DOSESN PENGAMPUH:
Ns.Helena Patricia,M.kep
KELOMPOK 4:
Suniyyah Anggraini 2102165
Ega Siska Mayeni Putri 2002003
Gurtri Dola 2002005
Mariana Gusti Elina Naibaho 2002026
Mutiara klaudia 2002028
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW dengan judul “TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK”.
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah kami, Ucapan terimah kasih
kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II ibu Ns.Helena Patricia,M.kep
2. Teman-teman yang telah bersedia membantu dalam memberikan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang mempunyai saran
maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah-makalah kami
berikutnya.
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
I.2. Tujuan
2
BAB II
TUJUAN TERAPI
Tipe: relaksasi
3
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
6
1. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).
3. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
B. Fase awal
7
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
8
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
9
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar)
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realita
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
10
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
11
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
12
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli
terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli
yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat
(Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik
itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan
pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih
mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok
jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri
dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai
observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam
kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader,
observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat
juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
13
III.8 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok
14
prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang
efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.
III.9 Terapis
15
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI
menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas
kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya
16
BAB IV
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal halusinasi.
b) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
d) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
e) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.
17
Sesi I. Klien mengenal halusinasi, jelaskan cara–cara kontrol halusinasi, dan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
No Aspek Yang Dinilai Bobot Nilai
I Tahap Pra Interaksi 10%
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu
klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
18
III Tahap Kerja 60%
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan klien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta klien menceritakan isi
halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien dari
sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat klien. Hasilnya
tulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan
dengan baik
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi
terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar
19
datang, yaitu cara
mengontrolhalusinasi
Menyepakati waktu dan tempat
V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Misalnya, klien mampu menyebutkan isi halusinasi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi
(jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram)
anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul
dan menyampaikan kepada perawat.
Total 100%
20
2) Evaluasi / validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien
setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik,
menyibukan diri, dengan kegiatan
terarah ) untuk mencegah halusinasi
3) Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan , yaitu
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
b. Terapis menjelaskan aturan main
berikut
Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir
21
4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap
jika halusinasi muncul “suster,ada suara
ditelinga, saya mau ngobrol saja dengan
suster”atau” suster saya mau ngobrol tentang
kapan saya boleh pulang “
5) Terapis meminta klien untuk memperagakan
percakapan dengan orang di sebelahnnya
6) Berikan pujian atas keberhasilan klien
7) Ulangi 5 dan 6 sampai semua klien dapat
giliran
V Dokumentasi 10%
22
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki
klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh. Klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi
sesi 1. Klien belum mampu secara lancer
bercakap- cakap dengan orang lain. Anjurkan
klien bercakap- cakap dengan perawat dank lien
lain di ruang rawat.
.
Total 100%
II Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. terapis menanyakan keadaan klien saat
10%
ini .
b. terapis menanyakan cara mengontrol
halusinasi yang sudah dipelajari
c. terapis menanyakan pengalaman klien
menerapkan cara menghardik
halusinasi
23
3. kontrak
a. terapis menjelaskan tujuan
kegiatan,yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
b. menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,harus
meminta ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
24
terapis menggunakan whiteboard.
5. terapis melatih klien memperagakan
kegiatan yang telah disusun.
6. berikan pujian dengan tepuk tangan
bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan
kegiatan.
IV Terminasi
1. evaluasi
a. terapis menanyakan perasaan klien
setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
b. terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
terapis meganjurkan klien melaksanakan
2 cara mengontrol halusinasi yaitu 10%
menghardik dan melakukan kegiatan.
3. Kontrak yang akan datang
a. terapis membuat kesepakatan
dengan klien untuk TAK
berikutnya ,yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap.
b. terapis membuat waktu dan
kesepakatan
V Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
10%
saat TAK pada catatan proses keperawatan pada tiap
klien
Total 100%
25
SESI IV : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
II Orientasi
1. salam teraupetik
a. salam dari terapis kepada klien
b. terapis dan klien memakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. menanyakan perasaan klien saat ini
b. terapis menanyakan pengalaman klien
mengontrol halusinasi setelah menggunakan
tiga cara yang telah di pelajari
(menghardik,menyibukkan diri dengan
kegiatan,dan bercakap cakap)
3. kontrak 10%
a. terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat
b. menjelaskan aturan main tersebut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada
petugas
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
26
III Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan untungnya patuh
minum obat,yaitu mencegah kambuh
karena obat memberi perasaan
tenang,dan memperlambat kambuh.
2. Terapis menjelaskan kerugian tidak
patuh minum obat,yaitu penyebab
kambuh.
3. Terapis meminta tiap klien
menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakanya. Buat daftar di
whiteboard.
4. Menjelaskan lima benar minum
obat,yaitu benar obat, benar waktu
minum obat,benar orang yang minum
obat,benar cara minum obat,benar 60%
dosis obat.
5. Minta klien menyebutkan lima benar
cara minum obat secara bergiliran.
6. Berikan pujian pada klien yang benar.
7. Mendiskusikan perasaan klien sebelum
minum obat (catat di whiteboard).
8. Mendiskusikan perasaan klien setelah
teratur minum obat (catat di
whiteboard).
9. Menjelaskan keuntungan patuh minum
obat,yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
10. Menjelaskan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/ kambuh.
27
11. Minta klien menyebutkan kembali
keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
12. Memberi pujian tiap kali klien benar.
IV Terminasi
1. evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara
mengontrol halusinasi yang sudah d
pelajari
c. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
mengajurkan klien menggunakan empat
10%
cara mengontrol halusinasi,yaitu
menghardik,melakukan kegiatan
harian,bercakap cakap dan patuh minum
obat
3. kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri sesi TAK
stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK
yang lain sesuai dengan indikasi klien
V Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang memiliki klien
10%
pada catatan proses keperawatan tiap klien
Total 100%
28
BAB V
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Febriana, Nining; Eko Susilo dan Dewi Puspita. “PERBEDAAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK (TAK) DENGAN MODEL INTERPERSONAL DAN MODAL
PSIKODRAMA TERHADAP PERUBAHAN DEPRESI LANSIA BALAI RESOS
ANAK „WIRA ADHI KARYA‟ UNGARAN UNIT PELAYANAN LANJUT USIA
WENING WARDOYO UNGARAN.”
Halawa, Aristina. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI
PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL
HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG
FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWAMENUR SURABAYA.”
Hartono. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP
PENINGKATAN KETRAMPILAN SOSIAL DASAR PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2015,” 1–21.
Hidayah, Nur Afifah. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR.
AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG” 8 No 1: 44–55.
Keliat, Budi dkk. 2012. Keperawatan kesehatan jiwakomunitas. Jakarta: EGC
Musa, Sari Apriani dan Esrom Kanine Franly Onibala. 2015. “PENGARUH TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA TERHADAP KEMAMPUAN
MENGIDENTIFIKASI STIMULUS PADA PASIEN HALUSINASI DI RUMAH
SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG SULAWESI UTARA” 3.
30