Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Asesmen Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Usia Dini
Disusun oleh :
Kelompok 5 Kelas B - 2 :
1. Deria Suryani
2. Lina Marlina
3. Saadiah Pelupessy
4. Yuniliyanti
Tahun 2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asesmen anak usia dini merupakan sebuah proses dan upaya sistematis untuk
menilai perkembangan kemampuan anak sejak usia dini. Dari hasil asesmen akan
bermanfaat untuk menilai bentuk pendampingan yang tepat untuk mengoptimalkanpotensi
anak. Termasuk kebijakan pendidikan pra sekolah apakah sudah berjalan baik atau belum.
Adapun yang dijadikan penilaian atau asesmen pada anak usia dini mencakup
banyak hal terutama meningkatkan kemampuan, kemajuan potensinya, maupun
perkembangan dan pertumbuhan anak. Semua upaya dalam asesmen anak ini tidak
dilakukan sembarangan. Tapi mesti dijalankan sistematis, terencana, objektif, akurat, tepat
dan benar.
Menurut salah seorang pakar pendidikan anak dunia, Jamaris, bahwa asesmen anak
usia dini adalah sebuah aktivitas dalam bidang pendidikan untuk mencari semakin banyak
mungkin bukti-bukti mengenai perkembangan anak dari waktu ke waktu. Yang dilihat
perkembangan anak dari hasil belajar di rumah atau di sekolah. Anak usia dini termasuk
kalangan anak-anak taman kanak-kanak dan PAUD. Semua kalangan anak tersebut perlu
dipantau assesmen dan perlu dilihat kemajuan dan prestasi dari ke hari. Supaya
perkembangan anak berjalan baik dan normal. Untuk melakukannya, peran guru dan orang
tua dalam asesmen anak usia dini sangat penting. Dalam proses asesmen, seorang guru
Taman Kanak-kanak memegang peran yang sangat penting. Karena guru adalah orang
pertama di sekolah yang melakukan asesmen pada setiap muridnya. Sehingga bisa
diketahui kemajuan perkembangan setiap siswa dan siswi.
Dari hasil laporan atau hasil asesmen tersebut kemudian dilaporkan kepada kepala
sekolah dan orang tua murid untuk ditindaklanjuti program upaya meningkatkan kemajuan
perkembangan pada anak usia dini.
2
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dilakukan dengan jalan melihat RPS dan memahami faktor
yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan masalah dari tulisan
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan teknik asesmen wawancara pada asesmen kebutuhan
dan perkembangan AUD?
2. Apa saja jenis teknik asesmen wawancara pada asesmen kebutuhan dan
perkembangan AUD?
3. Apa saja ketentuan teknik asesmen wawancara pada asesmen kebutuhan dan
perkembangan AUD?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Asesmen Kebutuhan dan Perkembangan Anak
Dalam modul PGTK2303 Evaluasi Pembelajaran TK, telah dijelaskan
tentang pengertian asesmen. Definisi asesmen cukup beragam. Goodwin dan
Goodwin (1982, dalam Wortham) mengartikan asesmen atau pengukuran sebagai
suatu proses untuk menentukan (melalui observasi dan tes) trait atau perilaku
seseorang, karakteristik suatu program, dan selanjutnya memberikan penilaian
terhadap penentuan tersebut.
Seorang ahli (Learner, 1988; 54) mengemukakan bahwa asesmen sebagai
suatu proses pengumpulan informasi tentang seorang anak yang akan digunakan
untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
tersebut. Sementara Bonnie Campbell yang memandang asesmen sebagai proses
pengumpulan bukti dan dokumentasi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Konsep asesmen juga sering dihubungkan dengan analisis kebutuhan atau yang
disebut dengan need assessment. Asesmen kebutuhananak memberikan gambaran
tentang perilaku aktual yang ditunjukkan anak dibandingkan dengan perilaku
normatif pada rentang usianya. Perhatikan pendapat Walter Dick, Lau Carey dan
James O. Carey (2005:22) yang memberikan gambaran need assesment sebagai
proses mengumpulkan informasi tentang kondisi kemampuan secara actual
(kemampuan tampak nyata) dibandingkan perilaku berdasarkan standar normatif.
Dalam konteks psikologi perkembangan dan perkembangan anak, setiap anak didik
memiliki karakteristik dan tahapan perkembangan normatif yang relatif sama
sesuai dengan usia kalender (cronological ages). Standar normatif perkembangan
ini akan menjadi kerangka acuan dalam menyusun standar kompetensi
perkembangan sesuai dengan usia kelender masing-masing murid. Walaupun
secara normatif anak memiliki standar perkembangan yang relatif sama namun
dalam proses pencapaiannya, setiap anak memiliki keunikan, tempo dan irama
perkembangan masing-masing. Terdapat perbedaan kondisi psikologis (mental
ages) yang telah dimiliki dan dicapai setiap anak didik dibandingkan dengan
standar perkembangan yang sesuai dengan usia kalender (sesuai usia). Selain tipe
4
belajar tersebut, banyak aspek psikologis yang harus diketahui, dipahami dan
dipetakan oleh pendidik melalui proses asesmen. Aspek psikologis yang dimaksud
diantaranya adalah minat belajar, motivasi internal, perhatian, motorik halus/kasar,
keterampilan menyimak, keterampilanmenulis, keterampilan membaca,
keterampilan berbicara, perilakumoral, sikap beragama, perilaku sosial,
pengendalian emosi dan sebagainnya. Berbagai aspek perkembangan tersebut perlu
diungkap dan dipahami pendidik sebelum pendidik merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Jika menelaah dan menggambarkan
keragaman kondisi berbagai aspek psikologis maka pendidik akan menemukan
keragaman itu begitu sangat spesifik untuk masing-masing anak. Hal ini sejalan
dengan sifat dan hukum perkembangan bahwa perkembangan bersifat individual
(individual differences). Oleh karena itu maka pembelajaran seharusnya bersifat
individual sesuai dengan keragaman masing-masing anak dan inilah yang menjadi
salah satu pijakan sebagian ahli yang menghendaki pembelajaran itu bersifat
individual (individual learning). Dengan demikian, secara ideal seharusnya
kurikulum disusun sesuai dengan banyaknya keragaman yang ditemukan pada
anak usia dini (differences curriculum) sehingga setiap anak mengggunakan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan aktual yang
dicapaiannya. Pola inilah yang mendorong munculnya kurikulum individual dan
pembelajaran individual.
Asesmen merupakan bagian program pendidikan anak, baik anak yang
berkembang secara normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Dengan
dilakukannya proses asesmen maka dapat diperoleh karakteristik tingkat
perkembangan atau performasi yang dimiliki anak. Hal ini juga bermanfaat dalam
merencanakan program untuk membantu anak mengatasi masalah perkembangan
dan belajar.
Asesmen merupakan proses mendokumentasi keterampilan dan
perkembangan anak. Asesmen mengukur level perkembangan anak dan
memberikan indikasi tahap perkembangan anak selanjutnya.
Asesmen bukanlah sekedar mengukur, mengurutkan ranking, ataupun
mengelompokkan anak dalam kategori tertentu. Ada empat proses dalam asesmen
yaitu (1) Menentukan kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen. (2)
Mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dengan metode yang tepat.(3)
5
Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian. (4) Membuat
keputusan (judgment) profesional.
6
Selain prinsip pelaksanaan penilaian tersebut, anda dapat mempertimbangkan
beberapa prinsip lainnya. Beberapa prinsip yang dimaksud adalah:
a. Advokasi (Pendampingan)
Dalam proses pemberian pelayanan pendidikan, salah satu yang harus
diperhatikan yaitu memberikan bantuan pendampingan belajar anak didik,
baik secara individual maupun kelompok anak yang relatif homogen.
Pendampingan juga diberikan pada anak didik dengan kebutuhan khusus
untuk remedial dan pengayaan atau kebutuhan khusus lainnya.
b. Kesesuaian Pemprograman
Analisis kebutuhan anak (Need Asesmen Analysis) akan memberikan
bantuan dalam penyusunan dan pengembangan program dan proses
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan aktual yang dimiliki
anak didik, gaya /tipe belajar (learning style), minat dan lingkungan. Karena
setiap kemampuan awal (Entering Behavior) anak berbeda satu dengan yang
lainnya, maka program, proses dan media yang diberikan pun akan berbeda
untuk masing-masing individu atau kelompok anak didik.
c. Ketergantungan pada alat atau metode
Keberhasilan guru melakukan asesmen sangat tergantung pada metode dan
alat yang dipergunakan. Setiap kompetensi yang adadi setiap aspek
perkembangan yang akan diasesmen tentu akan menggunakan metode dan
media yang berbeda. Semuanya disesuaikan dengan tujuan dan prosesnya.
Oleh karena itu penggunaan metode dan alat disesuaikan dengan karakteristik
sasaran asesmen yang dilakukan.
d. Equity (Keseimbangan)
Asesmen dilakukan terhadap sasaran subjek didik dan aspek perkembangan
secara seimbang sehingga akan memberikan gambaran yang komprehensif.
Untuk mengetahui potensi/kemampuan di setiap aspek, maka anak harus
memperoleh kesempatan yang setara/seimbang satu dengan lainnya dalam
mengikuti kegiatan asesmen.
e. Komprehensif
Gambaran aspek perkembangan yang komprehensif akan memudahkan guru
mengidentifikasi dan melokalisasi aspek perkembangan yang memerlukan
perhatian dan bantuan. Tidak hanya melihat satu atau dua aspek saja yang
7
dianggap penting dalam kehidupannya akan tetapi semua aspek
pengembangan.
f. Keahlian Administratif
Proses dan hasil asesmen harus dilakukan dan dikelola dengan menggunakan
analisis administratif yang profesional. Gambaran tahapan proses asesmen
dari awal penyusunan kisi-kisi instrument hingga pengolahan data dan
penyusunan program harus jelas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Administatif asesmen yang baik akan memudahkan guru mendata, mencari
dan menyimpulkan berbagai hal tentang perkembangan yang terjadi pada
anak didik.
g. Pragmatis
Kegiatan asesmen harus berguna dan dapat dimanfaatkan oleh dan untuk
kepentingan anak didik, orang tua dan sekolah. Khusunya bagi guru, karena
dari data asesmen akan memudahkan guru dalam melakukan pengelompokan
serta penyusuan program yang akan diberikan. Begitu juga dengan orang tua,
dengan hasil asesmen orang tua juga mendapatkan gambaran tentang
kemampuan awal anak. Hal tersebut akan membantu orang tua melihat
perkembangan anak selanjutnya, dan juga membantu orang tua dalam
memberikan programyangselaras dengan pihak sekolah untuk
mengoptimalkan perkembangan anak. Tentu saja untuk anak, dari data
asesmen yang didapat anak akan mendapatkan program dan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya.
Sementara itu, tujuan asesmen untuk bayi dan batita adalah untuk
menentukan apakah anak berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya
ataukah mengalami hambatan sehingga membutuhkan intervensi
9
BAB III
PEMBAHASAN
Wawancara adalah metode asesmen yang relatif murah dan mudah. Wawancara
dapat dilakukan di mana saja dan fleksibel dalam pelaksanaannya. Namun, wawancara
mempunyai kelemahan yakni dapat terdistorsi oleh sifat pewawancara dan pertanyaan apa
yang diajukan; dipengaruhi oleh keadaan anak atau klien yang di wawancara.
Pada umumnya, wawancara memiliki dua jenis, yaitu wawancara terstruktur dan
tak berstruktur.
1. Wawancara Terstruktur
3. Wawancara semistruktur
2. Wawancara klinis
Wawancara klinis biasanya dibuat melalui cerita (narrative) yang diarahkan pada
pengalaman pasien. Wawancara klinis sukar dibedakan dengan wawancara
psikoanalitis. Wawancara ini mementingkan “realitas psikologis”, yakni bagaimana
11
sifat dan cara pengalaman subjektif terhadap suatu peristiwa, dan bukan
mementingkan aktualitas historis, yakni kenyataan sebagaimana terjadinya secara
fakta objektif dalam riwayat hidup klien.
Wawancara klinis mempunyai suatu “perjalanan” yang dipengaruhi oleh baik sikap
pasien terhadap wawancara, maupun oleh pewawancaranya, tidak saja oleh apa
yang secara verbal di ucapkan oleh pewawancara tapi juga oleh ekspresi non verbal
pewawancara seperti gaya bicara, sikap tubuh, tindak-tanduk, dan sebagainya.
12
Teknik Bertanya Anamnesis
Ada beberapa teknik bertanya yang dikemukakan oleh Wallen (dalam Ardani
dkk dalam Sulistiyowati, 2021, hlm. 55) sehubungan dengan pengambilan
anamnesis, di mana teknik ini dapat digunakan sesuai dengan keperluan
sesuai dengan situasi pemeriksaan, teknik-teknik bertanya tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Narrowing Questions,
yaitu mulai dengan mengajukan pertanyaan luas, kemudian disusul dengan
pertanyaan yang lebih mendetail. Fungsinya adalah mengetahui sikap
klien yang spontan atau yang sejujur-jujurnya.
2. Progressing Questions,
yakni mulai dengan memberikan pertanyaan tentang suatu yang dekat
dengan apa yang sesungguhnya ingin diketahui, kemudian menyusul
pertanyaan yang secara progresif mengarah pada hal yang sesungguhnya
ingin diketahui.
3. Embedding Questions,
ialah menyembunyikan pertanyaan yang lebih signifikan, ke dalam
pertanyaan lain.
4. Leading Questions,
adalah memberikan pertanyaan yang terarah pada sesuatu yang ingin
diketahui dengan cara yang hati-hati.
5. Haldover Questions,
yaitu menunda suatu pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam pikiran
pemeriksa, sewaktu klien sedang menceritakan suatu peristiwa; penundaan
ini dilakukan untuk mencari saat yang lebih baik untuk hal tersebut.
6. Projective Questions,
yakni menanyakan pendapat klien tentang hal-hal tertentu atau orang lain,
untuk mengetahui sistem nilai klien yang diterapkan terhadap diri sendiri
atau terhadap
13
3. Ketentuan Teknik Asesmen Wawancara
1. Penentuan Informan
Sebelum melakukan wawancara, pastikan bahwa calon informan anda adalah orang
yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang informasi-informasi yang anda
butuhkan. Dengan kata lain, informasiinformasi mengenai bidang tertentu tentu
saja harus ditanyakan pada nara sumber yang menguasai bidang tersebut. Misalnya,
jika anda ingin mengetahui informasi tentang harga obat-obatan yang beredar di
pasaran, sebaiknya anda memilih petugas apotek sebagai narasumber, bukan
dokter. Kecerobohan dalam menentukan informan akan mempengaruhi kualitas
informasi yang akan anda sajikan.
2. Pedoman Wawancara
Informasi yang baik setidak-tidaknya harus memenuhi unsur- unsur 5W dan 1H,
yaitu :
a. What (apa)
b. Who (siapa)
14
d. Why (mengapa)
f. How (bagaimana).
Informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan (melalui media cetak) atau
tuturan (radio) menuntut penjabaran masing-masing unsur di atas secara lebih rinci
ke dalam sejumlah variabel yang lebih spesifik (berbicara banyak tentang hal yang
kecil). Misalnya, unsur “who” dapat dijabarkan ke dalam sejumlah variabel : nama,
alamat, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan, jumlah anak, pendidikan,
profesi, tinggi badan, berat badan, hobi, obsesi, makanan pavorit, dan sejumlah
ciri-ciri lain yang melekat pada sesorang. Sementara pada media elektronik yang
bersifat audio visual (misalnya televisi) informasi dapat disajikan dalam bentuk
narasi yang menuturkan garis besar suatu obyek atau peristiwa, selebihnya
dilengkapi dengan penayangan secara visual (berbicara sediki tentang hal yang
besar) (bedakan penyampaian informasi dalam bentuk siaran langsung
pertandingan sepakbola melalui media radio dan televisi).
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bersumber dari hasil pembahasan sebelumnya tentang teknik asesmen wawancara
pada asesmen kebutuhan dan perkembangan anak usia dini maka dapat disumpulkan
sebagai berikut :
2. Pada umumnya, wawancara memiliki dua jenis, yaitu wawancara terstruktur , tak
berstruktur dan semi terstruktur. Pendapat lainnya menyebutkan jenis-jenis lainnya
dari asesmen wawancara yaitu wawancara mendalam (depth interview) dan
wawancara klinis.
a. Penentuan Informan
b. Pedoman Wawancara
Wawancara sebagai salah satu teknik asesmen yang selanjutnya akan menjadi salah
satu acuan pelaporan hasil asesmen pada orangtua yang merupakan bagian dari puncak
pertanggung jawaban layanan PAUD secara professional. Untuk memberikan pertanggung
jawaban laporan asesmen perkembangan anak yang tepat dan otentik maka perlu dipahami
sejumlah prosedur atau langkah-langkah. Pengumpulan data hasil asesmen dengan
menggunakan metode dan teknik tertentu merupakan langkah awal yang harus
diperhatikanpendidin. Hasil pengumpulan data tersebut dapat dijadikan pijakan untuk
16
memberikan informasi tentang perilaku apa yang terlihat menggambarkana spek
perkembangan tentu. Penggambaran deskripsi perilaku yang ditemukan dapat
dikonfirmasikan dengan rubrik perilaku yang sesuai dengan kriteria tertentu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Assessment, N. 2019. A Needs Assesment of Alaska’s Mixed Delivery System of Early Childhood
Care and Education. December.
Mejia, Arauz, R., & Quinones, G. 2018. Early Childhood Education and Development in Mexic.
https://doi.org/10.1007/978-94-024-0927-7_43.
Pujaastawa, Ida Bagus Gde. 2016. Teknik Wawancara dan Observasi Untuk Pengumpulan Bahan
Informasi.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/8fe233c13f4addf4cee15c68d038ae
b7.pdf
Pomerantz, A. M. 2014. Psikologi klinis: ilmu pengetahuan, praktik, dan budaya (terjemahan).
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
18
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1
A. Pedoman Observasi
selama wawancara)
c. Ringkasan awal hingga akhir selama proses wawancara (suara, bahasa, tubuh,
B. Pedoman Wawancara
1. Pola asuh
20
Lampiran 2
Data subyekNama
TTL
3. Apakah anda memberikan nasihat dan juga memberikan kebebasan namun masih dalam
pengawasan anda dalam hal pola asuh dilingkungan yang anda alami sehari-hari?
4. Hal yang seperti apa yang di perbolehkan dan menjadi batasan buat anak anda?
5. Apakah anda memberikan perhatian terhadap anak anda? Pola asuh seperti apa yang anda
6. Tipe pola asuh yang bagaimana yang anda terapkan pada anak anda?
21
9. Bagaimana peran orangtua terhadap anak?
10. Apakah anda termasuk orangtua yang disiplin dan keras dalam mendidik anak anda?
11. Apakah anda sering memberikan nasihat? Dan nasihat yang bagaimana yang mereka
12. Pasti anda pernah berlaku tegas terhadap anak anda? Apakah anak anda menganggap
13. Pernahkah anda melakukan hal yang membuat anak anda marah? Hal yang seperti apa yang
14. Apakah anda pernah menghukum anak anda secara fisik? Mengapa anda menghukum anak
anda secara fisik? Dan hukuman fisik yangseperti apa yang anda lakukan untuk anak anda?
15. Apakah anda tipe orangtua yang tertutup? Dalam hal seperti apa anda tertutup? Mengapa
anda demikian
16. Selama dalam pola asuh otoriter, Apakah anak anda merasa tertekan?
Mengapa demikian?
17. Apakah anak anda termasuk orang yang mudah terpengaruh? Dalam halapa anak anda
mudah terpengaruh?
18. Tujuan kedepan anda sebagai orangtua seperti apa dan bagaimana? Bisadiceritakan?
19. Apakah anak anda mudah bergaul dengan orang-orang di sekitar anda?
20. Dalam lingkungan pergaualan, apakah anak anda termasuk orang yangpercaya diri?
22
21. Apakah anda sebagai orangtua pernah memberikan pujian kepada anak anda? Jika pernah
22. Apakah anda pernah memaksa anak anda melakukan hal yang anda mau yang tidak disukai
23. Apakah anda sering memberikan kebebasan, pada anak anda dalam segala hal yang anak
anda lakukan?
24. Selama ini komunikasi seperti apa yang berjalan di keluarga anda?
Apakah setiap yang anda katakan selalui dituruti oleh anak anda?
Mengapa demikian
27. Seberapa penting menurut anda pendidikan keluarga islam dalam kehidupan sekarang ini?
23
Lampiran 3
2. Seperti apa cara ibu mengasuh anak anda di keluarga untuk anak-anak?
Mohon penjelaskan?
3. Seperti apa aturan yang ibu berikan kepada anak anda? Mohon penjelaskan?
4. Seperti apa nasihat yang biasanya anda berikan kepada anak anda?
Mohon penjelaskan
5. Jika anak anda tidak menindahkan apa yang ibu nasihatkan atau tidak melaksanakan aturan
apa yang anda lakukan terhadapa anak anda?Mengapa demikan? Mohon jelaskan?
7. Menurut anda, seberapa besar pola asuh orangtua (otoriter,demokrasi, dan permisif) serta
pola asuh orangtua dalam pendidikan menurut islam pada anak usia dini yang memiliki
perilaku agresif?
8. Apakah ada gambaran seberapa penting pola asuh orangtua tersebut dalam perilaku agresif
? Mohon jelaskan?
9. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh orangtua?
10. Taukah anda kebiasaan kurang baik anak anda? Seperti apa? Bisaberikan contohnya?
11. Bagaimana orangtua mendidik anaknya dalam hal memberikan aturan dan juga nasihat?
24
12. Apakah anak anda termasuk anak yang penurut dan selalu
25
26