(TAK)
OLEH :
KELAS A3-010
KELOMPOK V
AWALUDDIN (2110142)
SUNARDI (2110143)
NI’MAWATI M. (2110144)
MARHAMA (2110145)
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok dan tidak lupa juga kita kirimkan salam dan shalawat kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW dengan judul “TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK”.
Tidak lupa pula kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah terlibat
dalam pembuatan makalah kami, Ucapan terimah kasih kepada :
1. Ketua STIK GIA Makassar Hj. Saenab Dasong, SKM, M.Kep atas segala fasilitas yang telah disediakan
dalam menunjang pembuatan makalah kami.
2. Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II pak Akbar Harisa, S.Kep., Ns., PMNC, MN atas segala
bimbingan selama pembuatan makalah ini.
3. Ayahanda dan Ibunda kami yang selalu setia memberikan doa dan restu mereka kepada kami dalam
segala kegiatan yang berhubungan dengan perkuliahan kami.
4. Teman-teman kami yang telah bersedia membantu kami dalam memberikan saran sehingga
makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan kami, semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua dan besar pula
harapan kami kepada siapapun yang mempunyai saran maupun kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah-makalah kami berikutnya.
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
I.2. Tujuan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
II.8. Terapis........................................................................................................ 9
III.1. Kesimpulan............................................................................................... 10
III.2. Saran......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling
behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang dimaksud antara lain : rasa
menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang
lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada dalam satu
keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan hubungan timbal balik, hal ini bisa
melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan
kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap
perubahan perilaku pasien atau klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku
maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok
meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah, meningkatkan hubungan
interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality testing) pada klien dengan gangguan orientasi
realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan dewasa ini terapi
aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan terapeutik dalam keperawatan. Terapi
kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong anggota kelompok untuk
mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat
juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam kelompok.
I.2. Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang Terapi Aktivitas Kelompok serta dapat mengaplikasikannya
dalam praktik keperawatan.
Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang kami miliki serta sesuai materi yang harus dibahas
dalam makalah ini yang diberikan oleh dosen mata kuliah, maka ruang lingkup makalah ini terbatas pada
pembahasan Defenisi TAK, Tujuan TAK, Manfaat TAK, Tahap-Tahap TAK, Peran Perawat TAK, Macam-
Macam TAK, Kerangka Teoritis TAK dan Terapi.
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling
ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi
dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri. Kekuatan kelompok memberikan
kontribusi pada anggota dan pimpinan kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi
penjelasan untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok dapat dijadikan
sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba kemampuan berhubungan dan berperilaku
terhadap orang lain.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan
hubungan dengan orang lain.
Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi otot, dan imajinasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah bantu memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
1. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan
atau dari orang lain.
2. Melakukan sosialisasi.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok
adalah sebagai berikut :
A. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan
keuangan.
B. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
1. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan rencana
terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
2. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
3. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
C. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan
saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan
tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
D. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi
premature, tidak sukses atau sukses.
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen
yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan
teori, persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok,
membantu anggota kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan dan memimpin jalannya
terapi aktivitas kelompok.
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok sebagai anggota kelompok dengan
tujuan memberi stimulus pada anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon penderita, mengamati jalannya
proses terapi aktivitas dan menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub kelompok, kurangnya keterbukaan,
resistensi baik individu atau kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis, kontrak dan kerangka teori
yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat
(emergensi dalam terapi) yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah sebagai fasilitator. Idealnya anggota
kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan.
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih
dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang menarik
variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok terapeutik atau non
terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin
kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika
dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka
diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok
adalah sebagai leader/co leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai
dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi
aktivitas kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
5
Tujuan :
e. Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
d. Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau mengikuti kegiatan
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran
fungsi sensoris. Teknik yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
d. Mengekspresikan perasaan
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien terhadap
situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas
maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan
stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar)
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi, ilusi, waham, dan depresonalisasi )
yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain
c. Penderita kooperatif
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi
sosial maupun berperan dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
Tujuan khusus :
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara kontruktif dimana
memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa
batin secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
b. Mengekspresikan perasaan
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada kelompok dari pada individu.
Prinsipnya: terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman
kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah,
tugas terapi membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan memberikan kesempatan
kepada anggota untuk mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan
masalah.
2. Model komunikasi
Dengan menggunakan kelompok ini leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya komunikasi verbal, nonverbal,
terbuka dan tertutup.
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu dan yang lain untuk
melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan social anggota kelompok.
Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana
menggunakan didalam kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) dagambarkan melalui
hubungan interpersonal.
Contoh: interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi
antar anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social yang efektif
dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah
tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan hubungan interpersonal. Pada saat
konplik interpersonal muncul, leader menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota merasa cemas
dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru
terjadi atau peristiwa yang lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami.
II.8 TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien yang mengalami gangguan
jiwa. Adapun terapis antara lain :
a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan
kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan patologi dalam budaya
setempat
b. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk dipergunakan dalam
memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang normal maupun patologis
c. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-konsep yang dimiliki melalui
pengalaman klinis dengan pasien
d. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk membaca yang tersirat
dan menggunakannya secara empatis untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien
dibelakang kata-katanya
e. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan mekanisme pertahanan yang
dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik terapeutiknya
f. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala kekurangan dan
kelebihannya
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya, saling
ketergantungan serta mempunyai norma yang sama.
Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya
membantu individu yang berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi
dan memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif menjadi konstruktif.
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien
yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang
adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.
III.2 SARAN
Sebagai perawat haruslah mengetahui tentang terapi aktivitas kelompok serta dapat
mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jogjakarta:Nuha
Medika.