Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

“ SISTEM GERAK ”

Disusun oleh :
Nama : 1. Diah Mulia Auliani (A1M018005)
2. Dhyna Sefia Mauren (A1M018015)
3. Alvera Rosa (A1M018021)
4. Reinaldo A.P tambun (A1M018031)
5. Widia Gusti (A1M018033)
6. Ika Saputi (A1M018041)
7. Zara Afrilia (A1M018053)
Kelompok : 1 (Satu)
Hari, tanggal : Jum’at, 13 Maret 2020
Dosen Pengampu : Rendi Zulni Eka Putri, M.Pd
Asisten Dosen : 1. Pani Aswin, M.Pd
2. Oktaria Silviani (A1D016010)
3. Syoti Vellia Lorenza (A1D016012)
4. Betania Simanungkalit (A1D016024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Gerak pada manusia menggunakan
alat gerak yang tersusun dalam sistem gerak. Utamanya sistem gerak pada manusia yang
terdiri dari berbagai macam alat gerak bekerja secara berkesinambungan dan tidak bisa
dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Gerak pada manusia tidak terlepas dari peran
rangkanya, sistem rangka adalah sistem dengan fungsi untuk menyimpan tempat
pembentukan sel darah, bahan mineral, melindungi tubuh yang lunak, tempat melekatnya
otot rangka dan menunjang kokohnya tubuh. Gerak pada manusia tidak terlepas dari peran
rangkanya, Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada
makhluk hidup. Terdiri dari tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang
tulang bahu, rangka penopang tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah.
Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau gabungan (seperti tengkorak) yang
ditunjang oleh struktur lainnya seperti ligament, tendon,otot, dan organ lainnya. Secara garis
baris, rangka (skeleton) manusia dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan
rangka apendikular (anggota tubuh). Tulang merupakan alat gerak pasif. Tulang disebut alat
gerak pasif karena tulang tidak mampu melakukan pergerakkannya sendiri. Tanpa adanya
alat gerak aktif yang menempel pada tulang, maka tulang-tulang pada manusia dan hewan
akan diam dan tidak dapat membentuk alat pergerakan yang sesungguhnya. Walaupun
merupakan alat gerak pasif tetapi tulang mempunyai peranan yang besar dalam sistem gerak
manusia dan hewan.
Pada praktikum kali ini kami mengamati anatomi sistem rangka manusia diantaranya
sistem rangka tengkorak, rangka anggota badan dan rangka anggota gerak. Dimana yang
kami amati adalah phantom/manikin rangka manusia. Dengan tujuan agar mengetahui
struktur penyusun rangka pada manusia.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana struktur penyusun rangka pada manusia?
1.3. Tujuan
Mengetahui struktur penyusun rangka pada manusia.
Ika Saputri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Sistem Rangka Manusia


Tulang kerangka manusia dewasa terdiri dari 206 segmen tulang yang sebagian besar
berpasangan satu dengan yang lain yaitu sisi kiri dan sisi kanan. Tulang kerangka pada bayi
dan anak-anak lebih dari 206 segmen tulang karena beberapa tulang dulunya belum
mengalami penyatuan, misalnya tulang sacrum dan coxae pada tulang vertebra Kerangka
aksial (kerangka sumbu tubuh) terdiri dari 80 segmen tulang, beberapa diantaranya adalah
tulang kepala (cranium), tulang leher (os hyoideum dan vertebrae cervicales), dan tulang
batang tubuh (costae, sternum, vertebrae dan sacrum). Kerangka apendikular yaitu kerangka
tambahan terdiri dari tulang-tulang ekstremitas baik ekstremitas atas maupun ekstremitas
bawah dengan total 126 segmen tulang.
Sebuah tulang terdiri atas beberapa jaringan berbeda yaitu jaringan osseus, tulang
rawan (cartilago), jaringan penghubung, jaringan adiposa, dan jaringan saraf yang tersusun
menjadi satu. Keseluruhan dari tulang beserta tulang rawan bersama ligamen dan tendon
membentuk sistem rangka perbandingan antara tulang dan tulang rawan dalam 9 kerangka
berubah seiring dengan pertumbuhan tubuh. Semakin muda usia seseorang, semakin besar
bagian kerangka yang berupa tulang rawan (Moore dan Agur, 2002).
4.1.1. Anatomi Tulang
Tulang adalah jaringan hidup yang strukturnya dapat berubah apabila mendapat
tekanan. Seperti jaringan ikat lain, tulang terdiri atas sel-sel, serabut-serabut, dan
matriks. Tulang bersifat keras oleh karena matriks ekstraselularnya mengalami
kalsifikasi, dan mempunyai derajat elastisitas tertentu akibat adanya serabut-serabut
organik Dapat dibedakan dua jenis tulang, yakni tulang kompakta dan tulang
spongiosa. Perbedaan antara kedua jenis tulang tadi ditentukan oleh 10 banyaknya
bahan padat dan jumlah serta ukuran ruangan yang ada di dalamnya. Semua tulang
memiliki kulit luar dan lapisan substansia spongiosa di sebelah dalam, kecuali apabila
masa substansia spongiosa diubah menjadi cavitas medullaris (rongga sumsum)
(Snell,2012).
4.1.2. Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuk
4.1.1.1. Tulang Panjang
Pada tulang ini, panjangnya lebih besar daripada lebarnya. Tulang ini
mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis, dan biasanya dijumpai
epifisis pada ujung-ujungnya. Selama masa pertumbuhan, diafisis dipisahkan
dari epifisis oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis yang terletak berdekatan
dengan kartilago epifisis disebut metafisis. Corpus mempunyai cavitas
medullaris di bagian tengah yang berisi sumsum tulang. Bagian luar corpus
terdiri atas tulang kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu
periosteum.
4.1.1.2. Tulang Pendek
Tulang-tulang pendek ditemukan pada tangan dan kaki. Contoh jenis
tulang ini antara lain os Schapoideum, os lunatum,dan talus. Tulang ini
terdiri atas tulang spongiosa yang dikelilingi oleh selaput tipis tulang
kompakta. Tulang-tulang pendek diliputi periosteum dan facies articularis
diliputi oleh kartilago hialin.
1. Tulang Pipih, bagian dalam dan luar tulang ini terdiri atas lapisan tipis
tulang kompakta, disebut tabula, yang dipisahkan oleh selaput tipis
tulang spongiosa, disebut diploe. Scapula termasuk di dalam kelompok
tulang ini walaupun bentuknya iregular. Selain itu tulang pipih
ditemukan pada tempurung kepala seperti os frontale dan os parietale.
2. Tulang Iregular, tulang-tulang iregular merupakan tulang yang tidak
termasuk di dalam kelompok yang telah disebutkan di atas (contoh,
tulangtulang tengkorak, vertebrae, dan os coxae). Tulang ini tersusun
oleh selapis tipis tulang kompakta di bagian luarnya dan bagian
dalamnya dibentuk oleh tulang spongiosa.
3. Tulang Sesamoid, tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang
ditemukan pada tendo-tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo
pada permukaan tulang. Sebagian besar tulang sesamoid tertanam di
dalam tendon dan permukaan bebasnya ditutupi oleh kartilago. Tulang
sesamoid yang terbesar adalah patella, yang terdapat pada tendo
musculus quadriceps femoris. Contoh lain dapat ditemukan pada tendo
musculus flexor pollicis brevis dan musculus flexor hallucis brevis,
fungsi tulang sesamoid adalah mengurangi friksi pada tendo, dan
merubah arah tarikan tendo (Snell, 2012).
4.1.3. Fungsi Tulang
1. Menopang Tubuh, sistem kerangka adalah sistem yang memberikan bentuk pada
tubuh juga menopang jaringan lunak dan sebagai titik perlekatan tendon dari
sebagian besar otot.
2. Proteksi, sistem kerangka melindungi sebagian besar organ dalam tubuh yang
sangan penting untuk berlangsungnya kehidupan, seperti otak yang dilindungi
oleh tulang cranial, vertebrae yang melindungi sistem saraf dan tulang costa yang
melindungi jantung dan paruparu.
3. Mendasari Gerakan, sebagian besar dari otot melekat pada tulang, dan ketika otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang untuk melakukan pergerakan.
4. Homeostasis Mineral (penyimpanan dan pelepasan), jaringan tulang menyimpan
beberapa mineral khususnya kalsium dan fosfat yang berkontribusi untuk
menguatkan tulang. Jaringan tulang menyimpan 99% dari kalsium dalam tubuh.
Apabila diperlukan, kalsium akan dilepaskan dari tulang ke dalam darah untuk
menyeimbangkan krisis keseimbangan mineral dan memenuhi kebutuhan bagian
tubuh yang lain.
5. Memproduksi Sel Darah, sumsum tulang merah adalah tempat dibentuknya sel
darah merah, beberapa limfosit, sel darah putih granulosit dan trombosit.
6. Penyimpanan Trigliserid, sumsum tulang kuning sebagian besar terdiri dari sel
adiposa yang menyimpan trigliserid (Tortora dan Derrickson, 2011).
4.1.4. Pertumbuhan Tulang
Proses pembentukan tulang disebut osifikasi (ossi = tulang, fikasi = pembuatan)
atau disebut juga osteogenes. Semua tulang berasal dari mesenkim, tetapi dibentuk
melalui dua cara yang berbeda. Tulang berkembang melalui dua cara, baik dengan
mengganti mesenkim atau dengan mengganti tulang rawan. Sususan histologis tulang
selalu bersifat sama, baik tulang itu berasal dari selaput atau dari tulang rawan
(Moore dan Agur, 2002).
1. Osifikasi membranosa, osifikasi membranosa adalah osifikasi yang lebih
sederhana diantara dua cara pembentukan tulang. Tulang pipih pada tulang
tengkorak, sebagian tulang wajah, mandibula, dan bagian medial dari klavikula
dibentuk dengan cara ini. Juga bagian lembut yang membantu tengkorak bayi
dapat melewati jalan lahirnya yang kemudian mengeras dengan cara osifikasi
membranosa.
2. Osifikasi Endokondral, pembentukan tulang ini adalah bentuk tulang rawan yang
terjadi pada masa fetal dari mesenkim lalu diganti dengan tulang pada sebagian
besar jenis tulang (Moore dan Agur, 2002). Pusat pembentukan tulang yang
ditemukan pada corpus disebut diafisis, sedangkan pusat pada ujung-ujung tulang
disebut epifisis. Penutupan dari ujung-ujung tulang atau dikenal dengan epifise
line rerata sampai usia 21 tahun, hal tersebut karena pusat kalsifikasi pada epifise
line akan berakhir seiring dengan pertambahan usia, dan pada setiap tulang
(Byers, 2008).
Massa tulang bertambah sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun
setelah itu akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas
sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over
yang dilaksanakan melalui 2 proses yaitu modeling dan remodeling. Pada keadaan
normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang
dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Apabila
tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut
negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut. Dengan bertambahnya usia terdapat
penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang
sehingga tulang lebih 17 rapuh. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang
hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun dari berat tulang pada wanita pasca
menopouse dan pada pria diatas 70 tahun, pengurangan tulang lebih mengenai bagian
trabekula dibanding dengan korteks (Darmojo, 2004).
4.1.5. Faktor Pertumbuhan Tulang
Tinggi badan berbeda-beda antara individu yang satu dengan individu yang
lain. Menurut Supariasa (2002) hal tersebut berdasarkan dua faktor, yaitu:
4.1.1.1. Faktor Internal
1. Genetik Faktor genetik dikaitkan dengan adanya kemiripan anak-anak
dengan orangtuanya dalam hal bentuk tubuh, proporsi tubuh dan
kecepatan perkembangan. Diasumsikan bahwa selain aktivitas nyata
dari lingkungan yang menentukan pertumbuhan, kemiripan ini
mencerminkan pengaruh gen yang dikontribusi oleh orang tuanya
kepada keturunanannya secara biologis. Gen tidak secara langsung
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi ekspresi gen yang
diwariskan kedalam pola pertumbuhan dijembatani oleh beberapa sistem
biologis yang berjalan dalam suatu lingkungan yang tepat untuk
bertumbuh. Misalnya gen dapat mengatur produksi dan 18 pelepasan
hormon seperti hormon pertumbuhan dari glandula endokrin dan
menstimulasi pertumbuhan sel dan perkembangan jaringan terhadap
status kematangannya (matur state).
2. Jenis Kelamin, pertumbuhan manusia dimulai sejak dalam kandungan,
sampai usia kira-kira 10 tahun anak pria dan wanita tumbuh dengan
kecepatan yang kira-kira sama. Sejak usia 12 tahun, anak pria sering
mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan wanita, sehingga
kebanyakan pria yang mencapai remaja lebih tinggi daripada wanita.
Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih
tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang
lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa
otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang
lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan
wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan
mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita
lebih banyak mempunyai lemak subkutan. Wanita mempunyai sudut
siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah
terhadap lengan atas yang lebih besar (Supariasa,2002).
4.1.1.2. Faktor Eksternal
1. Lingkungan, lingkungan pra natal adalah terjadi pada saat ibu sedang
hamil, yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari
masa konsepsi sampai lahir seperti gizi ibu pada saat hamil 20
menyebabkan bayi yang akan dilahirkan menjadi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dan lahir mati serta jarang menyebabkan cacat bawaan.
Lingkungan post natal mempengaruhi pertumbuhan bayi setelah lahir
antara lain lingkungan biologis, seperti ras/suku bangsa, jenis kelamin,
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit infeksi
dan kronis, adanya gangguan fungsi metabolisme dan hormon. Selain itu
faktor fisik dan biologis, psikososial dan faktor keluarga yang meliputi
adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat turut berpengaruh.
2. Gizi, gizi yang buruk pada anak-anak dapat menyebabkan berkurangnya
asupan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh untuk tumbuh. Sedangkan
gizi yang baik akan mencukupi kebutuhan tubuh dalam rangka
pertumbuhan. Beberapa zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
dan remodeling tulang adalah mineral dan vitamin. Sejumlah besar
kalsium dan fosfat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan tulang, dan
sejumlah kecil magnesium, fluoride dan mangan. Vitamin A
menstimulasi aktivitas osteoblas. Vitamin C dibutuhkan untuk
mensintesis kolagen, protein utama dari tulang. Vitamin D membantu
pertumbuhan tulang dengan cara 21 meningkatkan absorbsi kalsium dari
makanan pada sistem gastrointestinal ke dalam darah. Vitamin K dan
B12 juga dibutuhkan untuk sintesis protein tulang (Tortora dan
Derrickson, 2011).
3. Obat-obatan, beberapa jenis obat-obatan dapat mempengaruhi hormon
pertumbuhan seperti growth hormon atau hormon tiroid. Penggunaan
obat dengan dosis yang salah dapat menyebabkan terganggunya hormon
tersebut dan dapat mempercepat berhentinya pertumbuhan. Pemakaian
beberapa jenis obat juga dapat mengganggu metabolisme tulang. Jenis
obat tersebut antara lain kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti
kejang, anti koagulan (heparin, warfarin). Beberapa obat tertentu dapat
meningkatkan resiko terkena osteoporosis. Obat tersebut tampaknya
meningkatkan kehilangan tulang dan menurunkan laju pembentukan
tulang. Obat tersebut antara lain kortison. Tetapi efek ini hanya terjadi
jika obat tersebut digunakan dalam dosis tinggi, atau diberikan selama 3
bulan atau lebih. Penggunaan obat ini selama beberapa hari, atau
beberapa minggu, biasanya tidak meningkatkan resiko timbulnya
osteoporosis. Pengobatan tiroid juga berperan terhadap timbulnya
osteoporosis
4. Penyakit, beberapa penyakit dapat menyebabkan atrofi pada bagian
tubuh, sehigga terjadi penyusutan tinggi badan. Beberapa penyakit
tersebut adalah:
a) Kelainan akibat gangguan sekresi hormon pertumbuhan dapat
menyebabkan gigantisme, kretinisme dan dwarfisme. Gigantisme
adalah kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi Growth
Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau
sebelum proses penutupan epifisis. Apabila terjadi setelah dewasa,
pertumbuhan tinggi badan sudah terhenti maka akan menyebabkan
akromegali yaitu penebalan tulang-tulang dan jaringan lunak.
Kretinisme memiliki sumber penyebab yang sama dengan
gigantisme, yaitu GH. Pada kretinisme terjadi kekurangan sekresi
dari GH. Dwarfisme merupakan suatu sindrom klinis yang
diakibatkan oleh insufisiensi hipofisis yang pada umumnya
memengaruhi semua hormon yang secara normal disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior.
b) Kelainan pada sikap tubuh dapat berupa skoliosis, kifosis dan
lordosis. Yang dimaksud dengan skoliosis adalah kelainan pada
tulang belakang tubuh sehingga tubuh ikut melengkung kesamping.
Kifosis adalah kelainan pada tulang belakang tubuh yang
melengkung ke belakang, sehingga tubuh menjadi bungkuk.
Adapun yang dimaksud 23 dengan lordosis adalah merupakan
kelainan pada tulang belakang bagian perut melengkung ke depan
sehingga bagian perut maju.
c) Pada lanjut usia biasanya menderita osteoporosis. Osteoporosis
merupakan penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan
densitas masa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang
sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Osteoporosis
diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu tipe I dan tipe II. Tipe I lebih
disebabkan karena menopause sehingga perbandingan lakilaki dan
perempuannya adalah 1:6 dengan usia kejadian 50- 75 tahun. Pada
osteoporosis tipe II yang disebut juga sebagai osteoporosis senilis,
disebabkan karena gangguan absorbsi kalsium di usus sehingga
menyebabkan hiperparatiroidisme sehingga menyebabkan
timbulnya osteoporosis. Angka kejadian laki-laki dibanding
perempuan adalah 1:2 dengan usia diatas 70 tahun (Setiyohadi,
2007).
4.1.6. Anatomi Humerus
4.1.1.1. Tulang Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri serta dengan
radius dan ulna pada articulatio cubiti. Ujung atas humerus mempunyai
sebuah caput, yang membentuk sekitar sepertiga 24 kepala sendi dan
bersendi dengan cavitas glenoidalis scapulae. Tepat di bawah caput humeri
terdapat collum anatomicum. Di bawah collum terdapat tuberkulum majus
dan minus yang dipisahkan oleh sulcus bicipitalis. Pada pertemuan ujung
atas humerus dan corpus humeri terdapat sulcus spiralis yang ditempati oleh
nervus radialis.
4.1.1.2. Vaskularisasi
Arteria brachialis adalah pemasok arterial utama untuk lengan atas.
Arteria brachialis, lanjutan arteria axillaris, berawal pada tepi kaudal
musculus teres mayor dan berakhir di dalam fossa cubiti tepat di depan leher
ulna. Di bawah aponeurosis musculi bicipitalis brachii, arteria brachialis
terpecah menjadi arteria radialis dan arteria ulnaris. Arteria brachialis yang
terletak superfisial dan teraba sepanjang seluruh lintasannya, terletak anterior
terhadap musculus triceps dan musculus brachialis. Mulamula arteria
brachialis terletak medial terhadap humerus, kemudian anterior terhadapnya.
Sewaktu arteria brachialis melintas ke arah inferolateral, ia mengikuti nervus
medianus yang menyilang arteria brachialis anterior terhadapnya.
4.1.1.3. Inervasi Humerus
Empat saraf utama yang melalui lengan atas adalah nervus medianus,
nervus ulnaris, nervus musculocutaneus, dan nervus radialis. Dua saraf
pertama tidak melepaskan cabang-cabang pada lengan atas. Setelah
dilepaskan dari plexus brachialis, nervus medianus dan nervus ulnaris
melintas ke distal pada sisi medial lengan atas dan memasuki lengan bawah
(Moore dan Agur, 2002)
4.2. Perkiraan Tinggi Badan Berdasarkan Panjang Tulang
4.2.1. Tinggi Badan
Struktur tubuh manusia disusun atas berbagai macam organ yang tersusun
sedemikian rupa satu dengan lainnya, sehingga membentuk tubuh manusia seutuhnya,
dan kerangka adalah struktur keras pembentuk tinggi badan. Telah dilakukan
beberapa penelitian untuk mengetahui tinggi badan rerata pada laki-lakidi beberapa
negara, kemudian diklasifikasikan menjadi beberapa ukuran 28 tinggi dari kerdil
hingga raksasa.
Pada masa yang lalu, para ilmuwan telah menggunakan setiap tulang kerangka
manusia dari femuri sampai metakarpal dalam menentukan tinggi badan. Para
ilmuwan telah mendapat kesimpulan bahwa tinggi badan dapat ditentukan bahkan
dengan tulang yang kecil, meskipun mereka mendapati sebuah kesalahan kecil dalam
penelitian mereka. Pengukuran tinggi badan secara kasar dapat diperoleh melalui
beberapa perhitungan ini:
1. Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan
secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan,
2. Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai simfisis pubis dikali 2,
ataupun ukuran panjang dari simfisis pubis sampai 29 ke salah satu tumit, dengan
posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan,
3. Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah
sampai ke acromion di klavicula pada sisi yang sama) dikali dua (cm), lalu
ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah klavikula dan 4 cm lebar
dari manubrium sterni)
4. Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai simfisis
pubis lalu dikali 3,3.
5. Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olekranon pada satu sisi yang
sama, lalu dikali 3,7,
6. Panjang femur dikali 4,
7. Panjang humerus dikali 6.
4.2.2. Formula Pengukuran Tinggi Badan
Telah terdapat beberapa perhitungan tentang tinggi badan rerata yang dilakukan
di beberapa belahan dunia. Beberapa diantaranya adalah rumus Karl Pearson, Trotter
dan Gleser, Dupertuis dan Hadden, juga rumus Antropologi Ragawi UGM.
1. Formula Karl Pearson, formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak tahun
1898. Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk
subjek penelitian kelompok orang-orang Eropa dengan melakukan pengukuran
pada tulang-tulang panjang yang kering 30 seperti tulang femur, humerus, tibia
dan radius (Yudianto dan Kusuma, 2010).

Dhina Sepia
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Waktu : Jum’at, 13 Maret 2020
Tempat : Lab. Pembelajaran IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Bengkulu

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada saat praktikum ini yaitu model rangka manusia.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengamatan tulang-tulang penyusun tengkorak
a. Diamati tulang tempurung kepala seperti Os frontal, Os pariental, Os occipital, Os
spinoidal dan Os temporal.
b. Diamati tulang wajah seperti Maksilla, Mandibula, Os zigomaticum, Os nasale, Os
lacrimale, dan Os vomer.
c. Digambar hasil pengamatan dan diberikan keterangan jumlahnya.
3.3.2 Pengamatan tulang-tulang penyusun anggota badan
a. Diamati tulang belakang seperti Vertebra cervicales, Vertebra toracales, Vetebra
lumbalis, Os sacrum dan Os cocigrus.
b. Diamati tulang dada seperti Mandibrium sterni, menagamati pula tulang rusuk
seperti Costa vera, Costa spuria, dan Costa flectuantes.
c. Digambar hasil pengamatan dan diberikan keterangan jumlahnya.
3.3.3 Pengamatan tulang anggota gerak
a. Diamati tulang anggota gerak bagian atas yang terdiri atas Scapula, Clavicula,
Humerus, Ulna, Radius, Os carpal, Metacarpal, dan Phalanges.
b. Diamati tulang anggota gerak bagian bawah yang terdiri dari Ilium, Iscium, Pubis,
Femur, Patella tibia, Fibula, Tarsal, Metatarsal, Calcaneus dan Phalanges.
c. Digambar hasil pengamatan dan diberikan keterangan jumlahnya.

Diah Mulia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem gerak terdiri dari dua komponen yaitu sistem gerak pasif (tulang) dan sistem gerak
aktif (otot). Tulang merupakan alat gerak pasif karena tulang tidak bisa bergerak sendiri tanpa
bantuan alat gerak aktif yang menempel pada tulang yakni otot. Berdasarkan pengamatan pada
torso manusia, rangka manusia dibedakan menjadi rangka aksial dan rangka apendikular.
Kerangka aksial atau disebut juga kerangka sumbu terdiri atas kepala yaitu tulang-tulang
tengkorak (Cranium) dan badan (termasuk tulang belakang (Vertebrae), tulang dada (Sternum),
dll, Sedangkan kerangka apendikular terdiri atas gelang bahu, anggota gerak (Ekstremitas
superior dan anggota Ekstremitas inferior), Gelang bahu (gilder pectoralis) dan juga gelang
panggul (Gilder pelvis). Pada organ tubuh manusia tulang atau rangka memiliki fungsi yang
sangat penting bagi tubuh kita, antara lain fungsi dari tulang itu sendiri yaitu :

A. Tempat melekatnya otot


B. Memberi bentuk pada tubuh
C. Melakukan fungsi gerak aktif
D. Tempat pembentukan sel-sel darah
E. Tempat penimbunan garam mineral
F. Untuk menopang tubuh
G. Sebagai pelindung organ vital

Pada organ tubuh manusia tulang atau rangka terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu skeleton aksial
dan skeleton apendikul.

4.1. Skeleton Aksial


Pada pengamatan rangka aksial yang pertama, yaitu tulang tengkorak (Cranium), tulang
tengkorak merupakan sekelompok tulang yang melindungi otak dan tulang muka, sehingga
tulang tengkorak terdiri atas tulang kranial dan tulang wajah. Tulang-tulang yang melindungi
otak terdiri dari tulang: frontal, parietal sepasang, occipital, sphenoid sepasang, temporal
sepasang, dan etmoid serta beberapa tulang kecil lainnya. Tulang frontal, membentuk bagian
anterior dari tengkorak, melengkung ke tempat bola mata (Lacrimal). Bagian medialnya
berbatasan dengan tulang hidung (nasal). Tulang parietal, terdapat disebelah posterior tulang
frontal dan merupakan bagian yang terbesar dari tengkorak. Tulang occipital, terdapat
disebelah posterior tulang frontal dan merupakan tulang yang terletak posterior dari
tengkorak. Pada daerah occipital dapat ditemukan foramen magnum yang merupakan lubang
tempat keluarnya sumsum tulang belakang, dan condyllus occipitalis yang terdapat pada
kedua sisi dari foramen magnum, berupa tonjolan tempat persendian dengan tulang atlas.
Tulang sphenoid merupakan tulang yang kompleks terletak pada dasar dan lateral dari
tengkorak dan berbatasan dengan occipital. Tulang temporal, terletak dibagian lateral dari
tengkorak. tulang etmoid, merupakan tulang yang terletak dibagian anterior, berbatasan
antara lain dengan tulang frontal dan sphenoid. Selain itu ada beberapa sutura yang
menyambungkan bagian-bagian tulang dari cranium itu sendiri antara lain Sutura Koronal
yang menyambungkan frontal dengan parietal, Sutura sagittal yang menyambungkan Parietal
kiri dan kanan, Sutura Lambdoid yang menghubungkan antara parietal dengan oksipital dan
yang terakhir adalah Sutura Squamosal yang menyambungkan parietal dan Temporal.
Sedangkan, Tulang-tulang pada muka dibangun oleh tulang: rahang bawah (mandibula),
vomer, rahang atas (maxilla), tulang pipi (zygomatic sepasang), tulang hidung (nasal),
dantulang air mata (lacrimal sepasang). Tulang mandibula merupakan tulang rahang bawah.
Tulang vomer merupakan tulang yang berbatasan dengan tulang etmoid membentuk bagian
bawah dari septum nasalis. Maxilla, merupakan dinding ventral dan medial dari orbita.
Disebelah medial tulang maxilla berbatasan dengan tulang nasal. Tulang zygomatic,
membangun dinding lateral dari orbita, berbatasan dengan tulang frontal, maxilla dan
temporal. Di dalam rahang terdapat tulang langit-langit pada bagian maxilla yakni Palatum
dan tulang Pangkal Lidah (Hiyodeum) Pada tulang maxilla dan mandibula tertanam gigi.
Ada 4 macam gigi yaitu : gigi seri, taring, geraham depan dan geraham belakang.
Tulang penyusun rangka aksial berikutnya adalah tulang belakang. Tulang belakang
dapat dibagi menjadi 5 macam bagian, yaitu: tulang leher (vertebra cervicalis) (terdiri dari 7
ruas, dua buah vertebra cervicalis yang pertama disebut atlas dan epistropheus (aksis)),
Tulang dada/thorac (vertebra thoracalis) (terdiri dari 12 ruas, mengadakan persendian dengan
tulang rusuk), Tulang Lumbal (vertebra lumbalis) (terdiri dari 5 ruas), vertebra
sacralis/sacrum (Tulang Kelangkang) (terdiri dari 5 ruas), dan Tulang Ekor (vertebra
caudalis/Coccigeus) (terdiri dari 4 ruas, pada saat masih bayi, tulang vertebra caudalis masih
terlihat sekat-sekatnya, namun saat dewasa, sekat tersebut hilang dan menyebabkan tulang
vertebra caudalis bersatu. Rangka skeleton aksial dapat dirincikan sebagai berikut :

Diah Mulia A
4.1.1. Tulang tengkorak, Terdiri dari:
1. Osteo frontal berfungsi untuk melindungi otak dari depan
2. Osteo orbital berfungsi untuk tempat melekatnya bola mata
3. Osteo nasal berfungsi untuk membentuk hidung dan untuk menyokong
jaringan hidung yang lembut.
4. Osteo zigomaticum berfungsi untuk membentuk tulang pipi
5. Osteo maksila berfungsi untuk menyokong barisan gigi atas\
6. Osteo  mandibula berfungsi untuk menyokong barisan gigi bawah
4.1.2. Tulang leher, Terdiri dari: Osteo Vertebreservikalis adalah tulang belakang yang
langsung terhubung dengan tengkorak.
4.1.3. Tulang bahu, Terdiri dari:
1. Osteo klavikula berfungsi untuk tempat melekatnya otot sendi
2. Sendi bahu berfungsi tempat melekatnya sejumlah otot yang memungkinkan
terjadinya gerakan pada sendi.
3. Osteo skapula berfungsi untuk  tempat melekatnya sejumlah otot yang
memungkinkan terjadinya gerakan pada sendi.
4.1.4. Tulang dada, Terdiri dari:
1. Osteo sternum berfungsi untuk lampiran beberapa otot  dan tendon pada  
lengan, leher, dada, punggung, dan membantu dalam pergerakan lengan dan 
bahu.
2. Osteo costavera memiliki 7 pasang tulang
3. Osteo costa spuria memiliki 3 pasang tulang
4. Osteo vertebrata torakal berfungsi tempat menempelnya beberapa otot dan
tempat salah satu syaraf pusat.
5. Osteo lumbalis berfungsi untuk menopang tubuh bagian atas
6. Osteo sakrum berfungsi bergerak kesegala arah.
7. Osteo koksigealis berfungsi untuk menopang berat badan dan untuk duduk
8. Osteo pelvis berfungsi untuk melindungi organ intim

4.2. Skeleton Apendikuler


4.2.1. Anggota Gerak Atas:
1. Osteo humerus berfungsi untuk tempat melekatnya tulang radius dan ulna
2. Osteo ulna beerfungsi membentuk persendian pergerakan tangan,searah
dengan kelingking
3. Osteo radius berfungsi membentuk persendian pergerakan tangan,searah
dengan ibu jari
4. Osteo carpal berfungsi untuk menyambungkan telapak ke siku
5. Osteo metakarpal berfungsi untuk memegang suatu benda
6. Osteo phalanges berfungsi untuk mengerakkan jari-jari
4.2.2. Anggota Gerak bawah, Terdiri dari:
1. Osteo talus berfungsi untuk menyeimbangkan badan
2. Osteo navicular berfungsi untuk menopang badan
3. Osteo cuboid berfungsi untuk tulang pangkal berbentuk kubus
4. Osteo metacarsal berfungsi untuk pijakan saat berjalan
5. Osteo phalanges berfungsi penggerak aktif

Reinaldo A.P Tambun


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Rangka (tulang) berfungsi untuk membentuk tubuh dan sebagai tempat melekatnya
otot. Selain tempat untuk melekatnya otot. Rangka juga berfungsi untuk melindungi organ
dalam, serta membentuk sistem gerak yang memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan
sehari-hari. Oleh karena itu, rangka tersusun dari banyak tulang dan masing-masing memiliki
fungsi yang beragam. Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh kita terbagi menjadi 2
bagian, yaitu kerangka aksial dan kerangka apendikular.

Kerangka aksial meliputi 80 tulang pada manusia, sedangkan kerangka apendikular


terdiri dari 126 tulang. Kerangka aksial berfungsi untuk melindungi organ dan memelihara
postur tubuh. Tulang yang termasuk dalam kerangka aksial yaitu tulang tengkorak, tulang
belakang, tulang rusuk, dan tulang dada. Kerangka apendikular berfungsi sebagai penggerak
tubuh. Tulang yang termasuk ke dalam kerangka apendikular di antaranya adalah anggota
gerak atas, anggota gerak bawah, dan tulang panggul.

5.2 Saran

Sebaiknya saat melakukan praktikum, praktikan memahami setiap langkah kerja agar
praktikum berjalan dengan lancar. Langkah kerja sebaiknya dilakukan dengan tertib agar
mendapatkan hasil yang baik.

Widia Gusti
DAFTAR PUSTAKA

Darmojo. 2004. Buku Ajar Geriatri; Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kusuma, S. E Dan Yudianto, A. 2010. Identifikasi Medikolegal.Dalam: Hoediyanto Dan


Apuranto ,H.Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal.Edisi 7. Surabaya:
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.311-336

Moore KL., Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates.Jakarta

Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinik Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh suguharto L.
Jakarta: EGC

Sudoyo, A W, Setiyohadi B, Alwi I dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tortora, G. J, Derrickson, B. 2011. Principles of Anatomy and Physiology Maintanance and


Continutry of the Human Body 13 Edition. Amerika Serikat: John Wiley & Sons

Dhina Sepia
LAMPIRAN

1. Laporan Sementara
2. Foto Percobaan

No Foto Percobaan Keterangan

1. Tengkorak belakang

2. Tulang belakang

3. Tulang dada

4. Tulang badan

6. Tengkorak depan

Ika Saputri

Anda mungkin juga menyukai