KELOMPOK V:
ANDI ALFIAN
AHARUDDIN
MURSIHAB
ABD. MALIK FAJAR
FILSAFAT AGAMA 2
2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok V
|1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………… 1
BAB I: PENDAHULUAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA……………………………..........................…………. 15
|2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemahaman yang salah, dapat membuat orang satu dengan orang yang lain
menjadikan suatu masalah kecil menjadi masalah yang besar. Kita pasti sudah mengetahui
dalam kehidupan sehari-hari. Pada makalah ini, kami berusaha menguraikan masalah serupa
yaitu antara akhlak, etika, moral dan susila yang hingga saat ini masih ada kesan seolah-olah
istilah akhlak sama dengan etika, moral dan susila. Selain itu dalam makalah ini perlu juga
dilihat secara jelas hubungan antara keempat istilah tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang di atas, kami berpikir bahwa dapatlah
kami simpulkan bahwa adapun rumusan masalah meliputi ketiga pertanyaan berikut ini:
C. TUJUAN PENULISAN
Dari latar belakang dan rumusan masalah, dapat disimpulkan bahwa tujuan penulisan
makalah ini tidak lain memenuhi tugas di mata kuliah Filsafat Etika/Akhlak juga beberapa
tujuan berikut ini:
|3
BAB II
PEMBAHASAN
1. AKHLAK
Secara bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufrodnya
khulqun yang menurut logat diartikan budi pekerti. Sedangkan secara istilah akhlak adalah
kehendak dan tindakan yang sudah menyatu dengan pribadi seseorang dalam kehidupannya
sehingga sulit untuk dipisahkan. Karena kehendak dan tindakan itu sudah menjadi bagian
yang tak terpisahkan, maka seseorang dapat mewujudkan kehendak dan tindakannya itu
dengan mudah, tidak memerlukan banyak pertimbangan dan pemikiran. 1 Oleh karena itu,
tidak salah apabila akhlak sering diterjemahkan dengan kepribadian lantaran kehendak dan
tindakannya itu sudah menjadi bagian dari kepribadiannya. 2
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatuperbuatan yang baik. Akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,
atau tabiat.
Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak diartikan sebagai suatu tingkah laku, tetapi tingkah laku tersebut harus
dilakukan secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik, atau
hanya sewaktu-waktu saja. Seseorang dapat dikatakan berakhlak jika timbul dengan
sendirinya didorong oleh motivasi dari dalam diri dan dilakukan tanpa banyak pertimbangan
pemikiran apalagi pertimbangan yang sering diulang-ulang, sehingga terkesan sebagai
keterpaksaan untuk berbuat. Apabila perbuatan tersebut dilakukan dengan terpaksa bukanlah
pencerminan dari akhlak.
1
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012) h. 12.
2
Mohammad Nasiruddin, M.Ag. Pendidikan Tasawuf. (Semarang: RaSAIL Media Group. 2010) h. 32
|4
Akhlak dibagi menjadi dua yaitu akhlak baik dan akhlak buruk.
Sebagai salah satu contoh: seseorang tidak bisa dikatakan sebagai berakhlak
dermawan, apabila dalam menyerahkan hartanya hanya dimotivasi oleh kebutuhan yang
mendadak bukan oleh keadaan yang sudah menancap dan melekat di dalam jiwanya.
Demikian juga orang yang dalam melakukan perbuatan dengan terpaksa maka perbuatannya
itu tidak bisa dikatakan sebagai akhlak.
2. ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu: tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yai tu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang
oleh Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul
3
Wikipedia Bahasa Indonesia, “Akhlak”, Wikipedia, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak, pada
tanggal 15 Mei 2019 pukul 15.26.
|5
kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang
adat kebiasaan (K. Bertens, 2000).
Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami arti sebuah kata maka kita
akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata tidak semua kamus
mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut dapat kita lihat dari
perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata 'etika' yang terdapat dalam
Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa Indonesia yang baru.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 - mengutip
dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : "ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral)". Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 - mengutip dari Bertens 2000), mempunyai
arti:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa
Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan Kamus
Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang membaca
sebuah kalimat di berita surat kabar "Dalam dunia bisnis etika merosot terus" maka kata
‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang
lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam kalimat tersebut bukan etika
sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap.
K. Bertens berpendapat bahwa arti kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata
ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti
berikut:
1) Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara
tentang etika orang Jawa, etika agama Budha, etika Protestan dan sebagainya,
|6
maka yang dimaksudkan etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan
etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia
perorangan maupun pada taraf sosial.
2) Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik.
Contoh: Kode Etik Jurnalistik.
3) Ilmu tentang yang baik atau buruk.
Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-
nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang begitu saja diterima dalam suatu
masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian
sistematis dan metodis. Etika di sini sama artinya dengan filsafat moral.4
Secara Bahasa, dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika juga diartikan ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari kebahasaan ini terlihat bahwa etika
berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku. Sedangkan secara istilah, etika adalah
suatu ilmu yang membahas perbuatan manusia yang bersumber dari pikiran atau filsafat
sebagai penilai, penentu dan penetap yaitu apakah perbuatan tersebut dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina dan sebagainya yang bersifat relatif yakni dapat berubah-ubah sesuai
tuntunan zaman.5
4
Jabbar, “Etika Sebagai Tinjauan”, Ruang Kecil, diakses dari http://jabbarspace.blogspot.com/2013/10/etika-
sebagai-tinjauan.html, pada tanggal 15 Mei 2019 pukul 15.28.
5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012) h. 32
|7
3. MORAL
Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos
yang berarti adat kebiasaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, moral adalah penentuan
baik-buruk terhadap perbuatan dan kelakuan.
Menurut istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-
batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar,
salah, baik atau buruk.6
Sebagai contoh dari moral adalah kalau kita menemukan tas yang berisikan dokumen
penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut. Seandainya kita memiliki
moral yang baik maka kita akan memberikan tas itu kepada pemiliknya atau kalau tidak pada
yang berwajib.7
Kata Moral berasal dari kata latin “mos” yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari
Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusiamenyebut ke manusia atau orang lainnya
dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut
amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan prosessosialisasi. Moral dalam zaman
sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap
amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-
sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah
laku/ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang
itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang
baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moral juga dapat
diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat
mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll.
6
Mohammad Nasiruddin, M.Ag. Pendidikan Tasawuf. (Semarang: RaSAIL Media Group. 2010) h. 41
7
Drs. Zahruddin AR, M, M.Si. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004) h. 102
|8
Menurut Immanuel Kant, moralitas adalah hal kenyakinan dan sikap batin dan bukan
hal sekedar penyesuaian dengan aturan dari luar, entah itu aturan hukum negara, agama atau
adat-istiadat. Selanjutnya dikatakan bahwa, kriteria mutu moral seseorang adalah hal
kesetiaannya pada hatinya sendiri. Moralitas adalah pelaksanaan kewajiban karena hormat
terhadap hukum, sedangkan hukum itu sendiri tertulis dalam hati manusia. Dengan kata lain,
moralitas adalah tekad untuk mengikuti apa yang dalam hati disadari sebagai kewajiban
mutlak.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai berikut:
4. KESUSILAAN
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran
an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan
sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Kata susila selanjutnya digunakan
untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang susila adalah orang yang
berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berlakuan buruk,
contohnya para pelaku zina (pelacur) sering diberi gelar sebagai tuna asusila. 9
8
Loudy, “Pengertian Moral”, Sumber Informasi Untuk Kita, diakses dari
http://loudy92.wordpress.com/2011/03/12/pengertian-moral/, pada tanggal 15 Mei 2019 pukul 15.32.
9
Drs. Zahruddin AR, M, M.Si. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004) h. 103
|9
Selanjutnya kata susila dapat berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan
kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih mengacu kepada
upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan memasyarakatkan hidup
yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan menggambarkaan keadaan dimana orang selalu
menerapkaan nilai-nilai yang di pandang baik.
Sama halnya dengan moral, pedoman untuk membimbing orang agar berjalan dengan
baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dan mengacu
kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat.10
Setelah mengetahui beberapa pengertian antara Akhlak, Etika, Moral dan Susila dapat
kita tarik persamaan dan perbedaan yaitu:
PERSAMAAN PERBEDAAN
Akhlak sebagai objek yang dikaji
Akhlak Sumber dari Al Qur’an & Hadits
10
Oktavia Wardani, “Etika, Moral dan Susila”, OkthaRhaveniaChryil, diakses dari
http://oktaviawardani.blogspot.com/2013/05/etika-moral-dan-susila.html, pada tanggal 15 Mei 2019 pukul
15.35.
| 10
Berdasarkan paparan di atas, maka secara formal perbedaan keempat istilah tersebut
adalah antara lain sebagai berikut:
11
Tim Penyusun MKD UINSA Surabaya, Akhlak Tasawuf (Surabaya: UINSA Press, 2013) h.65-67
| 11
C. HUBUNGAN ANTARA AKHLAK, ETIKA, MORAL DAN KESUSILAAN
Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral, dan susila
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah
dan lahiriyah.
Perbedaan antara etika, moral dan susila dengan akhlak adalah terletak pada sumber
yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik
buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan
yang berlaku umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
menentukan baik dan buruk itu aadalah Al Quran dan Al Hadits.12
Perbedaan lain antara etika, moral dan susila terlihat pada sifat dan kawasan
pembahasannya, Jika etika lebih banyak pada sifat dan kawasan pembahasanya. Jika etika
lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal
atau idividual. Etika menjelaskan baik buruknya, sedangkan moral dan susila menyatakan
ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling berhubungan dan
membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan dengan jelas bahwa etika, moral dan susila
berasal dari produk rasi dan budaya masyarakat yang scara selektif diakui sebagai yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari
wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan Al Quran dan Hadits. Dengan kata lain jika etika,
moral dan susila berasal dari manusia, sedangkan akhlak berasal dari Tuhan.
12
Mohammad Nasiruddin, M.Ag. Pendidikan Tasawuf. (Semarang: RaSAIL Media Group. 2010) h. 45
| 12
D. KEISTIMEWAAN AKHLAK DALAM ISLAM
13
Drs. Zahruddin AR, M, M.Si. Pengantar Studi Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004) h. 104
14
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. Akhlak Tasawuf. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2012) h. 35
| 13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian makalah di atas kita dapat sampai pada kesimpulan bahwa antara
akhlak Islam yang bersumber pada wahyu dapat menerima atau mengakui peranan yang
dimainkan oleh etika, moral dan susila, yaitu sebagai sarana atau partner untuk menjabarkan
akhlak islam yang terdapat dalam Al Quran dan Hadits, sepanjang etika, moral dan susila itu
sejalan dengan Al Qur’an dan Hadits tersebut.
Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan
sempurna dan membedakan dengan makhluk makhluk yang lain. Etika dan moral memiliki
perbedaan, yaitu: kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbuatan manusia
baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam
pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang berkembang dan
berfungsi di masyarakat. Dengan demikian etika lebih bersifat pemikiran filosofis dan berada
dalam dataran konsep-konsep. Kesadaran moral dapat juga berwujud rasional dan obyektif,
yaitu suatu perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Etika, moral, susila
dan akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik buruknya.
Dilihat dari fungsi perannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral, dan susila
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk
ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah
dan lahiriyah.
B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami susun, apabila masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun penyampaian saran yang membangun sangat kami
harapkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.
| 14
DAFTAR PUSTAKA
Nata, M.A. ,Prof. Dr. H. Abuddin. 2012. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Drs. Zahruddin AR, M, M.Si. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarata: PT. Raja
Grafindo Persada
Anwar, Prof. Dr. Rosihan. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
| 15