Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

“TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)”

DOSESN PENGAMPUH:
Ns.Helena Patricia,M.kep

KELOMPOK 4:
 Suniyyah Anggraini 2102165
 Ega Siska Mayeni Putri 2002003
 Gurtri Dola 2002005
 Mariana Gusti Elina Naibaho 2002026
 Mutiara klaudia 2002028

PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN STIKES SYEDZA
SAINTIKA PADANG
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
kelompok dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW dengan judul “TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK”.
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah kami, Ucapan terimah kasih
kepada :
1. Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II ibu Ns.Helena Patricia,M.kep
2. Teman-teman yang telah bersedia membantu dalam memberikan saran
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua dan besar pula harapan kami kepada siapapun yang mempunyai saran
maupun kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah-makalah kami
berikutnya.

Padang, 28 Mei 2023

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
I.2. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TUJUAN TERAPI .................................................................................................. 3
II.1 Tujuan Umum ............................................................................................... 3
II.2 Tujuan Khusus .............................................................................................. 3
BAB III ................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
III.1 Defenisi Terapi Aktivitas Kelompok .......................................................... 5
III.2 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok ........................................................... 5
III.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak) ................. 6
III.4 Komponen Kelompok ................................................................................. 6
III.5 Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok ....................................... 7
III.6 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok ............................................... 8
III.7 Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok ................................... 12
III.8 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok ......................................... 14
III.9 Terapis ....................................................................................................... 15
BAB IV ................................................................................................................. 17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ......................................................... 17
BAB V................................................................................................................... 29
PENUTUP ............................................................................................................. 29
VI.1 Kesimpulan ............................................................................................... 29
VI.2 Saran .......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu


dengan yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain
atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan
orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.Secara alamiah individu selalu
berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu keluarga.
Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal
balik, hal ini bisa melalui kelompok.

Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan


dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif
terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku
adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui


terapi aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan
meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal
dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan
gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok
sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik
dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk


mendorong anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan

1
mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga
adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.

I.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui tujuan terapi aktifitas kelompok


2. Untuk mengetahui definisi terapi aktifitas kelompok
3. Untuk mengetahui manfaat terapi aktifitas kelompok
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi terapi aktifitas kelompok
5. Untuk mengetahui komponen kelompok terapi aktifitas kelompok
6. Untuk mengetahui tahap pelaksanaan terapi aktifitas kelompok
7. Untuk mengetahui macam-macam terapi aktifitas kelompok
8. Untuk mengetahui peran perawat dalam terapi aktifitas kelompok
9. Untuk mengetahui kerangka teoritis terapi aktifitas kelompok
10. Untuk mengetahui terapis dalam terapi aktifitas kelompok
11. Untuk mengetahui SOP terapi aktifitas kelompok
12. Untuk mengetahui penelitian terkait terapi aktifitas kelompok

2
BAB II

TUJUAN TERAPI

II.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan kelompok adalah :

1. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman

2. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain

3. Merupakan proses menerima umpan balik

II.2 Tujuan Khusus

1. Mengembangkan stimulasi kognitif


Tipe: biblioterapy

Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk

merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.

2. Mengembangkan stimulasi sensori


Tipe: music, seni, menari.

Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.

Tipe: relaksasi

Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi

otot dan imajinasi.

3. Mengembangkan orientasi realitas


Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.

Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah

bantu memenuhi kebutuhan.

3
4. Mengembangkan sosialisasi
Tipe: kelompok remitivasi

Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi

Tipe: kelompok mengingatkan

Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.

4
BAB III

PEMBAHASAN

III.1 Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan


antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan


kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok
untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan untuk mengatasi
masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan
sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan
berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan


perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

III.2 Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok

Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui


komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi.

5
3. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan afektif.

Secara khusus manfaatnya adalah :

1. Meningkatkan identitas diri


2. Menyalurkan emosi secara konstruktif
3. Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :

1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.


2. Meningkatkan keterampilan sosial.
3. Meningkatkan kemampuan empati.
4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

III.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes


RI (1997) adalah:
1. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
2. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas,
sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak
terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi
aktifitas kelompok.
3. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di
upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik
terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan
berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan
berdasarkan problem yang sama.

III.4 Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :

6
1. Struktur kelompok.
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur
kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan
interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan
anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan
diambil secara bersama.
2. Besar kelompok.
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu
besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan
mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu
kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat,
2005).
3. Lamanya sesi.
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi
kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang
tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu
kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan
kebutuhan (Kelliat, 2005).

III.5 Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,
menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
B. Fase awal

7
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

III.6 Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok

1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

8
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi,
menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaptif.

Tujuan :

a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita


b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensori
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan

3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas

9
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar)
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realita
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Tahapan kegiatan :
1) Sesi I : Orientasi Orang
2) Sesi II : Orientasi Tempat
3) Sesi III : Orientasi Waktu
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam

10
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif

11
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal

III.7 Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas


kelompok adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang
dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai
anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada anggota
kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi

12
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli
terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli
yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat
(Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik
itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan
pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih
mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok
jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri
dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader, sebagai
observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai dalam
kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader,
observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat
juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.

13
III.8 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok

1. Model fokal konflik


Menurut Whiteaker dan Liebermen‟s, terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang
tidak disadari. Pengalaman kelompok secara berkasinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi
membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai
penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati
dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan
perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak
puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan kelompok ini
leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu
satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan social anggota kelompok. Selain itu teori komunikasi
membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif. Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat

14
prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok.
Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang
efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran
untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

III.9 Terapis

Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada


klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat

15
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Persyaratan dan kwalitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI
menyatakan bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas
kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya

16
BAB IV

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


HALUSINASI

A. STRATEGI PELAKSANAAN TINDKAN KEPERAWATAN


Sesi I : Klien mengenal halusinasi, jelaskan cara–cara kontrol
halusinasi, dan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain
Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal
Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a) Klien dapat mengenal halusinasi.
b) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
d) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
e) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

17
Sesi I. Klien mengenal halusinasi, jelaskan cara–cara kontrol halusinasi, dan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
No Aspek Yang Dinilai Bobot Nilai
I Tahap Pra Interaksi 10%
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu
klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Tahap Orentasi 10%


1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan
terapis (pakai papan nama)
c) Menanyuakan nama dan panggilan
semua klien (beri papan nama)
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Terapi menjelaskan tujuan kegiatan
yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main
berikut.
 Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai

18
III Tahap Kerja 60%
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan klien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta klien menceritakan isi
halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien dari
sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat klien. Hasilnya
tulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan
dengan baik
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi
terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar

IV Tahap Terminasi 10%


1) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan
klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk
melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi
halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan

19
datang, yaitu cara
mengontrolhalusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat

V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Misalnya, klien mampu menyebutkan isi halusinasi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi
(jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram)
anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul
dan menyampaikan kepada perawat.

Total 100%

Sesi II. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang


lain
No Askep Yang Dinilai Bobot Nilai
I Tahap Pra Interaksi 10%
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi 1
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Tahap Orentasi 10%


1) Salam terapeutik
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
yang mengikuti sesi.
b. Terapis membuat kontrak dengan
klien sesi 1
c. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan

20
2) Evaluasi / validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien
setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik,
menyibukan diri, dengan kegiatan
terarah ) untuk mencegah halusinasi
3) Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan , yaitu
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
b. Terapis menjelaskan aturan main
berikut
 Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada
terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir

III Tahap Kerja 60%


1) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-
cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi
2) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang
yang biasa dan bisa diajak bercakap-cakap
3) Terapis meminta tiap klien menyebutkan
pokokpembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan

21
4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap
jika halusinasi muncul “suster,ada suara
ditelinga, saya mau ngobrol saja dengan
suster”atau” suster saya mau ngobrol tentang
kapan saya boleh pulang “
5) Terapis meminta klien untuk memperagakan
percakapan dengan orang di sebelahnnya
6) Berikan pujian atas keberhasilan klien
7) Ulangi 5 dan 6 sampai semua klien dapat
giliran

IV Tahap Terminasi 10%


1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan TAK mengontrol
halusinasi yang sudah dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
2) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga
cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik , melakukan kegiatan harian
, dan bercakap-cakap
3) Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan
klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
b. Terapis menyepakati waktu dan tempat.

V Dokumentasi 10%

22
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki
klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh. Klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi
sesi 1. Klien belum mampu secara lancer
bercakap- cakap dengan orang lain. Anjurkan
klien bercakap- cakap dengan perawat dank lien
lain di ruang rawat.
.
Total 100%

SESI III ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

No Aspek yang dinilai bobot nilai


I Pra interaksi
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang
telah mengikuti sesi 2. 10%
2. Mempersiapkan alat - alat pertemuan.

II Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. terapis menanyakan keadaan klien saat
10%
ini .
b. terapis menanyakan cara mengontrol
halusinasi yang sudah dipelajari
c. terapis menanyakan pengalaman klien
menerapkan cara menghardik
halusinasi

23
3. kontrak
a. terapis menjelaskan tujuan
kegiatan,yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
b. menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,harus
meminta ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai

III tahap kerja


1. terapis menjelaskan cara kedua yaitu
melakukan kegiatan sehari hari.jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang
teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
2. Terapi meminta setiap klien
menyampaikan kegiatan yang bisa
dilakukan sehari hari dan tulis di 60%
whiteboard.
3. terapis membagikan formulir jadwal
kegiatan seharian .terpis menulis
formulir yang sama di whiteboard.
4. terapis membimbing satu persatu klien
untuk membuat jadwal kegiatan harian
dari bangun pagi sampai tidur
malam.klien menggunakan formulir

24
terapis menggunakan whiteboard.
5. terapis melatih klien memperagakan
kegiatan yang telah disusun.
6. berikan pujian dengan tepuk tangan
bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan
kegiatan.

IV Terminasi
1. evaluasi
a. terapis menanyakan perasaan klien
setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
b. terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
terapis meganjurkan klien melaksanakan
2 cara mengontrol halusinasi yaitu 10%
menghardik dan melakukan kegiatan.
3. Kontrak yang akan datang
a. terapis membuat kesepakatan
dengan klien untuk TAK
berikutnya ,yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap.
b. terapis membuat waktu dan
kesepakatan
V Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
10%
saat TAK pada catatan proses keperawatan pada tiap
klien
Total 100%

25
SESI IV : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

No Aspek yang dinilai bobot nilai


I Pra interaksi
1. mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi 3. 10%
2. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Orientasi
1. salam teraupetik
a. salam dari terapis kepada klien
b. terapis dan klien memakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. menanyakan perasaan klien saat ini
b. terapis menanyakan pengalaman klien
mengontrol halusinasi setelah menggunakan
tiga cara yang telah di pelajari
(menghardik,menyibukkan diri dengan
kegiatan,dan bercakap cakap)
3. kontrak 10%
a. terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat
b. menjelaskan aturan main tersebut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada
petugas
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai

26
III Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan untungnya patuh
minum obat,yaitu mencegah kambuh
karena obat memberi perasaan
tenang,dan memperlambat kambuh.
2. Terapis menjelaskan kerugian tidak
patuh minum obat,yaitu penyebab
kambuh.
3. Terapis meminta tiap klien
menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakanya. Buat daftar di
whiteboard.
4. Menjelaskan lima benar minum
obat,yaitu benar obat, benar waktu
minum obat,benar orang yang minum
obat,benar cara minum obat,benar 60%
dosis obat.
5. Minta klien menyebutkan lima benar
cara minum obat secara bergiliran.
6. Berikan pujian pada klien yang benar.
7. Mendiskusikan perasaan klien sebelum
minum obat (catat di whiteboard).
8. Mendiskusikan perasaan klien setelah
teratur minum obat (catat di
whiteboard).
9. Menjelaskan keuntungan patuh minum
obat,yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
10. Menjelaskan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/ kambuh.

27
11. Minta klien menyebutkan kembali
keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
12. Memberi pujian tiap kali klien benar.

IV Terminasi
1. evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara
mengontrol halusinasi yang sudah d
pelajari
c. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
mengajurkan klien menggunakan empat
10%
cara mengontrol halusinasi,yaitu
menghardik,melakukan kegiatan
harian,bercakap cakap dan patuh minum
obat
3. kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri sesi TAK
stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK
yang lain sesuai dengan indikasi klien

V Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang memiliki klien
10%
pada catatan proses keperawatan tiap klien

Total 100%

28
BAB V

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan


antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan
untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang
berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,
mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah
perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

VI.2 Saran

Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok


serta dapat mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Febriana, Nining; Eko Susilo dan Dewi Puspita. “PERBEDAAN TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK (TAK) DENGAN MODEL INTERPERSONAL DAN MODAL
PSIKODRAMA TERHADAP PERUBAHAN DEPRESI LANSIA BALAI RESOS
ANAK „WIRA ADHI KARYA‟ UNGARAN UNIT PELAYANAN LANJUT USIA
WENING WARDOYO UNGARAN.”
Halawa, Aristina. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI
PERSEPSI SESI 1-2 TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL
HALUSINASI PENDENGARAN PADA PASIENSKIZOFRENIA DI RUANG
FLAMBOYAN RUMAH SAKIT JIWAMENUR SURABAYA.”
Hartono. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TERHADAP
PENINGKATAN KETRAMPILAN SOSIAL DASAR PADA PASIEN
SKIZOFRENIA DI RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH
TAHUN 2015,” 1–21.
Hidayah, Nur Afifah. 2015. “PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN
MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR.
AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG” 8 No 1: 44–55.
Keliat, Budi dkk. 2012. Keperawatan kesehatan jiwakomunitas. Jakarta: EGC

Khamida, Meilisa. 2016. “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI


PERSEPSI DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA
LANSIA” 9: 121–128.

Musa, Sari Apriani dan Esrom Kanine Franly Onibala. 2015. “PENGARUH TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA TERHADAP KEMAMPUAN
MENGIDENTIFIKASI STIMULUS PADA PASIEN HALUSINASI DI RUMAH
SAKIT JIWA PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG SULAWESI UTARA” 3.

30

Anda mungkin juga menyukai