah
paling minimya taulah”
11. Penanya :
“Apakah pembelajaran selalu dalam kelas atau diluar kelas juga?”
12. Narasumber :
“Tidak selalu dalam kelas. Terutamakalau vokasi kan kita ajak keluar kayak
mengenal lingkungan, kemarin kita ajak embun cempaka selain itu kita ajak
ke kebun gitu”
13. Penanya :
“Bagaimana ibu membelajarkan bahasa isyarat kepada siswa”
14. Narasumber :
“Karena anak-anak sini sudah besar kan sudah bisa berbahasa isyarat, ada
kamusnya untuk belajar bahasa isyarat, jadi kamus ini untuk mereka yang
belum tahu bahasa isyarat, banyak yang sudah mengerti sendiri karena
pergaulan mereka ya pakai bahasa pergaulan, tapi kalau anak yang masih
kecil-kecil harus pake kamus ini”
15. Penanya :
“Disini ada kompetensi-kompetensi tertentu ngga bu?”

16. Narasumber :
“Ya ada KKM kalau tidak memenuhi kita kasih perbaikan biasanya sampai
mencapai KKMnya gitu.”
17. Penanya :
“Bagaimana ibu menjelaskan materi sehingga siswa menangkap apa yang

13
disampaikan guru?”

18. Narasumber :
“Pakai media. Anak-anak tu lebih suka atau lebih cepat mengerti kalau ada
nyatanya, makanya dengan canva mereka lebih suka apalagi pake
handphone”
19. Penanya :
“Apakah ada fasilitas khusus yang dipersiapkan untuk golongan anak
tunarungu?”
20. Narasumber :
“Ada kalau misalkan dia vokasi ya ada tempat khususnya alat-alat dan
bahanya juga ada terus kalau misalkan pembelajaran dikelas itu ya mereka
menyiapkan masing-masing, tapi kalau untuk keterampilan itu dari kita
fasilitasnya semua dari kita”
21. Penanya :
“Apakah anak-anak dikasih PR”
22. Narasumber :
“Ya dikasih , anak-anak kalau misalkan ngga di kasih PR ngga akan belajar
mereka, makanya dikasih pr biar mereka belajar”
23. Penanya :
“Bagaimana guru mengamati perkembagan kemajuan masing-masing
siswa?”
24. Narasumber :
“Itu bisa dilihat dari setiap harinya. Setiap hari kita beri pembelajaran habis
pembellajaran kita selalu ngasih ulangan, dari ulangan tersebut kita bisa tau
pemahamannya sudah sampai mana nyampe nggak ke anak-anak materinya.
Masih kayak umum mbak untuk mengetahui perkembangan siswa”
25. Penanya :
“Bagaimana hubungan sossial anak dengan anak lainya? Apakah mereka
dapat berkomunikasi dengan baik?”
26. Narasumber :
“Kalau sama-sama mereka yahh baik-bak saja, mereka berkomunikasi
dengan baik karena mereka sama , kalau sosialisasi di sekolah tidak ada
masalah. Kalau dikampunga kurang taau yah mungkin orang-orang atau

14
teman dikampung tidak tau bahasa mereka itu mungkin kendalanya, kalau
disini engga baik-baik aja”
27. Penanya :
“Layanan apa yang diberikan pada golongan anak tunarungu? Apakah sama
pada anak golongan biasa?”
28. Narasumber :
“Kita kerja sama dengan salah satu puskesmas nah tiap bulanya itu dari pihak
puskesmas datang ke sini untuk pemeriksaan anak-anak itu, kadang
pemberian vitamin kadang anak yang baru masuk itu di suntik apa gitu , kita
kerja sama dengan puskesmasnya”

F. Hasil Observasi dan Wawancara


Kondisi narasumber kami saat wawancara tidak terlalu baik, karena pada saat
itu 1 jam sebelum bel istirahat berbunyi, apalagi waktu itu pembelajaran sedang
berlangsung jadi keadaan guru dan siswa yang kami wawancara serta observasi kurang
semangat. Meski begitu narasumber kami menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami
berikan dengan cukup baik.
Walaupun selama wawancara bersama siswa tunarungu disana yang bernama
Debi, kami harus meminta bantuan Bu Anis sebagai guru di kelas tersebut untuk
membantu kami dalam pelaksanaan wawancara yang kami lakukan. Karena seperti
yang telah kita ketahui anak-anak dengan penyandang tunarungu mengalami masalah
dalam berkomunikasi dengan orang lain dan membutuhkan bantuan bahasa isyarat
untuk berkomunikasi dengan orang lain.

G. Diagnosa Permasalahan

1. Kesulitan/Permasalahan Subjek
D mengalami gangguan tunarungu dan tunawicra sejak lahir sehingga D
juga mengalami kesulitan dalam berbicara. Keadaan keluarga salah satu subjek
merupakan sebagai keluarga yang berkebutuhan khusus. Hal ini menyebabkan
orang tua D membutuhkan guru pengajar yang professional dan menyekolahan
D di Sekolah Luar Biasa Putra Jaya ini untuk mendapatkan ilmu dan
pengalaman belajar yang semestinya dengan kekhususannya agar D dapat
mengembangkan dan mengelola sosial emosionalnya.

2. Kondisi / Situasi Pemicu


D terlahir dalam kondisi keluarga dengan kebutuhan khusus juga
sehingga ini dapat mempengaruhi cara D pada perkembangan sosio-
emosionalnya.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari hasil observasi, wawancara dan diagnosis permasalahan subjek
mengalami tunarungu dan tunawicara yaitu subjek mengalami gangguan pada
pendengaran dan berbicara sejak lahir dan dibesarkan dengan keluarga yang juga
mengalami tunarungu dan tunawicara sehingga subjek dapat berkomunikasi dengan
keluarganya, namun subjek mengalami kesulitan saat berkomunikasi dengan
lingkungan sosialnya terlebih dengan lingkungan subjek yang normal.

B. Rancangan Intervensi

Dalam proses pembelajaran anak tunarungu memiliki tantangan tersendiri.


Pasalnya keterbatasan pendengaran mereka berdampak pada perkembangan kosakata
secara menyeluruh atau abstrak. Anak penyandang tunarungu seringkali mengalami
kendala dalam mengungkapkan intonasi dalam berbicara. (Rahmah, 2018)
Oleh karena itu, cara belajar anak tunarungu biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Dalam pembelajaran di Sekolah
Luar Biasa Putra Jaya yang kami datangi, memberikan materi menggunakan bahasa
isyarat, sehingga kemampuan visual siswa juga dapat lebih terlatih. Selain penjelasan
materi yang disampaikan oleh guru melalui bahasa isyarat, guru juga biasanya
memberikan tulisan tangan kepada siswa.
Metode belajar yang diterapkan pada SLB Putra Jaya sama seperti sekolah pada
umumnya. Hanya saja pada SLB Putra Jaya terdapat metode belajar tambahan yaitu
vokasi. Pendidikan vokasi atau vokasional sendiri merupakan metode belajar yang
diterapkan untuk mengmbangkan keterampilan siswa dan kemandirian siswa.
Pada SLB Putra Jaya memberikan keterampilan seperti melukis, bernyanyi, dan
bermain alat musik. Dari keterampilan tersebut nantinya dapat terlihat potensi masing-
masing siswa. Sehingga nantinya siswa dapat mengetahui bakat dan minatnya, serta
dapat mengoptimalkan potensi yang ada dalam dirinya. (Huda, 2021)
Kecakapan vokasional lebih cocok untuk peserta didik yang mengandalkan
keterampilan psikomotorik daripada kecakapan berpikir ilmiah dalam menekuni
pekerjaan (Depdiknas, 2003)
Keterampilan vokasional sederhana merupakan penyederhanaan atau
pemecahan sub-sub yang lebih kecil ke dalam bentuk yang lebih disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan peserta didik. Penyederhanaan dilakukan agar keterampilan
vokasional yang bersifat kompleks dapat dijangkau atau diserap oleh peserta didik
berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki (Lia, 2017)

16
1. Intervensi Terhadap Pendidik:

a. Pemberian pembelajaran yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan anak


pada usianya. pada jenjang pendidikan intervensi dini akan lebih baik dilakukan
sehingga dapat diperbaiki lebih awal. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi
hambatan perkembangan anak yang tidak sama dengan anak normal dengan
perkembangan secara optimal.
b. Proses dalam intervensi dini dimulai dari anak yang mengalami hambatan
diidentifikasi dan dievaluasi oleh tim yang terkait dengan hambatan tersebut.
Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan informasi menyeluruh tentang
kemampuan anak sesuai dengan perkembangannya. Setelah tim memperoleh
informasi tersebut, mereka melakukan diskusi yang konstruktif untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh. Tujuan keputusan tersebut
adalah mengetahui kemampuan yang belum dimiliki anak sesuai dengan usia
perkembangannya. Berdasarkan keputusan yang disepakati, dibuatlah program
pembelajaran khusus bagi anak usia dini yang mengalami hambatan, sehingga
mereka dapat mengembangkan kemampuan yang sejajar dengan anak-anak
seusianya.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan, subjek
mengalami tunarungu dan tunawicara sejak lahir dan dibesarkan dengan keluarga yang
juga mengalami tunarungu dan tunawicara sehingga subjek dapat berkomunikasi
dengan baik pada lingkugan keluarganya namun, subjek mengalami kesulitan jika
berkomunikasi secara verbal kepada teman-teman atau lingkungan sosialnya. Sehingga
inilah yang menyebabkan subjek memiliki teman yang juga mengalami tunarungu
untuk mempermudah dalam berkomunikasi.
SLB Putra Jaya memfasilitasi siswanya dengan program vokasi yang bertujuan
untuk mengasah kemampuan dan hobi yang dimiliki siswa-siswinya sehingga dapat
mengembangkan dan mengasah kemampuan yang dimiliki setiap individu.

B. Saran
Tenaga pengajar sudah seharusnya memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dan
mencari berbagai solusi untuk dapat menyampaikan ilmu yang harus disampaikan
kepada siswa-siswinya. Dengan adanya program vokasi di SLB Putra Jaya dapat
mengembangkan bakat dan hobi yang dimiliki siswa sehingga dapat mandiri dan
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan lingkungannya. Dengan adanya peningkatan atau
pengembangan di program vokasi untuk dapat memfasilitasi setiap bakat dan hobi yang
dimiliki semua siswa-siswi sehingga semua siswa-siswi dapat mengembangkan bakat
dan hobi yang dimilikinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

References
Chayrica, A. W. (2018). Pelaksanaan Program Vokasional Untuk Anak Autis. Jurnal
Ortopedagogia volume 4, 11-6.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No. 20 tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan


Nasional. Depdiknas.

Hallahan, D. K. (2012). Exceptional Learness (An introduction to Special Education


Twelfth Edition). USA: Pearson.

Huda, A. (2021). Konsep Dasar Pengembangan Keterampilan Vokasional Bagi Anak


Tunagrahita. Scribd.

Lia, N. (2017). Model Pembelajaran Keterampilan Vokasional Berbasis Potensi Lokal di


SMA Wilayah Kalimantan. Journal of Vocational and Career Education.

Manungsong. (2018). Keterlibatan Orang Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa


Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusif. Jurnal Psikologi.

Rahmah, F. N. (2018). Problematika Anak Tunarungu Dan Cara Mengatasinya. Quality,


1.

Sumantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. jakarta: Depdikbud.

Supraba, D. (n.d.). Modul ALB.

19
LAMPIRAN

1. Link Rekaman Suara

https://drive.google.com/drive/folders/1V5tbMNWvFnuPGgl8gh59XQhtKEd3W91I

2. Dokumentasi Observasi

3. Dokumentasi Wawancara

20
4. Catatan Wawancara dan Observasi

21

Anda mungkin juga menyukai