Oleh:
1. Annisa 131711133039
2. Neiska Galuh M 131711133059
3. Linda Masruroh 131711133060
4. Uswatun Mujayana 131711133078
5. Mardha Hawa 131711133114
6. Fahri Muhlis A 131711133135
7. Allivia Arvianti P 131711133150
8. Taqiyatul Izzah 131711133152
Dosen Pembimbing:
Dr Hanik Endang Nihayati, S.Kep.Ns.M.Kep
Penulis
DAFTAR ISI
III.INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan umum: Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
a. TUK 1 : Pasien dapat membina hubungan saling percaya.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Sapa Pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang di
sukai pasien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Buat kontrak interaksi yang jelas
6. Jujur dan tepati janji
7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8. Beri perhatian pada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
asien
b. TUK 2 : Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
Intervensi :
Tanyakan pada pasien tentang:
1. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar Pasien
2. Orang yang paling dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
3. Apa yang membuat Pasien dekat dengan orang tersebut
4. Orang yang tidak dekat dengan Pasien di rumah/di ruang
perawatan
5. Apa yang membuat Pasien tidak dekat dengan orang tersebut
6. Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain
7. Kaji pengetahuan Pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
8. Diskusikan dengan Pasien penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain
9. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien mengungkapkan
perasaannya
c. TUK 3 : Pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan Pasien tentang manfaat dan keuntungan
bergaul dengan orang lain
2. Beri kesempatan pada Pasien untuk mengungkapkan
perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang
lain
3. Diskusikan bersama Pasien tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
d. TUK 4 : Pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara
bertahap
Intervensi :
1. Observasi perilaku Pasien saat berhubungan dengan orang
lain.
2. Beri motivasi dan bantu Pasien untuk berkenalan atau
berkomunikasi dengan orang lain melalui :
Pasien-perawat
Pasien-perawat-perawat lain
Pasien-perawat-perawat lain-Pasien lain
Pasien-kelompok kecil
Pasien-keluarga/kelompok/masyarakat
3. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
4. Bantu Pasien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan
orang lain
5. Diskusikan jadwal kegiatan harian yang dapat dilakukan
untuk meningkat kemampuan Pasien bersosialisasi
6. Beri motivasi Pasien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah di buat
7. Beri pujian terhadap kemampuan Pasien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan
e. TUK 5 : Pasien mampu mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaannya setelah
berhubungan dengan orang lain/kelompok
2. Diskusikan dengan Pasien manfaat berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinforcement positif atas kemampuan Pasien
mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
f. TUK 6 : Pasien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas
hubungan social
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri
2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
Perilaku menarik diri
Tanda dan gejala menarik diri
Penyebab perilaku menarik diri
Cara keluarga meghadapi Pasien yang sedang menarik diri
3. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien
mengatasi prilaku menarik diri
4. Latih keluarga cara merawat Pasien menarik diri
5. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada
pasien berkomunikasi dengan orang lain
6. Anjurkan anggota keluarga untuk rutin dan bergantian
mengunjungi pasien minimal 1x seminggu
7. Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai dan
keterlibatannya keluarga merawat pasien di rumah sakit.
g. TUK 7 : Pasien dapat menggunakan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi
Intervensi :
1. Libatkan dan motivasi pasien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok sosialisasi untuk mengatasi perilaku isolasi social
IV.FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/90mmHg N : 95x/menitS : 36.50C P : 20x/menit
2. Ukur : TB : 158cm BB : 63 kg
3. Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Masalah keperawatan: tidak ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal dalam satu rumah
: meninggal
Jelaskan: pada awalnya, pasien tinggal berdua dengan suami dengan pengambilan
keputusan dipegang oleh suami. Namun, sejak 1minggu pasca suami pergi dari
rumah, pasien tinggal dengan kedua orangtuanya atas permintaan si-ibu, karena
pasien terlihat tidak pernah keluar rumah lagi
2. Konsep diri
a Gambaran diri : pasien merasa dirinya jelek, hitam dan kucel
b. Identitas : pasien mengatakan dia adalah anak perempuan tunggal
dan dulunya adalah seorang istri yang berperan seagai ibu
rumah tangga
c. Peran : pasien dulunya aktif dalam arisan ibu-ibu di RT dan
sesekali ikut program ibu kreatif seperti membuat aksesoris
kalung, gelang, bros
d. Ideal diri : pasien mengatakanbahwa sebagai seorang perempuan
seharusnya tampil cantik, tidak terlihat kucel dan aktif di
kegiatan lingkungan sekitar
e. Harga diri : pasien merasa membenci dirinya karena tampak jelek dan
malu untuk kembali bersosialisasi di lingkungan RT
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : orangtua
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : aktif dalam arisan ibu-
ibu RT dan program ibu kreatif
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : merasa malu dan takut
jika mengalami penolakan kembali
Masalah keperawatan:isolasi sosial: menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : pasien semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan
b. Kegiatan ibadah : pasien beribadah sebagaimana agamanya
Masalah Keperawatan : tidak ada
√
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan √ Tidak kooperatif Mudah tersinggung
7. Persepsi
Jelaskan : tidak ada gangguan pada persepsi
Masalah Keperawatan : tidak ada
8. Proses Pikir
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada proses pikir
Masalah Keperawatan : tidak ada
9. Isi Pikir dan waham
Jelaskan : tidak ada permasalahan pada isi pikir dan waham
Masalah Keperawatan : tidak ada
10. Tingkat kesadaran
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat kesadaran dan tidak terjadi disorientasi
waktu/tempat/orang
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
Jelaskan : tidak ada gangguan pada memori pasien
Masalah Keperawatan : tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Jelaskan : tidak ada gangguan pada tingkat konsentrasi dan berhitung
Masalah Keperawatan : tidak ada
13. Kemampuan penilaian
Jelaskan : tidak ada gangguan pada kemampuan penilaian
Masalah Keperawatan : tidak ada
√ Koping obat-obatan
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan tentangkoping
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : Depresi
Terapi Medik : obat antidepressan
Analisis data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS Resiko tinggi mencederai Resiko tinggi mencederai
- Pasien mengatakan diri diri
sempat berpikir ↑
tidak ada gunanya Isolasi sosial : menarik diri
lagi untuk hidup ↑
- Gangguan konsep diri :
DO harga diri rendah
- Pasien terlihat ↑
putus asa Ketidakefektifan koping
- Pasien tampak lesu ↑
Kurang pengetahuan:
koping
↑
Respon pascatrauma
↑
Perubahan proses keluarga
DS Isolasi sosial : menarik diri Isolasi sosial : menarik
- Ibu pasien ↑ diri
mengatakan ahwa Gangguan konsep diri :
pasien suka harga diri rendah
mengurung diri ↑
- Pasien mengatakan Ketidakefektifan koping
malu dan takut jika ↑
mengalami Kurang pengetahuan:
penolakan kembali koping
- ↑
DO Respon pascatrauma
- Komunikasi pasien ↑
lambat dan tidak Perubahan proses keluarga
kooperatif
- Pasien tidak lagi
bersosialisasi
dengan orang lain
Daftar masalah
1. Perubahan proses keluarga
2. Respon pascatrauma
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
4. Isolasi sosial : menarik diri
5. Resiko tinggi mencederai diri
6. Gangguan pola tidur
7. Ketidakefektifan koping
8. Kurang pengetahuan: koping
Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri
Ketidakefektifan koping
Kurang pengetahuan: koping
Respon pascatrauma
B. Pengertian TAK
Terapi Aktivitas Kelompok merupakan terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Menurut Stuart and
Sundeen (2006) Terapi Aktivitas Kelompok dilakukan untuk
meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada klien yang
mengidap gangguan jiwa pada waktu yang lama. Terapi Aktivitas
Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara anggota yang berfokus
pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi atau berorientasi
dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi (TAKS) merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk membantu dan
memfasilitasi klien isolasi sosial untuk mampu bersosialisasi secara
bertahap melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan sosialisasi klien.
Ketujuh sesi tersebut diarahkan pada tujuan khusus TAKS, yaitu :
kemampuan memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan
bercakap-cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik
tertentu, kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang
manfaat kegiatan TAKS yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan dalam TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja
dan tahap terminasi dengan menggunakan metode dinamika kelompok,
diskusi atau tanya jawab serta bermain peran atau stimulasi.
C. Tujuan TAK
TAK merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku pasien
dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Wilson dan Kneisl (1992)
menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respons sosial
dan harga diri. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi kelompok secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran pasien mengenai diri mereka sendiri melalui interaksi dengan
anggota kelompok lain yang memberikan umpan balik mengenai perilaku
mereka; memberikan pasien peningkatan keterampilan interpersonal dan
sosial; membantu anggota untuk beradaptasi dengan lingkungan dan
meningkatkan komunikasi antara pasien dan petugas (Kaplan & Sadock,
2010).
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Media/ alat
1. Spidol
2. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.
3. Handphone untuk memutar music
G. Setting tempat
Leader
Co –
Leader
Observer
Fasilitator
Pasien
H. Pembagian tugas
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Mengingatkan leader tentang kegiatan
d. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan
berlangsung
d. Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
I. Pasien
a. Kriteria Pasien
- Klien dengan isolasi diri
- Klien yang kooperatif dengan riwayat isolasi diri
- Klien yang sehat secara fisik
- Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
- Klien isolasi sosial yang sudah mendapat asuhan keperawatan
untuk masalah isolasi sosial.
- Klien isolasi sosial yang bersedia dijadikan responden
b. Proses seleksi
- Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
- Membuat kontrak dengan klien
- Menjelaskan tujuan kegiatan
- Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
- Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas
kelompok
- Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok
J. Susunan pelaksanaan
Susunan perawat pelaksana TAKS sebagai berikut :
a. Leader : Linda
b. CO – Leader : Uswatun
c. Fasilitator : Taqiyatul Izzah
d. Observer : Allivia
Pasien peserta TAKS sebagai berikut :
No Nama Masalah keperawatan
5.1 Kesimpulan
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan sosial yang bertujuan untuk Mampu meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.
5.2 Saran
Kita harus mengerti, tahu dan memahami apa itu terapi aktivitas kelompok
sosialisasi. Agar tindakan serta penanganan terhadap masalah ini dapat tercapai
sesuai dengan keinginan. Serta diharapkan bagi tenaga perawat menjadikan Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi sebagai tindakan keperawatan untuk setiap pasien
dengan masalah gangguan jiwa karena TAK Sosialisasi merupakan tindakan
keperawatan yang efektif
DAFTAR PUSTAKA
Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
repository.poltekkes-denpasar.ac.id
NASKAH ROLEPLAY
Naskah Roleplay Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) pada Pasien dengan
Isolasi Diri
Peran :
1. Leader : Neiska
2. CO – Leader : Nisa
3. Fasilitator : Fahri
4. Observer : Taqiyatul I
5. Pasien 1 : Linda
6. Pasien 2 : Mardha
7. Pasien 3 : Allivia A
8. Pasien 4 : Uswatun M
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Terapi Aktivitas Kelompok dapat menstimulus interaksi diantara
anggota yang berfokus pada tujuan kelompok serta membantu klien berinteraksi
atau berorientasi dengan orang lain.
Scene 1 : Perawat mengadakan kontrak ulang dengan pasien untuk
persiapan TAK
Pasien 1 : (berbicara sendiri dengan suara yang rendah di sudut ruangan)
Fasilitator : “Assalamualaikum Ibu Yati, ini saya Perawat Wiwik yang
kemarin membuat janji engan Ibu... Bagaimana perasaan Ibu hari
ini?”
Pasien 1 : (berbicara perlahan dengan suara yang rendah) “Biasa saja, Sus.”
Fasilitator : “Bagaimana kalau kita bermain bersama seperti janji Ibu dengan
saya kemarin, supaya Ibu dapat merasa lebih baik?”
Pasien 1 : “Boleh saja Sus..”
Fasilitator : “Baiklah Bu, mari langsung menuju lokasi berkumpul.. Sudah
ditunggu teman – teman yang lain lho..”
Scene 2 : Pasien berlatih untuk dapat memperkenalkan diri.
Leader : “Assalamualaikum wr wb, bapak dan ibu... Perkenalkan saya
Linda, yang akan memandu latihan Terapi Aktivitas Kelompok
pada hari ini... Sebelumnya apakah sudah ada yang tahu manfaat
dari terapi ini?”
Pasien 1,2,3 : “.......”
Leader : “Jadi pak, bu, tujuan ari terapi ini adalah untuk memperbaiki
kemampuan komunikasi an sosialisasi ari bapak an ibu sekalian..
Baik, langsung kita mulai saja ya.. ”
Co- Leader : “Baik, pak, bu.. Pertama – tama terapi ini bisa imulai dari
perkenalan diri ya, bisa dimulai dari bapak yang ada di sebelah
kanan saya ya, yaitu dari nama lengkap, nama panggilan, hobi,
kemudian alamat asal....”
Pasien 3 : (berbicara dengan lirih) “Saya Fahri Muhlis, biasa dipanggil
Fahri, hobi memancing, asal dari Sidoarjo.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya bapak Fahri, sudah bisa memperkenalkan
dirinya... Tepuk tangan untuk bapak Fahri.. Selanjutnya Ibu yang
ada disebelah kanan bapak Fahri, silahkan memperkenalkan diri
Bu”
Pasien 2 : (berbicara dengan lirih) “Saya Mardha Hawa, biasa dipanggil
Mardha, hobi menyanyi, asal dari Madiun.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Mardha.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Mardha silahkan memperkenalkan diri...”
Pasien 1 : (berbicara dengan lirih) “Saya Neiska Galuh, biasa dipanggil
Neiska, hobi menjahit, asal dari Jember.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya Ibu, sudah bisa memperkenalkan dirinya...
Tepuk tangan untuk Ibu Neiska.. Selanjutnya Ibu yang ada
disebelah kanan Ibu Neiska silahkan memperkenalkan diri...”
Pasien 4 : (berbicara dengan lirih) “Saya Annissa, biasa dipanggil Nisa, hobi
berkebun, asal dari Banten.”
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu dan bapak semua disini sudah
bisa memperkenalkan dirinya... Tepuk tangan untuk kita semua..
Selanjutnya adalah kegiatan sharing pengalaman, silahkan saudara
Linda..”
Scene 3 : Pasien dapat menceritakan pengalaman tidak menyenangkan dan
mengambil sisi positif dari pengalaman tersebut.
Leader : “Baiklah selanjutnya adalah kita bersama-sama berbagi cerita
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan, setelah itu kita gali
bersama-sama hal positif yang dapat diambil dari pengalaman
tersebut... Bagaimana bapak dan ibu apakah sudah siap? Setelah ini
fasilitator akan membagikan kertas dan selanjutnya saudara Nana
akan mencontohkan terlebih dahulu...”
Co-Leader : “Disini saya akan mencontohkan terlebih dahulu ya pak, bu... Jadi
saya pernah memiliki pengalaman diputuskan pacar saya sebanyak
dua kali.. Pengalaman yang bisa saya bagikan disini adalah bahwa
saya akhirnya mendapatkan pasangan yang lebih baik sekarang...”
Leader : “Untuk Ibu Annissa di sisi kiri saya, silahkan mulai menceritakan
pengalaman tidak menyenangkannya untuk kita cari bersama sisi
positif dari pengalaman yang dialami...”
Pasien 4 : (berbicara dengan nada sedih dan lirih) “Pengalaman kurang
menyenangkan saya adalah ditinggalkan anak saya bekerja di luar
negeri dan belum pernah kembali menengok saya..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Annissa yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Annissa..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat menghargai setiap
momen yang dihabiskan dengan anak ibu dahulu.. selanjutnya, Ibu
Neiska silahkan.. ”
Pasien 1 : “Pengalaman kurang menyenangkan saya adalah saat saya
dihipnotis dan dirampok didalam angkutan umum..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Neiska yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Neiska..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat lebih was-was dan
berhati-hati dikemudian hari.. Selanjutnya, Ibu Mardha silahkan.. ”
Pasien 2 : “Pengalaman yang kurang menyenangkan bagi saya adalah saat
diberhentikan dari sekolah dahulu..”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Ibu Mardha yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Ibu Mardha..
Sisi positif dari pengalaman ini Ibu dapat mencoba kembali untuk
memiliki hidup yang lebih baik.. selanjutnya, Bapak Fahri
silahkan.. ”
Pasien 3 : “Pengalaman tidak menyenangkan saya adalah ketika
ditinggalkan pergi anak dan istri saya bersama lelaki lain...”
Co-Leader : “Baiklah, terimakasih kepada Bapak Fahri yang sudah bisa
menceritakan pengalamannya.. Tepuk tangan untuk Bapak Fahri..
Sisi positif dari pengalaman ini Bapak dapat menghargai setiap
momen yang dihabiskan dengan anak dan istri dahulu serta
menjalani kehidupan bapak dengan lebih baik.. Karena kita semua
berhak untuk bahagia.. ”
Scene 4 : Pasien mencoba memperbaiki pola interaksi melalui partisipasinya
dalam permainan kelompok
Leader : “Agenda kita selanjutnya yaitu permainan giring bola.. Untuk
mekanisme permainannya adalah dengan mengoper bola
kesamping kanan seiring dengan berputarnya lagu.. setelah lagu
berhenti, maka orang terakhir yang menggenggam bola harus
mengatakan aktivitas yang disukai beserta alasannya.. Apa semua
sudah siap?”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 1 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain petak umpet, karena
seru dan merupakan permainan kesukaan saya ketika kanak-kanak”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 3 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain sepak bola, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan dan
keringat”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 4 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain ular tangga, karena
seru dan merupakan permainan yang mengasah strategi”
(Fasilitator membagikan bola pingpong kepada leader dan mempersiapkan lagu
yang akan diputar. Setelah persiapan selesai, lagu diputar dan berhenti pada salah
satu pasien.)
Pasien 2 : “Aktivitas yang saya sukai adalah bermain engklek, karena seru
dan merupakan permainan yang mengasah kelincahan”
Permainan selesai.
Co- Leader : “Wah, sudah bagus ya ibu – ibu dan bapak semua disini sudah
bisa menyebutkan jenis permainan yang disukai... Tepuk tangan
untuk kita semua.. Selanjutnya adalah kegiatan sharing mengenai
tujuan dari terapi ini, silahkan saudara Linda..”
Leader : “Baiklak, sebelum saya jelaskan apakah salah satu diantara bapak
atau ibu ada yang mengetahui tujuan dari terapi aktivitas ini?”
Pasien 1,2,3,4 : “......”
Leader : “Karena sepertinya belum ada yang ingin menjawab, akan saya
jelaskan saja.. Jadi tujuan dari terapi aktivitas ini adalah untuk
meningkatkan respons sosial dan harga diri, membentuk
kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi menjadi tingkat
adaptif... Sebelumnya, tepuk tangan terlebih dahulu untuk kita
semua yang telah menjalankan terapi ini dengan lancar dan baik...
Dengan adanya terapi ini, diharapkan bapak ibu dapat menuju
kualitas hidup yang lebih baik dan dapat berinteraksi seperti
semula...”
Co-Leader : “Seluruh rangkaian terapi aktivitas pada hari ini sudah berjalan
dengan baik, terimakasih bapak dan ibu atas kerjasama dan
partisipasinya.. Jangan lupa untuk berpartisipasi dalam terapi
selanjutnya...”