Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGGUNAAN TERAPI RELAKSASI OTOT


“Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Terapi Komplementer”

Dosen Pengampu :
Ns. M. Cahyadi, S.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Millatul Hanifah (CKR0190217)
2. Nugeraha Risdiyanto (CKR0190220)
3. Tia Nurdianti (CKR0190227)
4. Yulia Rahmawati (CKR0190231)
5. Zahraa Maharani (CKR0190232)

3B KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS 2 RS. CIREMAI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya dengan suri
tauladan-Nya yang baik.
Syukur kehadiranAllah SWT yang telah memberikan anugerah, kesempatan dan
pemikiran kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ni tentang
“PENGGUNAAN TERAPI RELAKSASI OTOT”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususya kepada Dosen
Terapi Komplementer yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca,
supaya makalah ini menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan dalam makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini bermanfaat, terima kasih.

Cirebon, 20 April 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................3
2.1 Definisi Teknik Relaksasi Otot....................................................................3
2.2 Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi Otot.......................................................3
2.3 Tujuan Terapi Relaksasi Otot......................................................................5
2.4 Manfaat Terapi Relaksasi Otot....................................................................6
2.5 Metode Terapi Relaksasi Otot.....................................................................6
2.6 Jenis – Jenis Terapi Relaksasi Otot..............................................................7
2.7 Teknik – Teknik Relaksasi Otot..................................................................7
2.8 Indikasi Terapi Relaksasi Otot.....................................................................8
2.9 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot..........................................................8
2.10 Hal – Hal yang Perlu diperhatikan dalam Kegiatan Relaksasi...................9
2.11 Durasi Pemberian Terapi............................................................................9
2.12 Pelaksanaan dan Tempat Latihan Terapi Relaksasi Otot...........................9
2.13 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Relaksasi Otot...................10
2.14 Evidence Based Practice (EBP)...............................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................189
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asumsi dasar yang melatarbelakangi teknik relaksasi adalah bahwa individu memiliki
kecemasan-kecemasan yang timbul dari keadaan fisik maupun psikisnya, sehingga
diperlukan usaha untuk menyalurkan kelebihan energi dalam dirinya melalui suatu kegiatan
yang menyenangkan dan menenangkan. Terapi relaksasi dilakukan untuk mencegah dan
mengurangi ketegangan pikiran dan otot - otot akibat stres karena ketegangan dapat
mempengaruhi keseimbangan tubuh. Bila ketegangan terjadi maka tubuh akan menjadi
lemah dan akibatnya tubuh tidak dapat melakukan fungsinya secara optimal. Penggunaan
kelompok dalam praktik keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan, pengobatan atau terapi pemulihan kesehatan seseorang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin dipaparkan dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan teknik relaksasi otot?
2. Bagaimana fisiologi kontraksi dan relaksasi otot?
3. Apa tujuan terapi relaksasi otot?
4. Apa manfaat terapi relaksasi otot?
5. Apa saja metode yang digunakan dalam terapi relaksasi otot?
6. Apa saja jenis-jenis terapi relaksasi otot?
7. Apa saja teknik-teknik relaksasi otot?
8. Apa saja indikasi terapi relaksasi otot?
9. Apa saja kontraindikasi terapi relaksasi otot?
10. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan relaksasi?
11. Berapa lama durasi dalam pemberian terapi?
12. Bagaimana pelaksanaan dan tempat latihan terapi relaksasi otot?
13. Bagaimana Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam memberikan terapi relaksasi otot?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin didapatkan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk memahami teknik relaksasi otot.

1
2. Untuk memahami fisiologi kontraksi dan relaksasi otot.
3. Untuk mengetahui tujuan terapi relaksasi otot.
4. Untuk mengetahui manfaat terapi relaksasi otot.
5. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam terapi relaksasi otot.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis terapi relaksasi otot.
7. Untuk mengetahui teknik-teknik relaksasi otot.
8. Untuk mengetahui indikasi terapi relaksasi otot.
9. Untuk mengetahui kontraindikasi terapi relaksasi otot.
10. Untuuk memahami hal - hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan relaksasi.
11. Untuk mengetahui durasi dalam pemberian terapi.
12. Untuk memahami pelaksanaan dan tempat latihan terapi relaksasi otot.
13. Untuk mengetahui dan memahami Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam
memberikan terapi relaksasi otot.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah wawasan
dan pemahaman bagi penulis dan pembaca mengenai terapi relaksasi otot dalam dunia
kesehatan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tenik Relaksasi Otot


Teknik Relaksasi adalah salah satu bentuk terapi yang berupa pemberian intruksi kepada
seseorang dalam bentuk gerakan-gerakan yang tersusun secara sistematis untuk
merelaksasikan pikiran dan anggota tubuh, seperti otot-otot dan mengembalikan kondisi dari
keadaan tegang kekeadaan rileks, normal dan terkontrol mulai dari gerakan tangan sampai
gerakan kaki.
Teknik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungsi fisik dan
mental sehingga terjadi rileks, relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan
kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau
ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenangkan.
Tujuan teknik relaksasi adalah membantu orang menjadi rileks, dengan demikian dapat
memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik. Untuk membantu individu mengontrol diri dan
memfokuskan perhatian sehingga ia saat berada dalam situasi yang menegangkan. (Zainul,
2007).
Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan dan
bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry,2005).
Teknik ini didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada ansietas yang
merangsang karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan
ketegangan fisiologis (Asmadi, 2008).
2.2 Fisiologi Kontraksi dan Relaksasi Otot
Latihan relaksasi otot melibatkan sembilan kelompok otot yang ditegangkan dan
dilemaskan, yaitu kelompok otot tangan, kaki, dahi, mata, otot- otot bibir, lidah, rahang, dada
dan leher. Gunawan (2001), Setiadi (2007), dan Wibowo (2008), berpendapat pada anggota
gerak bagian atas terdapat sekumpulan otot yang terlibat dalam kontraksi dan relaksasi yaitu
musculus latissimus dorsi, musculus deltoideus, musculus trapezius, musculus biceps brachii,
musculus triceps brachii, musculus extensor carpi radialis, musculus extensor carpi ulnsris,
musculuspronator teres, musculus palmaris ulnaris, dan musculus feksordigitorunt profundus.

3
Pada anggota gerak bagian bawah jenis otot yang terlibat pada kontraksi dan relaksasi
meliputi musculus illiopsoas, musculus tensor fasialata, musculus rechus femoris, musculus
vestus, musculus peroneus, musculus tibialis, musculus ekstensor digitorum komunis,
musculus pehinus, musculus gracillis, musculussales, musculus adductor magnus musculus
gluteus maksimus, musculus biceps femoris, dan musculus plantaris.
Pada bagian kepala, wajah, dan mulut otot-otot yang terlibat pada saat kontraksi dan
relaksasi meliputi musculus frontalis, musculus okcipitalis, musculus ohligeus oculi,
musculus orbicularis oculi, musculus 9 levator palpebra, musculus triangularis, musculus
orbicularisoris, musculus quadrates labii, musculus bucsinator, musculus zigomaticus,
musculus maseter, musculus temporalis, musculus pterigoid, musculus genioglosus, dan
musculus stiloglosus.
Pada bagian leher dan bahu, jenis otot yang terlibat meliputi musculus platisma, musculus
sternoHeido mastoid, musculus longisimus capitis, musculus deltoid, musculus sub
scapulars, musculus supraspinatus, musculus supra infraspinatus, dan musculus teres.
Sedangkan pada bagian dada tot yang terlibat adalah musculus pectoralis major, musculus
pectorals minor, musculus sub clavicula, dan musculus seratus anterior. Selain itu pada saat
melakukan pernafasan dalam, juga melibatkan otot-otot bagian perut yang meliputi musculus
abdominalis internal, musculus abdominalis eksternal, musculus obliqus abdominalis, dan
musculus trensversus abdominalis.
Kontraksi dan relaksasi otot dikendalikan oleh susunan syaraf pusat melalui serabut
syaraf motoriknya, tempat lekat cabang-cabang syaraf motoric adalah neuromuscular
junction yang merupakan penghantar kimiawi (neurotransmitter) asetil kholin maupun
adrenalin untuk eksitasi serabut otot. Impuls syaraf yang tiba pada sebuah neuromuscular
akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sistem tubura transversar yang
mengelilingi miofibril. Semua sarkomer pada otot akan menerima sinyal untuk berkontraksi
sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Sinyal elektrik itu dihantar
menuju retikulum sarkoplasmik, yaitu suatu sistem dari vesicles yang bersifat membrane dan
berasal dari retikulum endoplasma yang membungkus miofibril. Kuntarti (2006), dan Setiadi
(2007).
Pada keadaan relaksasi, ujung-ujung filamen aktin yang berasal dari dua membran yang
berurutan satu sama lain hampir tidak tumpang tindih, sedangkan pada saat yang sama

4
filamen miosin mengadakan tumpang tindih secara sempuma, sebaliknya pada keadaan
kontraksi filament-filamen aktin ini tertarik kedalam diantara filamen miosin sehingga satu
sama lain saling tumpang tindih. Filamen akan dapat ditarik demikian kuatnya sehingga
ujung-ujung filamen miosin melengkung ketika kontraksi. Molekul miosin terdiri dari dua
bagian, yaitu meromiosin ringan dan meromiosin berat. Meromiosin ringan tersusun dari dua
utas peptida yang satu sama lainnya saling melilit dalam satu heliks. Meromiosin berat terdiri
dari dua bagian, yaitu heliks kembar yang sama dengan yang terdapat pada meromiosin
ringan dan bagian kepala yang terletak pada ujung heliks kembar. Kuntarti (2006), Setiadi
(2007), dan Iryani (2010).
Badan filamen terdiri dari utas meromiosin ringan yang sejajar. Bagian meromiosin berat
dari molekul miosin terdapat penonjolan yang membentuk jembatan penyeberang. Batang
penyeberang bertindak sebagai lengan yang memungkinkan kepala melas jauh keluar dari
badan filamen miosin atau terletak dekat dengan badan. Bemstein & Borkovec (2007), dan
Kuntarti (2006), system kontrol desending adalah suatu sistem serabut berasal dari dalam
otak bagian bawah dan bagian tengah dan berakhir pada serabut interneuronal dalam
kornudorsalis dari medula spinalis.
Relaksasi otot dilakukan dengan cara menegangkan kelompok otot tertentu kemudian
melepaskan ketegangan tersebut. Pada saat otot sedang ditegangkan memang menimbulkan
rasa tidak nyaman, tetapi ketika ketegangan dilepaskan maka saat itulah akan merasakan
sensasi rasa nyaman. Dalam hal ini, orang yang melakukan latihan relaksasi otot memang
diminta untuk berkonsentrasi membedakan sensasi rasa nyaman yang timbul ketika
ketegangan dilepaskan.
Ketegangan otot merupakan hasil dari kontraksi serabut otot, sedangkan relaksasi
merupakan perpanjangan serabut otot. Hingga saat ini belum ada alat untuk mengukur
tingkat ketegangan dan relaksasi otot. Sehingga ukuran otot yang tegang dan rileks menjadi
tidak standar dan lebih dominan bersifat subyektif. Untuk ketegangan otot, secara obyektif
sebenarnya bisa dilihat dan dirasakan. Pergerakan otot yang terjadi akibat makin membesar
dan memanjangnya serabut otot bisa dilihat secara kasat mata. Konsistensi atau kekerasan
bisa menjadi salah satu indikator ketegangan karena semakin tegang suatu otot maka akan
semakin keras konsistensinya. Selain itu, usaha menegangkan otot harus dilakukan dengan

5
menahan nafas. Keras dan lemahnya getaran atau guncangan saat menegangkan
mengindikasikan tingkat ketegangan otot.
2.3 Tujuan Terapi Relaksasi Otot
Relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan cara melemaskan badan.
Dalam latihan relaksasi otot individu diminta menegangkan otot dengan ketegangan tertentu
dan kemudian diminta untuk mengendurkannya.Sebelum dikendorkan penting dirasakan
ketegangan tersebut sehingga individu dapat membedakan antara otot tegang dengan otot
yang lemas.
Sesuatu yang diharapkan disini adalah individu secara sadar untuk belajar merilekskan
otot - ototnya sesuai dengan keinginannya melalui suatu cara yang sistematis. Subjek juga
belajar menvadari otot-ototnya dan berusaha untuk sedapat mungkin mengurangi atau
menghilangkan ketegangan otot tersebut.
Selain itu, tujuan dari relaksasi ini adalah memperdalam relaksasi dan merilekskan otot
yang tegangannya berlebihan dan otot yang tidak perlu tegang.
2.4 Manfaat Terapi Relaksasi Otot
Manfaat dari relaksasi otot ini sendiri adalah untuk mengatasi berbagai macam
permasalahan dalam mengatasi stres, kecemasan, insomnia, dan juga dapat membangun
emosi positif dari emosi negatif. Keempat permasalahan tersebut dapat menjadi suatu
rangkaian bentuk gangguan psikologis bila tidak diatasi.
Stres terhadap tugas maupun permasalahan lainnya, yang tidak segera diatasi dapat
memunculkan suatu bentuk kecemasan dalam diri seseorang. Kecemasan itu sendiri bila
tidak juga diatasi dapat berakibat pada munculnya emosi negatif baik terhadap permasalah
yang timbul akibat stres juga perilaku, sehari-hari seseorang. Dan akibat dari itu semua
menyebabkan suatu bentuk gangguan tidur atau insomnia. Relaksasi bisa digunakan agar
seseorang kembali pada taraf keadaan normal.
Relaksasi otot ini telah digunakan dalam berbagai penelitian didalam dan diluar negeri
dan telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi subyek penelitian. Saat ini latihan
relaksasi otot semakin berkembang dan semakin sering dilakukan karena terbukti efektif
mengatasi ketegangan, kecemasan, stres dan depresi (Jacobson & Wolpe dalam Conrad &
Roth- 2007), membantu orang yang mengalami insomnia (Erliana, E., 2008), hingga
meningkatkan kualitas hidup pasien pasca operasi CABG (Dehdari, 2009), menurunkan

6
tekanan darah pada pasien hipertensi esensial (Tri Murti, 2011), meredakan keluhan sakit
kepala dan meningkatkan kualitas hidup (Azizi & Mashhady,2012).
2.5 Metode Terapi Relaksasi Otot
Salah satu metode relaksasi otot adalah dengan menegangkan dan mengendurkan otot-
otot jari-jari kaki dan secara progresif bekerja hingga leher dan kepala. Teknik ini juga dapat
dimulai dari kepala dan leher dan bekerja turun ke jari-jari kaki.
2.6 Jenis – Jenis Terapi Relaksasi Otot
Ada beberapa jenis terapi relaksasi otot , yaitu :
1. Relaksasi Via Tension Relaxation
Dalam metode ini individu diminta untuk menegangkan dan melemaskan masingmasing
otot, kemudian diminta merasakan dan menikmati perbedaan antara otot tegang dengan
otot lemas. Disini individu diberitahu bahwa fase menegangkan akan membantu dia lebih
menyadari sensai yang berhubungan dengan kecemasan dan sensai-sensasi tersebut
bertindak sebagai isyarat atau tanda untuk melemaskan ketegangan. Indicidu dilatih
untuk melemaskan otot-otot yang tegang dengan cepat seolah-olah mengeluarkan
ketegangan dari badan, sehingga individu akan merasa rileks.
2. Relaxation Via Letting Go
Pada fase ini individu dilatih untuk lebih menyadari dan merasakan relaksasi. Individu
dilatih untuk menyadari ketegangannya dan berusaha sedapat mungkin untuk mengurangi
serta menghilangkan ketegangan tersebut. Dengan demikian individu akan lebih peka
terghadap ketegangan dan lebih ahli dalam mengurangi ketegangan.
3. Differential Relaxation
Deffrential relaxation merupakan salah satu penerapan ketrampilan progresif. Pada waktu
individu melakukan sesuatu bermacam-macam kelompok otot menjadi tegang, otot yang
diperlukan untuk melakukan aktifitas tertentu sering lebih tegang daripada yang
seharusnya (ketegangan yang berlebih) dan otot lain yang tidak diperlukan untuk
melakukan aktifitas juga menjadi tegang selama aktifitas berlangsung. Oleh karena itu
untuk merileksasikan otot yang tegangnya berlebihan dan otot yang tidak perlu tegang,
pada waktu individu melakukan aktifitas tersebut dapat digunakan relaksasi deffrential.
2.7 Teknik – Teknik Relaksasi Otot
1. Relaksasi progesif (progressive relaxation training)

7
Untuk membawa seseorang relaks sampai pada otot-ototnya. Jacobson percaya bahwa
jika seseorang berada dalam keadaan seperti itu, akan terjadi pngurangan timbulnya
reaksi emosi yang bergelora, baik pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat
meningkatkan perasaan segar dan shat jasmani maupun rohani.
2. Otogenik (autogenie training)
Otogenik adalah latihan untuk merasakan berat dan panas pada anggota gerak,
pengaturan pada jantung dan paru-paru, perasaan panas pada perut dan dingin pada dahi.
Johanes Schultz, memperkenalkan Teknik pasif agar sescorang dapat menguasai
munculnya emosi yang bergelora.
3. Sugesti diri (suggestion technique)
Seseorang dapat melakukan sendiri perubahan kefaalan pada dirinya sendiri, juga bias
mengatur permunculan-permunculan dari emosinya pada lingkatan maksimal yang
dikehendaki.
4. Melakukan sendiri (self help)
Seseorang diajarkan untuk melakukannya sendiri dengan mempergunakan alat "bio
feedback" agar pasien mengetahui saat-saat tercapainya keadaan rileks.
2.8 Indikasi Terapi Relaksasi Otot
Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005) dalam Setyoadi dan
Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari teknik ini adalah :
1. Menurunkan tekanan darah.
2. Menurunkan ketegangan otot.
3. Menurunkan stress atau kecemasan .
4. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah
tinggi, frekuensi jantung, laju metabolic.
5. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
6. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokus
perhatian seperti relaks.
7. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
8. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
9. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap
ringan, dan membangun emosi positif

8
2.9 Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot
Fritz (2005) dalam Mashudi (2011) beberapa hal yang mungkin menjadi kontraindikasi
penggunaan relaksasi otot adalah :
1. Cedera akut
2. Penyakit jantung berat/akut
3. Ketidaknyamanan musculoskeletal
2.10 Hal – Hal yang Perlu diperhatikan dalam Kegiatan Relaksasi
1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
2. Untuk merilekskan otot-otot membutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
3. Posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Jangan dengan berdiri.
4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.
5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali.
6. Memeriksa apakah klien benar-benar rileks.
7. Terus menerus memberikan instruksi.
8. Memberikan instruksi tidak terlalu cepat, dan tidak terlalu lambat
2.11 Durasi Pemberian Terapi
Ada 15 macam gerakan relaksasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan stres dan
kecemasan. Gerakan itu bisa dilatih pada area tangan, bahu, wajah, punggung, perut, dada
dan kaki. Gerakan relaksasi ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa pembatasan waktu dan akan
memberikan efek relaks apabila dilakukan dengan benar.
Lakukan gerakan relaksasi ini secara bertahap dan tidak dalam sekali waktu. Bisa
membagi 15 gerakan ini dalam 2 atau 3 sesi sesuai dengan kondisi dan kemampuan.. Setiap
kali mengalami stres atau cemas, terapi ini bisa dilakukan, hati- hati bagi yang memiliki
tekanan darah di atas normal ( > 120/80 mmHg). Terutama pada saat melakukan
penegangan pada area leher, karena dikhawatirkan akan terjadi vaso konstriksi pembuluh
darah leher.
2.12 Pelaksanaan dan Tempat Latihan Terapi Relaksasi Otot
Agar efektif hasilnya latihan ini sebaiknya dilakukan ditempat dan situasi yang
memungkinkan latihan tersebut berlangsung dengan baik, antara lain:
1. Dilaksanakan ditempat yang tenang, bebas dari hal-hal yang mengganggu kosentrasi,
suara bising, tempat kotor, panas terik, dll.

9
2. Sebaiknya dilapisi oleh matras yang cukup empuk agar dapat berbaring dengan enak.
3. Dilakukan di tempat yang teduh terhindar dari sengatan langsung matahari.
4. Dialunkan musik yang menenangkan jiwa (musik klasik) dalam memberikan instruksi
suara harus betul-betul menenangkan.
5. Harus dilakukan secara sukarela dan tekun dan mempunyai kemampuan kosentrasi
dengan baik
2.13 Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Relaksasi Otot
I. Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang nyaman, tenang dan
sunyi.
Persiapan Klien :
a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada
klien;
b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri;
c. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu;
d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
II. Prosedur Kerja
CONTOH GERAKAN YANG
KETERANGAN GERAKAN
DILAKUKAN
Gerakan 1 :
Ditujukan untuk melatih otot
tangan.
1) Genggam tangan kiri sambil
membuat suatu kepalan.
2) Buat kepalan semakin kuat
sambil merasakan
sensasi ketegangan yang
terjadi.
3) Pada sat kepalan dilepaskan,

10
klien dipandu untuk merasakan
relaks selama 10 detik.
4) Gerakan pada tangan kiri ini
dilakukan dua kali sehingga
klien
dapat membedakan perbedaan
antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami.
5) Prosedur serupa juga dilatihkan
pada tangan kanan
Gerakan 2 :
Ditujukan untuk melatih otot
tangan bagian belakang. Tekuk
kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tang sehingga otot di
tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari
menghadap ke langit-langit
Gerakan 3 :
Ditujukan untuk melatih otot biseps
(otot bear pada bagian atas pangkal
lengan).
1) Genggam kedua tangan
sehingga menjadi kepalan.
2) Kemudian membawa kedua
kepalan ke pundak sehingga
otot biseps akan menjadi
tegang.

11
Gerakan 4 :
Ditujukan untuk melatih otot bahu
supaya mengendur.
1) Angkat kedua bahu setinggi-
tingginya seakan-akan hingga
menyantuh kedua telinga.
2) Fokuskan atas, dan leher

Gerakan 5 dan 6 :
Ditujukan untuk melemaskan otot-
otot wajah (seperti otot dahi, mata,
rahang, dan mulut).
1) Gerakkan otot dahi dengan
cara
mengerutkan dahi dan alis
sampai otot terasa dan kulitnya
keriput.
2) Tutup keras-keras mata
sehingga
dapat dirasakan disekitar mata
dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7 :
Ditujukan untuk mengendurkan
ketegangan yang dialami oleh otot
rahang. Katupkan rahang, diikuti
dengan menggigit gigi sehingga
terjadi ketegangan disekitar otot
ahang

12
Gerakan 8 :
Ditujukan untuk mengendurkan
otot-otot sekitar mulut. Bibir
dimoncongkan sekuat-kuatnya
sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.

Gerakan 9:
Ditujukan untuk merilekskan otot
leher bagian depan maupun
belakang.
1) Gerakan diawali dengan otot
leher bagian belakang baru
kemudian otot leher bagian
depan.
2) Letakkan kepala sehingga
dapat beristirahat.
3) Tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan
ketegangan dibagian belakang
leher dan punggung atas.
Gerakan 10:
Ditujukan untuk melatih otot leher
begin depan.
1) Gerakan membawa kepala ke
muka.
2) Benamkan dagu ke dada,
sehingga

13
dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
Gerakan 11:
Ditujukan untuk melatih otot
punggung.
1) Angkat tubuh dari sandaran
kursi.
2) Punggung dilengkungkan.
3) Busungkan dada, tahan kondisi
legang selama 10 detik,
kemudian relaks,.
4) Saat rileks, letakkan tubuh
kembali ke kursi sambil
membiatkan otot menjadi
lemas.
Gerakan 12:
Ditujukan untuk melemaskan otot
dada.
1) Tarik napas panjang untuk
mengisi paru-paru dengan
udara
sebanyak-banyaknya.
2) Ditahan selama beberapa saat,
sambil merasakan ketegangan
di
bagian dada sampai turn ke
perut, kemudian dilepas.
3) Saat ketegangan dilepas,
lakukan napas normal dengan
lega.
4) Ulangi sekali lagi sehingga

14
dapat dirasakan perbedaan
antara kondisi tegang dan
relaks.
Gerakan 13:
Ditujukan untuk melatih otot perut.
1) Tarik dengan kuat perut
kedalam.
2) Tahan sampai menjadi kencang
dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
3) Ulangi kembali seperti
Gerakan awal perut ini.
Gerakan 14:
Ditujukan untuk melatih otot- otot
kaki (seperti paha dan betis).
1) Luruskan kedua telapak kaki
sehingga otot paha terasa
tegang.
2) Lanjutkan dengan mengunci
lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot
betis.
3) Tahan posisi tegang selama 10
detik, lalu dilepas.
4) Ulangi setiap gerakan masing-
masing dua kali.

2.14 Evidence Based Practice (EBP)


1. Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Respon Fisiologis Pasien
Hipertensi (Jurnal ke 1)
Abstrak :

15
Hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang
kejadiannya setiap tahun terus meningkat. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Dewasa ini pengobatan suatu penyakit termasuk hipertensi sudah banyak
dimodifikasi antara terapi farmakologi dengan terapi non farmakologi. Salah satu
terapi non farmakologi yang saat ini banyak digunakan adalah terapi relaksasi napas
dalam dan relaksasi otot progresif. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
terapi relaksasi otot progresif terhadap respon fisiologis pasien hipertensi di
Puskesmas Cipayung Jakarta Timur.
Desain penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre-test post-test with
control group. Jumlah sampel penelitian 37 responden kelompok intervensi dan 37
responden untuk kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan tekanan darah diastolik antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol
setelah dilakukan intervensi relaksasi otot progresif (p=0,000).
2. Terapi Relaksasi Otot Progresif sebagai Alternatif Mengatasi Stres Dimasa Pandemi
Covid-19 di Kabupaten Lombok Tengah (Jurnal ke 2)
Abstrak :
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan Wuhan Provinsi
Hubei, Cina, penyebarannya dan transmisi COVID-19 sangat cepat hingga WHO
menetapkan COVID-19 sebagai kasus pandemi global. Meluasnya penyebaran
COVID-19 di Indonesia sangat cepat. Berdasarkan data WHO kasus COVID-19 di
dunia sebanyak 6,535,354, kasus dengan kematian 387,155 jiwa. 216 negara
termasuk Indonesia telah terpapar virus ini. Di Indonesia kasus positive COVID-19
sebanyak 29,521 kasus positive dengan 1770 kematian, dan di NTB sebanyak 798
kasus dengan 22 kematian, dan tingginya kasus ini menyebabkan masyarakat
mengalami strees berat baik akibat pikiran maupun bebean kerja selama pandemic
COVID-19.
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah Quasy Experiment
Design .Penelitian ini jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 responden
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dan tujuan penelitian ini adalah
melihat pengaruh dari pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan

16
tingkat stress masyarakat kabupaten Lombok Tengah. Berdasarkan hasil uji statistik,
dapat diperoleh nilai rata-rata skor tingkat stress sebelum intervensi sebanyak 16,75
dan mengalami penurunan skor stress setelah diberikan intervensi teknik relaksasi
otot progresif 11,58. Nilai rata-rata skor stress masyarakat menunjukan adanya
penurunan setelah diberikan terapi teknik relaksasi otot progresif 5,16 dengan p value
0,000 lebih kecil dari α = 0,05.
Kesimpulan penelitian ini adalah artinya ada pengaruh yang signifikan pemberian
terapi teknik relaksasi otot progresif terhadap penurunan tingkat stress masyarakat
dimasa pandemic COVID-19 di Kabupaten Lombok Tengah.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik relaksasi merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan fungi fisik dan
mental sehingga menjadi rileks, relaksasi merupakan upaya sejenak untuk melupakan
kecemasan dan mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energi atau
ketegangan (psikis) melalui sesuatu kegiatan yang menyenangkan.
Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan pergerakan anggota badan dan
bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry. 2005). Teknik ini didasarkan kepada keyakinan
bahwa tubuh berespon pada ansietas yang merangsang karena nyeri atau kondisi
penyakitnya. Teknik relaksasi dapat menurunkan Ketegangan fisiologis (Asmadi, 2008).
3.2 Saran
Berdasarkan dari penulisan makalah ini mahasiswa lebih dapat mengetahui dan
memahami mengenai Teknik relaksasi, memahami tentang definisi relaksasi otot, jenis
relaksasi otot, manfaat relaksasi otot, dan standar operasional prosedur relaksasi otot.

18
DAFTAR PUSTAKA

Derma, Fitrotin T Wira. 2018. Skripsi Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Senam
Lansia Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Werdha Magetan. Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Ekarini, N. L. P., Heryati, H., & Maryam, R. S. (2019). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif terhadap Respon Fisiologis Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan, 10(1), 47-52.
Mutawalli, L., Setiawan, S., & Saimi, S. (2020). Terapi relaksasi otot progresif sebagai
alternatif mengatasi stress dimasa pandemi COVID-19 di Kabupaten Lombok Tengah.
JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 4(3).

19

Anda mungkin juga menyukai