Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “TUNARUNGU (Gangguan Pendengaran) tentang program pendidikan
bagi individu anak hambatan pendengaran dan peranan sekolah bagi anak
hambatan pendengaran. ” ini dengan tepat waktu. Dan juga kami berterima
kasih pada Ibu Rila Muspita, M.Pd selaku dosen pengampu. Dengan mata
kuliah
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengembangan Kurikulum. Semoga Allah Swt,
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan penulis. Akhir kata
penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Namun,
jika masih ada kekurangan kami bersedia menerima saran perbaikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….2
BAB I PENDAHULUAN………...……………………………………….4
A. Latar Belakang………………………………………………………4
B. rumusan masalah…………………………………………………….5
C. tujuan………………………………………………………………...6
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...7
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan sadar dalam upaya untuk mencapai
tujuan pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses dari tidak tahu
menjadi tahu. Pendidikan merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didiknya. Pendidikan
kepada anak-anak atau peserta didik dilalui dari beberapa jenjang pendidikan.
Peserta didik dalam pendidikan bukan hanya seseorang yang berintelegensi
normal dan berfisik normal, namun juga seluruh individu berhak memperoleh
pendidikan yang layak. Begitu pula dengan anak-anak yang tergolong anak
berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkanlayanan
pendidikan yang layak sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kekhususan.
Salah satu bentuk layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus adalah
terselenggaranya program pendidikan bagi anak tunarungu.
Tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada
pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna.
Tunarungu mempunyai keterbatasan dalam fungsi pendengarannya, oleh
karena itu anak tunarungu sangat terhambat dalam aspek bahasa dan
komunikasi. Namun demikian, tunarungu masih memiliki potensi untuk
mengembangkan kemampuan akademik lain yang akan mempengaruhi
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi salah satunya adalah kemampuan
membaca pemahaman.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu
(SDLB-B) bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan
dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan
membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
dan mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan
4
kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran
bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik
untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia indonesia.
Kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu sangat penting
dikuasai karena berhubungan dengan keterampilan berkomunikasi di
lingkungan sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Hal ini dapat
dikaitkan dengan keterampilan akademik dalam memahami bacaan singkat,
sederhana dan kompleks. Membaca pemahaman dapat meningkatkan
kemampuan memahami pesan yang terdapat dalam bacaan. Jika kemampuan
membaca pemahaman tunarungu meningkat maka kemampuan berkomunikasi
anak tunarungu akan baik dan selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan
yang lain seperti kemampuan akademik dalam semua mata pelajaran.Sehingga
sangat diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dan menarik siswa, salah
satunya adalah metode mind map.
Metode mind map adalah salah satu solusi kreatif berupa teknik
pembelajaran membaca yang diperkenalkan oleh Tony Buzan dan telah
dipergunakan oleh jutaan orang pintar di dunia. Metode ini juga dipandang
sesuai dengan anak tunarungu dalam upaya meningkatkan kemampuan
membaca pemahamannya. Karena metode ini menggunakan gambar visual
yang menyediakan warna, gambar, dan kata-kata sehingga sangat menarik
bagi anak tunarungu. Metode mind map dapat meningkatkan kemampuan
membaca pemahaman anak tunarungu. Kemampuan anak tunarungu masih
jauh lebih rendah sehingga penggunaan mind map untuk memahami bacaan
yang sederhana dengan menggunakan gambar, warna dan kata-kata dalam
penelitian ini lebih difokuskan.
5
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah:
1) ketidaksesuaian materi pelajaran yang diberikan kepada siswa,
2) ketidaksesuaian metode komunikasi kepada anak tunarungu yang
digunakan,
3) artikulasi yang dimiliki siswa tunarungu belum matang,
4) anak tunarungu sudah dapat membaca, namun belum memahami kata
yang ada dalam bacaan tersebut, dan
5) kemampuan membaca pemahaman anak tunarungu masih rendah.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat pendengaranya
dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya
secara kompleks.
8
Berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi,
Ashman dan Elkins (1994) mengklasifikasikan ketunarunguan ke dalam
empat kategori, yaitu:
1. Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment), yaitu kondisi di mana
orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 20-40 dB
(desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara,
mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
2. Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment), yaitu kondisi di
mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB.
Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan
wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana
gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
3. Ketunarunguan berat (severe hearing impairment), yaitu kondisi di mana
orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 65-95 dB. Mereka
sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah
pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak
mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar.
4. Ketunarunguan berat sekali (profound hearing impairment), yaitu kondisi
di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 dB
atau lebih keras. Mendengar percakapan normal tidak mungkin baginya,
sehingga dia sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu,
ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan
kekuatan yang sangat tinggi (superpower).
9
Adapun jika ditinjau berdasarkan tempat terjadinya maka tunarungu
dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, kerusakan pada bagian telinga luar
dan tengah sehingga menghambat bunyi/suara yang hendak masuk ke telinga.
Ganggun tersebut disebut juga tuli konduktif. Kedua, kerusakan pada telingan
bagian dalam sehingga mengganggu hubungan ke saraf otak. Hal itu disebut
juga tuli sensoris.
10
4. Pada informasi serempak, anak tunarungu dan anak dengan
pendengaran normal tidak terdapat perbedaan yang berarti.
5. Hampir tidak terdapat perbedaan dalam hal daya ingat jangka panjang,
sekalipun prestasi akhir anak tunarungu biasanya lebih rendah.
11
b. Mengonsumsi makanan yang bergizi dan seimbang serta
menghindari makanan yang mengandung bahan berbahaya.
c. Tidak meminum obat sembarangan karena dapat menyebabkan
keracunan pada janin.
d. Melakukan imunisasi anti tetanus.
3. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu melahirkan (natal)
a. Pada saat melahirkan diupayakaan tidak menggunakan alat
penyedot.
b. Apabila ibu tersebut terkena virus herpes simplek pada daerah
vaginanya, maka kelahiran harus melalui operasi Caesar.
4. Upaya yang dapat dilakukan pada waktu setelah melahirkan (post natal)
a. Melakukan imunisasi dasar serta imunisasi rubella yang sangat
penting, terutama bagi wanita.
b. Apabila anak mengalami sakit influenza, harus dijaga/ diobati jangan
sampai terlalu lamakarena virusnya dapat masuk kerongga telinga
tengah melalui saluran eustaschius, dan dapat menyebabkan
peradangan (otitis media).
c. Menjaga telinga dari kebisingan, seperti menggunakan pelindung
telinga bagi para pekerja di pabrik.
12
2. Pendekatan manual adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan
kata. Bahasa isyarat adalah system gerakan tangan yang melambangkan
kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai
setiap huruf dari satu kata.
Pendekatan oral dan manual dipakai bersama untuk mengajar murid yang
mengalami gangguan pendengaran (Hallahann & Kauffman, 2000). Beberapa
kemajuan medis dan tekhnologi, seperti yang disebutkan di sini, juga telah
meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pendengaran
(Boyles & Contadino, 1997) :
1. Pemasangan cochlear (dengan prosedur pembedahan). Ini adalah cara
kontroversial karena banyak komunitas orang tuli menentangnya, sebab
menganggapnya intrusive dan melukai kultur orang tuli. Yang lainnya
beranggapan bahwa pemasangan cochlear ini bisa meningkatkan kualitas
hidup banyak anak yang menderita problem pendengaran (Hallahann &
Kauffman, 2003).
2. Menempatkan semacam alat di telinga (prosedur pembedahan untuk
disfungsi telinga tingkat menengah). Ini bukan prosedur permanen.
3. System hearing aids dan amplifikasi.
4. Perangkat telekomunikasi, teletypewriter – telephone, dan RadioMail
(menggunkan internet).
13
2. Anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus agar bisa mengembangkan
kemampuan yang dimiliki secara optimal.
3. hambatan pendengaran dapat menyebabkan permasalahan dalam
perkembangan bahasa dan belajar. Untuk mengatasi hal ini,
intervensi edukatif berupa program bimbingan orang tua sangat
diperlukan.
4. sekolah penyelenggaraan pendidikan inklisif memiliki kurikulim
khusus, program pembelajaran individual,perencanaan
pembelajaran, proses, hingga evaluasi pembelajaran yang di
sesuaikan untuk siswa dengan hambatan pendengaran.
14
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16