Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


ANAK TUNARUNGU

“UPAYA PENGEMBANGAN KOMUNIKASI ANAK


DENGAN HAMBATAN PENDENGARAN”

DOSEN PENGAMPU
Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7

EKA YULIANA (23003238)


IRA LASMANAGARA (23003247)
JIHAN RAMADHANI (23003248)
RAMINI (23003267)

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat karunia serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Perspektif Pendidikan Dan Pembelajaran Anak Tunarungu yang berjudul “Upaya Pengembangan
Komunikasi Anak Dengan Hambatan Pendengaran”.

Ini semuanya sebatas pengetauan dan kemampuan yang penulis miliki dan penulis juga
berterimakasih kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan yang telah membantu penulis baik
secara moril maupun materil.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca. Penulis juga menyadari bahwa dalam makalah ini banyak
kekurangan dan jauh dari yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik dan saran
yang mendukung untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, Oktober 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
C. Tujuan ................................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Kemampuan komunikasi anak dengan hambatan pendengaran ........................................ 5
B. Empat Aliran dalam Media Komunikasi ........................................................................... 6
C. Media/ Cara dalam Komunikasi ........................................................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari


perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan atau
parsial saja dapat mempengaruhi kemampuan anak untuk berbicara dan memahami bahasa. Bagi
anak-anak, pendengaran dan kemampuan berbahasa adalah alat yang sangat penting untuk
belajar, bermain dan membangun kemampuan sosial. Anak belajar untuk berkomunikasi dengan
meniru suara yang mereka dengar. Jika mereka memiliki gangguan pendengaran yang tidak
diketahui sebelumnya dan tidak ditangani, informasi untuk perkembangan bahasa dari
lingkungan mereka akan terbuang sia-sia. Hal ini akan mengakibatkan lambatnya perkembangan
kemampuan verbal serta menimbulkan masalah soaial dan akademik.
Kemampuan mendengar adalah salah satu anugerah Tuhan yang diberikan kepada
manusia. Dengan mendengar seseorang akan dapat belajar berbicara, berbahasa, dan
berkomunikasi, selanjutnya kemampuan berkomunikasi tersebut digunakan untuk mempelajari
ilmu pengetahuan, mempelajari norma dan nilai-nilai kehidupan, dan bersosialisasi dengan
masyarakat sekitarnya yang akhirnya dapat diguna- kan untuk menyejahterakan dirinya dan
orang lain.
Tidak semua manusia dilahirkan mendengar, beberapa diantaranya lahir dengan
gangguan pendengaran atau dikenal dengan tunarungu atau setelah lahir menjadi tunarungu.
Tunarungu secara awam identik dengan ketulian, secara akademis, tunarungu atau gangguan
pendengaran meliputi tuli dan kurang dengar.
Dalam menangani permasalahan ketunarunguan tersebut langkah pertama dan utama yang
dapat diberikan kepada anak tunarungu adalah dengan memberikan kemampuan komunikasi
dan berbahasa. Sumitro (1984: 2), tujuan utama dalam mengajarkan bahasa kepada anak
tunarungu ditekankan kepada kemampuan komunikasi verbal berbahasa lisan (oral). Tujuannya
adalah agar anak tunarungu menurutnya dapat “bersikap oral”, artinya anak tunarungu mampu
mengungkapkan, menanya-kan, memperbincangkan sesuatu secara oral, baik dengan orang-
orang yang mendengar maupun dengan teman-temannya yang senasib, dengan harapan
akan mencapai (1) integrasi anak tunarungu dalam masyarakat, dan (2) sikap berpikir oral, yang
akan diperoleh jika anak sudah bisa berkomunikasi secara oral.

3
Bentuk komunikasi yang lain bagi anak tuna- rungu adalah cara komunikasi manual atau
nonverbal, seperti gesti, mimik muka, dan bahasa yang berupa isyarat. Namun bentuk
komunikasi ini memiliki kelemahan, antara lain yakni tidak dapat mewadahi sebagian fungsi
bahasa dan keunggulan-keunggulan lain yang dimiliki oleh bahasa lisan.
Oleh karena itu, penekanan utama dalam pendidikan anak tunarungu adalah kepada
kemampuan komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal, seperti bahasa tubuh dan bahasa
isyarat.

B. Rumuasan Masalah
Dari latar belakang di atas pemakalah dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Kemampuan komunikasi anak dengan hambatan pendengaran.
2. Menjelaskan Empat Aliran dalam Media Komunikasi.
3. Menjelaskan Media/ Cara dalam Komunikasi.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah maka Tujuan dari peyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Kemampuan komunikasi anak dengan hambatan pendengaran.
2. Mengetahui Empat Aliran dalam Media Komunikasi
3. Mengetahui Media/ Cara dalam Komunikasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemampuan Komunikasi Anak dengan Hambatan Pendengaran

Kemampuan berkomunikasi dan bahasa anak tunarungu (ATR) berbeda dengan anak
yang mendengar, karena perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.
Perkembangnan bahasa merupakan alat berpikir dan sarana utama seseorang untuk
berkomunikasi, saling menyampaikan ide, konsep, dan perasaannya termasuk didalamnya
kemampuan untuk mengetahui makna kata serta aturan bahasa dan penerapannya. Kemampuan
membaca, menulis, berbicara, dan mendengar merupakan alat komunikasi verbal. Bentuk
komunikasi yang lain bagi anak tunarungu adalah cara komunikasi manual atau
nonverbal,seperti gesti, mimik muka, dan bahasa yang berupa isyarat. Oleh karena itu,
penekanan utama dalam pendidikan anak tunarungu adalah kepada kemampuan komunikasi
verbal dan komunikasi nonverbal, seperti bahasa tubuh dan bahasa isyarat.

Menurut Halahan dan Kauffman (Soemantri Sutjihati, 2007:17), penyebab kesulitan


berbahasa dan berkomunikasi diantaranya :

1) Penerimaan auditori tidak cukup sebagai umpan balik ketika komunikasi tidak
mengeluarkan suara.
2) Penerimaan verbal tidak cukup untuk menerima umpan balik dari orang dewasa.
3) Tidak mampu mendengar contoh bahasa orang dewasa.

Ketidakmampuan anak tunarungu (ATR) dalam mendengar dapat menyebabkan


keterbatasan informasi dan menghambat dalam daya abstraksinya sehingga terhambat pula
dalam pencapaian pengetahuan yang lebih luas.

Adapun permasalahan yang dialami ATR adalah kesulitan untuk memahami hal yang
bersifat abstrak, lebih mengutamakan visual untuk memperoleh pengetahuan dalam belajarnya.
Sebagai akibat kerusakan aau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengarannya,
baik terjadi sejak kecil atau setelah dilahirkan, sehingga menyebabkan kekurangan atau
kehilangan dalam kemampuan mendengar. Keterbatasan kemampuan mendengar inilah yang
menjadi hambatan dalam perkembangan komunikasi melalui bahasa/bicaranya, dan dampak

5
inipun membawa dampak-dampak lainnya yang memerlukan perhatian, pelayanan, pengertian
dan kesempatan sebaik-baiknya yang diberikan kepada anak tunarungu (ATR).

Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktivitas


hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari komunikasi oral dan
komunikasi isyarat. Komunikasi oral adalah komunikasi berbicara dengan lambang bahasa,
bagi anak tunarungu (ATR) tergantung daripada tes pengukuran atau dB (decibell) tingkat
gangguan pendengarannya. Oleh karena itu anak tunarungu (ATR) dalam melakukan
berkomunikasi melalui cara oral.
Sehingga anak tunarungu (ATR) perlu perhatian, pengertian dan kesempatan sedini
mungkin serta dapat mengembangkan keterampilan berbicara semaksimalkan sisa
pendengarannya. Jadi seperti latihan komunikasi oral perlu dilakukan secara intensif sedini
mungkin, memberi rangsangan serta motivasi untuk berkomunikasi.

B. Empat Aliran dalam Media Komunikasi


Komunikasi merupakan keahlian dasar dari tiap individu di dunia. Biasanya ditemukan
bentuk komunikasi dari bahasa lisan, bahasa tubuh, bahasa isyarat, dan lain sebagainya. Dalam
kehidupan sehari-hari, setiap individu tidak akan pernah lepas untuk melakukan komunikasi.

1. Verbal Ekspresif
a) Oral /Ujaran/Lisan/Bicara Menurut A. Mulholland yang dikutip oleh Perspektif Ilmu
Pendidikan - Vol.23 Th. XIV April 2011 17 Kemampuan Komunikasi Anak Bunawan
(1997:5), bahasa oral merupakan suatu sistem komunikasi yang menggunakan bicara, sisa
pendengaran, membaca ujaran, dan atau rangsangan vibrasi serta perabaan (vibrotaktil)
untuk suatu percakapan yang spontan. dengan berisyarat, seseorang akan lebih terpusat
pada diri sendiri karena perhatian lawan bicara terarah terhadap gerak tangan penyampai
pesan, sedangkan bahasa bicara memberi lebih banyak keleluasaan bagi pembicara untuk
melakukan sesuatu sambil berbicara, seperti menunjuk, memegang benda, dan
sebagainya.
b) Ejaan Jari Menurut A. van Uden yang dikutip oleh Bunawan (1997: 7), dikatakan bahwa
sistem ejaan jari walaupun digolongkan ke dalam bahasa isyarat atau manual bisa
dikatakan bersifat verbal (walaupun bukan oral) karena terdiri dari unsur-unsur berupa

6
abjad atau alfabet dan bukan isyarat. Dalam penerapan sistem ejaan jari terdapat suatu
hubungan satu-satu antara lambang manual dengan lambang tulis sehingga akan terjadi
pula suatu hubungan kata per kata dengan kegiatan membaca dan menulis. Penerapan
sistem ejaan jari meliputi kegiatan ekspresif, yaitu berupa pengiriman pesan dan kegiatan
reseptif, yaitu membaca ejaan jari. Ejaan jari dalam peran sebagai media komunikasi
merupakan alih bentuk bahasa tulisan.
c) Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa yang memiliki peranan
penting di samping keterampilan berbahasa lainnya. Menulis merupakan keterampilan
yang produktif dan ekspresif. Perbedaannya adalah menulis merupakan komunikasi tidak
bertatap muka atau tidak langsung sedangkan bicara merupakan komunikasi tatap muka
atau secara langsung. Meadow (1980) melaporkan tentang beberapa penelitian seperti
dari Heider (1990) yang melakukan analisis terhadap karangan anak tunarungu
dibandingkan anak mendengar. Kesimpulannya antara lain adalah bahwa kalimat yang
disusun anak tunarungu lebih pendek dan lebih sederhana daripada anak mendengar serta
secara umum karangan mereka mirip karya anak mendengar yang lebih muda usianya
(Bunawan, 2000: 54).

2. Verbal Reseptif
Komunikasi verbal reseptif merupakan komunikasi pasif yang dilakukan ketika
tunarungu menerima atau merespon atau memahami isi dari komunikasi ekspresif. Komunikasi
verbal reseptif terdiri dari membaca tulisan, membaca ujaran, dan memanfaatkan sisa
pendengaran.

a. Membaca Tulisan Banyak yang tidak menyadari bahwa kaum tunarungu bukan hanya
mengalami kelemahan dalam berbahasa lisan tetapi juga mengalami kesukaran ketika
harus menghadapi bahasa tulis atau membaca. Kemampuan membaca dinilai sangat
penting karena merupakan sarana terbaik bagi tunarungu untuk memperoleh akses
lengkap terhadap dunia bahasa dibandingkan dengan sarana lain, seperti membaca
ujaran, pemanfaatan sisa pendengaran, dan membaca isyarat dikarenakan keterbatasan
kosaisyarat.
b. Membaca Ujaran Membaca ujaran di mana termasuk juga dalam komunikasi secara
reseptif digunakan sebagai media komunikasi bahasa yang formal digunakan saat

7
individu tunarungu memiliki taraf penguasaan bahasa tertentu. Kemampuan berbahasa
tunarungu yang diperoleh melalui isyarat, ejaan jari, membaca, dan menulis akan
mampu menciptakan kondisi yang mapan untuk perkembangan kemampuan membaca
ujaran oleh tunarungu. Ada beberapa kelemahan dalam membaca ujaran, yaitu tidak
semua bunyi bahasa berupa visem atau unsur bahasa terkecil yang dapat diamati pada
gerak bibir, lalu berupa adanya kesamaan atau kemiripan bentuk antara berbagai bunyi
bahasa atau disebut juga dengan istilah homophen.
c. Memanfaatkan Sisa Pendengaran Sisa pendengaran yang dimiliki tunarungu betapa
sedikit pun tetap perlu difungsikan guna meningkatkan keterampilan komunikasi.
Pemanfaatan sisa pendengaran meliputi kegiatan pembinaan secara audiologik, yaitu
pemilihan serta penyesuaian alat bantu mendengar yang sesuai bagi anak serta
perawatan dan kegiatan pembinaan auditorik, yaitu berupa latihan pendengaran atau
pembinaan persepsi bunyi dan irama.

3. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah proses penciptaan dan pertukaran pesan (komunikasi)
dengan tidak menggunakan kata-kata, namun dengan gerakan tubuh, ekspresi wajah,
sentuhan, dan lain sebagainya.

a) Isyarat Bahasa isyarat kurang memiliki kesamaan dengan bahasa lisan bahkan
berbeda dalam tata bahasanya. Bahasa isyarat memiliki suatu leksikon sendiri, artinya
antara isyarat dan kata dalam bahasa lisan tidak terdapat relasi satu-saru. Suatu isyarat
bila diterjemahkan ke dalam bahasa lisan mungkin memerlukan lebih dari satu kata
(Bunawan, 1997: 49). Isyarat itu sendiri terbagi menjadi dua, yaitu isyarat alami dan
isyarat baku.
b) Isyarat alami merupakan bahasa isyarat yang biasa digunakan sehari-hari oleh kaum
tunarungu saat berkomunikasi dengan orang lain.
c) isyarat baku adalah isyarat formal yang diciptakan secara khusus untuk mewakili tata
bahasa baku dan biasanya digunakan pada pengajaran disekolah. Isyarat formal di
Indonesia yang ada telah dikembangkan dan disusun dalam suatu buku yang disebut
Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia atau yang biasa disingkat menjadi Kamus
SIBI Depdikbud, 2000: ii). SIBI adalah isyarat dengan dan di antara kaum tunarungu

8
yang disusun secara sistematis untuk melambangkan bahasa lisan
d) Mimik dan Gesti Sikap tubuh, ekspresi muka (mimik), pantomimik, dan gesti yang
dilakukan oleh seorang tunarungu maupun mendengar biasanya terjadi secara wajar
dan alami. Mimik yang dimiliki oleh setiap orang mungkin tidak sama, tergantung
kepada kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut. Mimik/gestur ini sebetulnya
tidak dapat digolongkan sebagai suatu bahasa dalam arti yang sesungguhnya
walaupun geraknya dapat berfungsi sebagai suatu media dalam berkomunikasi.

4. Nonverbal Reseptif
Komunikasi yang dilakukan secara nonverbal reseptif berupa membaca isyarat dan
membaca mimik/ gestur di mana komunikasi ini terjadi karena adanya komunikasi secara
nonverbal ekspresif, yaitu berisyarat dan mimik/gestur. Baik individu tunarungu maupun
individu mendengar harus dapat menguasai komunikasi nonverbal reseptif ini agar terjadi
komunikasi dua arah yang baik. Berdasarkan batasan tersebut (Leigh, 1995) menegaskan
bahwa menguasai bahasa berarti mengetahui seperangkat sistem tanda atau lambang dan
memiliki cara untuk mengkomunikasikannya. Secara lazim, sistem tanda yang digunakan
manusia pada umumnya adalah bahasa lisan/wicara yang beraturan. Meskipun demikian perlu
diingat bahwa dalam berkomunikasi masih tersedia berbagai cara komunikasi lain yang bisa
digunakan manusia seperti tulisan, bahasa tubuh, ekspresi muka, gesti, dan isyarat.

Bagi anak tunarungu, dalam hal berkomunikasi permasalahannya adalah terletak pada
kemampuan encoding, yaitu bagaimana anak tunarungu harus menghasilkan pesan (misalnya
berbicara, menulis, ataupun berisyarat), dan juga dalam tindakan decoding, yaitu tindakan
menerima pesan (misalnya memanfaatkan sisa pendengaran, membaca ujaran, membaca
tulisan, membaca isyarat, dan memahami ekspresi orang lain).

C. Media/ Cara dalam Komunikasi


Komunikasi verbal (verbal communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi
verbal menempati porsi besar. Karena kenyataan-nya ide-ide, pemikiran atau keputusan lebih
mudah disampaikan secara verbal ketimbang nonverbal. Dengan harapan, komunikan (baik
pendengar maun pembaca) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan,

9
contohnya komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media,
seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan
dilakukan dengan secara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan.

Proses penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat,


lukisan, gambar, grafik dan lain-lain. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan
simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Dalam komunikasi
verbal itu bahasa memegang peranan penting. Komunikasi Verbal mengandung makna
denotative.

Media yang sering dipakai yaitu bahasa, karena bahasa mampu menerjemahkan pikiran
seseorang kepada orang lain. Pengertian komunikasi lisan ialah bentuk komunikasi dengan
mengucapkan kata-kata secara lisan dan langsung kepada lawan bicaranya. Biasanya komunikasi
lisan dapat dilakukan pada kondisi para personal atau individu yang berkomunikasi berhadapan
langsung. Ada beberapa unsur penting dalam komunikasi verbal, yaitu:

a) Bahasa
Pada dasarnya bahasa adalah suatu system lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan adalah bahasa
verbal entah lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik. Bahasa suatu bangsa atau suku
berasal dari interaksi dan hubungan antara warganya satu sama lain.7 Bahasa memiliki
banyak fungsi, namun setidaknya ada tiga fungsi yang erat hubungannya dalam
menciptakan komunikasi yang efektif. Pertama, untuk mempelajari dunia sekeliling kita.
Kedua untuk membina hubungan baik di antara sesama manusia. Ketiga, menciptakan
ikatan-ikatam dalam kehidupan manusia.
b) Kata
Kata merupakan unti lambang terkecil dalam bahasa. Kata adalah lambang yang
melambangkan atau mewakili sesuatu hal, entah orang, barang, kejadian, atau keadaan.
Jadi, kata itu bukan orang, barang, kejadian, atau keadaan sendiri. Makna kata tidak ada
pada pikiriran orang. Tidak ada hubungan langsung antara kata dan hal. Yang
berhubungan langsung hanyalah kata dan pikiran orang.

10
Ada beberapa jenis komunikasi verbal, yaitu :
1) Berbicara dan Menulis
Berbicara adalah komunikasi verbal-vokal. Sedangkan menulis adalah komunikasi
verbal-nonvocal. Dalam masalah tunarungu ini contoh komunikasi verbal adalah surat
menyurat dalam berkomunikas
2) Mendengarkan dan Membaca
Mendengar dan mendengarkan itu kata yang mempunyai makna berbeda, mendengar
berarti semata-mata memungut getaran bunyi sedangkan mendengarkan adalah
mengambil makna dari apa yang didengar mendengarkan melibatkan 4 unsur, yaitu
mendengar, memperhatikan, memahami, dan mengingat. Membaca adalah suatu cara
untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis.

1. Nonverbal/ Manual
Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk
tanpa kata-kata. Dalam hidup nyata komunikasi nonverbal jauh lebih banyak dipakai
daripada komuniasi verbal. Dalam berkomunikasi hampir secara otomatis komunikasi
nonverbal ikut terpakai. Karena itu, komunakasi non verbal bersifat tetap dan selalu
ada. Komunikasi non verbal lebih bersifat jujur mengungkapkan hal yang mau
diungkapkan karena spontan.
Non verbal juga bisa diartikan sebagai tindakan-tindakan manusia yang secara
sengaja dikirimkan dan diinterpretasikan seperti tujuannya dan memiliki potensi akan
adanya umpan balik (feedback) dari penerimanya. Dalam arti lain, setiap bentuk
komunikasi tanpa menggunakan lambang- lambang verbal seperti kata-kata, baik
dalam bentuk percakapan maupun tulisan. Komunikasi non verbal dapat berupa
lambang-lambang seperti gesture, warna, mimik wajah, dll.
Komunikasi non verbal (non verbal communicarion) menempati porsi penting.
Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak
menggunakan komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui
komunikasi non verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu
kesimpulan tentang berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta,
kangen dan berbagai macam perasaan lainnya Kaitannya dengan dunia bisnis,

11
komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih memperkuat pesan
yang disampaikan sekaligus memahami reaksi komunikan saat menerima pesan.
Bentuk komunikasi non verbal sendiri di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi
wajah, sandi, symbol-simbol, pakaian sergam, warna dan intonasi suara.
Ada beberapa bentuk komunikasi non verbal, yaitu :
1) Sentuhan, Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan,
berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
2) Gerakan Tubuh, Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh
meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh
biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya
mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan
sesuatu menunjukkan perasaan.
3) Vokalik, Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu
ucapan, yaitu cara berbicara. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras
atau lemah- nya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain
lain.
4) Kronemik, Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu
dalam komunikasi non verbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi non
verbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya
aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta
ketepatan waktu (punctuality).

2. Verbal dan Nonverbal ( Komtal)


Haenudin mengutip pernyataan Brill yang mengemukakan batasan komunikasi
total dalam suatu seminar internasional di London, dikutip dari L. Evans dalam Lani
Bunawan yang mengatakan bahwa komunikasi total meliputi penggunaan salah satu
dan semua modus atau cara komunikasi, yaitu penggunaan sistem bahasa isyarat,
ejaan jari, bicara, membaca ujaran, amplikasi (pengawasan), gesti, pantomimic,
menggambar dan menulis. Dalam mengungkapkan diri dapat digunakan misalnya
berbicara, salah satu bentuk komunikasi manual dan amplikasi secara serempak.
Untuk kemampuan pesan dapat diterima melalui hanya salah satu atau dua/lebih yang

12
serempak. Maksud dari pendapat berikut yakni komunikasi total merupakan
penggunaan beberapa sistem yang dapat digunakan oleh anak tunarungu. Gabungan
dari sistem bahasa tersebut diharapkan dapat membantu anak tunarungu
menyampaikan pesan contohnya dengan berbicara.
Komunikasi total adalah system komunikasi yang berusaha menggabungkan
berbagai bentuk komunikasi untuk mengembangkan konsep dan Bahasa pada anak
tunarungu. Komunikasi total ini berusaha menjadikan komunikasi pada anak
tunarungu menjadi berkembang dengan baik karena menggabungkan beberapa system
Bahasa yang digunakan anak tunarungu. Strategi komunikasi total merupakan salah
satu cara untuk mencapai tujuan dari komunikasi, yaitu menyampaikan isi pesan
dengan cara berkomunikasi menggunakan modalitas secara keseluruhan dari
spektrum Bahasa, yaitu Bahasa lisan, tulisan, isyarat, gerak-gerik tubuh, membaca
ujaran dan sebagainya. Sehingga dengan demikian diharapkan apa yang kita
sampaikan dapat dimengerti oleh anak-anak tunarungu.
1) Komponen Komunikasi Total
Komunikasi total ini merupakan metode yang menerapkan berbagai metode
dan media komunikasi seperti system isyarat ejaan jari, bicara, membaca ujaran,
amplifikasi pengerasan suara dengan menggunakan alat bantu dengar,
menggambar, menulis, serta pemanfaatan sisa pendengaran sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan tunarungu secara perorangan. komunikasi total
adalah sebuah konsep pendidikan bagi anak tunarungu untuk meningkatkan
keterampilan dalam berbahasa.
Komunikasi total merujuk pada keseluruhan spectrum dari modus
Bahasa yakni isyarat yang dibuat anak, isyarat baku, berbicara, membaca ujaran,
menulis dan pemanfaatan sisa pendengaran. Perbedaan bentuk komunikasi
reseptif dan ekspresif anak tunarungu dalam komunikasi total dibandingkan
dengan komunikasi anak yang berpendengaran normal adalah penambahan
isyarat dan ejaan jari secara ekspresif maupun reseptif. Bentuk komuikasi dalam
komunikasi total dijelaskan sebagai berikut:

13
a) Oral
Komunikasi oral adalah bentuk penyampaian pesan yang dilakukan
secara oral atau lisan. Bentuk ini merupakan unsur dominan dalam
pendekatan komunikasi total bagi anak tunarungu. Hal demikian menjadi
sangat penting oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari manusia pada
umumnya berkomunikasi dengan gaya oral.
Metode komunikasi oral dalam pelaksanaannya atau menyampaikan
pesan-pesannya (mengeskpresikan gagasan/pikiran/perasaannya) menitik
beratkan kepada pengucapan (ujaran) dalam menerima pesan. Secara oral,
kemampuan berkomunikasi anak tunarungu jelas tidak sebanding dengan
anak-anak pada umumnya. Walaupun untuk mencapai tingkat yang optimum
amat sulit. Keterbatasan salah satu inderanya yakni indera pendengaran,
mengakibatkan kemampuan komunikasi oralnya terhambat. Sehingga untuk
tarafkemampuan seperti - yang diharapkan, harus diberikan pembinaan-
pembinaan dan latihan-latihan khusus secara intensif.
Tujuan anak tunarungu diberikan atau diajarkan metode komunikasi oral
yaitu agar anak tunarungu, baik dalam mengekspresikan
gagasan/pikiran/perasaan maupun menerima pesan diharapkan melalui cara-
cara yang lazim digunakan orang pada umumnya serta diharapkan juga
mereka dapat mengakses bunyi Bahasa yang berkembang di lingkungan
secara lebih luas.
b) Manual
Menurut Suparno, komunikasi manual tidak dapat lepas dari penanganan
anak tunarungu dalam berkomunikasi. Komunikasi manual dapat diartikan
dengan metode yang menggunakan Bahasa isyarat sevagai media komunikasi
dengan anak tunarungu. Secara harfiah Bahasa isyarat artinya Bahasa dengan
menggunakan tangan, walaupun dalam kenyataan, ekspresi muka dan lengan
pun ikut berperan. Jika ditinjau dari media komunikasi total, komponen
manual terdiri dari: Gesti atau gesture yakni suatu bentuk gerakan tubuh atau
anggota badan yang lain dalam berkomunikasi, Ejaan jari yakni suatu kode
menyampaikan ejaan kata seperti halnya morse, Bahasa isyarat asli yakni

14
isyarat yang berkembang secara alami diantara kaum tunarungu (Bahasa ibu)
atau Bahasa isyarat yang terdiri dari kumpulan isyarat yang diterapkan di
beberapa SLB-B dan terakhir Bahasa isyarat formal yakni untuk mengatasi
kelemahan Bahasa isyarat alami.
c) Aural
Dalam model komunikasi total yang baik, penggunaan alat bantu
mendengar baik untuk perseorangan maupun kelompok. Sisa pendengaran
yang dimiliki anak tunarungu perlu difungsikan agar meningkatkan
ketrampilan komunikasi mereka. Pemanfaatan sisa pendengaran meliputi
kegiatan pembinaan secara audiologik yaitu pemilihan serta penyesuaian alat
bantu meendengar yang sesuai dengan anak, berikut peralatannya dan
kegiatan pembinaan auditorik yaitu berupa latihan pendengaran atau
pembinaan bunyi dan irama.
d) Bahasa Isyarat
Bahasa isyarat adalah bahasa yang dilakukan dengan menggunakan gerakan-
gerakan badan dan mimic muka sebagai symbol dari makna Bahasa lisan. Anak
tunarungu merupakan kelompok utama yang menggunakan Bahasa isyarat ini,
biasanya dengan menkombinasikan bentuk tangan, gerak tangan, lengan tubuh serta
ekspresi wajah untuk mengungkapkan pesan. Di Indonesia sendiri Bahasa isyarat
yang sering digunakan adalah SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan BISINDO
(Bahasa Isyarat Indonesia).
SIBI merupakan istem isyarat Bahasa yang dibakukan sebagai salah satu media
yang membantukomunikasi sesama penyandang tunarungu didalam lingkungan yang
lebih luas. Sedangkan BISINDO merupakan system komunikasi yang diciptakan
oleh Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERAKATIN). BISINDO
cenderung lebih praktis dan efektif untuk penyandang tunarungu digunakan sebagai
komunikasi antar orang yang mendengar dan dalam berkomunikasi sehari-hari.

2) Proses Penguasaan Bahasa dalam Komunikasi Total


L. Evans dalam Lani Bunawan mengemukakan suatu model penguasaan Bahasa
dalam komunikasi total dan urutan pengembangan berbagai medianya sebagai
berikut:

15
Urutan Pengembangan Bahasa Anak Tunarungu dalam Komunikasi Total :
a. Anak sedini mungkin diperkenalkan dengan isyarat untuk menunjang
perkembangan bahasa batini dan aspek kognitif. Fase gesti ilmiah
(gesti langsung dan tak langsung) diperkuat dengan kosa dasar isyarat
yang mirip benda dan perbuatan konkretnya (ikonik). Isyarat yang
masih sederhana dan primitif ini makin ditingkatkan menjadi isyarat
pada taraf lambang dengan aturan yang baku. Bersamaan waktu
dengan pengajian isyarat, anak juga selalu disapa dengan bicara
dengan memanfaatkan sisa pendengarannya dan melalui membaca
ujaran agar terbuka alternatif baginya bila ia ternyata memiliki bakat untuk
berkomunikasi secara oral. Kemampuan berisyarat dapat merupakan dasar
untuk melatih kemampuan bicaranya
b. Kemampuan berisyarat makin ditingkatkan dengan penerapan sistem
isyarat formal melalui pemanfaatan ejaan jari untuk mengisyaratkan
kata-kata fungsi, dan gejala tata bahasa lainnya (seperti awalan dan
akhiran) sebagaimana berlaku dalam bahasa lisan masyarakat
c. Dalam tahap perkembangan berikut, penggunaan ejaan jari semakin
dapat ditingkatkan sehingga penerapan isyarat semakin mewakili
struktur bahasa lisan. Hal ini dilakukan dalam hubungan erat dengan
perkembangan kemampuan memnaca dan menulis
d. Perkembangan kemampuan membaca tulisan dan lisan akan menjadi
dasar yang baik bagi perkembangan membaca ujaran. Dengan makin

16
memahami konteks kalimat, anak akan makin dapat “menerka”
ucapan melalui baca ujaran.
3) Manfaat Komunikasi Tota
Menurut Bunawan dalam Mugiarsih yang menyatakan bahwa keuntungan
menggunakan komunikasi total dapat dilihat dari segi konsep, pedagogis, sosial,
dan psikologis sebagai berikut:
a. Konsep
Kaum tunarungu sebagai makhluk sosial dan individual dapat melakukan
komunikasi dengan masyarakat dengan menggunakan pelbagai isyarat
komunikasi yang mungkin, seperti cara aural, oral, dan manual.
b. Pegadogis
Dengan menerapkan komunikasi total, siswa tunarungu memperoleh
kesempatan yang lebih luas untuk berkembang dalam segi mental,
emosional, dan sosial.
c. Sosial
Dengan menerapkan komunikasi total, siswa tunarungu memperoleh
kesempatan yang lebih luas dalam berkomunikasi dan mengekspresikan diri
sehingga dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian, ia mampu
menanggapi lingkungan secara memadai, dan dapat menjalankan fungsi
sosialnya secara lengkap.
d. Psikologis
Komunikasi total menumbuhkan kepercayaan diri, menetralisasi
masalah-masalah emosional, dan mengembangkan pribadi siswa
tunarungu secara sehat. Sedangkan menurut M. Hyde dalam Munas IV dan
Lokakarya FNKRTI yang dikutip Lani Bunawan dalam Haenudin
menyebutkan manfaat komunikasi total sebagai berikut:
1) Dalam bidang perkembangan sosial-emosional telah diperoleh
banyak data bahwa sebagian besar kaum tunarungu akan
menjadi lebih baik dalam aspek tersebut.
2) Dalam bidang penguasaan bahasa, ternyata bahwa dengan
mengikuti program komunikasi total lebih banyak siswa
berhasil mencapai prestasi pada tahap rata-rata dibandingkan
keadaan sebelumnya.
3) Mengenai tingkat pendidikan yang dicapai, ternyata bahwa
semakin banyak siswa yang dapat menamatkan pendidikan
pada tingkat lanjutan dan meneruskan perguruan tinggi di

17
Australia dan Amerika Serikat.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa komunikasi total
memiliki banyak manfaat bagi anak tunarungu. Komunikasi
total bukan hanya bermanfaat untuk psikologis atau pendidikan
anak tunarungu namun juga dapat menambah kepercayaan diri
anak tunarungu untuk berkomunikasi dengan orang banyak.
Komunikasi total ini juga dapat menambah penguasaan
kosakata yang dimiliki anak tunarungu karena memanfaatkan
penggunaan dua sistem bahasa dalam satu komunikasi.

18
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Tunarungu adalah orang yang kehilangan kemampuan mendengar sehingga menghambat
proses informasi bahasa melalui pendengarannya, baik memakai ataupun tidak memakai alat
bantu dengar dimana batas pendengaran yang dimilikinya cukup memungkinkan keberhasilan
proses Kemampuan berkomunikasi dan bahasa anak tunarungu (ATR) berbeda dengan anak
yang mendengar, karena perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.

Kemampuan berkomunikasi dan bahasa anak tunarungu (ATR) berbeda dengan anak
yang mendengar, karena perkembangan bahasa erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.
Kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan mendengar merupakan alat komunikasi verbal.
Anak yang mendengar pada umumnya memperoleh kemampuan berkomunikasi dengan
sendirinya bila dibesarkan dalam lingkungan yang menunjang. Karena anak tunarungu (ATR)
tidak dapat mendengar bunyi bahasa, kemampuan komunikasinya tidak ada rangsangan
sehingga dalam perkembangan komunikasinya akan jauh tertinggal dengan anak mendengar.

Empat Aliran dalam Media Komunikasi terdiri dari :


Verbal Ekspresif, yang meliputi Oral /Ujaran/Lisan/Bicara, Ejaan Jari, Menulis. Verbal
Reseptif, meliputi Membaca Tulisan, Membaca Ujaran , Memanfaatkan Sisa Pendengaran.
Komunikasi Nonverbal, meliputi Isyarat Bahasa, Isyarat alami, isyarat baku, Mimik dan Gesti
Sikap tubuh. Nonverbal Reseptif berupa membaca isyarat dan membaca mimik/ gestur di mana
komunikasi ini terjadi karena adanya komunikasi secara nonverbal ekspresif, yaitu berisyarat
dan mimik/gestur
Media/ Cara dalam Komunikasi terdiri dari Komunikasi verbal (verbal communication),
Komunikasi non verbal, Verbal dan Nonverbal ( Komtal). Komunikasi verbal (verbal
communication) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan
dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang
pesannya dikemas dalam bentuk tanpa kata-kata.

19
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak sekali kekurangan
dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi.
Oleh karena itu kami secara terbuka menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31827570/Anak_tunarungu_wicara. Diakses Tanggal 26 Oktober


2023

https://media.neliti.com/media/publications/259570-kemampuan-komunikasi-anak-tunarungu-
20f1f6b0.pdf. Diakses Tanggal 26 Oktober 2023

Rusmini Mimin.2020. Upaya meningkatkan kemampuan komunikasi melalui latihan artikulasi


pada anak tunarungu kelas dasar ii/b slb negeri cileunyi kabupaten bandung. Journal of Special
Education. VI, 2. Diakses 26 Oktober 2023
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/54150/1/ARINA%20MANISTAUFI
A-FDK.pdf

http://etheses.iainponorogo.ac.id/18496/

Bunawan, L. & Yuwati, C.S. (2000). Penguasaan bahasa anak tunarungu. Jakarta: Yayasan Santi
Rama.

https://media.neliti.com/media/publications/259570-kemampuan-komunikasi-anak-tunarungu-
20f1f6b0.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai