Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Terapi Komplementer
Dosen Pengampu :
Ns. Ega Lestari, S.Kep.
KELOMPOK 6
Nama Anggota :
1. Ferina Damayanti
2. Galih Purnama Aji
3. Kiki Ameliya
4. Neneng Rimawati N
5. Tria Rusmiatiningsih
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna
meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
4. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah
keluarga yang dalam keluarga tersebut terdapat anggota keluarga yang pernah atau sedang
mengidap penyakit TB paru yang berdomisili di Kota Salatiga. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria sebagia berikut : (1) keluarga pasien
TB paru dalam hal ini keluarga inti (Nuclear Family), (2) keluarga inti (Nuclear Family),
yang tinggal serumah dengan pasien TB paru, (3) keluarga yang bersedia menjadi responden
secara sukarela. Kriteria eksklusi untuk penentuan sampel adalah anggota keluarga yang tidak
termasuk dalam keluarga inti (Nuclear Family).
Data responden (Tabel 1) adalah profil salah satu keluarga responden yang
berperan dalam memberikan dukungan kepada penderita TB paru. Profil responden ini
sangat penting berkaitan dengan penanganan anggota keluarganya yang menderita TB
paru. Pada Tabel 2, adalah tentang tingkat pengetahuan responden terhadap TB paru dan
penderita, penanganan penderita TB paru, pengobatan bagi penderita TB paru, asupan
nutrisi bagi penderitan TB paru, dan asuransi bagi penderita TB paru. Jawaban dari
responden dikategorikan memahami, cukup memahami, kurang memahami, dan tidak
memahami.
Tabel 2. Hasil wawancara dengan responden berkaitan dengan tingkat pengehatuan,
penanganan, pengobatan, asupan nutrisi, dan asuransi bagi penderita TB
paru.
obat- obatan
Memahami
2 Kurang memahami tentang
tentang TB paru, penanganan TB Memahami
paru, namun tentang
meliputi penyebab,
kurang konsumsi
Memahami tentang asupan paru Mandiri
makanan bernutrisi, namun Memahami
kurang memahami tentang tentang asupan BPJS
pola makan makanan
bagi penderita TB bernutrisi,
Pertanyaan dan Jawaban
Resp Asupan
o
nden Pengetahuan Penanganan TB Pengobatan TB nutrisi
Asuransi
tentang TB paru paru paru penderita TB
paru
memahami memahami namun kurang
tentang tentang memahami
pencegahan keberlanjutan tentang pola
asupan obat- makan bagi
obatan penderita TB
paru
3 Kurang memahami Memahami Memahami Memahami BPJS
tentang TB paru, tentang tentang tentang
meliputi penyebab, penanganan TB konsumsi obat- asupan
gejala, paru, namun obatan, dan makanan
kurang memahami bernutrisi,
dan penularan memahami tentang namun tidak
tentang keberlanjutan memahami
pencegahan asupan obat- tentang pola
obatan makan bagi
penderita TB
paru
Memahami Memahami Memahami Mandiri
4 Memahami tentang tentang tentang tentang
penanganan TB konsumsi obat- asupan
TB paru dan
paru, namun obatan, dan makanan
penularan, namun
kurang memahami bernutrisi,
kurang memahami memahami tentang namun kurang
tentang penyebab tentang keberlanjutan memahami
dan gejala pencegahan asupan obat- tentang pola
obatan makan bagi
penderita TB
paru
Asupan Nutrisi bagi Penderita TB Paru
Penderita TB paru akan mengalami penurunan nafsu makan yang
menyebabkan hilangnya selera makan. Hilangnya selera makan ini akan
menyebakan berkurangnya asupan makananan bagi penderita TB paru yang
mengakibatkan penurunan berat badan. Dukungan keluarga mutlak diperlukan
agar penderita TB paru bisa mengonsumsi makanan yang bergizi sekaligus bisa
mengembalikan selera makannya.8
Responden memahami tentang makanan yang bergizi. Meskipun
keluarga sudah memahami mengenai makanan yang bergizi, seringkali
keluarga memahami namun tidak mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Persoalan ekonomi menjadi kendala dalam penyediaan makanan yang
memenuhi gizi, terlebih dengan permasalahan selera makan.9 Makanan yang
memiliki nilai ekonomi tinggi seperti; daging, telur, ikan memiliki tingkatan
selera yang lebih baik dibandingkan dengan sayuran, tempe atau tahu.
Ada dua pendapat mengenai pola makan bagi penderita TB paru.
Responden 1, 2, dan 4 mengatakan bahwa “makan tepat waktu dan
memperbanyak makanan yang bergizi seperti sayuran dan buah-buahan serta
menghindari makanan yang mengandung penyedap rasa”. Sedangkan
responden 3 mengatakan bahwa “makan seadanya dan secukupnya serta
minum minuman yang hangat (susu jahe hangat)”.
Responden 2, 3 dan 4 selalu mengontrol pola makan penderita setiap hari
mulai dari pagi hingga malam. Responden 1 pola makan penderita tidak
dikontrol setiap hari. Saharusnya pola makan penderita TB paru harus diawasi
contohnya di Rumah Sakit, sehari menyediakan makanan sebanyak tiga kali
kepada penderita yaitu pagi, siang dan malam hari dengan makanan yang
bernutrisi.10
Responden 2, 3 dan 4 dalam sehari minimal makan sebanyak tiga kali,
sedangkan responden 1 minimal dua kali makan dalam sehari. Responden 2, 3
dan 4 sudah memahami dan melaksanakan sehingga dalam sehari keluarga
menyediakan makanan untuk penderita sebanyak tiga kali, sedangkan
responden 1 kurang memahami sehingga dalam sehari hanya dua kali
menyediakan makanan. Seharusnya pola makan penderita TB paru harus
makan sebanyak tiga kali yaitu pada pukul 07.00, 12,00 dan 17.00 dengan dua
kali selingan makanan yaitu pada pukul 10.00 dan 17.00.10
Responden 1, 2, dan 3 mengatakan bahwa tidak mengalami kesulitan
dalam menyediakan makanan karena penderita selalu makan makanan yang
disediakan.
Kesulitan hanya ditemui pada keluarga responden 4 karena di awal sakit
penderita tidak mempunyai nafsu makan namun di bulan kedua penderita
sudah memiliki nafsu makan sehingga keluarga tidak lagi mengalami kesulitan
dalam menyediakan makanan. Penurunan nafsu makan terjadi akibat infeksi
Mycobacterium tuberculosis yang mengaktifasi makrofag oleh IFN-γ dan
produksi pirogen endogen IL -1, IL-4, IL-6, TNF-α. Pirogen endogen
bersirkulasi secara sistemik dan bereaksi terhadap hipotalamus. Efek sitokin
pirogen endogen pada hipotalamus menyebabkan produksi prostaglandin.
Prostaglandin merangsang cortex cerebral yang menyebabkan produksi leptin
meningkat sehingga menimbulkan supresi nafsu makan.11
Pola makan penderita TB paru harus selalu diawasi karena memiliki
larangan mengonsumsi makananan yang mengandung sumber protein seperti
daging, ayam, ikan dan telur. Tidak dianjurkan untuk dimasak dengan banyak
minyak kelapa atau santan kental. Sumber protein nabati seperti kacang-
kacangan tidak dianjurkan untuk dimasak dengan banyak minyak kelapa.
Bumbu yang dianjurkan adalah bumbu yang tidak tajam seperti bawang merah,
bawang putih, laos, gula dan kecap. Sedangkan yang tidak disarankan adalah
bumbu yang tajam seperti cabe dan lada. 10 Responden 1 dan 3 tidak memahami
karena kurang informasi mengenai pantangan makanan untuk penderita TB
paru, sehingga membiarkan penderita untuk jajan diluar rumah. Perlu diberikan
sosialisasi kepada keluarga agar lebih memperhatikan pola makanan penderita.
Jika penderita tidak memiliki nafsu makan, keluarga merubah menu
makanan dengan cara memasak masakan yang disukai dan juga memberikan
vitamin pada penderita. Seharusnya jumlah makanan, variasi menu, sebaiknya
dapat menimbulkan nafsu makan, terapi diit memegang peran penting dalam
proses penyembuhan penyakit. Jenis diit, penampilan dan rasa makanan yang
disajikan akan berdampak pada asupan makan. Variasi makanan yang disajikan
merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan rasa bosan. Penerita TB
paru akan merasa bosan apabila menu yang dihidangkan tidak menarik
sehingga mengurangi nafsu makan. Akibatnya makanan yang dikonsumsi
sedikit atau asupan zat gizi berkurang.12
Responden 1 dianjurkan agar tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung ketan karena dapat mengakibatkan masalah pada pencernaan,
responden 3 dianjurkan agar menghindari minuman yang mengandung kafein
dan es karena dapat menimbulkan batuk. Sedangkan responden 2 dan 4, pihak
rumah sakit tidak memberikan saran terkait makanan sehingga keluarga hanya
menyajikan makanan yang bersih, sehat dan mengandung nilai gizi.
Fungsi makanan bernutrisi bagi penderita TB paru :
1. Energi/kalori diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai
berat badan normal.
2. Protein tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak dan meningkatkan kadar
albumin serum yang rendah (75-100 gr).
3. Lemak cukup 15-25 % dari kebutuhan energi total.
4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total.
Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.
Jurnal 2 (Dua) :
1. Judul Jurnal
Pengolahan Buah dan biji rambutan sebagai makanan tradisional koktail,
manisan, emping biji rambtuan dan obat herbal yang berkhasiat
2. Tujuan
untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu PKK
dukuh kanggan Desa Wringinputih terhadap manfaat rambutan, dan biji rambutan
terhadap kesehatan beserta bagaimana meningkatkan nilai jual rambutan dan biji
rambutan pada saat panen raya
3. Populasi
adalah ibu-ibu rumah tangga di dukuh Kanggan Desa Wringinputih khususnya
warga RT 01 dan 02 RW XIII yang berjumlah 20 orang
4. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah penyuluhan dan
demonstrasi pembuatan emping serta manisan buah rambutan
5. Hasil dan Pembahasan
Pelaksanaan pengabdian masyarakat tentang Penyuluhan Pengolahan Buah Dan
Biji Rambutan Sebagai Makanan Tradisional Koktail, Manisan, Emping Biji Rambutan
Dan Obat Herbal Yang Berkhasiat untuk meningkatkan nilai jual rambutan telah
berhasil dilaksanakan dengan jumlah peserta yang diundang sebanyak 25 orang.
Peserta diundang melalui undangan terdiri dari ibu-ibu rumah tangga istri dari petani
buah yang mewakili 3 RT di dukuh Kanggan Desa Wringinputih Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang.
Kegiatan pertama yang dilakukan TIM pengabdian adalah penyuluhan betapa
pentingnya hidup sehat dengan memakan makanan yang menyehatkan. Pada tahap
ini TIM menjelaskan komponen dari pohon rambutan, manfaat daun rambutan, buah
rambutan dan biji rambutan terhadap kesehatan. Produk olahan biji rambutan yang
berupa emping dan camilan dari biji dapat menurunkan kadar koleterol dalam darah.
Pada tahap ini para peserta tampak antusia mendengarkan dan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan obat herba Berdasarkan pengamatan,
ibu-ibu peserta pengabdian tampak senang dan ingin mencoba untuk membuat
manisan, koktail dan emping biji rambutan. Berdasarkan pertanyaan- pertanyaan yang
diperoleh dapat dianalisis bahwa dengan adanya penyuluhan banyak manfaat yang
dapat diperoleh dari rambutan dari akar hingga bijinya. Ibu-ibu juga tahu beberapa
penyakit yang dapat disembuhkan oleh rambutan. Dilihat ari jumlah undangan yang
hadir menujukkan bahwa pengabdian ini sudah berjalan dengan baik, mereka antusias
mengikuti acara hingga akhir kegiatan karena merasa ada ilmu baru yang dapat
diperoleh dari TIM pengabdian UNNES, mereka bahkan berharap ada lagi pengabdian
meminta yang menjelaskan produk olah buah-buah yang bereda-beda yang
memungkinkan mereka terapkan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan
mereka dalam peningkatan taraf ekonominya, Pada umumnya mereka dengan tangan
terbuka mau menerima masukan dari luar terutama dari perguruan tinggi yang dapat
membuka wawasan dan pengetahuan betapa pentingnya hidup sehat dengan
makanan sehat dan obat-obat herbal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Penggunaan+makanan+bernutrisi+untuk+pengobatan+&btnG=#d
=gs_qabs&t=1650535312864&u=%23p%3DKcDHliQUqz0J
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengolahan+buah+dan+biji+rambutan+sebagai+makanan&btnG=
#d=gs_qabs&t=1652128192508&u=%23p%3DRHt4GJkB3dcJ