Anda di halaman 1dari 20

RESUME VI

PERSPEKTIF PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


ANAK TUNANETRA KONSEP ASESMEN

Dosen Pengampu :
Drs. Asep Ahmad Sopandi, M.Pd

Disusun Oleh :
SELVIA FARLI
23003277

PROGRAM RPL PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
A. Konsep Asesmen Anak Tunanetra
Asesmen dapat dipandang sebagai upaya yang sistematis untuk mengetahui
kemampuan, kesulitan, dan kebutuhan ABK pada bidang tertentu. Data hasil asesmen
dapat dijadikan bahan dalam penyusunan program pembelajaran secara individual.
Sehubungan dengan itu, asesmen harus menjadi kompetensi bagi seluruh guru
khususnya dalam menangani ABK.
Menurut Munir (2016: 30) Asesmen adalah suatu penilaian yang komprehensif
dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak. Hasil
keputusan asesmen dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan yang
dibutuhkan anak dan sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Istilah asesmen berasal dari Bahasa Inggris yaitu asessment yang berarti penilaian
suatu keadaan. Penilaian yang dimaksud dalam hal ini berbeda dengan evaluasi.
Apabila evaluasi dilakukan setelah anak itu belajar dan bertujuan untuk menilai
keberhasilan anak dalam mengikuti pelajaran, maka asesmen tidak demikian.
Menurut Lerner (1998) asesmen adalah proses penilaian, pengukuran dan/atau
screening terhadap anak untuk mendapatkan informasi mengenai aspek-aspek
perkembangan dan prilaku anak berdasarkan kriteria tertentu sehingga dapat dilakukan
diagnosis dan intervensi secara tepat sesuai kebutuhannya. Kegiatan asesmen
merupakan tindak lanjut dari identifikasi. Kegiatan asesmen dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang lebih rinci, mendalam dan terukur, tentang aspek tertentu
dari anak berkebutuhan khusus.

B. Tujuan Asesmen Anak Tunanetra


Tujuan Asesmen
1. Mengumpulkan data secara menyeluruh tentang tunanetra, agar program latihan
yang direncanakan (prioritas program) sesuai dengan kebutuhan anak.
2. Mengetahui hal-hal yang telah dapat dilakukan siswa, sehingga dalam
memberikan program tidak mulai dari dasar. Sehingga dapat menghemat waktu,
biaya dan tenaga.
3. Kapan dan di mana kita akan mulai Latihan.

2
Evaluasi Pendidikan terdiri atas asesmen, diagnosis dan preskriptif. Asesmen
merupakan prosedur yang umum digunakan dalam mengumpulkan informasi. Diagnosa
merupakan prosedur yang dipergunakan untuk menentukan sifat dari kecacatan,
identitas dan penyebabnya. Preskriptif merupakan prosedur yang ditempuh setelah
asesmen dan diagnosa, untuk menentukan program Pendidikan yang cocok bagi siswa.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan model preskriptif yaitu:
peralatan dan materi pelajaran, situasi belajar, metode belajar, gaya belajar.

C. Fungsi Asesmen Anak Tunanetra


Kegunaan asesmen menurut John Salvia & James E. Yssdyke (1981) yang dikutip
Musjafak A. (1995). Kegunaan hasil asesmen adalah :
1. Skrining anak
2. Klasifikasi atau penempatan anak
3. Perencanaan program
4. Evaluasi program
5. Asesmen kemajuan individu anak

D. Ruang Lingkup Asesmen Anak Tunanetra


Secara garis besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf, M. 2005),
yaitu: asesmen akademik, dan asesmen perkembangan. Asesmen akademik
menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi belajar siswa. Secara garis
besar asesmen dapat dikelompokkan menjadi dua (Yusuf, M. 2005), yaitu: asesmen
akademik, dan asesmen perkembangan.
Asesmen akademik menekankan pada upaya mengukur pencapaian prestasi
belajar siswa.
Pada asesmen akademik aspek yang diakses adalah bidang-bidang kemampuan
dan keterampilan akademik seperti keterampilan membaca, menulis, dan berhitung atau
matematika.
Asesmen perkembangan mengutamakan pada aspek-aspek yang berkaitan
dengan keterampilan prasyarat yang diperlukan untuk keberhasilan bidang akademik.
Adapun aspek-aspek yang diases dapat berupa perkembangan kognitif, yang meliputi:
aspek bahasa dan komunikasi, persepsi, konsentrasi, dan memori; perkembangan
motorik, perkembangan social, dan perkembangan emosi.

3
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru berkenaan dengan penyusunan
instrumen asesmen informal. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Memahami aspek dan ruang lingkup dari bidang yang akan diasesmen, Merujuk
kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru seyogyanya
memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan diaseskan.
Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui organisasi materi,
jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap perkembangan
anak.
2. (Akademik, mis membaca, menulis, berhitung; Perkembangan kognitif; Perilaku
adaptif)). Asesmen hanya akan berm akna, jika guru mengetahui materi
kurikulum, jenis keterampilan yang dikembangkan, dan tahap –tahap
perkembangan anak.
3. Menetapkan ruang lingkup (Memilih komponen/keterampilan yang akan
diasesmen dari bidang yang telah dipilih), Setelah guru/asesor memahami ruang
lingkup bidang yang akan diases, langkah selanjutnya adalah memilih
komponen/subkomponen mana dari keseluruhan komponen bidang tersebut untuk
ditetapkan sebagai komponen/ subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru
memilih salah satu komponen dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut,
misalnya komponen klasifikasi, atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi
dan ordering.
4. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen, Untuk menentukan instrument asesmen
dari keterampilan/ subketerampilan tertentu, guru/asesor seyogyanya membuat
kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat
soal atau tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Yang paling penting
dalam membuat kisi-kisi instrument tentang keterampilan/subketerampilan yang
telah dipilih/ditetapkan untuk diaseskan, baik pengertiannya maupun ruang
lingkupnya.
5. Mengembangkan butir-butir instrumen yang diturunkan dari kisi-kisi. Sama
halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam
bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-
indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/subketerampilan yang telah
dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.

4
E. Sasaran Asesmen Anak Tunanetra
Sasaran asesmen tunanetra adalah untuk memahami tingkat fungsi visual anak,
serta untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka dalam hal pendidikan, pengembangan
keterampilan, dan dukungan yang diperlukan. Beberapa sasaran utama asesmen anak
tunanetra meliputi:
1. Evaluasi Fungsi Visual:
a) Mengukur tingkat penglihatan anak, termasuk pengukuran ketajaman visual
dan lapangan pandang.
b) Memeriksa gangguan penglihatan seperti rabun jauh, rabun dekat, atau
masalah lainnya.
c) Menilai kemampuan anak untuk mendeteksi, mengenali, dan memahami objek
dan detail visual.
2. Pengembangan Keterampilan Perkembangan:
a) Mengidentifikasi tingkat perkembangan motorik, kognitif, sosial, dan
emosional anak.
b) Menilai keterampilan seperti pengembangan bahasa, kemampuan
berkomunikasi, dan keterampilan sosial.
3. Evaluasi Kebutuhan Pendidikan:
a) Menentukan jenis pendidikan yang paling sesuai untuk anak, apakah itu
sekolah inklusi, sekolah khusus tunanetra, atau pendidikan di rumah.
b) Merencanakan program pendidikan yang dirancang khusus untuk memenuhi
kebutuhan anak tunanetra dalam pembelajaran.
4. Pengukuran Kemampuan Keterampilan Hidup Sehari-hari:
a) Menilai kemampuan anak dalam melakukan tugas-tugas sehari-hari seperti
berpakaian, makan, dan mandi.
b) Menentukan tingkat dukungan yang mungkin diperlukan untuk membantu
anak dalam aktivitas ini.
5. Evaluasi Kebutuhan Teknologi Bantu:
a) Menentukan apakah anak memerlukan perangkat bantu seperti alat baca,
komputer braille, atau alat bantu lainnya.
b) Memastikan anak memiliki akses ke teknologi yang sesuai untuk mendukung
pembelajaran dan kehidupan sehari-hari mereka.
6. Penilaian Dukungan Psikologis dan Emosional:
a) Memeriksa tingkat kesejahteraan psikologis anak.

5
b) Menilai dukungan sosial dan emosional yang dibutuhkan anak dari keluarga,
teman, dan profesional.

F. Teknik Asesmen Anak Tunanetra


Dikemukakan oleh palmer O. James (2003), ada beberapa teknik dalam
pelaksanaan asesmen, antara lain: (1) Skala penilaian (2) Wawancara (3) Observasi
(observasi langsung dengan tunanetra, observasi langsung tentang gerak gerik
tunanetra, observasi tidak langsung). (4) Tes formal dan informal
1. Skala Penilaian
Skala penilaian merupakan alat asesmen non tes. Disebut non tes karena
tidak ada jawaban yang benar atau salah. Kelemahan skala penilaian adalah
mudah bias. Hal ini terjadi karena penilaian yang salah, Misal : penilaian terhadap
diri seseorang yang semestinya rendah dinilai tinggi. Akibatnya data yang
dikumpulkan kurang cocok hasilnya. Kelebihan skala penilaian adalah lebih cepat
pelaksanaannya. Mudah digunakan dibading alat asesmen lainnya (observasi,
wawancara, test objektif).
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang bertujuan. Wawancara mudah
dipergunakan untuk anak-anak. Hal ini disebabkan karena wawancara bersifat
fleksibel atau luwes. Kelebihan wawancara adalah memungkinkan melacak
jawaban atau mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Wawancara terdiri atas tiga
tahap yang berbeda:
a. pertama, untuk mengadakan pendekatan secara pribadi. Hal ini akan menjalin
hubungan yang akrab . hubungan ke arah terbentuknya keterbukaan an
penerimaan tujuan-tujuan wawancara secara umum.
b. kedua, saatnya pewawancara mengarahkan pembicaraan ke arah topik-topik
yang ingin ditanyakan.
c. ketiga, saat mengambil kesimpulan
Hal lain yang perlu diingat dalam melakukan wawancara adalah proses
komunikasi. Dalam proses komunikasi terjadi saling menerima dan merespon
satu satu sama lain. Dalam merespon jawaban ada dua teknik yang dapat
membantu dalam mengambil kesimpulan. Menurut Lerner (1998), dua teknik
wawancara tersebut adalah:
1) Teknik Parafrase

6
Teknik untuk menyatakan kembali jawaban yang telah dikatakan anak.
Manfaatnya untuk melihat kebenaran jawaban mungkin terjadi salah dalam
mengartikan jawaban.
2) Teknik Persepsi
Palmer O, James, 2003 berpendapat teknik ini dipergunakan untuk melihat
perasaan orang lain. Maksudnya apakah perasaan yang dirasakan oleh
pewawancara sama dengan perasaan anak.

3. Observasi
Observasi merupakan teknik asesmen yang tinggi. Observasi aalah proses
pengamatan cermat pada tujuan tertentu. Tujuan utama observasi adalah
mengenal siswa: menentukan penyebab masalah tingkah laku anaknya. Dua
pendekatan utama dalam observasi adalah:
a. Observasi Klinis
Observasi klinis dilakukan bagi siswa yang mengalami hambatan fisik.
Hambatan ini menganggu situasi belajar di kelas. Observasi dilakukan dalam
situasi bebas (istirahat di luar ruang, atau waktu bebas di kelas). Situasi-situasi
ini sangat mendukung untuk menghasilkan catatan rinci. Catatan tersebut
berupa gerakan motorik (gerakan yang dihasilkan tubuh).
Hal ini disebabkan guru telah mengenal siswa, dan lingkungannya. Di
dalam observasi klinis terdapat dua bagian yaitu :
1) gambaran objektif masalah yang dihadapi siswa.
2) gambaran atau penafsiran pengobservasi atau guru terhadap masalah siswa.
Menurut lerner (1998), catatan observasi ini lingkupi dengan data:
1) sketsa autobiografi (gambaran tentang diri siswa).
2) buku agenda proyek (catatan harian tentang perkembangan maslah siswa).
3) sosiogram (gambaran tentang diri siswa terhadap lingkungan kelasnya).
b. Observasi pengukuran
Observasi pengukuran dikenal dengan sebutan pendekatan ekologi.
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan mengamati lingkungan kelas.
Pemahaman terhadap lingkungan siswa dapat membantu memberikan
penjelasan penyebab permasalahan.

4. Tes Formal dan Informal

7
Tes adalah alat asesmen. Tes formal bila telah baku. Tes formal dirancang
untuk kelompok dan atau perorangan. Prosedur pelaksanaan dan pemberian skor
sangay ketat. Ada bermacam jenis tes forma antara lain:
a. Test Intelegensi
b. Test bakat.
c. Test ketajaman penglihatan.

5. Penilaian klinis
Penilaian klinis (clinic judgement) merupakan penilaian berdasrka
pengetahuan, pengalaman dan data diagnosa. Penilaian klinis merupakan
penilaian yang benar dipahami bukan merupakan perkiraan yang sembrono (asal-
asalan). Penilaian klinis merupakan penilaian yang cocok bagi anak kecil.

G. Menyusun Instrumen Asesmen Anak Tunanetra

Untuk mendapatkan data yang akurat dari siswa yang akan diases diperlukan
instrument yang memadai. Rochyadi & Alimin (2005) mengemukakan bahwa ada
beberapa langkah yang harus ditempuh guru dalam penyusunan instrumen asesmen.
Langkah penyusunan instrumen yang dimaksud adalah:
1. Memahami aspek dan ruang lingkup yang akan diases.
Merujuk kepada ruang lingkup asesmen dalam pendidikan bagi ABK, guru
seyogyanya memiliki pemahaman yang komprehensif tentang bidang yang akan
diaseskan. Asesmen hanya akan bermakna, jika guru/asesor mengetahui
organisasi materi, jenis keterampilan yang akan dikembangkan, serta tahap-tahap
perkembangan anak.
2. Menetapkan ruang lingkup, yaitu memilih komponen mana dari bidang yang akan
diases
Setelah guru/asesor memahami ruang lingkup bidang yang akan diases,
langkah selanjutnya adalah memilih komponen/subkomponen mana dari
keseluruhan komponen bidang tersebut untuk ditetapkan sebagai komponen/
subkomponen yang akan diaseskan. Apakah guru memilih salah satu komponen
dari bidang keterampilan kognitif dasar tersebut, misalnya komponen klasifikasi,
atau memilih dua komponen, yaitu klasifikasi dan ordering.
3. Menyusun kisi-kisi instrumen asesmen

8
Setelah guru/asesor menetapkan atau memilih komponen mana yang akan
diases, langkah selanjutnya adalah menyusun kisi-kisi instrumen asesmen tentang
komponen yang dipilih/ditetapkan dari keseluruhan komponen bidang yang akan
diases.
Kisi-kisi ini bertujuan untuk mempermudah dalam membuat soal atau
tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Kisi-kisi disusun dalam sebuah
table atau daftar. Tabel kisi-kisi ini yang berisi kolom-kolom: 1) keterampilan, 2)
subketerampilan, dan 3) indikator.
4. Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan butir-butir soal tentang
keterampilan/subketerampilan dari kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. Sama
halnya dengan penyusunan kisi-kisi, pengembangan butir soal dapat dibuat dalam
bentuk daftar atau tabel. Butir-butir soal dikembangkan berdasarkan indikator-
indikator yang telah dijabarkan dari subkomponen/ subketerampilan yang telah
dipahami baik pengertiannya maupun ruang lingkupnya.
Metode ini digunakan untuk menghasilkan produk baru dan diuji, sehingga
dapat digunakan secara luas. Metode ini berfokus pada analisis kebutuhan dan
pengujian efektivitas dari suatu model yang dikembangkan. Metode ini bertujuan
untuk menemukan desain prosedur dan produk baru dengan terlebih dahulu
melakukan uji lapangan, evaluasi, dan revisi, sehingga ditemukan prosedur dan
produk yang diharapkan. Prosedur dilaksankan melalui tahapan sebagai berikut:

9
Penyusunan instrumen asesmen diawali dengan perancangan. Instrumen
asesmen sisa penglihatan fungsional yang dirancang sesuai dengan kebutuhan
guru dan siswa terhadap instrumen sisa penglihatan fungsional pada hasil studi
lapangan. Dalam pengembangan instrumen asesmen sisa penglihatan fungsional
perlu dipertimbangkan beberapa hal, seperti cahaya (intensitas dan arah cahaya),
kekontrasan (warna), ukuran (besar kecilnya), jarak (objek dengan penglihatan),
posisi (letak objek agar bisa dilihat)

Kisi-kisi instrumen sisa penglihatan fungsional low vision


No
Variabel Aspek Indikator
Item
Asesmen Sisa 1. Cahaya a. Intensitas (redup dan terang)
Penglihatan (intensitas dan b. Arah cahaya (depan, belakang,
Fungsional arah cahaya). kiri, kanan, atas, bawah, antara
depan dan samping kanan,
samping kanan dan belakang,
antara belakang dan samping
kiri, antara samping kiri dan
depan)
2. Kekontrasan a. Warna dasar (Merah, hijau,
(warna pokok dan orange/jingga, kuning, biru,

10
latar) hitam putih)
b. Warna campuran
3. Ukuran (besar a. Bentuk huruf
kecil obyek yang b. Ukuran huruf (dari yang paling
dilihat). besar sampai kepada yang
paling kecil) .
c. Ukuran obyek/benda (dari yang
paling besar sampai kepada
yang paling kecil).
4. Jarak (jarak a. Jarak melihat huruf (yang
antara obyek yang paling dekat sampai yang
dilihat dengan paling jauh dari mata)
penglihatan). b. Jarak melihat obyek (yang
paling dekat sampai yang
paling jauh dari mata)
5. Posisi (cara Posisi cara melihat
melihat objek
sehingga dapat
dilihat dengan
jelas)

INSTRUMEN ASESMEN SISA PENGLIHATAN FUNGSIONAL


PESERTA DIDIK LOW VISION
IdentitasAnak:
1. Nama : ....................................................................
2. Tempat dan tanggal lahir/umur : ....................................................................
3. Jenis kelamin : ....................................................................
4. Agama : ....................................................................

Status anak
1. Anak ke dari jumlah saudara : ....................................................................
2. Nama sekolah : ....................................................................
3. Kelas : ....................................................................

11
4. Alamat : ....................................................................

Asesor : ....................................................................
Tidak
Aspek Indikator Instrumen Mampu Ket
Mampu
1. Cahaya a. Intensitas 1) Melihat cahaya redup pada
(intensitas cahaya lampu
dan arah 2) Melihat cahaya sedang pada
cahaya) lampu
3) Melihat cahaya terang pada
lampu
b. Arah 1) Melihat cahaya dari arah
cahaya depan
2) Melihat cahaya dari arah
belakang
3) Melihat cahaya dari arah
sebelah kiri
4) Melihat cahaya dari arah
sebelah kanan
5) Melihat cahaya dari arah atas
6) Melihat cahaya dari arah
bawah
7) Melihat arah cahaya antara
depan dan samping kanan
8) Melihat arah cahaya antara
samping kanan dan
belakang
9) Melihat arah cahaya antara
belakang dan samping kiri
10) Melihat arah cahaya antara
samping kiri dan depan
2.Kekontrasan a. Warna 1) Melihat warna merah pada
(warna dasar latar putih
pokok dan 2) Melihat warna hijau pada

12
latar) latar kuning
3) Melihat warna jingga pada
latar hitam
4) Melihat warna kuning pada
latar hijau
5) Melihat warna hitam pada
kertas putih
6) Melihat warna putih pada
kertas hijau
b. Warna 1) Melihat warna tertier (coklat
campuran kehijauan) pada latar putih
2) Melihat warna tertier (coklat
kebiruan) pada latar putih
3) Melihat warna tertier (coklat
kemerahan) pada latar putih
4) Melihat warna netral (abu-
abu) pada latar putih
5) Melihat warna netral (merah
muda) pada latar putih
6) Melihat tiga warna (warna
emas) pada latar putih
7) Melihat tiga warna (biru
toska) pada latar putih
8) Melihat tiga warna (biru
dongker) pada latar putih
3. Ukuran a. Bentuk 1) Melihat bentuk huruf time
(Bentuk huruf new roman
huruf dan 2) Melihat bentuk huruf arial
ukuran 3) Melihat huruf aharoni
huruf). 4) Melihat huruf bell Ghotic
5) Melihat huruf century
b. Ukuran 1) Melihat huruf ukuran 72
huruf point

13
2) Melihat huruf ukuran 48
point
3) Melihat huruf ukuran 36
point
4) Melihat huruf ukuran 28
point
5) Melihat huruf ukuran 26
point
6) Melihat huruf ukuran 24
point
7) Melihat huruf ukuran 22
point
8) Melihat huruf ukuran 20
point
9) Melihat huruf ukuran 18
point
10) Melihat huruf ukuran 16
point
11) Melihat huruf ukuran 14
point
12) Melihat huruf ukuran 12
point
13) Melihat huruf ukuran 11
point
14) Melihat huruf ukuran 9
point
15) Melihat huruf ukuran 8
ponit
4. Jarak (jarak a. Jarak 1) Melihat huruf pada jarak
antara melihat antara 21 s/d 25 cm
obyek huruf 2) Melihat huruf pada jarak
yang antara 16 s/d 20 cm
Dilihat 3) Melihat huruf pada jarak

14
dengan antara 11 s/d 15 cm
penglihata 4) Melihat huruf pada jarak 6
n). s/d 10 cm
5) Melihat huruf pada jarak 0
s/d 5 cm
b. Jarak 1) Melihat objek pada jarak
melihat antara 21 s/d 25 cm
objek 2) Melihat objek pada jarak
antara 16 s/d 20 cm
3) Melihat objek pada jarak
antara 11 s/d 15 cm
4) Melihat objek pada jarak 6
s/d 10 cm
5) Melihat objek pada jarak 0
s/d 5 cm
5. Posisi (cara a. Posisi 1) Menggunakan mata sebelah
melihat kepala dan kiri saat melihat objek
obyek mata cara 2) Menggunakan mata sebelah
sehingga melihat kanan saat melihat objek
dapat 3) Posisi mata dan kepala
dilihat melihat ke arah kiri
dengan 4) Posisi mata dan kepala
jelas). melihat ke arah kanan
5) Posisi mata dan kepala
melihat ke arah atas
6) Posisi mata dan kepala
melihat ke arah bawah
7) Poisis mata dan kepala
melihat ke arah depan
8) Posisi mata dan kepala
melihat ke arah antara kiri
dan depan
9) Posisi mata dan kepala

15
melihat ke arah antara kanan
dan depan
Catatan:.........................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Asesmen Orientasi dan Mobilitas


Nama Lengkap :
Jenis Kelamin : Pria Wanita
Umur :
Keadaan penglihatan : Buta Kurang awas
Tanggal masuk Latihan O & M :
Nama Pembimbing :
Indikator kompetensi
Kemampuan Bisa dengan
Belum bisa Bisa sendiri Tanggal
bantuan
1. Arah
Belok kiri
Belok Kanan
Tahu ke empat arah
mata angin
Utara
Selatan
Timur
Barat
2. Teknik pendamping
Awas
Teknik dasar
Melewati jalan sempit
Tangga
Duduk
Masuk mobil
Keluarga tahu Teknik
Pendamping awas

16
3. Bepergian tanpa
Tongkat
Merambat/Menyelusuri
Tangan Menyilang
badan dan sejajar bahu
Mengambil benda yang
Jatuh
Jabatan tangan
4. Bepergian dengan
Tongkat
Tongkat cukup panjang
Memegang tongkat
secara benar
Memegang tongkat di
muka badannya
Busur seimbang
Berjalan dengan Irama
yang benar
Berjalan Mengelilingi
benda secara benar
Menyelusuri dengan
Tongkat
5. Bisa berjalan kaki
sendiri ke :
Kamar kecil
Dapur
Dalam Rumah
Rumah Tetangga
Pasar
Tempat Ibadah
Sawah
Toko
Alun-alun
Pertemuan sosial

17
Sumber air
Lain-lain

18
Kesimpulan
Asesmen ialah upaya yang sistematis untuk mengetahui kemampuan, kesulitan, dan
kebutuhan ABK pada bidang tertentu.. Tujuan dilakukan asesmen adalah untuk
mengumpulkan data tentang anak tunanetra, untuk mengetahui apa yang telah didapat dan
melakukan evaluasi. Asesmen memiliki fungsi antara lain sebagai skrining, klasifikasi,
perencanaan program, evaluasi, dan asesmen kemajuan individu.

Ruang lingkup asesmen yaitu asesmen akademik dan asesmen perkembangan. Yang
menjadi sasaran asesmen adalah evaluasi fungsi social, pengembangan keterampilan
perkembangan, evaluasi kebutuhan Pendidikan, pengukuran kemampuan keterampilan hidup
sehari-hari, evaluasi kebutuhan teknologi bantu, penilaian dukungan psikologis dan
emosional.

Teknis dalam melakukan asesmen yaitu skala penilaian, wawancara, observasi, tes
formal dan informal, serta penilaian klinis. Dalam Menyusun instrument asesmen
memperhatikan beberapa factor yaitu memahami aspek dan ruang lingkup yang diases,
menetapkan ruang lingkup, Menyusun kisi- kisi dan mengembangkan butir soal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Lerner. 1998. Teaching Children through Behavior Management. Boston: Notes from the
lecture series.

Haryanto Syamsuri Ibnu. 2019. Pengantar Identifikasi dan Asesmen Suatu Tinjauan Anak
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : UNY Press

Munir Saeful Endang. 2016. MODUL GURU PEMBELAJAR SLB TUNANETRA


KELOMPOK KOMPETENSI A. Identifikasi dan Asesmen Anak Tunanetra .
BANDUNG: PPPPTK TK DAN PLB

Rochyadi & Alimin, Z. 2005, Pengembangan Program Individual Bagi Anak Tunagrahita,
Jakarta: Depdiknas

Palmer, O. James. 2003. The Psychological assessment Of children. Scond editiuon. New
York: John Wilet & Sons. Inc

20

Anda mungkin juga menyukai