Anda di halaman 1dari 14

ASESMEN PEMAHAMAN INDIVIDU PESERTA DIDIK

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Perkembangan Peserta Didik
yang Dibina Oleh Ibu Elia Flurentin, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 7 Offering A 2017
Arief Baskara (170341615087)
Ike Safitri (170341615072)
Reihan Diah Ayu (170341615033)
Zemira Shine Galingging (170341615081)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Februari 2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dalam membina dan mengembangkan
harkat dan martabat manusia secara utuh, dan menyeluruh; dengan menarik,
menyenangkan dan menggembirakan. Pendidikan berkaitan erat dengan
adanya peserta didik. Peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang dalam lingkungan yang berubah dengan cepat (Yusuf, 2005).
Selain menyusun program pembelajaran dan menerapkannya di dalam kelas,
salah satu tugas pendidik ialah melakukan penilaian terhadap peserta didik. Hal
ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar peserta
didik. Sistem penilaian di sekolah dari dulu hingga sekarang kebanyakan
menggunakan teknik tes. Teknik ini berupa angka-angka atau huruf-huruf yang
gambaran maknanya sangat abstrak sehingga tidak secara utuh dapat
menggambarkan kemajuan belajar siswa secara keseluruhan. Dalam
melengkapi kemajuan belajar siswa tersebut, guru perlu melakukan asesmen
dan evaluasi dengan baik. Asesmen berperan penting dalam dalam menentukan
arah pembelajaran dan kualitas pendidikan. Asesmen dapat dilakukan tanpa
evaluasi, tetapi evaluasi tidak dapat dilakukan tanpa asesmen (Johnson, 2002;
Pantiwati, 2016; Resmini, 2006). Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai asesmen terkait dengan perolehan pengetahuan, perluasan,
dan penerapan pengetahuan dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep dasar asesmen pemahaman individu peserta didik?
2. Bagaimana teknik yang digunakan dalam asesmen pemahaman individu
peserta didik?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini
ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui konsep dasar asesmen pemahaman individu peserta
didik
2. Untuk mengetahui teknik yang digunakan dalam asesmen pemahaman
individu peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asesmen Pemahaman Individu Peserta Didik


1. Pengertian Asesmen
Secara umum, asesmen adalah proses untuk mendapatkan informasi
dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Asesmen secara sederhana dapat diartikan sebagai proses pengukuran dan
non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik peserta didik dengan
aturan tertentu (Poerwanti, 2008). Menurut Dariyanto (2010)
mengemukakan bahwa asesmen adalah suatu proses untuk menyimpulkan
hasil pengukuran melalui analisis yang sistematis dengan menggunakan
kriteria seperti baik, buruk, cocok tidak cocok sesuai dengan penilaian
kriteria masing-masing. Sementara itu, menurut Cross (1989)
mengungkapkan bahwa asesmen merupakan program penilaian untuk
menentukan keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.
Menurut Robert C. Smith (2002) mengemukakan bahwa asesmen
adalah suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim
untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak, yang mana hasil
keputusannya dapat digunakan untuk menentukan layanan pendidikan
yang dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan
pembelajaran. Selain itu, definisi asesmen menurut James A Mc.
Lounghlin dan Rena B Lewis (1986) adalah proses sistematis dalam
mengumpulkan data seorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan
untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan
informasi tersebut, guru dapat menyusun program pembelajaran yang
bersfat realistis sesuai dengan kenyataan obyektif. Di samping itu, menurut
Lidz (2003) menjelaskan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan
informasi untuk mendapatkan profil psikologi anak, yang meliputi gejala
dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami, kelebihan dan
kelemahannya, serta peran pendukung yang dibutuhkan anak.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa asesmen
adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa
dengan menggunakan bermacam-macam prosedur, seperti tes formal,
inventori, checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya
(Pantiwati, 2016).

2. Tujuan Asesmen
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu dalam
rangka menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat
melakukan layanan pembelajaran secara tepat. Adapun menurut Robb,
Benardoni, dan Johnson (1972) dalam Robert M. Smith tujuan asesmen
ialah sebagai berikut.
a. Untuk menyaring dan mengidentifikasi anak
b. Untuk membuat keputusan tentang penempatan anak
c. Untuk merancang individualisasi pendidikan
d. Untuk memonitor kemajuan anak secara individu
e. Untuk mengevaluasi keefektifan program

Sementara itu, menurut Sumardi & Sunaryo (2006) tujuan asesmen adalah:
a. Memperoleh data yang relevan, objektif, akurat, dan komprehensif
tentang kondisi anak saat ini
b. Mengetahui profil anak secara utuh terutama permasalahan dan
hambatan belajar yang dihadapi, potensi yang dimiliki, kebutuhan-
kebutuhan khususnya, serta daya dukung lingkungan yang dibutuhkan
anak.
c. Menentukan layanan yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khususnya dan memonitor kemampuannya.
Menurut Bomstein dan Kazdin (1985) tujuan asesmen menyebutkan
tujuan asesmen ialah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi target intervensi
b. Memilih dan mendesain program treatmen
c. Mengukur dampak treatmen yang diberikan secara terus menerus
d. Mengevaluasi hasil-hasil umum dan ketetapan dari terapi.

3. Prinsip Asesmen
1. Dilakukan secara sistematis melalui pengamatan, perekaman,dan analisis.
2. Delakukan dengan dengan memperhatikan tujuan pengajaran (prilaku yang
terukur, kondisi, dan kriteria).
3. Analisis dilakukan dengan Norm-Referenced dan Criterion-Reference
4. Analisis dilakukan secara holistik

Untuk memperoleh hasil penilaian yang akurat, kegiatan penilaian hendaknya


didasarkan pada prinsip integral atau komprehensif, prinsip kesinambungan,
dan prinsip objektif.

1. Prinsip integral atau komprehensif yakni penilaian pengajaran bahasa


Indonesia yang dilakukan secara menyeluruh dan utuh, yang di dalamnya
menyangkut masalah perilaku, sikap dan kreativitas. Dengan demikian,
penilaianpun dilakukan dalam lingkup aspek kognitif, psikomotor, dan aspek
emotif.
2. Prinsip berkesinambungan yakni penilaian yang s dilakukan secara
berencana, terus-menerus, dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk
memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan bersamaan
dengan kegiatan penyusunan program semester dilaksanakan sesuai dengan
program yang disusun.
3. Prinsip objektif yakni penilaian pengajaran bahasa Indonesia yang
dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal dan dilaksanakan
secara objektif, sehingga dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan
yang diukur. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus
dilaksanakan secara objektif dengan menggunakan alat ukur yang tepat

4. Bentuk-bentuk Asesmen
Bentuk asesmen yang digunakan dalam upaya di atas antara lain sebagai
berikut.
1. Asesmen Konvensional
Secara konvensional, evaluasi terhadap suatu kemampuan (pengetahuan
atau keterampilan) siswa dilakukan dengan suatu proses pengukuran
terhadap kemampuan tersebut menggunakan teknik tes
2. Asesmen Alternatif
Teknik pengukuran untuk mengevaluasi kemampuan siswa dengan
menggunakan teknik pengukuran non-tes.
3. Asesmen Otentik
Salah satu bentuk asesmen alternatif yang teknik pengukurannya meminta
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan atau menunjukkan
keterampilan sebagaimana pengetahuan atau keterampilan itu dipakai
dalam dunia nyata.
4. Asesmen Kinerja
Bentuk asesmen alternatif lain yang teknik pengukurannya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menciptakan berbagai situasi untuk siswa
atau menciptakan berbagai situasi agar siswa dapat menunjukkan
kemampuannya dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilannya dalam berbagai situasi (Marzano, 1992).

B. Teknik Dalam Asesmen Pemahaman Individu Peserta Didik


Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokan menjadi
teknik tes dan non tes. Teknik tes bisa membuat sendiri dan bisa pula mohon
bantuaan dari ahli lain yang kompeten untuk itu (Aiken, L. R. 1997).
1. Teknik Tes
a. Tes Kecerdasan
Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir yang bersifat
abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan umum individu untuk
berperilaku yang jelas tujuannya, berpikir rasional, dan berhubungan dengan
lingkungannya secara efektif.
Tingkat kecerdasan(IQ) dengan klasifikasinya:
1) Superior atau genius adalah murid yang dapat bertindak jauh lebih cepat
dan dengan kemudahan dibandingkan dengan murid yang lainnya
2) Normal adalah murid yang rata-rata atau pada umumnya
3) Sub-normal atau mentally deffective atau mentally retarded adalah murid
yang bertindak jauh lebih lambat dari kecepatannya, dan jauh lebih banyak
ketidaktepatannya dan kesulitannya, dibandingkan dengan murid yang lain.
Dibedakan lebih lanjut kedalam kategori murid-murid;
a) Debil (moron) yang masih mendekati murid normal yang berusia sekitar
9-190 tahun.
b) Imbecil mendekati murid normal sekitar usia 5-6 tahun.
c) Idiot mendekati murid normal berusia dibawah 4 tahun.
b. Tes Bakat
Tes bakat mengukur kecerdasan potensial yang bersifat khusus murid. Ada
dua jenis bakat, yaitubakat sekolah dan bakat pekerjaan-jabatan. Bakat sekolah
berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung penguasaan
bidang-bidang ilmu atau mata pelajaran. Sedangkan bakat pekerjaan-jabatan
berkenaan dengan kecakapan potensial khusus yang mendukung keberhasilan
dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui bakat murid, telah dikembangkan beberapa macam tes,
seperti:
1) Rekonik. Tes ini mengukur kemampuan fungsi motorik, persepsi dan
berpikir mekanis.
2) Tes bakat musik.
3) Tes bakat artistik.
4) Tes bakat klerikal (perkantoran).
5) Tes bakat yang multifaktor. Tes bakat mengukur berbagai kemampuan
khusus.
c. Tes Prestasi Belajar (Achievement Tests)
Tes prestasi belajar adalah suatu perangkat kegiatan atau alat yang
dimaksudkan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor.
Penggunaan teknik tes khususnya tes prestasi belajar bagi guru MI / SD
bertujuan untuk:
1) Menilai kemampuan belajar murid.
2) Memberikan bimbingan belajar kepada murid.
3) Mengecek kemajuan belajar murid.
4) Memahami kesulitan-kesulitan belajar murid.
5) Memperbaiki teknik mengajar guru.
6) Menilai efektifitas (keberhasilan) mengajar guru.
Tes prestasi belajar ini disusun untuk mengukur hasilpembelajaran atau
kemajuan belajar murid. Tes ini meliputi:
1) Tes diagnostik, yang dirancang agar guru dapat menentukan letak kesulitan
murid, dalam mata pelajaran yang diajarkan.
2) Tes prestasi belajar kelompok yang baku.
3) Tes prestasi belajar yang disusun oleh para guru, misalnya dalam bentuk
ulangan sehari-hari.
2. Teknik Non-tes
a. Observasi (pengamatan)
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
2) Direncanakan secara sistematis.
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan.
4) Perlu diperiksa ketelitiannya.
Teknik observasi dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis:
1) Observasi sehari-hari (daily observation).
2) Observasii sistematis (systematic observation).
3) Observasi partisipatif (participative observation).
4) Observasi non-partisipasif (non participative observation).
b. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan teknik untuk mengumpulkan informasi melalui
komunikasi langsung dengan responden (orang yang minta informasi).
Kelebihan dan kekurangan wawancara
Kelebihan wawancara:
1) Merupakan teknik yang paling tepat untuk mengungkapkan keadaan
pribadi murid secara mendalam
2) Dapat dilakukan terhadap setiap tingkatan umur
3) Dapat diselenggarakan serempak dengan observasi
4) Digunakan untuk pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain.
Kelemahannya:
1) Tidak efisien, yaitu tidak bisa menghemat waktusacara singkat
2) Sangat tergantung pada kesediaan kedua belah pihak
3) Menuntut penguasaan bahasa dari pihak pewawancara.
Dalam bimbingan dan konseling dikenal beberapa macam wawancara, yaitu:
1) Wawancara pengumpulan data (informational interview)
2) Wawancara konseling (counseling interview)
3) Wawancara disiplin (diciplinary interview)
4) Wawancara penempatan (placement interview).
c. Angket
Angket (kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi
tidak langsung, yaitu melalui tulisan.
Beberapa petunjuk untuk menyusun angket :
1) Gunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti rangkap
2) Sususnan kalimat sederhana tapi jelas
3) Hindarkan kata-kata yang bersifat negatif dan menyinggung perasaan
responder.
d. Catatan Anekdot
Catatan anekdot, yaitu catatan otentik hasil observasi. Dengan
mempergunakan catatan anekdot, guru dapat:
1) Memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang perkembangan murid
2) Memperoleh pemahaman tentang penyebab dari gejala tingkah laku murid
3) Memudahkan dalam menyesuaikan diri dengan kbutuhan murid.
Catatan anekdot yang baik dimiliki syarat sebagai berikut :
1) Objektif, yaitu cacatan yang dibuat secara rinci tentang perilaku murid
2) Deskriftif, yaitu catatan yang menggambarkan diri murid secara lengkap
tentang suatu peristiwa mengenai murid
3) Selektif, yaitu dipilih suatu situasi yang dicatat.
e. Otobiografi (Riwayat atau Karangan) dan Catatan Harian
Karangan pribadi ini merupakan ungkapan pribadi murid tentang
pengalaman hidupnya, cita-citanya, keadaan keluarga, dsb. Yang Penggunaan
otobiografi mempunyai bebrapa kelemahan. Pertama, seringkali murid hanya
menuliskan peristiwa-peristiwa yang berarti bagi murid tapi belum tentu berarti
untuk guru dalam kepentingan layanan bimbingan dan konseling. Kedua,
peristiwa-peristiwa lama seringkali banyak yang terlupakan. Ketiga, ada
kecenderungan murid membuang hal-hal yang kurang sesuai dengan harapan
murid dan menggantinya dengan halyang sesuai. Keempat, seringkali murid
tidak mau memberikan otobiografinya untuk dibaca oleh orang lain.
Karangan pribadi ni dalam pembuatannya dibagi ke dalam dua jenis, yaitu
terstruktur dan tidak terstruktur.
1) Terstruktur yaitu karangan pribadi disusun berdasarkan tema (judul) yang
telah ditentukan sebelumnya
2) Tidak terstruktur yaitu murid diminta untuk membuat karangan pribadi
secara bebas.
f. Sosiometri
Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hubungan atau
interaksi sosial (saling penerimaan atau penolakan) di antara murid dalam suatu
kelas, kelompok, kegiatan ekstrakurikuler, organisasi kesiswaan, dll. Melalui
teknik ini guru dapat mengetahui tentang:
1) Murid yang populer
2) Yang terisolir
3) Klik(kelompok kecil dengan anggota 2-3 orang murid).
Sosiometri dapat digunakan untuk :
1) Memperbaiki hubungan insani
2) Menentukan kelomppok belajar/kerja
3) Meneliti kemampuan memimpin seorang individu (murid) dala kelompok.
g. Studi Kasus
Studi kasus merupakan teknik mempelajari perkembangan seorang murid
secara menyeluruh dan mendalam serta menggungkap seluruh aspek pribadi
murid yang datanya diperoleh dari berbagai pihak.
Dalam melaksanakan studi kasus ini dapat ditempuh langkah-langkah :
1) Menentukan murid yang bermasalah
2) Memperoleh data
3) Menganalisis data
4) Memberikan layanan bantuan.
h. Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan suatu pertemuan di antara beberapa unsur di
sekolah untuk membicarakan seorang atau bebrapa murid yang mempunyai
masalah.
Unsur-unsur yang dapat turut berpartisipasi dalam konferensi kasus dapat
terdiri atas, konselor, guru-guru yang mengenal benar murid yang menjadi
kasus, kepala sekolah, psikolog, dokter, petugas perpustakaan, orang tua siswa
atau personel lain yang mengenal dekat dengan murid (Sukardi, D. Ketut.
1983)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa asesmen
adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar siswa
dengan menggunakan bermacam-macam prosedur, seperti tes formal,
inventori, checklist, asesmen diri, portofolio, proyek dan kegiatan lainnya yang
dapat dilakukan dengan tes maupun non tes.
DAFTAR RUJUKAN

Aiken, L. R. 1997. Psychological testing and assessment. (edition). Tokyo: Allin


and Bacon.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuain Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2004. Pedoman
Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
McLoughlin, James A. & Rena B. Lewis.1994. Assessing Special Students. Merrill
Pantiwati, Yuni. 2013. Hakekat Assesmen Autentik dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Biologi. Malang: JEMS (Jurnal Edukasi dan Sains).
Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Purwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktoral Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Resmini, Novi. Penilaian Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia
Smith, Robert Charles. 2002. Patient-centered Interviewing: An Evidence-based
Method. Lippincott Williams & Wilkins.
Sukardi, D. Ketut. 1983. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Surabaya: Usaha Nasional.
Yusuf, A. Muri. 2005. Evaluasi Pendidikan. Padang: Universitas Negeri Padang.

Anda mungkin juga menyukai