Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN ROLEPLAY


TAK SOSIALISASI

Oleh:
1. Annisa 131711133039
2. Neiska Galuh M 131711133059
3. Linda Masruroh 131711133060
4. Uswatun Mujayana 131711133078
5. Mardha Hawa 131711133114
6. Fahri Muhlis A 131711133135
7. Allivia Arvianti P 131711133150
8. Taqiyatul Izzah 131711133152

Dosen Pembimbing:
Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns.M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SEPTEMBER, 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Terapi Aktivitas Kelompok dan Roleplay: TAK
Sosialisasi” dengan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis juga menyadari bahwa
pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu
penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga penulis
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.

Surabaya, 4 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………….… 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….... 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)..................................................... 3
2.2 Manfaat dan Tujuan TAK............................... ................................................. 3
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi TAK....................................... ............................. 7
2.4 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok ...............................................10
2.5 Tahap Perkembangan Kelompok.................... ............................................... 13
2.6 Jenis TAK.............................................................................................................
2.7 TAK Sosialisasi...................................................................................................
2.7.1 Definisi....................................................................................................
2.7.2 Tujuan TAK Sosialisasi..........................................................................
2.7.3 Kriteria Klien TAK Sosialisasi................................................................
2.7.4 Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi...................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS ...............................................................................24
3.1 Studi Kasus...........................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................
BAB 5 PENUTUP......................................................................................................
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 24
5.2 Saran ............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25
Lampiran..................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan
orang lain. Penurunan sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri,
yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain. Dimana individu
yang mempunyai mekanisme koping adaptif, maka peningkatan sosialisasi lebih
mudah dilakukan sedangkan individu yang mempunyai mekanisme koping mal
adaptif (skizofrenia), bila tidak segera mendapatkan terapi atau penanganan yang
baik akan menimbulkan masalah yang lebih banyak dan lebih buruk. Menjelaskan
bahwa meningkatkan sosialisasi pada pasien skizofrenia bisa dilakukan dengan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Namun kenyataannya pada saat
ini pengaruh TAK sosialisasi masih diragukan, hal ini disebabkan karena jumlah
pasien dengan riwayat menarik diri masih relativ banyak meskipun TAK
sosialisasi sudah dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah pengertian dari terapi aktivitas kelompok?
2) Apakah manfaat dan tujuan terapi aktivitas kelompok?
3) Bagaimanakah indikasi dan kontraindikasi terapi aktivitas kelompok?
4) Bagaimanakah kerangka teoritis terapi aktivitas kelompok?
5) Bagaimana tahap perkembangan kelompok?
6) Apa saja jenis dari terapi aktivitas kelompok?
7) Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok sosialisasi?
8) Apakah tujuan dari TAK Sosialisasi?
9) Bagaimana kriteria klien TAK Sosialisasi?
10) Bagaimana Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
1) Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi Aktivitas Kelompok
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok
2) Mahasiswa mampu mendeskripsikan manfaat dan tujuan terapi
aktivitas kelompok
3) Mahasiswa mampu mendeskripsikan indikasi dan kontraindikasi
terapi aktivitas kelompok
4) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kerangka teoritis terapi aktivitas
kelompok
5) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tahap perkembangan kelompok
6) Mahasiswa mampu mendeskripsikan jenis dari terapi aktivitas
kelompok
7) Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian dari terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
8) Mahasiswa mampu mendeskripsikan tujuan dari TAK Sosialisasi
9) Mahasiswa mampu mendeskripsikan kriteria klien TAK Sosialisasi
10) Mahasiswa mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan TAK
Sosialisasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)


Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok
untuk memberikan stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
Sedangkan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok) adalah salah satu terapi modalitas
yang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama yang bertujuan untuk memberikan motivasi kemajuan
fungsi psikolog hingga terjadi identifikasi diri yang baru, menghilangkan rasa
isolasi diri, menungkatkan kepercayaan diri serta bertambahnya pengetahuan
tentang berbagai cara pemecahan masalah dalam kehidupan individu.
TAK ini perlu dilakukan agar para kelompok (pasien) mampu melakukan
interaksi sosial, yaitu dengan cara sosialisasi yang dapat memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal klien, yang dapat dimulai dari saling
mengenal dengan orang lain dan menciptakan hubungan harmonis dengan orang
lain. Dalam TAK juga, bisa diberikan informasi tentang cara pemecahan masalah.

2.2 Manfaat dan Tujuan TAK


2.2.1 Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu :
a. Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
2. Membentuk sosialisasi
3. Meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan
perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti kognitif dan afektif.
b. Khusus
1. Meningkatkan identitas diri.
2. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan
sehari-hari.
4. Bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan
meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan
dan pemecahannya.
2.2.2 Tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
1. Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh
pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan
khayalan.
2. Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk
berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling
memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun
perasaan ortang lain.
3. Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri
sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk
menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak
berharga atau ditolak.
4. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis
seperti fungsi kognitif dan afektif.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai
identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya.
2. Penyaluran emosi, merupakan suatu kesempatan yang sangat
dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di
dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk
menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh
anggota kelompok lainnya.
3. Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan
sehari-hari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk
saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan
sosial dalam kesehariannya.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi TAK


1) Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas
kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan
autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.
2) Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas
kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah
tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat,
sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok.
3) Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan
pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi,
diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan
pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan
problem yang sama.

2.4 Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


1) Model lokal konflik
Pada model terapi aktivitas kelompok ini anggota kelompok di
fasilitasi dan diberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan
mendiskusikan perasaaan untuk penyelesaian masalah atau konflik. Model
fokal konflik. Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu. Prinsipnya, terapi kelompok
dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman
kelompok secara berkesinambungan muncul kemudian konfrontir konflik
untuk penyelesaian masalah, tugas terapis membantu anggota kelompok
memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik
2) Model komunikasi
Model komunikasi ini menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi teraupetik. Dengan model ini ketua kelompok memfasilitasi
komunikasi efektif yang bertujuan untuk membantu meningkatkan
keterampilan intepersonal dan sosial anggota kelompok
3) Model interpersonal
Pada model ini terapis bekerja sama dengan individu dankelompok.
Anggota kelompok dapat belajar dari interaksi antaranggota dan terapis.
Melalui kesalahan persepsi dapat dikoreksidan perilaku sosial yang efektif
dipelajari. Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang membuat anggota merasa
cemas dan menentukan perilaku apa yang digunakan untuk menghindari atau
menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4) Model Psikodrama
Pada model ini anggota dimotivasi untuk berakting sesuai dengan
peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang perna terjadi sebelumnya yang
pernah dialami oleh anggota kelompok (Direja, 2011)

2.5 Tahap Perkembangan Kelompok


Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
kembang. Pemimpin akan mengembangkan kelompok melalui empat fase, yaitu
(Stuart & Laraia, 2001): fase pra-kelompok; fase awal kelompok; fase kerja
kelompok; fase terminasi kelompok.
1) Fase Pra kelompok
Hal penting yang harus diperhatikan ketika memulai kelompok adalah
tujuan dan kelompok. Ketercapaian tujuan sangat dipengaruhi oleh perilaku
pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok untuk mencapai tujuan
tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan pelaksanaan kegiatan
kelompok. Garis besar isi proposal adalah: daftar tujuan umum dan khusus;
daftar pemimpin kelompok disertai keahliannya; daftar kerangka teoretis yang
akan digunakan pemimpin untuk mencapai tujuan; daftar kriteria anggota
kelompok; uraian proses seleksi anggota kelompok; uraian struktur kelompok:
tempat sesi, waktu sesi, jumlah anggota, jumlah sesi, perilaku anggota yang
diharapkan dan perilaku pemimpin yang diharapkan; uraian tentang proses
evaluasi anggota kelompok dan kelompok; uraian alat dan sumber yang
dibutuhkan; jika perlu, uraian dana yang dibutuhkan. Proposal dapat pula
berupa pedoman atau panduan menjalankan kegiatan kelompok.
2) Fase Awal Kelompok
Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan
peran yang baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase
ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif.
1. Tahap orientasi
Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi
pengarahan. Pemimpin kelompok mengorientasikan anggota pada tugas
utama dan melakukan kontrak yang terdiri dari tujuan, kerahasiaan, waktu
pertemuan, struktur, kejujuran, dan aturan komunikasi, misalnya hanya
satu orang yang bicara pada satu waktu, norma perilaku, rasa memiliki,
atau kohesif antara anggota kelompok diupayakan terbentuk pada fase
orientasi.
2. Tahap konflik
Peran dependen dan independen terjadi pada tahap ini, sebagian
ingin pemimpin yang memutuskan dan sebagian ingin pemimpin lebih
mengarahkan, atau sebaliknya anggota ingin berperan sebagai pemimpin.
Adapula anggota yang netral dan dapat membantu menyelesaian konflik
peran yang terjadi. Perasaan bermusuhan yang ditampilkan, baik
antaranggota kelompok maupun anggota dengan pemimpin dapat terjadi
pada tahap ini. Pemimpin perlu memfasilitasi tingkapan perasaan, baik
positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab
konflik. Serta mencegah perilaku yang tidak produktif, seperti menuduh
anggota tertentu sebagai penyebab konflik
3. Tahap kohesif
Setelah tahap konflik, anggota kelompok merasakan ikatan yang
kuat satu sama lain. Perasaan positif akan semakin sering diungkapkan.
Pada tahap ini, anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang
informasi dan lebih intim satu sama lain. Pemimpin tetap berupaya
memberdayakan kemampuan anggota kelompok dalam melakukan
penyelesaian masalah. Pada tahap akhir fase ini, tiap anggota kelompok
belajar bahwa perbedaan tidak perlu ditakutkan. Mereka belajar persamaan
dan perbedaan, anggota kelompok akan membantu pencapaian tujuan yang
menjadi suatu realitas
3) Fase Kerja Kelompok
Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Walaupun mereka bekerja
keras, tetapi menyenangkan bagi anggota dan pemimpin kelompok.
Kelompok menjadi stabil dan realistis. Kekuatan terapeutik dapat tampak
seperti dijelaskan oleh Yalom dan Vinogradov (1989) dalam Stuart dan Laraia
(2001), yaitu 11 (sebelas) faktor: memberi informasi, instalansi harapan,
kesamaan, altruisme, koreksi pengalaman, pengembangan teknik interaksi
sosial, peniruan perilaku, belajar hubungan interpersonal, faktor eksistensi,
katarsis, dan kekohesifan kelompok.
Tugas utama pemimpin adalah membantu kelompok mencapai tujuan dan
tetap menjaga kelompok ke arah pencapaian tujuan. Serta mengurangi
dampak dan faktor apa saja yang dapat mengurangi produktivitas kelompok.
Selain itu, pemimpin juga bertindak sebagai konsultan.
Beberapa problem yang mungkin muncul adalah subgroup, conflict, self-
desclosure, dan resistance. Beberapa anggota kelompok menjadi sangat
akrab, berlomba mendapatkan perhatian pemimpin, tidak ada lagi kerahasiaan
karena keterbukaan yang tinggi, dan keengganan berubah perlu didefinisikan
pemimpin kelompok agar segera melakukan strukturisasi.
Pada akhir fase ini, anggota kelompok menyadari produktivitas dan
kemampuan yang bertambah disertai percaya diri dan kemandirian. Pada
kondisi ini kelompok segera masuk ke fase berikut, yaitu perpisahan.
4) Fase Terminasi
Terminasi dapat sementara (temporal) atau akhir. Terminasi dapat pula
terjadi karena anggota kelompok atau pimpinan kelompok keluar dari
kelompok. Evaluasi umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik
kelompok maupun individu Terminasi yang sukses ditandai oleh perasaan
puas dan pengalaman kelompok akan digunakan secara individual pada
kehidupan sehari-hari.
Pada akhir sesi, perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi
berupa notulen. Juga didokumentasikan pada catatan implementasi tindakan
keperawatan tentang pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih pada klien di
luar sesi

2.6 Jenis Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok ini terdapat beberapa macam yaitu:
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Kognitif/Persepsi
Terapi aktivitas kelompok stimulus kognitif/persepsi ini adalah terapi yang
menggunakan stimulus sebagai alatnya. Menurut Susana dan Hendarsih,
(2012: 113) terapi ini dilakukan dengan mempersepsikan stimulus yang nyata
sehari-hari yang terkait dengan pengalaman kehidupan dan alternative
penyelesaiaanya. Stimulus yang disediakan seperti: membaca artikel, majalah
atau buku, menonton acara TV, dan stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau distruktif misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negative pada orang dan
halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus yang diberikan.
Dengan penerapan terapi aktivitas kelompok ini maka kemampuan persepsi
klien dievaluasi dan ditingkatkan pada setiap sesi. Proses yang dilakukan
yaitu dengan mendengarkan respon klient terhadap stimulasi yang diberikan
dalam menjalani kehidupannya menjadi perilaku yang adaptif
Secara sederhana, jenis terapi aktivitas stimulus persepsi yang dapat
dilakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Sesi 1: Mengenal halusinasi
b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yaitu klien dibantu untuk dapat
bersosialisasi dengan orang lain. Tahapan dalam terapi ini dapat dimulai dari
interpersonal (satu dengan satu), kelompok dan massa. Aktivitas yang
dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam kelompok.
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Untuk terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, aktivitas digunakan
sebagai stimulus pada sensori klien. Kemudian diobservasi reaksi sensori
klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa ekspresi perasaan yang
nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh). Aktivitas yang digunakan sebagai
stimulus seperti music, seni, menyanyi, dan menari.
4) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita, klien diorientasikan pada
kenyataan yang ada di sekitarnya. Seperti diri sendiri, orang lain yang ada di
sekeliling klien atau orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang
pernah memiliki hubungan dengan klien. Aktivitas dapat dapat berupa:
orientasi waktu, tempat,benda yang ada di sekitar dan semua kondisi nyata
(Keliat dan Akemat, 2005: 13-14).

2.7 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


2.7.1 Definisi
Kelompok merupakan sekumpulan individu yang memiliki
hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan memiliki norma
yang sama.Terapi aktivitas kelompok merupakan suatu psikoterapi yang
dilakukan sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas
kesehatan jiwa yang telah terlatih. Terapi kelompok adalah terapi psikologi
yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien
dengan gangguan interpersonal (Yosep,2009)
Sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita
mengenal cara-cara berpikir, berperasaan dan berperilaku, sehingga dapat
berperan serta secara efektif dalam masyarakat. Maka terapi aktivitas
kelompok sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam lingkungan
sosial (Purwaningsih, 2012).
2.7.2 Tujuan TAK Sosialisasi
a. Umum
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
b. Khusus
1. Klien mampu memperkenalkan diri
2. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
3. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
4. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
percakapan
5. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi
pada orang lain
6. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok
7. Klien mampu menyampikan pendapat tentang manfaat kegiatan
tentang TAKS yang telah dilakukan
2.7.3 Kriteria Klien TAK Sosialisasi
1. Pasien dengan isolasi sosial menarik diri dengan kondisi mulai
menunjukkan kemauan untuk melakukan interaksi interpersonal
2. Pasien dengan kerusakan komunikasi verbal yang telah berspons
sesuai dengan stimulus yang diberikan
3. Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat & tidak sedang
mengidap penyakit fisik tertentu seperti diare, thypoid dll.
4. Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya
5. Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.
2.7.4 Asuhan Keperawatan TAK Sosialisasi
Konsep asuhan keperawatan pemberian prosedur terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
I. PENGKAJIAN
a. Tanda dan Gejala Mayor
1) Data subjektif
 Klien merasa ingin sendiri
 Klien merasa tidak aman di tempat umum
2) Data objektif
 Klien menarik diri
 Klien tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan
b. Tanda dan Gejala Minor
1) Data subjektif
 Merasa berbeda dengan orang lain
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri
 Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
2) Data objektif
 Afek datar atau sedih
 Riwayat ditolak
 Menunjukkan permusuhan
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
 Kondisi difabel
 Tidak ada kontak mata
 Tidak bergairah/lesu

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia rumusan diagnosa
Isolasi Sosial yaitu :
 Isolasi Sosial
 Harga diri rendah
a. Gejala dan Tanda Mayor
1. Subjektif : Merasa ingin sendiri, Merasa tidak aman di tempat
umum.
2. Objektif : Menarik diri, Tidak berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
b. Gejala dan Tanda Minor
1. Subjektif : Merasa berbeda dengan orang lain, Merasa asyik
dengan pikiran sendiri, Merasa tidak mempunyai tujuan yang
jelas.
2. Objektif : Afek datar, Afek sedih, Riwayat ditolak,
Menunjukkan permusuhan, Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain, Kondisi difabel, tindakan tidak berarti, Tidak ada
kontak mata, Perkembangan terlambat, Tidak bergairah/lesu.

III.INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
a. TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Sapa Pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang di
sukai pasien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur dan tepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
asien
b. TUK 2 : Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
Tanyakan pada pasien tentang:
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar Pasien
2. Orang yang paling dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
3. Apa yang membuat Pasien dekat dengan orang tersebut
4. Orang yang tidak dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
5. Apa yang membuat Pasien tidak dekat dengan orang tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
7. Kaji pengetahuan Pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
8. Diskusikan dengan Pasien penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain
9. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien mengungkapkan
perasaannya
c. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan keuntungan
bergaul dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada Pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
d. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap
Intervensi :
1. Observasi perilaku Pasien saat berhubungan dengan orang
lain.
2. Beri motivasi dan bantu Pasien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui :
 Pasien-perawat
 Pasien-perawat-perawat lain
 Pasien-perawat-perawat lain-Pasien lain
 Pasien-kelompok kecil
 Pasien-keluarga/kelompok/masyarakat
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan
orang lain
5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan
untuk meningkat kemampuan Pasien bersosialisasi
6. Beri motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah di buat
7. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
e. TUK 5 : Pasien mampu mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain/kelompok
2. Diskusikan dengan Pasien manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
f. TUK 6 : Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan social
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri
2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Tanda dan gejala menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Cara keluarga meghadapi Pasien yang sedang menarik diri
3. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien
mengatasi prilaku menarik diri
4. Latih keluarga cara merawat Pasien menarik diri
5. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien berkomunikasi dengan orang lain
6. Anjurkan anggota keluarga untuk rutin dan bergantian
mengunjungi pasien minimal 1x seminggu
7. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga merawat pasien di rumah sakit.
g. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
Intervensi :
1. Libatkan dan motivasi pasien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok sosialisasi untuk mengatasi perilaku isolasi social

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Focus
intervensi pada klien degan gangguan Isolasi Sosial yaitu dapat
Mengatasi tingkat Isolasi Sosial. Adapun Standar Prosedur Oprasional
(SOP) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terlampir
V. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk
SOAP sebagai berikut :
a. S: Pasien mengatakan mengenal nama perawat dan teman-teman
di ruangan atau teman sekamarnya, pasien juga mengatakan
sudah mampu bercakap-cakap dengan teman sekamarnya
b. O: Pasien tanpak mampu menggunakan teknik Terapi aktivitas
kelompok untuk mengatasi isolasi sosial
c. A: Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai dengan tujuan
dan kriteria hasil yang telah ditentukan, tujuan belum tercapai
apabila respon pasien tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
d. P: Pertahankan kondisi pasien apabila tujuan tercapai, lanjutkan
perencanaan apabila terdapat tujuan yang belum mampu dicapai
oleh pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Studi Kasus


Pasien atas nama Ny. A usia 32 tahun dibawa ke rumah sakit oleh ibunya setelah
selama 2 minggu mengurung diri di kamar, tidak mau berbicara
ataupunbersosialisasi dengan orang lain dan sering menangis. Menurut ibu pasien,
Ny. A berubah demikian setelah suaminya pergi dari rumah. Ny. A juga tidak
menyukai apabila ada cermin di kamarnya dengan mengatakan, dia tidak mau
melihat dirinya yang jelek seperti kata suaminya. Selama anamnesa, pasien sering
diam, raut wajah tampak sedih dan selalu melihat kebawah. Pada pemeriksaan
fisik pasien didapatkan kondisi umum terlihat kantong mata menghitam dan
tampak lesu. Tanda-tanda vital pasienmenunjukkan data sebagai berikut :
Suhu : 36.50C ; TD : 120/90 mmHg ; Nadi : 95x/menit ; RR : 20x/menit

FORMULIR PENGKAJIANKEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


RUANGAN RAWAT MAWAR TANGGAL DIRAWAT 03-09-2019
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Ny.A Tanggal Pengkajian: 03-09-2019
Umur : 32 tahun RM No. :000123XXX
Informan : Ibu pasien

II. ALASAN MASUK


Pasien mengurung diri di kamar dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak √
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil
tidak berhasil
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan √ 32
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Penjelasan : pasien mengalami penolakan dari suaminya dengan alasan,
pasien sudah tidak cantik lagi sehingga memuat suaminya memilih pergi dari
rumah dengan wanita lain yang lebih cantik dan muda
Masalah Keperawatan : Perubahan proses keluarga.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya Tidak √

Masalah Keperawatan : tidak ada


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Pasien trauma karena penolakan dari suaminya yang lebih memilih dengan
wanita lain dengan alasanbahwa pasien jelek
Masalah Keperawatan: Respons pascatrauma

IV.FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/90mmHg N : 95x/menitS : 36.50C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 158cm BB : 63 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Masalah keperawatan: tidak ada

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
: meninggal
Jelaskan: pada awalnya, pasien tinggal berdua dengan suami dengan pengambilan
keputusan dipegang oleh suami. Namun, sejak 1minggu pasca suami pergi dari
rumah, pasien tinggal dengan kedua orangtuanya atas permintaan si-ibu, karena
pasien terlihat tidak pernah keluar rumah lagi
2. Konsep diri
a Gambaran diri : pasien merasa dirinya jelek, hitam dan kucel
b. Identitas : pasien mengatakan dia adalah anak perempuan tunggal
dan dulunya adalah seorang istri yang berperan seagai ibu
rumah tangga
c. Peran : pasien dulunya aktif dalam arisan ibu-ibu di RT dan
sesekali ikut program ibu kreatif seperti membuat aksesoris
kalung, gelang, bros
d. Ideal diri : pasien mengatakanbahwa sebagai seorang perempuan
seharusnya tampil cantik, tidak terlihat kucel dan aktif di
kegiatan lingkungan sekitar
e. Harga diri : pasien merasa membenci dirinya karena tampak jelek dan
malu untuk kembali bersosialisasi di lingkungan RT
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : orangtua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : aktif dalam arisan ibu-
ibu RT dan program ibu kreatif
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : merasa malu dan takut
jika mengalami penolakan kembali
Masalah keperawatan:isolasi sosial: menarik diri

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan
b. Kegiatan ibadah : pasien beribadah sebagaimana agamanya
Masalah Keperawatan : tidak ada

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : penampilan pasien rapi
Masalah Keperawatan : tidak ada
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
_Apatis √ Lambat Membisu √ Tidak mampu
memulaipembicaraan
Jelaskan : pasien tidak sepenuhnya membisu hanya menjawab sekenanya
dengan singkat dan lambat
3. Aktivitas Motorik:

√ Lesu Tegang Gelisah Agitasi


Tik Grimasen Tremor
Kompulsif
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira
√ √
berlebihan
Jelaskan : pasien merasa putus asa dan sempat berpikir tidak ada gunanya untuk
hidup
Masalah Keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri
5. Afek


Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (-) Defensif Curiga

7. Persepsi
Jelaskan : tidak ada gangguan pada persepsi
Masalah Keperawatan : tidak ada
8. Proses Pikir
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada proses pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada
9. Isi Pikir dan waham
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada isi pikir dan waham
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat kesadaran
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran dan tidak terjadi disorientasi
waktu/tempat/orang
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
Jelaskan : tidak ada gangguan pada memori pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat konsentrasi dan berhitung
Masalah Keperawatan : tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Jelaskan : tidak ada gangguan pada kemampuan penilaian
Masalah Keperawatan : tidak ada

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan : Bantuan minimal
2. BAB/BAK : Bantuan minimal
3. Mandi : Bantuan minimal
4. Berpakaian/berhias : Bantuan minimal
5. Istirahat dan tidur :
Tidur siang lama : tidak pernah
Tidur malam lama : 23.00 s/d 03.00
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif √
Jelaskan : menghindar dan menutup diri
Masalah Keperawatan : ketidakefektifan koping

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:


Penyakit jiwa system pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik

√ Koping obat-obatan
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentangkoping

X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Depresi
Terapi Medik : obat antidepressan

Analisis data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS Resiko tinggi mencederai Resiko tinggi mencederai
- Pasien mengatakan diri diri
sempat berpikir ↑
tidak ada gunanya Isolasi sosial : menarik diri
lagi untuk hidup ↑
- Gangguan konsep diri :
DO harga diri rendah
- Pasien terlihat ↑
putus asa Ketidakefektifan koping
- Pasien tampak lesu ↑
Kurang pengetahuan:
koping

Respon pascatrauma

Perubahan proses keluarga
DS Isolasi sosial : menarik diri Isolasi sosial : menarik
- Ibu pasien ↑ diri
mengatakan ahwa Gangguan konsep diri :
pasien suka harga diri rendah
mengurung diri ↑
- Pasien mengatakan Ketidakefektifan koping
malu dan takut jika ↑
mengalami Kurang pengetahuan:
penolakan kembali koping
- ↑
DO Respon pascatrauma
- Komunikasi pasien ↑
lambat dan tidak Perubahan proses keluarga
kooperatif
- Pasien tidak lagi
bersosialisasi
dengan orang lain

DS Gangguan konsep diri : Gangguan konsep diri:


- Pasien harga diri rendah Harga diri rendah
mengatakanbenci ↑
terhadap dirinya Ketidakefektifan koping
- Pasien ↑
menganggap Kurang pengetahuan:
dirinya jelek koping
- Pasien merasa ↑
malu Respon pascatrauma

DO Perubahan proses keluarga
- Kontak mata
pasien (-)
- Tampak sedih dan
lesu
- Pasien tidak suka
ada cermin di
ruanganya yang
dapat
menunjukkan
dirinya

Daftar masalah
1. Perubahan proses keluarga
2. Respon pascatrauma
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4. Isolasi sosial : menarik diri
5. Resiko tinggi mencederai diri
6. Gangguan pola tidur
7. Ketidakefektifan koping
8. Kurang pengetahuan: koping

Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri

Isolasi sosial : menarik diri Gangguan pola tidur

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Ketidakefektifan koping
Kurang pengetahuan: koping

Respon pascatrauma

Perubahan proses keluarga


DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri
2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan gangguan konsep diri:
harga diri rendah
RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Perilaku Jangka pendek: Setelah dilakukan  Membantu
kekerasan 1. Pasien dapat intervensi selama pasien dalam
b.d. isolasi mengidentifi 3x24 jam pasien mendiskusikan
sosial kasi dapat: kemampuan dan
menarik diri kemampuan SP 1 aspek positif
dan aspek  Pasien yang dimiliki
positif dapat  Membantu
2. Pasien dapat mendiskus pasien menilai
menilai ikan kemampuan
kemampuan kemampu yang dapat
yang dapat an dan digunakan
digunakan spek  Membantu
3. Pasien dapat positif pasien dalam
memilih yang memilih
kemampuan dimiliki kemampuan
yang akan  Pasien yang akan
digunakan dapat dilatih
4. Pasien menilai  Membantu
mampu kemampu pasien dalam
melakukan an yang membuat
kegiatan dapat rencana harian
sesuai
kondisi dan digunakan
kemampuan  Pasien SP 2
yang dapat  Membantu
dimiliki menetapka pasien dalam
Jangka panjang: n melakukan
Pasien dapat kemampu kegiatan lain
mneghindari an yang yang sesuai
perilaku kekerasan akan dengan
dilatih kemampuan
 Pasien
dapat
berlatih
dengan
rencana
harian
SP 2
 Pasien
dapat
melakuka
n kegiatan
lain yang
sesusai
dengan
kemampu
an
Isolasi Jangka pendek: Setelah dilakukan SP 1
sosial :  Pasien intervesi selama  Membantu
menarik diri mampu 7x24 jam, pasien pasien dalam
berhubunga mengungkap dapat: membina
n dengan kan hal-hal SP 1 hubungan saling
gangguan yang  Pasien percaya
konsep diri: melatarbelak dapat  Membantu
harga diri angi membina pasien
rendah terjadinya hubungan mengenal
isolasi sosial saling penyebab
 Pasien percaya isolaso sosial
mampu  Pasien  Membantu
mengungkap dapat pasien
kan mengenal mengenal
keuntungan penyebab keuntungan
berinteraksi isolasi berhubungan
 Pasien sosial dan kerugian
mampu  Pasien tidak
mengungkap dapat beberhubungan
kan kerugian mengenal dengan orang
jika tidak keunutnga lain
berinteraksi n  Mengajarkan
dengan berhubung pasien
orang lain an dan berkenalan
 Pasien kerugian SP 2
mampu tidak  Mengajarkan
mempraktek berhubung pasien
kan cara an dengan berinteraksi
berkenalan ornag lain secara bertahap
dengan satu  Pasien (berkenalan
orang dapat dengan orang
Jangka panjang: berkenala pertama-
 Pasien n dengan seorang
sembuh dari orang lain perawat)
isolasi SP 2
sosial:menar  Pasien SP 3
ik diri dapat  Mengajarkan
berinterak pasien
si secara berinteraksi
bertahap secara bertahap
(dengan (berkenalan
perawat) dengan orang
SP 3 kedua- seorang
 Pasein pasien)
dapat
berinterak
si secara
bertahap
(dengan
pasien)
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Proposal Terapi Aktivitas Kelompok


A. Latar Belakang
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa
memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang.
Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan
bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku
pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptive.
Keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktivitas kelompok melalui dukungan (support), pendidikan meningkatkan
pemecahan masalah, meningkatkan hubungan internasional dan juga
meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan
orientasi realitas ( Birckhead, 1989). Terapi aktifitas kelompok sering
digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi
kesehatan.

B. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Menurut Stuart and
Sundeen (2006) Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk
meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada klien yang
mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Terapi Aktivitas
Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus
pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi atau berorientasi
dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan
memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara
bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien.
Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu :
kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan
bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik
tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok,
diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.

C. Tujuan TAK
TAK merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Wilson dan Kneisl (1992)
menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial
dan harga diri. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi kelompok secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pasien mengenai diri mereka sendiri melalui interaksi dengan
anggota kelompok lain yang memberikan umpan balik mengenai perilaku
mereka; memberikan pasien peningkatan keterampilan interpersonal dan
sosial; membantu anggota untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas (Kaplan & Sadock,
2010).

D. Waktu dan tempat


Hari : Minggu, 15 September 2019
Jam : 10.00 WIB
Tempat : LIPONSOS Keputih

E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

F. Media/ alat
1. Spidol
2. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.
3. Handphone untuk memutar music

G. Setting tempat

Leader
Co –
Leader

Observer

Fasilitator
Pasien

H. Pembagian tugas
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok

I. Pasien
a. Kriteria Pasien
- Klien dengan isolasi diri
- Klien yang kooperatif dengan riwayat isolasi diri
- Klien yang sehat secara fisik
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
- Klien isolasi sosial yang sudah mendapat asuhan keperawatan
untuk masalah isolasi sosial.
- Klien isolasi sosial yang bersedia dijadikan responden
b. Proses seleksi
- Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
- Membuat kontrak dengan klien
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
- Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
- Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok

J. Susunan pelaksanaan
 Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Linda
b. CO – Leader : Uswatun
c. Fasilitator : Taqiyatul Izzah
d. Observer : Allivia
 Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
No Nama Masalah keperawatan

1 Mardha Isolasi diri

2 Annisa Isolasi diri

3 Neiska Isolasi diri

4 Fahri Isolasi diri

K. Aktivitas dan indikasi TAKS


Aktivitas TAKS dilakukan tujuh sesi yang melatih kemampuan sosialisasi
klien. Klien yang mempunyai indikasi TAKS adalah klien dengan
gangguan hubungan sosial berikut:
1. Klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
2. Klien mempunyai kerusakan komunikasi verbal yang telah berespons
sesuai dengan stimulus

L. Tahapan-tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, fase-fase dalam
Terapi Aktifitas Kelompok adalah sebagai berikut:
1. Pre kelompok
Terapi mememulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dari kelompok,
menjelaskan sumber- sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkinkan biaya dan keuangan.
2. Fase Awal
Pada fase ini terdapat tiga kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan
a. Orientasi
Anggota mulai mengembangkan sistem sosial masing-masing, dan
leader mulai melanjutkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit pada klien dalam proses kelompok, anggota
mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,
bagaimana peran anggota, tugas anggota dan yang akan terjadi para
anggota akan saling ketergantungan.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, dan
anggota mulai menemukan siapa dirinya.
3. Fase Kerja
Pada tahapan ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
negatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistis, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok serta penyelesaian
masalah yang kreatif
4. Tahap Kerja
a. Terapis menjelaskan kepada klien apabila kaset pada tape recorder
dihidupkan, maka bola yang dipegang anggota kelompok segera
diedarkan kepada anggota kelompok yang lain searah dengan arah
jarum jam (yaitu kearah kiri).
b. Pada saat tape dimatikan oleh terapis, salah satu anggota kelompok
yang memegang bola mendapat giliran untuk menyebutkan salam,
nama lengkap, nama panggilan, hobi, dan asal, dimulai oleh terapis
yang sebagai contoh.
c. Klien menuliskan nama panggilan pada kertas/papan nama di
tempel/dipakai.
d. Selanjutnya klien mengulangi perintah b, c, dan d sampai semua
anggota kelompok mendapat giliran.
e. Terapis memberi pujiaan untuk tiap keberhasilan anggota
kelompok dengan memberi tepuk tangan.
5. Tahap Terminasi
- Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS
- Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
- Menganjurkan tiap kelompok melatih memperkenalkan diri kepada
orang lain di kehidupan sehari-hari
- Memasukkan kegiatan memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan
harian pasien
- Menyepakati kegiatan berikut, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok
- Menyepakati waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya
6. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses Terapi Aktivitas Kelompok
berlangsung, khususnya pada tahap kerja untuk menilai
kemampuan klien melakukan Terapi Aktivitas Kelompok. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
Terapi Aktivitas Kelompok. Untuk Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Sesi 1, evaluasinya adalah kemampuan klien dalam
memperkenalkan diri dari segi aspek verbal maupun non-verbal
dengan menggunakan formulir evaluasi. Untuk sesi selanjutnya
metodenya akan sama, hanya ada sedikit perubahan dalam
tahapannya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial yang bertujuan untuk Mampu meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.

5.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu terapi aktivitas kelompok
sosialisasi. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai
sesuai dengan keinginan. Serta diharapkan bagi tenaga perawat menjadikan Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien
dengan masalah gangguan jiwa karena TAK Sosialisasi merupakan tindakan
keperawatan yang efektif
DAFTAR PUSTAKA

Pangestu, Dwi Wahyu. 2014. “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri di RSJD
Surakarta”. Surakarta. Nakah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Nurochimah, Yuliana. 2017. “Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok untuk


Menangani Halusinasi pada Skizofrenia di Panti Rehabilitas Mental dan
Emosi Griya Trisna Jebres, Surakarta”. Surakarta. Fakultas Ushulddin dan
Dakwah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
repository.poltekkes-denpasar.ac.id

Efendi, Surya, Atih Rahayuningsih dan Wan Muharyati. 2012. Pengaruh


Pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan
Perilaku Klien Isolasi Sosial. Ners jurnal keperawatan. Keperawatan
Universitas Andalas. Vol 8 no 2

Emilyani, Desty. 2015. Pengaruh terapi kelompok suportif terhadap kemandirian


pasien skizofrenia yang mengalami defisit perawatan diri di rumah sakit jiwa
Propinsi NTB. Jurnal Analis Medika Bio Sains. Keperawatan Universitas
Andalas. Vol. 2 no. 2

Mahmudah, Nila. 2013. Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi (taks)


terhadap kemampuan interaksi sosial antar individu dengan individu yang
lain di panti sosial bina insan (psbi ) bangun daya II. Universitas islam negeri
syarif hidayatullah
Lampiran

NASKAH ROLEPLAY
Naskah Roleplay Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Pasien dengan
Isolasi Diri
Peran :
1. Leader : Neiska
2. CO – Leader : Nisa
3. Fasilitator : Fahri
4. Observer : Taqiyatul I
5. Pasien 1 : Linda
6. Pasien 2 : Mardha
7. Pasien 3 : Allivia A
8. Pasien 4 : Uswatun M
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Terapi Aktivitas Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara
anggota yang berfokus pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi
atau berorientasi dengan orang lain.
Scene 1 : Perawat mengadakan kontrak ulang dengan pasien untuk
persiapan TAK
Pasien 1 : (berbicara sendiri dengan suara yang rendah di sudut ruangan)
Fasilitator : “Assalamualaikum Ibu Yati, ini saya Perawat Wiwik yang
kemarin membuat janji engan Ibu... Bagaimana perasaan Ibu hari
ini?”
Pasien 1 : (berbicara perlahan dengan suara yang rendah) “Biasa saja, Sus.”
Fasilitator : “Bagaimana kalau kita bermain bersama seperti janji Ibu dengan
saya kemarin, supaya Ibu dapat merasa lebih baik?”
Pasien 1 : “Boleh saja Sus..”
Fasilitator : “Baiklah Bu, mari langsung menuju lokasi berkumpul.. Sudah
ditunggu teman – teman yang lain lho..”
Scene 2 : Pasien berlatih untuk dapat memperkenalkan diri.
Leader : “Assalamualaikum wr wb, bapak dan ibu... Perkenalkan saya
Linda, yang akan memandu latihan Terapi Aktivitas Kelompok
pada hari ini... Sebelumnya apakah sudah ada yang tahu manfaat
dari terapi ini?”
Pasien 1,2,3 : “.......”
Leader : “Jadi pak, bu, tujuan ari terapi ini adalah untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi an sosialisasi ari bapak an ibu sekalian..
Baik, langsung kita mulai saja ya.. ”
Co- Leader : “Baik, pak, bu.. Pertama – tama terapi ini bisa imulai dari
perkenalan diri ya, bisa dimulai dari bapak yang ada di sebelah
kanan saya ya, yaitu dari nama lengkap, nama panggilan, hobi,
kemudian alamat asal....”
Pasien 3 : (berbicara dengan lirih) “Saya Fahri Muhlis, biasa dipanggil
Fahri, hobi memancing, asal dari Sidoarjo.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya bapak Fahri, sudah bisa memperkenalkan
dirinya... Tepuk tangan untuk bapak Fahri.. Selanjutnya Ibu yang
ada disebelah kanan bapak Fahri, silahkan memperkenalkan diri
Bu”
Pasien 2 : (berbicara dengan lirih) “Saya Mardha Hawa, biasa dipanggil
Mardha, hobi menyanyi, asal dari Madiun.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Mardha.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Mardha silahkan memperkenalkan diri...”
Pasien 1 : (berbicara dengan lirih) “Saya Neiska Galuh, biasa dipanggil
Neiska, hobi menjahit, asal dari Jember.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Neiska.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Neiska silahkan memperkenalkan diri...”
Pasien 4 : (berbicara dengan lirih) “Saya Annissa, biasa dipanggil Nisa, hobi
berkebun, asal dari Banten.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu dan bapak semua disini sudah
bisa memperkenalkan dirinya... Tepuk tangan untuk kita semua..
Selanjutnya adalah kegiatan sharing pengalaman, silahkan saudara
Linda..”
Scene 3 : Pasien dapat menceritakan pengalaman tidak menyenangkan dan
mengambil sisi positif dari pengalaman tersebut.
Leader : “Baiklah selanjutnya adalah kita bersama-sama berbagi cerita
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan, setelah itu kita gali
bersama-sama hal positif yang dapat diambil dari pengalaman
tersebut... Bagaimana bapak dan ibu apakah sudah siap? Setelah ini
fasilitator akan membagikan kertas dan selanjutnya saudara Nana
akan mencontohkan terlebih dahulu...”
Co-Leader : “Disini saya akan mencontohkan terlebih dahulu ya pak, bu... Jadi
saya pernah memiliki pengalaman diputuskan pacar saya sebanyak
dua kali.. Pengalaman yang bisa saya bagikan disini adalah bahwa
saya akhirnya mendapatkan pasangan yang lebih baik sekarang...”
Leader : “Untuk Ibu Annissa di sisi kiri saya, silahkan mulai menceritakan
pengalaman tidak menyenangkannya untuk kita cari bersama sisi
positif dari pengalaman yang dialami...”
Pasien 4 : (berbicara dengan nada sedih dan lirih) “Pengalaman kurang
menyenangkan saya adalah ditinggalkan anak saya bekerja di luar
negeri dan belum pernah kembali menengok saya..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Annissa yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Annissa..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat menghargai setiap
momen yang dihabiskan dengan anak ibu dahulu.. selanjutnya, Ibu
Neiska silahkan.. ”
Pasien 1 : “Pengalaman kurang menyenangkan saya adalah saat saya
dihipnotis dan dirampok didalam angkutan umum..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Neiska yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Neiska..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat lebih was-was dan
berhati-hati dikemudian hari.. Selanjutnya, Ibu Mardha silahkan.. ”
Pasien 2 : “Pengalaman yang kurang menyenangkan bagi saya adalah saat
diberhentikan dari sekolah dahulu..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Mardha yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Mardha..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat mencoba kembali untuk
memiliki hidup yang lebih baik.. selanjutnya, Bapak Fahri
silahkan.. ”
Pasien 3 : “Pengalaman tidak menyenangkan saya adalah ketika
ditinggalkan pergi anak dan istri saya bersama lelaki lain...”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Bapak Fahri yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Bapak Fahri..
Sisi positif dari pengalaman ini Bapak dapat menghargai setiap
momen yang dihabiskan dengan anak dan istri dahulu serta
menjalani kehidupan bapak dengan lebih baik.. Karena kita semua
berhak untuk bahagia.. ”
Scene 4 : Pasien mencoba memperbaiki pola interaksi melalui partisipasinya
dalam permainan kelompok
Leader : “Agenda kita selanjutnya yaitu permainan giring bola.. Untuk
mekanisme permainannya adalah dengan mengoper bola
kesamping kanan seiring dengan berputarnya lagu.. setelah lagu
berhenti, maka orang terakhir yang menggenggam bola harus
mengatakan aktivitas yang disukai beserta alasannya.. Apa semua
sudah siap?”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 1 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain petak umpet, karena
seru dan merupakan permainan kesukaan saya ketika kanak-kanak”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 3 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain sepak bola, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan dan
keringat”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 4 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain ular tangga, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah strategi”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 2 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain engklek, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan”
Permainan selesai.
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu dan bapak semua disini sudah
bisa menyebutkan jenis permainan yang disukai... Tepuk tangan
untuk kita semua.. Selanjutnya adalah kegiatan sharing mengenai
tujuan dari terapi ini, silahkan saudara Linda..”
Leader : “Baiklak, sebelum saya jelaskan apakah salah satu diantara bapak
atau ibu ada yang mengetahui tujuan dari terapi aktivitas ini?”
Pasien 1,2,3,4 : “......”
Leader : “Karena sepertinya belum ada yang ingin menjawab, akan saya
jelaskan saja.. Jadi tujuan dari terapi aktivitas ini adalah untuk
meningkatkan respons sosial dan harga diri, membentuk
kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tingkat
adaptif... Sebelumnya, tepuk tangan terlebih dahulu untuk kita
semua yang telah menjalankan terapi ini dengan lancar dan baik...
Dengan adanya terapi ini, diharapkan bapak ibu dapat menuju
kualitas hidup yang lebih baik dan dapat berinteraksi seperti
semula...”
Co-Leader : “Seluruh rangkaian terapi aktivitas pada hari ini sudah berjalan
dengan baik, terimakasih bapak dan ibu atas kerjasama dan
partisipasinya.. Jangan lupa untuk berpartisipasi dalam terapi
selanjutnya...”

Anda mungkin juga menyukai