POKOK-POKOK MATERI
1. Hakikat, Penilaian dalam pembelajaran,
2. Tujuan Penilaian Pembelajaran,
3. Fungsi Penilaian Pembelajaran
Uraian Materi
A. Definisi Asesmen/Penilaian PAUD
Penilaian dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi yang
berkelanjutan dan komprehensif tentang aspek pengetahuan, perilaku, tingkat
keterampilan, atau kepribadian anak untuk tujuan membuat keputusan evaluatif
(Meisels, 2001). Penilaian dapat dilakukan untuk tujuan yang berbeda.
Penilaian juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kurikulum dan strategi
pengajaran yang tepat untuk masing-masing anak dan untuk mendokumentasikan
kemajuan anak-anak dari waktu ke waktu. Misalnya, guru dapat mengembangkan
rencana sistematis untuk mendokumentasikan kemajuan perkembangan anak dan
1
untuk mengidentifikasi strategi pengajaran mana yang membantunya. Penilaian
jenis ini disebut sebagai penilaian program. Penilaian program alat juga dapat
digunakan untuk tujuan evaluasi program ketika membandingkan kinerja kelompok
anak-anak sebelum dan setelah instruksi. Misalnya guru dapat mengumpulkan data
tentang bahasa dan perilaku literasi di awa tahun ajaran, sebelum mereka mulai
membaca buku bergambar setiap hari, dan sekali lagi di akhir tahun.
Penilaian sering digunakan sebagai sinonim untuk tes. Anak usia dini secara
historis menggunakan penilaian informal dalam bentuk pengamatan naturalistik dan
catatan anekdot. Rekomendasi profesional saat ini menunjukkan perlunya sistem
penilaian yang berkelanjutan dan metode yang beragam untuk mengumpulkan
informasi (Shepard, Kagan, & Wurtz, 1998; NAEYC & NAECS/SDE, 2003).
Penilaian sebagai proses berkelanjutan yang merupakan aspek integral dari
pengajaran dan pembelajaran, dengan penekanan pada tujuan khusus yang
dilakukan penilaian. Semua penilaian anak usia dini melibatkan proses
pengumpulan informasi tentang upaya untuk lebih memahami dan mendukung
pembelajaran dan perkembangan. Dengan kata lain, lebih tepat mengatakan bahwa
guru menilai perilaku, keterampilan, kompetensi, preferensi, dan interaksi anak-
anak daripada untuk mengatakan bahwa guru menilai anak-anak. Hasil penilaian
dapat menggambarkan beberapa detail informasi tentang apa yang anak ketahui dan
dapat melakukannya. Tetapi, tidak pernah dapat sepenuhnya menggambarkan
keseluruhan anak sebagai individu yang unik.
Penilaian dapat didefinisikan sebagai cara di mana, dalam praktik kita sehari-
hari, kita mengamati pembelajaran anak, berusaha untuk memahaminya, dan
kemudian menggunakan pemahaman terkait hal itu dengan baik. Penilaian di PAUD
memainkan peran penting dalam mendukung hasil positif bagi anak-anak dengan
menginformasikan apa yang diajarkan dan bagaimana caranya. Penelitian
menunjukkan bahwa penilaian yang efektif dan tepat di PAUD merupakan faktor
penting bagi keberhasilan anak-anak dalam pembelajaran dan pendidikan di masa
depan. Penilaian merupakan pilihan bijaksana profesional di antara banyak tujuan,
jenis, metode, dan instrumen yang tersedia untuk membantu guru mengenal lebih
jauh tentang anak-anak.
Penilaian merupakan proses pengukuran terhadap hasil dari kegiatan belajar
anak. Penilaian kegiatan belajar di PAUD menggunakan pendekatan penilaian
autentik. Penilaian autentik merupakan penilaian proses dan hasil belajar untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan,
dan keterampilan berdasarkan fakta yang sesungguhnya. Penilaian dilakukan secara
sistematis, terukur, berkelanjutan, dan menyeluruh yang mencakup pertumbuhan
dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak selama kurun waktu tertentu.
Dalam keseharian guru bekerja bersama anak. Selain guru memfasilitasi anak,
guru juga melakukan pengamatan. Guru mengamati hal-hal apa saja yang anak
tahu, apa saja yang anak bisa, dan apa saja yang menjadi kebiasaan anak.
Harapannya, bahwa setelah guru mengetahui tiga hal tersebut, guru dapat
merancang program pengembangan pembelajaran sesuai dengan minat, kekuatan,
dan kebutuhan anak. Program pengembangan pembelajaran yang disusun dan
direncanakan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak akan menstimulasi
2
potensi anak menjadi anak yang kompeten. Anak yang semakin tahu, semakin bisa,
dan semakin memiliki kebiasaan yang baik.
Berbagai informasi tentang kemajuan anak ini merupakan hasil belajar yang
perlu disampaikan pada orang tua. Dengan diperolehnya berbagai informasi tentang
anak, orang tua dan guru memperoleh gambaran capaian hasil belajar anak. Capaian
ini diukur berdasarkan standar PAUD yang telah ditetapkan secara nasional, yang
tertulis di dalam Permendikbud No. 137 tahun 2014 tentang Standar PAUD dan 146
tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD.
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai
(Nurhadi, 2004). Penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi) yang
meminta pebelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu
yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya.
Dalam melakukan penilaian ada konsep dasar yang perlu diperhatikan, antara lain :
1. Bermanfaat untuk anak
Hasil evaluasi harus memberikan manfaat bagi anak, misalnya :
- Pengembangan ragam program yang memungkinkan setiap anak dapat
berpartisipasi aktif
- Peningkatan kualitas layanan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak
yang dilayani
- Memiliki tujuan khusus yang jelas, sehingga aspek yang dinilai juga jelas, dan
hasilnya tidak mengalami bias. Hal ini terutama tampak pada alat evaluasi yang
bersifat terstandarisasi (standardized) dan memiliki tujuan tunggal (single
purpose), karena dirancang dengan ketat dan melalui prosedur pengujian yang
ketat pula
- Memahami kemungkinan keterbatasan implementasi penilaian pada anak,
misalnya dalam hal validitas dan reliabilitas
2. Sesuai dengan usia anak.
Dengan demikian, alat penilaian yang digunakan hendaknya :
- Memperhatikan aspek-aspek perkembangan anak usia dini
- Menggunakan pendekatan yang bervariasi
- Setting lingkungan alami, yaitu sesuai dengan kondisi sehari-hari anak
- Anak belajar dan berpikir secara konkret, sehingga instrumen evaluasi yang
digunakan mendukung hal tersebut. Penggunaan kertas kerja dan pensil
3
langsung oleh anak sangat tidak disarankan, karena lebih memerlukan
kemampuan berpikir abstrak
- Terdapat kesesuaian dengan budaya anak, termasuk bahasa sehari-hari yang
digunakan oleh anak
3. Bernilai bagi orangtua, yaitu memberikan gambaran mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak, sehingga diharapkan orangtua dapat melakukan stimulasi
yang tepat ketika anak berada di rumah guna mendukung program pembelajaran
atau stimulasi yang diberikan di lembaga pendidikan.
Selain berbagai hal di atas, tingkat perkembangan anak juga menjadi
pertimbangan tersendiri dalam melaksanakan penilaian. Pertimbangan tersebut
antara lain menyangkut
1. Perkembangan yang berbeda dengan tampilan perilaku anak (Developmental
constraint on responses).
Ketika pendidik melakukan penilaian, anak seringkali tidak menunjukkan
perilaku spesifik sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini bukan berarti anak
tidak memiliki informasi yang diperlukan, karena kemungkinan anak sedang
tidak dalam kondisi yang nyaman untuk menampilkan perilaku yang
sebenarnya.
2. Perbedaan dalam motivasi karena perbedaan karakteristik anak.
Ketika anak diharapkan menampilkan perilaku tertentu kemungkinan anak tidak
termotivasi karena beberapa hal, antara lain :
- Anak mengalami kebosanan
- Anak tidak tertarik
- Anak mengalami kesulitan
- Perbedaan dalam persepsi ketika melaksanakan tugas. Karena perkembangan
setiap anak berbeda, maka kemungkinan ditemukan anak yang bingung untuk
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Di samping itu, anak yang
sedang berada dalam fase belajar dan berpikir konkret akan menafsirkan tugas-
tugas yang bersifat abstrak secara berbeda, sehingga perilaku yang ditampilkan
tidak dapat menunjukkan perkembangan yang sesungguhnya dari seorang anak.
- Perbedaan dalam pengetahuan dasar atas sebuah konsep baru. Ketika anak
diharapkan menampilkan perilaku atau aktivitas baru, anak memerlukan dasar
pengalaman. Dasar pengalaman inilah yang akan memberikan pijakan bagi anak.
Sebagai contoh, ketika anak dihadapkan pada konsep matematika dan simbol-
4
simbol operasi, tetapi belum memiliki pengalaman mengenai simbol, maka anak
tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal. Oleh karena itu, instrumen
penilaian, apabila berupa penugasan, maka harus sesuatu yang bersifat konkret.
5
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
5. Memberikan informasi tentang tingkat pencapaian kompetensi anak yang
berkaitan dengan bidang pengembangan pembiasaan dan bidang
pengembangan kemampuan dasar.
6. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki program dan
kegiatan pembelajaran.
7. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan kegiatan bimbingan
terhadap perrtumbuhan dan perkembangan anak secara optimal.
8. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk menempatkan anak dalam
kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
6
Guru memerlukan berbagai informasi penilaian untuk menentukan kemajuan
dan pencapaian peserta didik di seluruh kurikulum dan untuk membuat
keputusan tentang bagaimana mereka menyesuaikan pengajaran untuk dampak
terbaik. Penilaian yang baik memerlukan penggunaan berbagai informasi dari
berbagai sumber untuk belajar, merespons dengan tepat, dan meningkatkan
pembelajaran. Hal ini mungkin termasuk penilaian informal (dikumpulkan
melalui pengamatan, dan percakapan antara guru dan siswa) dan penilaian
formal (penggunaan kegiatan penilaian yang direncanakan, alat dan sumber
daya). Berbagai sumber informasi penilaian berkontribusi pada penilaian guru
yang valid dan andal jika digunakan dengan tepat dan informasi yang dihasilkan
ditafsirkan secara kompeten.
3. Membangun keterhubungan semua yang terlibat dalam proses penilaian
Interaksi dan hubungan yang berkualitas sangat penting untuk
memungkinkan pembelajaran yang lebih baik. Agar percakapan pembelajaran
dengan pembelajar dan keluarga menjadi bermanfaat. Interaksi perlu berfokus
pada pembelajaran dan berpusat pada pembelajar, dan mereka harus
menghormati dan mendukung identitas, bahasa, dan budaya setiap pembelajar
dalam situasi pembelajaran yang otentik. Penting untuk menggunakan proses
dan peristiwa penilaian yang menghormati dan mendukung peserta didik dari
beragam latar belakang, pengalaman, dan kebutuhan.
Hal ini membangun kepercayaan diri dan keyakinan diri pelajar dalam proses
pembelajaran dan penilaian. Terlebih lagi, menggunakan proses penilaian yang
mendukung percakapan timbal balik dengan orang tua serta menghargai peran
yang mereka mainkan dalam pembelajaran anak mereka. Terutama agar dialog
profesional antara guru menjadi produktif, percakapan harus responsif, saling
menghormati, dan pertukaran timbal balik dalam lingkungan yang menghargai
dan mendukung interaksi kolegial, kolaboratif, dan kooperatif saling menghargai
masukan.
4. Memperhatikan perkembangan peserta didik
Pengalaman belajar yang positif di PAUD dan lingkungan belajar sekolah
sangat penting untuk memungkinkan peserta didik mencapai hasil pendidikan
yang sukses dan relevan dalam perkembangan dan pencapaian sosial mereka.
Perkembangan peserta didik dapat ditingkatkan dengan memiliki minat yang
lebih dalam pada rasa memiliki dan identitas, bahasa, dan budaya mereka. Hal
ini juga penting bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
emosional dan sosial yang baik dan merasa didukung dalam lingkungan belajar
mereka.
5. Mempertimbangkan konsekuensi potensial dari penilaian
Penilaian dalam pengaturan PAUD dan sekolah didominasi penilaian formatif
dan membentuk bagian normal dari interaksi belajar mengajar antara guru dan
peserta didik. Dalam pengertian ini, ini dipandang sebagai 'pertaruhan rendah'.
Artinya, penilaian tidak mendistorsi apa yang dinilai dalam kurikulum nasional
dengan mengurangi fokus apa yang diajarkan dan dinilai. Hal ini adalah bagian
alami dari hubungan erat antara pengajaran, pembelajaran dan penilaian untuk
7
meningkatkan kemajuan dan pencapaian pelajar.
Dalam hal yang lain, keadaan ini kontras dengan penilaian 'pertaruhan tinggi'
yang dapat digunakan untuk tujuan pelaporan formal atau penilaian untuk
kualifikasi di akhir sekolah menengah (seperti ujian Nasional) yang mengarah
pada pengambilan keputusan tentang masa depan pelajar. Ketika diterapkan
secara tidak benar atau ditekankan secara tidak proporsional, penilaian tersebut
dapat berdampak buruk pada apa yang dihargai. Fokus penilaian tentunya pada
apa yang diajarkan, serta pada jenis pengalaman belajar mengajar yang diterima
peserta didik.
E. Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran PAUD
1. Bagi Pendidik
peserta didik agar fisik maupun psikisnya dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal
c. Sebagai bahan pertimbangan untuk menempatkan anak dalam kegiatan sesuai
b. Sebagai informasi dalam memberikan stimulasi yang tepat bagi anak, terutama
8
ditujukan pada seluruh aspek perkembangan anak, bukan hanya salah satu
atau beberapa aspek saja.
yang berlaku dalam masing-masing agama, tata nilai secara universal, nilai-nilai
moral yang berlaku dalam suatu masyarakat atau budaya. Hal ini menyangkut
masalah :
- Ibadah dalam masing-masing agama
- Toleransi
- Sopan santun, dan lain-lain
b. Kognitif Kognitif menyangkut perkembangan daya pikir atau daya nalar anak.
10