Dosen pengampu ;
Ade nurzaman,M.A
NIND:
Disusun Oleh :
Siti Nurhalipah (2008)
Dengan mengucap syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa
membantu dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis
tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Bimbingan
Konseling pribadi yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber. Makalah ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan, baik itu
yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, khususnya untuk penulis. Mohon maaf jika makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
Kasih.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL/COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah...............................................................................................
C. Tujuan penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
A. Prilaku Altruisme
1. Pengertian Altruisme.........................................................................................
2. Komponen prilaku Altruisme.........................................................................
3. Indikator Prilaku Altruisme............................................................................
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Altruisme........................
B. Pengertian Prilaku Prososial..........................................................................
C. Sumber Prilaku Prososial.................................................................................
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Prososial...........................
E. Implikasi Perkembangan Tingkah Laku Sosial Dengan Konseling....
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
A. Perilaku Altruisme
1. Pengertian Altruisme
Altruisme merupakan istilah yang diambil dari kata autrui yang
merupakan Bahasa Spanyol yang mempunyai arti orang lain. Sedangkan
dalam bahasa Latin altruisme berasal dari kata alter yang berarti yang lain
atau lain. Dalam bahasa Inggris altruisme disebut altruism yang berarti
mementingkan kepentingan orang lain. Lebih jelasnya lagi dalam kamus
ilmiah menerangkan bahwa istilah altruisme mempunyai arti suatu
pandangan yang menekankan kewajiban manusia memberikan pengabdian,
rasa cinta, dan tolong-menolong terhadap sesama. Orang yang
mementingkan kepentingan orang lain dari pada kepentingan kepentingan
dirinya disebut altruis. Dan pandangan tentang mementingkan oranglain
disebut altruisme. Sedangkan sifat mengutamakan kepentingan oranglain
disebut altruistis/altruistik.
Jadi perilaku altruisme merupakan suatu sifat suka mempertahankan
juga mengutamakan kepentingan orang lain, cinta kasih yang tidak terbatas
pada sesama manusia, juga merupakan sifat manusia yang berupa dorongan
untuk berbuat jasa dan kebaikan terhadap orang lain. Altruisme merupakan
lawan dari egoisme dan membela sikap melayani tanpa pamrih kepada orang
lain, kesediaan berkorban demi kepentingan orang lain atau masyarakat
serta usaha mengekang keinginan diri demi cinta oranglain.
Menurut Auguste Comte (dalam Sarwono, 2002), altruisme berasal dari
bahasa Perancis, dan mendefinisikan altruisme berasal dari kata “alter” yang
artinya “orang lain”. Secara bahasa altruisme adalah perbuatan yang
berorientasi pada kebaikan orang lain. Auguste Comte juga membedakan
antara perilaku menolong yang altruis dengan perilaku menolong yang
egois. Menurutnya dalam memberikan pertolongan, manusia memiliki dua
motif, yaitu altruis dan egois. Kedua dorongan tersebut sama-sama ditujukan
untuk memberikan pertolongan. perilaku menolong yang egois tujuannya
justru mencari manfaat dari orang yang ditolong. Sedangkan perilaku
menolong altruis yaitu perilaku menolong yang ditujukan semata-mata
untuk kebaikan orang yang ditolong. Altruisme dapat didefinisikan sebagai
hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
Lebih jelasnya lagi Myers. D.G. (2012), memaparkan bahwa altruisme
merupakan motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar
untuk kepentingan pribadi seseorang. Orang yang altruistis peduli dan mau
membantu meskipun jika tidak ada keuntungan yang ditawarkan atau tidak
ada harapan akan mendapatkan kembali sesuatu. Altruisme adalah kebalikan
dari sifat egois, menolong dengan disertai mengharap keuntungan bukan
termasuk sifat altruis. Hal tersebut karena dengan mengharapkan suatu
timbal balik dari suatu tindakan menolong bukan tindakan yang semata-mata
untuk kebaikan orang yang ditolong melainkan mengharap upah kebaikan
untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain tidak semua bentuk perilaku tolong
menolong dapat disebut sebagai altruis, namun perlu melihat motif (niat)
penolong dalam melakukan pertolongan kepada orang lain.
Altruisme menurut Arifin (2015), adalah pertolongan yang diberikan
kepada orang lain secara tulus, ikhlas dan benar-benar murni dari si
penolong tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun, dan tidak memberikan
keuntungan apapun kepada diri si penolong dan tindakan ini dilakukan
secara sukarela dan ikhlas yang diberikannya kepada individu maupun
kelompok-kelompok yang membutuhkannya. Selain itu, altruisme dapat
menimbulkan respons positive feeling, seperti rasa kasih sayang dan empati.
Individu yang memiliki perilaku altruis, juga memiliki motivasi yang tinggi
untuk menolong orang lain yang sedang membutuhkan bantuan. Motivasi
altruistrik timbul dari dalam diri individu itu sendiri karena adanya alasan
internal yang ada dalam diri individu dan dapat memunculkan respon
perasaan positif atau positive feeling sehingga dapat memunculkan perilaku
untuk membantu orang lain. Dari beberapa pendapat diatas, dapat
disimpulkan bahwa altruisme adalah perilaku atau motif atau sikap untuk
menolong seseorang yang dilakukan secara ikhlas tanpa mengaharapkan
imbalan apapun (status sosial, materi, timbal balik dan tidak ada maksud-
maksud dari diri dalam penolong yang sifatnya untuk kepentingan diri
sendiri) sehingga tidak ada keuntungan yang didapat dari penolong tersebut
yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain dan kebaikan
orang lain.
2. Komponen Perilaku Altruisme
Myers dan Sampson (dalam Wahid, 2008) menyatakan bahwa
seseorang dapat memiliki kecenderungan altruisme bila di dalam dirinya
terkandung komponen-komponen sebagai berikut.
a. Adanya empati, yaitu kemampuan merasakan, memahami dan
peduli terhadap perasaan yang dialami orang lain.
b. Sukarela, yaitu tidak ada keinginan untuk mendapatkan imbalan.
Tindakan ini semata-mata dilakukan untuk kepentingan orang
lain, bahkan rela mengorbankan nilai-nilai kejujuran dan keadilan
yang ada pada dirinya.
c. Keinginan untuk memberi bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan meskipun tidak ada orang yang mengetahui
bantuan yang telah diberikannya. Bantuan yang diberikan berupa
materi dan waktu.
Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi karena
adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang diberikan
tidak mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku prososial bisa terjadi
karena adanya interpedensi situasi, misalnya seorang suami yang menolong
istri di dapur. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena adanya saling
ketergantungan antara si penolong dengan orang yang ditolong.
b) Guru
Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang
sangat besar terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Di
sekolah guru dapt melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial
anak dengan menggunakan teknik yang efektif.
Misalnya guru dapat menggunakan teknik bermain peran,
teknik ini melatih anak mempelajari situasi dimana tingkah laku
menolong di peroleh dan bagaimana melaksanakan tindakan
menolong tersebut.
Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas terhadap
kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan
empati. Di sekolah guru mempunyai kesempatan mengarahkan
anak dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang berbeda.
c) Teman sebaya
Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan tingkah laku prososial khususnya pada masa
remaja. Ketika usia remaja kelompok ssial menjadi sumber utama
dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat memudahkan
perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan,
pemodelan dan pengarahan.
d) Televisi
Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen
sosial yang penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi
dapat mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi
anak juga dapat mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi
tertentu, televisi tidak hanya mengajarkan anak untuk
mempertimbangkan berbagai alternatif tindakan tapi juga anak
juga bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain, membentuk
tingkah laku prososial dan memudahkan perkembangan empati.
e) Moral Dan Agama
Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat
dengan aturan agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992)
menyatakan bahwa aturan agama dan moral kebanyakan
masyarakat menekankan kewajiban menolong.
Pentingnya lingkungan terletak pada kontinuitas dan
kompleksitas stimulasi sosial dan kognisi yang dihadapkan pada
anak. Untuk tercapainya situasi yang seperti ini, diperlukan
lingkungan rumah tangga dan lingkungan sosial yang memadai dan
mampu menumbuhkan struktur kognitif individu.
e. Kejelasan Stimulus
Semakin jelas stimulus dari situasi darurat, akan
meningkatkan kesiapan calon penolong untuk bereaksi. Sebaliknya
situasi darurat yang sifatnya samar-samar akan membingungkan
dirinya dan membuatnya ragu-ragu, sehingga ada kemungkinan
besar ia akan mengurungkan niatnya untuk memberikan
pertolongan.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang
menguntungkan, yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga
menjadikan kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu
tindakan prososial dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan
reward eksternal.
Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu: endosentris
dan eksosentris. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi karena
adanya saling ketergantungan antara si penolong dengan orang yang
ditolong.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku
prososial antara lain : orang tua, guru, teman sebaya, televisi, moral dan
agama
DAFTAR PUSTAKA