Anda di halaman 1dari 20

SUKA MENOLONG, EMPATI DAN KEMAMPUAN

MENDESKRIPSIKAN DIRI

Dosen Pengampu : Hery Sumasto., S.Kep., Ns., M.Kes

Oleh : Kelompok 9

1. Siti Fatimah (P27824216054)

2. Yuliana Krisnawati (P27824216057)

3. Sevti Nainna Farida (P27824216065)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayahnya
serta didorong oleh tekad yang bulat walaupun hanya bermodal sedikit ilmu yang
ada pada diri kami. Namun kami berusaha dengan semaksimal mungkin untuk
dapat menyelesaikan makalah Perilaku dan SoftSkill dangan judul “SUKA
MENOLONG, EMPATI DAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN
DIRI”

Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita


Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah
menuju zaman islamiyah seperti saat ini.

Ucapan terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah menbantu kami sehingga dapat terselesaikannya makalah ini, terutama
kepada:

1. Ibu Sulikah., SST, M. Kes, selaku Kaprodi DIII Kebidanan Magetan.


2. Bapak Hery Sumasto., S.Kep., Ns., M.Kes, selaku tim dosen mata
kuliah Perilaku dan Softskill.
3. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung kami.
4. Serta teman-teman tingkat 1 Prodi DIII Kebidanan Magetan.

Semoga semua bantuan yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu itu dapat
menjadikan makalah ini menjadi lebih baik.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
khususnya, dan semua pembaca pada umumnya. Dan tidak lupa kami
mengharapkan semua kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah ini.

Magetan, Maret 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

PENDAHULUAN....................................................................................................1

SUKA MENOLONG...............................................................................................2

1. Pengertian.....................................................................................................2
2. Ciri dan Manfaat Perilaku Suka Menolong..................................................2
3. Aplikasi dalam Pelayanan Kebidanan..........................................................3

EMPATI...................................................................................................................4

1. Pengertian.....................................................................................................4
2. Aspek dan Makna Penting Empati...............................................................5
3. Aplikasi dalam Pelayanan Kebidanan..........................................................6

KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN DIRI........................................................9

1. Pengertian.....................................................................................................9
2. Hubungan Deskripsi Diri dengan Konsep Diri............................................9
3. Aplikasi dalam Pelayanan Kebidanan........................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

LAMPIRAN NASKAH ROLE PLAY..................................................................13

3
PENDAHULUAN

Era globalisasi yang semakin berkembang membuat daya persaingan


semakin kuat. Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan dibekali softskill yang
mumpuni agar dapat bersaing dikancah dunia kerja. Adanya softskill mampu
mendongkrak kualitas tenaga kesehatan sehingga pelayanan yang diberikan
kepada klien dapat memuaskan. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat ternyata keberhasilan seseorang di masyarakat tidak ditentukan
semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hardskill) saja tetapi lebih
oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (softskill). Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan 20% hardskill dan 80%
softskill. Namun sayangnya perilaku dan softskill tenaga kesehatan semakin
rendah dikarenakan ada beberapa faktor intern maupun ekstern. Hal ini
mempengaruhi keahlian tenaga kesehatan sehingga kinerja yang dihasilkan tidak
sesuai.

Perilaku dan softskill seperti perilaku suka menolong, empati dan


kemampuan mendeskripsikan diri harus dimiliki oleh setiap individu khususnya
tenaga kesehatan untuk menunjang hardskillnya sehingga akan menghasilkan
kinerja yang baik. Perilaku suka menolong dan empati diharapkan mampu
mengembangkan potensi diri untuk memiliki jiwa sosial yang tinggi, akhlak yang
mulia, rasa syukur dan menyadari bahwa individu tidak dapat hidup tanpa ada
bantuan orang lain. Kemampuan mendeskripsikan diri juga diperlukan agar
individu dapat menggambarkan, menjelaskan dirinya mengenai keadaan dan
kebutuhannya secara rinci. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan
kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang
berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.

4
PEMBAHASAN

A. SUKA MENOLONG
1. Pengertian Suka Menolong
Menolong adalah memberikan orang apa yang mereka butuhkan,
tidak selalu apa yang mereka inginkan. Hal yang diberikan jelas tidak
terbatas pada materi atau benda saja, tetapi bisa juga sesuatu yang
nonmateriil sifatnya dan  melakukan sesuatu yang orang lain tidak dapat
lakukan untuk diri mereka sendiri atau melakukan hal-hal yang orang lain
tak punya waktu untuk melakukan, atau hanya melakukan hal-hal kecil yang
membuat hidup lebih mudah.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia menolong berasal dari kata
dasar tolong yang mempunyai arti bantu, minta atau minta bantuan.
Menolong sendiri yaitu berarti membanru untuk meringkankan beban
(penderitaan, kesukaran, dsb).

2. Ciri dan Manfaat Perilaku Suka Menolong


1) Ciri-ciri pribadi yang suka menolong
1. Lebih mementingkan kepentingan orang banyak daripda
kepentingan pribadi.
2. Menghargai keperbedaan/keanekaragaman.
3. Ketika orang lain menghadapi masalah, ia rela meluangkan
waktunya untuk membantu dengan sepenuh hati.
4. Tidak mengeluh dalam membantu orang lain.
5. Lebih memilih mendahulukan kepentingan orang banyak daripada
ego.
6. Ikhlas.
2) Manfaat pribadi yang suka menolong
1. M en im bu lk an r as a e mp at i d an p ed ul i .
2. Mampu memehami pribadi masyarakat atas segala
pertolongannya.
3. Memberikan rasa ketenangan dan bermanfaat bagi orang
lain dalam segi apapun.

5
4. Mampu bersosialisasi dengan baik antar sesamanya.
5. Meringankan beban orang lain
6. Mendapat pahala
3) Tujuan  menjadi pribadi yang suka menolong
1. Pekerjaan berat menjadi ringan
2. Pekerjaan cepat selesai
3. Mempererat tali persaudaraan
4. Menciptakan persatuan
5. Hemat waktu
6. Menumbuhkan kerukunan antara sesama manusia

3. Aplikasi Sikap Suka Menolong dalam Pelayanan Kesehatan

a. Contoh sikap menolong dalam pelayanan kesehatan


1. Rela menyalurkan bantuannya sebagai tenaga kesehatan untuk
menolong masyarakat yang tertimpa musibah
2. Menolong tanpa pamrih
3. Memberi pelayanan tanpa memandang status sosisal pasiennya
4. Menjadi tenaga kesehatan yang tanggap jika orang lain yang
membutuhkan bantuan
b. Contoh sikap menolong di rumah
1. Membantu kakak memperbaiki sepeda
2. Membantu adik belajar
3. Membantu orang tua membersihkan rumah
4. Membantu ayah membuat pagar rumah
c. Contoh sikap menolong di sekolah
1. Menolong teman yang jatuh
2. Menolong teman yang kesulitan belajar
3. Membantu guru menghapus papan
4. Membantu menjaga kebersihan kelas
d. Contoh sikap menolong di masayarakat adalah
1. Menolong nenek menyebrang jalan
2. Membatu tetangga jika ada yang hajatan

6
3. Membantu tetangga yang terkena musibah

B. EMPATI

1. Pengertian Empati
Empati merupakan pengaruh dan interaksi diantara kepribadian-
kepribadian. Empati atau einfulung berarti ‘ merasakan ke dalam ‘. Empati
berasal dari kata yunani “pathos“ berarti mendalam dan kuat yang
mendekati penderitaan, dan kemudian diberi awalan “in” menjadi simpati.
Perbedaannya bila simpati berarti merasakan bersama dan mungkin
mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengaju pada keadaan
idetifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang. Seseorang
yang berempati sesaat melupakan atau kehilangan identitas dirinya sendiri.
Dalam proses empati yang mendalam dan misterius inilah berlangsung
proses pengertian, pengaruh, dan bentuk hubungan antar pribadi.
Pengertian empati menurut pendapat ahli antara lain :
1. George dan Cristiani (1981)
Empati merupakan kemampuan untuk mengambil kerangka
berpikir klien sehingga dapat memahami dengan tepat kehidupan dunia
dan makna-maknanya dan bisa dikomunikasikan kembali dengan jelas
terhadap klien. Dengan berempati, memungkinkan konselor untuk
mendengar dan bereaksi terhadap kehidupan perasaan klien, yakni :
marah, benci, takut, menentang, tertekan, dan genbira.
2. Stewart (1986)
Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri di tempat
orang lain agar dapat memahami dan mengerti kebutuhan serta
perasaannya. Empati menuntut untuk masuk kepandangan dunia klien
dan untuk melihat dengan mata mereka dan selanjutnya “ to walk in their
soe”.
3. Rogers
Empati adalah memaasukkan dunia klien beserta perasaan-
perasaannya ke dalam diri sendiri tanpa terhanyut oleh pikiran dan
perasaan klien.

7
4. Lotze (1858)
Empati merupakan lebih dari sekedar rasa kasihan ataupun simpati.
Empati atau emphaitie berasal dari bahasa yunani “patien“ berarti
menderita atau merasakan.
Dapat disimpulkan pengertian dari simpati adalah seseorang yang
dapat benar-benar merasakan dan mengahayati kondisi orang lain
termasuk bagaimana seseorang mengamati dan menghadapi masalah dan
keadaannya.

2. Aspek dan Makna Penting Empati


1. Aspek Empati
Ada tiga aspek dalam empati menurut Patterson (1980) yaitu :
a. Keharusan bahwa konselor mendengarka klien dan
mengkomunikasikan persepsinya kepada klien
b. Ada pengertian atau pemahaman koselor terhadap dunia klien
c. Mengkomunikasikan pemahamannya kedapa klien
2. Makna Penting
Roger dalam konseling dan psikoterapi (Gunarsa Singgih , 1992,
halaman 72), empati bukan hanya sesuatu yang bersifat kognitif
melainkan juga emosi dan pengalaman. Dalam usaha memahami dunia
klien sebagaimana klien mengalaminya, konselor berupaya memahami
pengalaman klie dari sudut klien itu sendiri. (“The Neceserry and
Sufficient Conditian of Therapeutic Personality Change“) atau emphatic
understanding, yakni kemampuan untuk memasuki dunia pribadi orang.
Tiga atribut yang harus dimiliki konselor dalam usaha mengubah
perilaku klien ; kewajaran atau keadaan sebenarnya (realness) dan
menerima (aseptantance) atau memerhatikan (cear). Egan (1975, dalam
Ivey et al, 1987) membedakan dua tipe untuk memahami “empathic
understanding”, yakni :
a) Empati primer : oleh rogers . membentuk pondasi dan etmosfer inti
helping realitioship. Yakni mendengarkan semua pesan dan
meresponnya. Kemampuan paraphrasing dan merefleksikan perasaan

8
konselor dengan baik akan memulai dasar empati untuk memahami
klien.
Contoh perkataan : “ Sekarang saya bisa merasakan betapa sedih
Anda pada waktu itu”.
b) Empati lanjutan (advanced accure emphaty) yakni memberi respon
dan pemahaman terhadap hal yang tidak langsung dikatakan klien.
Dimana konselor memberikan lebih dari dirinya dan sering kali
membutuhkan upaya langsung untuk memengaruhi klien. Karean
informasi itu selalu subyejktif bagi interprestasi individu, konselor
harus menyusun kembali situasi, kepercayaan atau pengalaman
untuk membantu klien melihanya dari perspektif yang berbeda dan
mengecek apakah interprestasi itu sudah benar.
Sikap empati sangat penting bagi konselor karena dengan
sikap ini seorang konselor akan mampu menciptakan hubungan baik
dengan klien, selain itu mampu merasakan permasalah yang dialami klie.
Sehingga konselor dapat memberikan alternatif-alternatif pemecahan
masalah untuk menyelesaikan masalah secara tersebut.

3. Aplikasi Sikap Empati dalam Pelayanan Kesehatan


a. Menciptakan/ membina hubungan baik dengan klien
Keterampilan membina hubungan baik merupakan dasar dari
proses komunikasi interpersonal dan dasar dari proses pemberian
bantuan. Hubungan yang baik akan memudahkan klien memahami
saran bidan sehingga mau mengikutinya. Klien merasa lebih puas dan
akan kembali lagi untuk memeriksakan diri ke bidan.
Sikap dan perilaku dasar yang dibutuhkan oleh bidan agar
tercipta hubungan baik, yaitu :
S : Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan smile/nod at
client (senyum atau mengangguk ke klien).
O : Open and non-judgemental facial expression (ekspresi muka
menunjukkan sikap terbuka dan tidak ternilai).
L : Lean towards client (tubuh condong ke klien).

9
E : Eye contact in a cultural-acceptable manner (kontak mata/tatap
mata sesuai cara yanga diterima budaya setempat)
R : Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat).

Intonasi dan volume suara dapat mencerminkan sikap hangat atau


tidaknya seseorang. Suara yang keras, menggebu-gebu, kurang
menunjukkan kehangatan dibandingkan dengan volume dan intonasi
suara yang lembut, tidak terlalu keras.
Tiga hal penting lain yang perlu diperhatikan pada waktu konseling
agar hubungan baik lebih mantap yaitu :
a. Menunjukkan tanda perhatian verbal
Tanda perhatian verbal yang dimaksud adalah kata-kata pendek
atau ungkapan kata yang singkat seperti hem…, ya, lalu, oh ya,
terus, begitu, ya.
b. Menjalin kerja sama
Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang
mementingkan hubungan baik dengan klien. Hal ini kan tewujud
bila selama proses konseling bidan selalu berusha bekerjasama
dengan klien.
c. Memberikan respon yang positif : pujian, dukungan.
1) Memberi pujian maksudnya mengungkapkan persetujuan
kekaguman sehingga mendorong tigkah laku yan baik,
penghargaan terhadap usaha yang telah dilakuka klien dengan
baik. Misalnya memuji klien, menunjukkan bahwa bidan
menghargai perhatian klien terhaap kesejahteraan dirinya.
2) Memberikan dukungan maksudnya member dukungan,
kepercayaan, dan harapan. Bidan mengungkapkan kata-kata
agar klien menyadari kemampuannya dalam mengatasi
masalah dan membantu klien mengatasi masalahnya.
Misalnya, mengemukakan alternatif yang bisa diharapkan,
menekankan hal baik yang telah mereka lakaukan, dan perlu
dilanjutkan, seperti mengatakan kepada klien bahwa dengan

10
datang ke polindes berarti mereka telah menolong diri mereka
sendiri.
Contoh perilaku atau respon positif bidan yang mendukung
terciptanya hubungan baik menimbulkan perasaan nyaman pada klien
misalnya :
a) Bersalaman dengan ramah
b) Mempersilahkan duduk
c) Bersabar
d) Tidak mengintrupsi atau memotong pembicaraan klien
e) Menjaga kerahasian klien
f) Tidak melakukan penilaian
g) Mendengarkan dengan penuh perhatian
h) Menanyakan alasan kedatangan klien
i) Menghargai apapun pertanyaan ataupun pendapat klien

Dalam konseling, bidan yang baik adalah bidan yang mampu


mementingkan hubungan baik denagn klien. Hal ini akan terwujud
bila selama proses konseling bidan selalu berusaha bekerjasama denga
klien. Pembinaan hubungan baik dimulai sejak aawal pertemuan
dengan klien dan perlu dijaga seterusnya.
Menurut roger dalam Stuart G. W (1998), hubungan
terapeutik dengan :
a. Kejujuran
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
c. Bersikap positif
d. Empati bukan simpati
e. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
f. Menerima klien apa adanya
g. Sensitif terhadap perasaan klien
h. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien atau diri konselor
sendiri.

11
C. KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN DIRI

1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Deskripsi yaitu pemaparan


atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Deskripsi
diri dapat diartikan pemaparan atau penggambaran diri seseorang secara
jelas dan terperinci. Kemampuan mendeskripsikan diri berarti kecakapan,
kepandaian, kepiawaian atau kemahiran individu dalam menggambarkan
dirinya sendiri sesuai keadaan yang sebenarnya secara jelas dan terperinci
tanpa dibuat-buat. Mendeskripsikan diri berarti menggambarkan dirinya
sendiri, baik persepsi terhadap dirinya maupun penilaian berdasarkan
harapannya yang merupakan gabungan dari aspek-aspek fisik, psikis, sosial
dan moral.

2. Hubungan Deskripsi Diri dengan Konsep Diri

Deskripsi diri dapat dikaitkan dengan konsep diri karena konsep diri
adalah gambaran diri mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ide, pikiran,
kepercayaan serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu
dalam membina hubungan interpersonal. Menurut Stuart dan Sundeen
(1998) konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui tentang dirinya dan memengaruhi individu lain. Konsep diri
ada beberapa bagian, yaitu : gambaran diri (body image), ideal diri, harga
diri, peran dan identitas.

a. Pembagian Konsep Diri


1. Gambaran diri (body image)
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar yang dijelaskan secara rinci. Sikap ini mencakup
persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart dan
Suedeen, 1991).

12
2. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian
personal tertentu (Stuart dan Suedeen, 1991). Ideal diri dapat
mewujudkan cita-cita, harapan, kepribadian seseorang yang ingin
dicapainya yang berdasarkan norma-norma sosial. Rasa ambisius dan
keinginan yang besar, perasaan cemas dan rendah diri serta keinginan
mengcegah kegagalan dapat mempengaruhi ideal diri seseorang
karena setiap individu ingin mencapai targernya bahkan dapat
melebihi target yang ingin dicapainya.
3. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuat dan Suedeen, 1991). Biasanya harga diri rentan terganggu pada
saat remaja dan usia lanjut. Harga diri tinggi terkait dengan ansietas
yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain
sedangkan harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal
yang buruk dan risiko terjadi depresi dan skizofrenia (Endang dan
Elizabeth, 2015).
4. Peran
Menurut Keliat (1992) peran adalah sikap dan perilaku nilai
serta tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di
masyarakat. Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu
sistem. Peran individu di suatu masyarakat sangat diperlukan guna
dapat mengaktualisasikan diri sesuai dengan tugasnya.
5. Identitas
Menurut Stuart dan Suedeen (1991) identitas adalah kesadaran
akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sendiri sebagai satu
kesatuan yang utuh. Individu yang memiliki perasaan identitas diri
yang kuat akan melihat dirinya berbeda dengan orang lain. Identitas

13
diri harus terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan
dengan perkembangan konsep diri.

3. Aplikasi Mendeskripsikan Diri dalam Pelayanan Kesehatan

Mendeskripsikan diri dalam pelayanan kesehatan dilakukan sebagai


berikut :

a. Individu mengakui dan menyadari jenis seksual dan gendernya.


b. Individu mengakui dan menghargai diri sendiri sesuai dengan
penghargaan lingkungan sosialnya.
c. Menunjukkan hubungan interpersonal yang efektif.
d. Dapat menyadari kelemahan dan kelebihannya.
e. Pandai mengendalikan diri saat menghadapi permasalahan khususnya
dalam memberi pelayanan kesehatan.
f. Sikap tenggang rasa terhadap klien yang ditangani saat memberi
pelayanan kesehatan.
g. Menunjukkan identitas diri sebagai tenaga kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Endang Purwoastuti, Th dan Elizabeth S.W. 2015. Perilaku dan Softskills


Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Baru.

http://nurhidayatiunpdu.blogspot.co.id/2013/03/etika-seorang-bidan.html diakses
pada tanggal 14 Maret 2017 pukul 18.00 WIB.

http://layananinfobk.blogspot.co.id/2013/04/bk-pribadi-suka-menolong.html
diakses pada tanggal 14 Maret 2017 pukul 18.15 WIB.

http://dewanku02.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-tolong-menolong.html
diakses pada tanggal 14 Maret 2017 pukul 18.20 WIB.

15
ROLEPLAY APLIKASI DARI SIKAP SUKA MENOLONG, EMPATI,
DAN MENDESKRIPSIKAN DIRI

Tokoh :

1. Bidan Dian
2. Ibu Naya
3. Ibu Sundari (Orang tua dari Ibu Naya)

Tempat : BPM Bidan Dian

Suatu hari di Desa Kayangan, Bu Bidan Dian sedang menyapu teras rumah.
Beliau melihat dari arah utara ada seorang gadis yang berjalan tertatih dan
kemudian pingsan. Walaupun Bu Bidan tidak mengenali siapa wanita itu Bu
Bidan menolongnya dan membawa wanita tersebut ke BPMnya untuk diperiksa.

Bidan Dian : “Innalilahi, masyaAllah siapa itu pingsan disana.”

(Menghampiri dan menolong wanita itu)

Bidan Dian : “MasyaAllah, tolong-tolong. Bawa ibu ini ke BPM saya.”

(Meminta bantuan orang-orang sekitar)

Ibu Naya :”Saya dimana ini?”

Bidan Dian :”Kamu di BPM saya nak, saya Bidan Dian. Kamu tadi pingsan di
seberang jalan terus kamu saya bawa kesini”

Ibu Naya :”Terimakasih Bu Bidan”

Tidak lama kemudian ibu dari wanita tersebut datang ke BPM Bidan Dian karena
telah mendapat informasi dari warga bahwa putrinya pingsan.

Ibu Sundari : “Kulonuwun Bu Bidan. Anak saya kenapa bu” (Masuk ke


ruangan dengan mimik wajah cemas)

Bidan Dian : “Tenang Bu. Putri Ibu tadi pingsan. Tapi sekarang sudah sadar.”

Ibu Sundari : “Naya kamu gimana? Nggak papa?”

16
Ibu Naya : “Iya saya nggak papa Bu, sedikit pusing saja?”

Ibu Sundari : “Syukurlah kalo begitu.”

Bidan Dian : “Biar saya periksa dulu ya bu, Mbak Naya?” (memeriksa Ibu
Naya)

Ibu Sundari : “Iya Bu, silakan”

Bidan Dian : “Apa yang dirasakan, Mbak? Pusing?”

Ibu Naya : “Akhir-akhir ini saya memang sering pusing Bu Bidan, mual,
nafsu makan nggak begitu berselera”

Bidan Dian :”Ohh”

Ibu Sundari : “Bagaimana Bu? Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa, soalnya


suaminya sedang tidak ada Bu sedang pergi berlayar.”

Bidan Dian : “Iya Bu. Mbak Naya bersedia ya saya cek urinnya. Silakan ke
kamar mandi dulu nanti urinnya di taruh di wadah ini”

Ibu Naya : “Iya bu” (menuju kamar mandi)

Sembari Ibu Naya di kamar mandi, Ibu Sundari dan Bu Bidan berbincang
bincang.

Ibu Sundari : “Akhir-akhir ini putri saya terlihat gelisah bu semenjak di tinggal
suaminya dinas seminggu yang lalu. Kata dia, bulan ini dia juga belum datang
bulan.”

Bu Bidan : “Ohh gitu. Kita lihat nanti hasil pemeriksaanya ya bu. Perkiraan
saya putri Ibu hamil.”

Ibu Sundari : “Mudah-mudahan juga begitu, Bu”

Tidak lama kemudian Ibu Naya datang.

Ibu Naya :”Bu Bidan, sudah”

Bidan Dian : “Sini, saya tes dulu”

17
Ibu Sundari : “Bagaimana Bu Bidan hasilnya”

Bidan Dian : “Hasilnya positif. Putri ibu hamil. Selamat ya Bu. Mari mbak
berbaring dulu, saya periksa”

Ibu Sundari : “ Alhamdulillah, kamu hamil sayang. Akhirnya aku nimang cucu
juga”

Kemudian Bidan memeriksa Ibu Naya, untuk mengetahui status kesehatan


dan janinnya.

Bidan Dian : “Tekanan darah Mbak Naya 110/90. Kapan Mbak Naya terakhir
datang bulan?”

Ibu Naya : “ Bulan lalu bu, tanggal 5”

Bidan Dian : “ Baik, silahkan duduk dulu”

Ibu Sundari : “ Bagaimana lagi Bu Bidan ?”

Bidan Dian : “Usia kehamilannya 1 bulan. Mbak Naya harus banyak-banyak


istirahat, makan-makanan yang bergizi tidak boleh terlalu lelah.
Memang kehamilan muda sering mual – muntah tapi itu normal
jika tidak lebih 5 kali sehari.”

Ibu Sundari : “Alhamdulillah. Suamimu pasti senang nak mendengar kabar ini“

Ibu Naya : “Iya bu, tapi suamiku perginya lama. Nanti aku akan memberi
kabar untuknya. Pasti dia sangat senang. Tapi aku khawatir bu, aku
hamil tapi dia tidak ada di rumah, bagaimana lo Bu”

Ibu Sundari : “Bagaimana ya Bu Bidan anak saya akhir-akhir ini sedih


semenjak di tinggal suaminya dinas 2 bulan yang lalu”

Bidan Dian : “Mbak Naya harus tenang ya, tidak boleh stress nanti kalo stress
bisa mempengaruhi kondisi janinnya. Mbak Naya harus jaga
kesehatan”

18
Ibu Naya : “Saya sedih Bu Bidan saya takut kalo nanti persalinan tidak di
temani suami saya. Suami saya pergi selama 8 bulan. Nafkah batin
saya terasa kurang kalo harus selama itu terlebih saya lagi hamil
nggak ada yang menemani saya, begitu Bu Bidan”

Bidan Dian : “ Iya mbak saya tahu, saya ngerti perasaan Mbak Naya . Tapi
Mbak Naya tidak boleh terlalu stress keadaan janinnya nanti stress
juga karna dipengaruhi pikiran mbak sendiri. Mbak Naya harus
kuat supaya janin ibu juga bisa menjadi anak yang kuat nantinya “

Ibu Naya : “Iya bu terimakasih”

Bidan Dian : “Ibu saya minta tolong, Bu Sundari tetap mendampingi mbak Nya
setiap harinya kalo bisa, jangan sampai dia stress.Nanti periksa
kesini lagi ya bu ini saya kasih buku KIA untuk pedoman ibu”

Ibu Sundari : “Iya Bu Bidan terimakasih, maklum anak saya ini nikah muda.”

Bidan Dian : “ Iya Bu ini saya kasih suplemen penambah darah nanti biar
Mbak Naya minum di rumah sehari sekali sebelum tidur”

Ibu Naya : “Terimakasih Bu Bidan”

Bidan Dian : “Iya bu sama-sama”

Ibu Sundari :”Berapa Bu Bidan?”

Bidan Dian :”Sudah tidak usah bu, saya ikhlas.”

Ibu Sundari : “Terimakasih Bu Bidan. Semoga amal kebaikan Bu Bidan dibalas


sama Yang Maha Kuasa.

Bidan Dian :”Aamiin.”

Ibu Sundari : ” Kalo begitu saya permisi Bu. Assalamualaikum”

Setelah itu Bu Naya dan Ibunya pergi pulang kerumah.

Bu Bidan dengan ringan tangan menolong orang yang belum beliau kenal dan
berusah melakukan apapun yang dia bisa untuk menolong wanita itu. Setelah

19
mendengar penjelasan dari Ibu wanita itu itu ternyata wanita itu nikah muda dan
tengah mengandung bayi usia 1 bulan, Sementara keadaan psikisnya kurang baik
karena dia ditinggal suaminya selama 8 bulan untuk pergi berlayar.

Sebagai bidan beliau tetap melayani pasien bagaimanapun keadaan atau status
atau latar belakangnya. Beliau juga menjadi pendengar yang baik bagi pasien-
pasiennya yang menyatakan keluhan atau ada masalah pribadi. Dengan begitu
beliau akan memberikan solusi yang bisa beliau berikan kepada pasien sebagai
wujud empati diri sebagai tenaga kesehatan

20

Anda mungkin juga menyukai