Anda di halaman 1dari 12

KARYA ILMIAH

TUGAS BAHASA INDONESIA


TENTANG MENGHINDARI DAN MENJAHUI SIKAP
EGOIS DAN PEMARAH DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Tujuan

Untuk Memenuhi Tugas Akhir Dalam Menghadapi Ujian Nasional

DISUSUN
OLEH

NAMA : AGUS PRAYOGA


KELAS : IX – 1

SMP SWASTA AL – WASHLIYAH 26


MEDAN

TAHUN AJARAN 2017 – 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Egoisme dan
Egosentrisme”. Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas Dalam menghadapi ujian
akhir Bahasa Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Bapak Abdul Khalik dan Ibu Dewi Aprida selaku orang tua yang selalu mendoakan
penulis atas keberasilannya.
2. Bapak Eko Prasetyo, S.Pd, selaku Guru Bidang study Bahasa Indonesia di SMP Al-
Washliyah 26 yang telah member arahan dan petunjuk demi kesempurnaan Karya
Ilmiah ini.
3. Semua pihak yang terlibat dan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan
makalah ini terutama rekan-rekan kelas IX-1.
Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak terutama
kepada dosen pengampu sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Medan, 20 Maret 2018


Penulis

Agus Prayoga

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................... 1
1.5. Metode Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Egoisme dan Egosentrisme .................................................... 3
2.2. Karakteristik individu yang egoisme ......................................................... 3
2.3. Penyebab dari egoisme-egosentrisme ..................................................... 4
2.4. Dampak dari egoisme ............................................................................... 5
2.5. Cara mengatasi individu yang egoisme .................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 8
3.2. Saran ......................................................................................................... 8
DAFTRA PUSTAKA .................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keharmonisan dalam keluarga akan terganggu oleh adanya sifat-sifat anggota
keluarga yang suka mementingkan diri sendiri. Diantara sifat-sifat negatif suka
mementingkan diri sendiri tersebut, adalah sifat egoisme dan egosentrisme.
Orang egois cenderung hanya memperhatikan dirinya sendiri. Mereka hanya peduli
dan memusatkan perhatian pada penampilan, kesenangan dan keinginan dirinya lebih dari
minatnya. Pada umumnya relatif mandiri dan tidak terpengaruh oleh lingkungan. Perspektif
terbatas pada kepedulian akan kegiatan atau kebutuhan pribadinya.
Dalam keluarga terdapat beberapa kepribadian yang disatukan, dengan adanya hal
tersebut perlu pemahaman tentang masing-masing kepribadian individu untuk dapat
disatukan dalam tujuan kehidupan keluarga yang harmonis.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan egoisme dan egosentrisme?
2. Bagaimana karakteristik individu yang egoisme?
3. Apa penyebab dari egoisme-egosentrisme?
4. Bagaimana dampak dari egoisme?
5. Bagaimana cara mengatasi individu yang egoisme?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian egoisme dan egosentrisme.
2. Untuk mengetahui karakteristik individu yang egois.
3. Untuk mengetahui penyebab dari egoism.
4. Untuk mengetahui dampak dari egoisme
5. Untuk mengetahui cara mengatasi individu yang egoism

1.4. Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui pengertian egoisme dan egosentrisme.
2. Dapat mengetahui karakteristik individu yang egois.
3. Dapat mengetahui penyebab dari egoism.
4. Dapat mengetahui dampak dari egoisme
5. Dapat mengetahui cara mengatasi individu yang egoisme

1
1.5. Metode Penulisan
Metode yang digunalkan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan, yaitu
metode yang mengambil data dari bahan pustaka yang relevan dengan bahan penelitian.
Selain itu, metode yang digunakan adalah metode observasi, yaitu metode dengan
pengumpulan data dari lapangan melalui indra. Dan yang paling utama data diambil lewat
internet atau media online lainnya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Egoisme Dan Egosentrisme


Egoisme merupakan kata bentukan dari kata latin ego yang berarti “aku”, “saya”.
Egoisme adalah sikap yang berpusat pada diri, mementingkan diri sendiri, dan mencari
kepentingan diri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, bahkan cenderung
meniadakannya (Mangunhardjana, 1997: 58).
Willis (2009: 15) menjelaskan yang lebih berbahaya lagi adalah sifategosentrisme.
Sikap egosentrisme suami dan isteri merupakan penyebab terjadinya konflik rumah tangga
yang dapat berujung pada pertengkaran yang terus menerus. Egosentrisme adalah sifat yang
menjadikan diri seseorang sebagai pusat perhatian yang diusahakan olehnya dengan segala
cara. Pada orang yang seperti ini, orang lain tidaklah penting. Dia mementingkan dirinya
sendiri, dan bagaimana menarik perhatian pihak lain agar mengikutinya, minimal
memperhatikannya.
Akibat sifat egoisme atau egosentrisme sering orang lain tersinggung, dan orang lain
tidak mau mengikutinya. Misalnya ayah ibu bertengkar, karena ayah tidak maumembantu
mengurus anaknya yang kecil yang lagi menangis. Alasannya ayah mau pergi main
badminton, padahal ibu sedang sibuk di dapur. Egoisme orang tua seperti ini akan berdampak
egoisme terhadap anak, yaitu timbulnya sifat membandel, sulit disuruh dan suka bertengkar
dengan saudara. Ada pun sikap membandel adalah aplikasi dari rasa marah terhadap orang
tua yang egosentrisme. Seharusnya orang tua memberi contoh sikap yang baik seperti suka
bekerja sama, saling membantu, bersahabat, dan ramah. Sifat-sifat ini adalah lawan dari
egoisme dan egosentrisme. Dengan demikian jelaskan bahwa egoisme dan egosentrisme
adalah sifat-sifat dan perilaku yang dapat merusak upaya keluarga dalam menciptakan
penyesuaian diri dalam mewujudkan keharmorrisan rumah tangga.

2.2. Karakteristik Individu Yang Egois


(Pranata: 2011) menjelaskan bahwa karakteristik individu yang egois adalah sebagai
berikut:
1. Keras kepala
Orang yang egois biasanya mau menang sendiri dan tidak mau mendengarkan
pendapat orang lain. Karena bagi dia, hanya pendapatnya yang paling benar dan harus

3
diikuti sama orang lain. Terkadang saking keras kepalanya, meskipun sudah terbukti
pendapatnya salah, orang egois tetap tidak mau mengakuinya.
2. Mudah Emosi
Orang yang punya sifat egois mudah sekali naik darah, terutama saat keinginannya
tidak bisa tercapai. Bahkan orang egois bisa marah besar hanya gara-gara hal sepele
seperti tidak diperhatikan saat dia lagi bicara atau melakukan sesuatu.
3. Pemberontak
4. Umumnya orang yang memiliki sifat egois itu susah sekali diatur sama orang lain. Dan
saat punya kemauan yang besar, dia tidak akan segan-segan untuk melanggar semua
peraturan yang ada demi mencapai tujuannya.
5. Haus Perhatian
Sebagai orang yang over self centered, orang egois pasti ingin selalu diperhatikan
sama otrang lain. Dan dia tidak cukup puas dengan perhatian yang biasa-biasa saja, dia ingin
setiap saat semua orang hanya fokus melihat ke arah dirinya saja. Intinya orang yang egois
adalah orang yang selalu mementingkan dirinya sendiri, selalu ingin dinomersatukan dan
menganggap dirinya yang paling berharga. Tipe orang yang kelihatannya tidak peduli sama
perasaan orang lain, asalkan keinginanya bisa terpenuhi. Makanya tidak heran kalau
terkadang orang egois terlihat seperti kurang ”manusiawi” dalam memperlakukan orang lain.

2.3. Penyebab Egoisme-Egosentrisme


(Nugroho: 2008) menyebutkan bahwa penyebab timbulnya sifat egois dan
egosentrisme antara lain:
1. Rasa Takut
Individu bersikap egois karena ketakutan, terhadap kedekatan dengan orang lain,
penolakan, ditinggalkan atau perubahan yang seluruhnya dapat saling berhubungan sehingga
merupakan ketakutan secara menyeluruh terhadap kehidupan. Rasa takut yang tertanam
dalam diri seseorang menyebabkan ia takut berhubungan dengan orang lain sehingga hanya
peduli pada keselamatan dirinya sendiri.

2. Sikap Manja
Orang tua memanjakan anak dengan terlalu melindungi dan memberikan segala hal.
Penyebab orang tua memanjakan anak:
a) Orang tua berusaha mencegah segala ketidak nyamanan dan terdorong untuk memenuhi
seluruh keinginan anak.

4
b) Orang tua yang pada masa kecilnya kekurangan, menginginkan anak mereka memiliki
segala hal yang tidak mereka peroleh dulu.
c) Orang tua yang tidak mengharapkan memiliki anak, akan merasa bersalah, dan bereaksi
berlebihan dengan terlalu mempedulikan dan terlalu baik pada anak-anaknya.
Anak yang manja menjadi tidak toleran, tidak mampu mengatasi masalah, bersikap
egois dan egosentris. Mereka hanya peduli pada orang yang mempedulikan mereka, kurang
sabar, tidak toleran pada orang lain, kurang percaya diri, memiliki fantasi menjadi hebat dan
selalu ingin menjadi pusat perhatian.
3. Kepribadian Tidak Matang
Beberapa anak belum belajar tingkah laku matang bahkan untuk tingkat yang paling
sederhana. Penyebabnya antara lain karena keterbelakangan, gangguan bicara dan gangguan
belajar. Di sini, anak menjadi egois karena belum belajar peduli terhadap kepentingan orang
lain. Mereka belum atau tidak termotivasi belajar bagaimana merasakan perasaan orang lain.
Anak-anak ini juga perlu mempelajari nilai kepedulian pada orang lain.

2.4. Dampak Sikap Egoisme


Sifat egois ini bisa berdampak negatif yang selalu hadir didalam hidup kita. Seperti;
merasa diri selalu benar dan hebat, suka membantah bila dinasehati, tidak suka
mendengarkan sesuatu yang baik yang disampaikan, hidup yang amat sangat terlalu bebas
tanpa aturan dan larangan, memuaskan diri sendiri, suka merugikan orang lain, tidak perduli
dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya, dan semua hal negatif pada diri kita
yang akan hadir dengan jelas. Coba kita pikirkan, bila kita memiliki sifat-sifat negatif seperti
itu berarti sifat egois kita lah yang mengendalikan hidup kita sepenuhnya tanpa kita sadari.
Semuanya menjadi serba tak terkendali dan tak terkontrol, bahkan tak bisa dihentikan oleh
diri kita sendiri maupun orang lain. Yang pada akhirnya akan berakibat kerugian pada diri
sendiri dan orang lain, seperti; musibah, bencana, permusuhan, pertengkaran, kriminalitas,
dan pasti diri kita akan ditinggalkan oleh orang-orang terdekat dan disekeliling kita.
Bila kita tahu hal-hal tersebut tidak pernah ada baiknya, tapi kenapa masih banyak
manusia didunia ini dari dahulu sampai mungkin akhir kehidupan ini tetap tidak perduli
dengan sifat egois yang negatif yang terus mengendalikan diri ini bahkan membiarkan semua
sifat egois yang negatif itu terus hidup dan berkembang didalam diri kita? Ya, hanya diri kita
sendirilah yang bisa menjawab dengan jelas semuanya.
Disatu sisi sifat egois itupun bisa berdampak positif. Seperti; terlalu ingin melindungi
orang yang penting didalam hidup kita demi keselamatannya, suka mengatur untuk kebaikan,

5
tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik, selalu berusaha walaupun sering mengalami
kegagalan, bertekad untuk berhasil walaupun halang rintangan berbahaya sekalipun yang
menghadang, membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk, dan semua hal
positif yang lainnya. Sifat egois ini merupakan sifat yang dapat kita kendalikan dengan
kesadaran yang penuh dan akan berdampak keuntungan bagi diri kita dan orang lain, seperti;
keselamatan, keberhasilan, kesuksesan, kasih sayang dan kepedulian serta kepekaan terhadap
orang lain dan lingkungan.
Tuhan selalu menciptakan segalanya dengan dua sisi, positif dan negatif, hitam dan
putih, kebaikan dan keburukan, keuntungan dan kerugian, dan banyak hal lainnya. Semuanya
ini menjadi pilihan hidup kita masing-masing, manakah sifat egois yang pantas hadir didalam
diri kita dan mana sifat egois yang harus kita buang serta singkirkan dari dalam diri kita
sebelum semuanya menjadi penyesalan pada akhirnya. Sudah banyak contoh yang jelas dapat
kita lihat karena dampak dari sifat egois, dan ternyata lebih banyak berdampak buruk serta
kerugian dalam hidup ini. Jadi, gunakanlah akal dan pikiran kita yang Tuhan berikan sebagai
anugerah terbesar untuk manusia agar kita dapat menentukan semua pilihan selama kita
masih bisa bernafas.

2.5. Cara mengatasi Individu Egois-Egosentris


(Nugroho: 2008) menjelaskan bahwa mencegah sifat egois-egosentris antara lain
sebagai berikut:
1. Meningkatkan penerimaan diri
Egois dapat segera dihilangkan dengan cara meningkatkan penerimaan diri (self-
acceptance) dan rasa aman anak. Dengan cara ini anak akan peduli pada kesejahteraan orang
lain. Anak tidak akan khawatir dengan dirinya sendiri sehingga tidak merasa perlu untuk
terlalu memperhatikan dirinya atau menarik perhatian orang lain. Konsep diri positif akan
terbentuk karena anak merasa diterima dan dicintai orang tuanya. Di sini orang tua harus
menerima anak dengan penuh empati, menghargai kelebihan serta kelemahan anak.
Sehingga, meskipun ada pengaruh negatif ataupun tekanan di luar rumah (teman sebaya,
sekolah, figur otoritas, dan lain-lain) bila anak merasa dicintai maka mereka akan tetap
merasa berharga. Anak yang merasa tidak diterima orang tuanya akan lebih rentan terhadap
hal-hal negatif atau tekanan di luar rumah.
2. Memberikan contoh dan mengajari kepedulian terhadap orang lain
Orang tua yang egois cenderung akan memiliki anak yang tidak menghargai dan
menghormati perasaan orang lain. Model/contoh, memiliki pengaruh sangat besar pada anak.

6
Anak akan peduli pada orang lain jika orang tua pun peduli pada anak dan orang lain. Di sini
orang tua perlu menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain,
menyediakan waktu, tenaga atau uang untuk orang yang membutuhkan.
(Pranata: 2011) menjelaskan bahwa tindakan yang perlu dilakukan untuk menghadapi
individu yang egois:
a. Mengajarkan empati dengan menggunakan role playing
b. Memberi contoh, berdiskusi dan memberikan dukungan pada perilaku peduli
c. Memperlihatkan dan membicarakan akibat negatif dari sikap egois
Contoh sikap egois misalnya, tidak mau memberi giliran pada orang lain, ingin selalu
memperoleh pertama kali, tidak mau mendengar ketika orang lain bicara. Dalam mengubah
sikap egois, ada prinsip umum yang berlaku, yaitu sikap positif. Kepedulian pada anak akan
berkembang bila ada kepercayaan anak kepada orang tua/orang lain yang menunjukkan sikap
penuh kehangatan dan pemahaman terhadap pribadi mereka. Oleh karena itu perlu
ditumbuhkan perasaan positif sebagai bagian dari satu unit (keluarga, sekolah, bangsa).

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Egoisme adalah sikap yang berpusat pada diri, mementingkan diri sendiri, dan mencari
kepentingan diri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain, bahkan cenderung
meniadakannya. Sedangkan egosentrisme adalah sifat yang menjadikan diri seseorang
sebagai pusat perhatian yang diusahakan olehnya dengan segala cara.

3.2. Saran
Dalam membentuk keluarga yang harmonis sifat ataupun sikap saling mementingkan
diri sendiri diminimalisir agar tujuan dari keluarga dapat tercapai dengan baik sehingga akan
terbentuk keluarga yang serasi.

8
DAFTAR PUSTAKA

Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Keluarga (Family Counseling). Bandung: Alfabeta.


Mangunhardjana, A. 1997. Isme Isme Dalam Etika Dari A Sampai Z.Yogyakarta: Kanisius.
Pranata, Dian. 2011. Egoisme Makalah Psikologis. Jakarta
Nugroho, Erwin Setyo. 2008. Egois-Egosentrisme.
Hildayani, Rini. 2005. Penanganan Anak Berkelainan (Anak Dengan Kebutuhan
Khusus). Jakarta: Universitas Terbuka.
Surya, Hendra. 2006. Kiat Membina Anak Agar Senang Berkawan. Jakarta : Elex Media
Komputindo

Anda mungkin juga menyukai