P DENGAN GASTRITIS
KRONIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN I
KABUPATEN SLEMAN DIY
OLEH
GHINA RAFIKATULHUSNA SIREGAR
P07120522018
Asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. P Dengan
Gastritis Kronis di Wilayah Kerja Puskesmas Godean I Kabupaten Sleman DIY” ini disusun
untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Keluarga pada semester 2, dilanjutkan
untuk disetujui pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan baik. Asuhan
keperawatan ini penulis susun untuk memenuhi tugas individu Praktik Klinik Keperawatan
Keluarga. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Bondan Palestin, SKM, M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
3. Ns. Harmilah, S.Pd.,S.Kep.,M.Kep.,Sp.MB. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
4. Ns. Tri Widyastuti H.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku Dosen Pembimbing Stase
Keperawatan Komunitas
5. Ayunda Sekar Arum, S.Tr. Kep., Ns selaku Dosen Pembimbing Stase Keperawatan
Keluarga
6. Sri Mulyani, S.Kep., Ns selaku Pembimbing Klinik Stase Keperawatan Komunitas.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan asuhan keperawatan ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan asuhan keperawatan ini sehingga kedepannya menjadi
lebih baik.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi
yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Setiawan,
2016). Dalam program perawatan kesehatan masyarakat, keluarga merupakan unit
terkecil dari masyarakat dan sebagai penerima asuhan keperawatan, untuk itu sangat
diperlukan perawatan kesehatan keluarga guna membantu meningkatkan masalah
kesehatan masyarakat. Saat ini masalah kesehatan masayarakat dapat disebabkan oleh
pola hidup seperti makan-makanan junkfood, makanan pedas dan asam, makanan yang
mengandung gas, dan pola makan yang tidak teratur. Hal ini dapat menyebabkan
penyakit salah satunya yaitu Gastritis.
Di Indonesia prevalensi gastritis sebanyak 0,99% dan insiden gastritis sebesar
115/100.000 penduduk (Putri dkk, 2014). Persentase angka kejadian gastritis di
Indonesia menurut WHO adalah 40%. Angka kejadian gastritis di Indonesia menurut
WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia pada
tahun 2011 cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
penduduk. Gastritis merupakan salah satu penyakit didalam sepuluh penyakit terbanyak
pada pasien gawat inap di rumah sakit Indonesia (Gustin,gustin).
Di Indonesia angka kejadia gastritis cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada
yang tinggi mencapai 81,6% yaitu di kota Medan, di beberapa kota lainnya seperti
Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,5%, Aceh
31,7%, dan Pontianak 31,2% (Sulastri, 2012).
Gastritis adalah proses imflamasi pada mukosa lambung dan submukosa lambung.
Gastritis merupakan gangguan kesehatan dimana pada umumnya didiagnosa berdasarka
gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi saja. Gastritis erosive atau ulserasi
lambung atau duodenum yang telah mencapai sistem pembuluh darah lambung atau
duodenum dapat terjadi secara akut atau kronis. kekambuhan yang berulang dapat
menyebabkan terjadi penyakit lambung seperti kanker lambung dan perdarahan pada
lambung (Saefani dkk, 2012).
Gastritis merupakan salah satu masalah saluran pencernaan yang paling sering
terjadi dan paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya hanya berdasarkan
gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Gastritis dianggap sebagai suatu hal yang
remeh namun gastritis merupakan awal dari suatu penyakit yang dapat mengganggu
kualitas hidup seseorang. Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submukosa lambung.
Gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat usia maupun
jenis kelamin tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa gastritis paling sering
menyerang usia produktif. Pada usia produktif masyarakat rentan terserang gejala
gastritis karena dari tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan serta stres yang mudah terjadi. Gastritis dapat mengalami kekambuhan dimana
kekambuhan yang terjadi pada penderita gastritis dapat dipengaruhi oleh pengaturan pola
makan yang tidak baik dan juga dipengaruhi oleh faktor stres (Tussakinah dkk, 2017).
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan keperawatan keluarga pada Tn. P dengan gastritis kronis di wilayah
kerja Puskesmas Godean I Kabupaten Sleman DIY”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. P dengan gastritis kronis di
wilayah kerja PuskesmaS Godean I Kabupaten Sleman DIY.
2. Tujuan Khusus
Memberikan asuhan keperawatan keluarga pada Tn. P dengan gastritis kronis
yang terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, merencanakan intervensi
keperawatan, melakukan implementasi, melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. P
dan keluarga.
3. Manfaat
a. Bagi klien
Memberikan informasi pada klien atau keluarga tentang pentingnya
memperhatikan lansia dengan gastritis kronis
b. Bagi penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang di dapat dalam
perkuliahan
c. Bagi tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan tentang Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tn.
P dengan Gastritis kronis
4. Cara Pengumpulan Data
a. Wawancara
Pengumpulan data dengan tanya jawab langsung pada pasien
b. Observasi
Pengambilan data dengan cara menilai dan memantau perkembangan klien secara
langsung
c. Studi Pustaka
Teori asuhan keperawatan dari buku – buku yang membahas masalah – masalah
asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Role
Nilai Normal
Struktural dimaksud adalah :
1) Struktur peran ( role )
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat
homogen dalam situasi sosial tertentu. Peran lahir dari hasil imteraksi
social, peran biasanya menyangkut posisi dan posisi mengidentifikasi
status atau tempat seseorang dalam suatu system social tertentu.
8. Tugas Keluarga
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan terhadap
anggotanya dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Tugas
kesehatan keluarga tersebut adalah (Frieman, 1998) dalam (Padila, 2012):
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Kelima tugas kesehatan tersebut saling terkait dan perlu dilakukan oleh
keluarga. Perawat perlu melakukan pengkajian untuk mengetahui sejauh mana
keluarga dapat melaksanakan kelima tugas tersebut dengan baik, selanjutnya
memberikan bantuan atau pembinaan terhadap keluarga untuk memenuhi tugas
kesehatan keluarga tersebut.
9. Ciri-Ciri Keluarga
Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton :
1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
3) Keluarga mempunyai suatu system tata nama ( Nomen clatur ) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota - anggotanya
berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan
anak.
5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama,rumah atau rumah tangga.
10. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupa. Sesuai dengan perkembangan social maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Dalam sosiologi keluarga berbagai bentuk keluarga digolongkan sebagai tipe
keluarga tradisional dan non tradisional atau bentuk normative atau non normative.
Sussan (1974), Micklin (1988) menjelaskan tipe-tipe keluarga sebagai berikut :
1) Keluarga Tradisional
a. Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga
yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua
campuran atau orang tua tiri.
b. Pasangan istri, terdiri dari suami istri dan istri saja tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier
tunggal atau karier keduanya.
c. Keluarga dengan orang tua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari
perceraian.
d. Bujangan dewasa sendiri.
e. Keluarga besar, terdiri keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan.
f. Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-
anaknya sudah pisah.
2) Keluarga Non Trdisional
a. Keluarga dengan orangtua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan
anak.
b. Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hokum
tertentu.
c. Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.
d. Keluarga gay atau lesbian, orang-orang berjenis kelamin yang sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
e. Keluarga komuni, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan
monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber yang sama.
Gambaran tentang bentuk atau tipe keluarga tersebut menggambarkan
banyaknya bentuk struktur yang menonjol dalam keluarga. Implikasi bagi
keperawatan bahwa tidak ada bentuk keluarga yang benar atau salah, layak
atau tidak layak, melainkan keluarga harus dipahami dalam konteksnya, tipe
tersebut hanya sebuah referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan
berbagai kerangka kelompok kerja primer dengan memperhatikan setiap
upaya keperawatan dilandasi pemahaman akan keunikan dari setiap keluarga.
11. Tahapan Keluarga Sejahtera
Berasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga
di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju negara
industry, Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Menurut
Mubarak, Chayatin & Satoso (dalam (Christensen, 2009), di Indonesia tahapan
keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahap adalah sebagai berikut:
1) Keluarga Prasejahtera
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhandasarnya secara minimal, yaitu kebutuhan pengajar agama, pangan,
sandang, papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah
satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap 1.
2) Keluarga Sejahtera Tahap 1
Keluarga sejahtera tahap 1 adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
social psikologinya, kebutuhan psikologis keluarga meliputi: Kebutuhan
pendidikan, keluarga berencana (KB), iteraksi dalam keluarga, interaksi dengan
lingkungan tempat tinggal,dan transportasi. Pada keluarga sejahtera 1 kebutuhan
dasar 1 sampai dengan 5 telah terpenuhi, yaitu: Indikator Keluarga Sejahtera
Tahap 1
a. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing yang dianut.
b. Seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
d. Lantai rumah bukan dari tanah.
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB di
bawah ke sarana/petugas kesehatan).
3) Keluarga Sejahtera Tahap II
Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang di samping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi
kebutuhan social psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan unuk menabung dan memperoleh
informasi. Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik, social dan psikologis telah
terpenuhi. Indikaornya adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan ibadah menurut masing-masing agama yang dianut.
b. Seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
c. Pakaian yang berbeda untuk berbeda untuk berbagai keperluan.
d. Lantai rumah bukan dari tanah.
e. Kesehatan (anak sakit atau pasangan usia subur (PUS) ingin ber-KB di
bawa ke sarana /petugas kesehata).
f. Anggota kelurga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang dianut.
g. Paling kurang sekali dalam seminggu, keluarga menyediakan daging /
ikan / telur.
h. Memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
i. Luas lantai rumah paling kurang 8m untuk tiap penghuni rumah.
j. Anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi masing-masing.
k. Keluarga yang berumur 15 tahun ke atas mempunyai penghasilan tetap.
l. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa baca tulis huruf
latin.
m. Anak usia sekolah (7-15 tahun) bersekolah.
n. Bila anak hidup sebanyak 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
4) Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, social, psikologis, dan pengembangan keluarganya, tetapi
belum dapat memberikan sumbangan (kontribusi) yang maksimal terhadap
masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu) dalam bentuk material,
keuangan untuk social kemasyarakatan, dan belum berperan aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan. Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, social,
psikologis, dan pengembangan telah terpenuhi. Indikator keluarga sejahtera II
ditambah dengan komponen-komponen berikut ini: Indikator Keluarga
Sejahtera Tahap III
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Keluarga mempunyai tabungan .
c. Makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah sekurang-kurangnya sekali
dalam 6 bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/ majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai kondisi
daerah.
5) Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Kelurga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, social, psikologis, dan pengembangannya telah
terpenuhi, serta memiliki, kepedulian social yang tingggi pada masyarakat.
Indicator keluarga sejahtera tahap III ditambah dengan komponen-komponen
berikut ini: Indikator Keluarga Sejahtera Tahap III plus
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Keluarga mempunyai tabungan.
c. Makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah sekurang-sekurang sekali
dalam 6 bulan.
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/Majalah.
g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi (Christensen,
2009).
12. Stress Dan Koping Keluarga
Keluarga secara terus menerus dihadapkan pada perubahan. Stimulus untuk
perubahan ini datang dari luar dan dalam. Supaya dapat berlangsung hidup dan terus
berkembang, maka strategi dan proses koping keluarga sangat penting bagi keluarga
dalam menghadapi tuntutan yang ada.
Sress psikologis
Mengganggu pemben Melekat pada Menurunkan produksi
tukan mukosa epitel lambung bikarbonat
lambung
Sekresi H+ meningka
Menghancurkan lapisan t
Menurunkan kemampua Sekresi pepsinogen meningk
mukosa lambung n at
protektif terhadap asam
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
I. Pengkajian
Hari/tanggal : Kamis, 02 Februari 2023
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : RT 03 Dusun Karanglo, Sidomoyo
Oleh : Ghina Rafikatulhusna Siregar
Metode : Observasi, pemeriksaan fisik, dan wawancara
Sumber data : pasien, istri pasien dan buku – buku keperawatan
A. Struktur Dan Sifat Keluarga
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama : Tn. P
b. Umur : 64 Tahun
d. Agama : Islam
e. Pendidikan Terakhir :-
f. Pekerjaan : Pedagang
5. Genogram
Tn. P
64 Thn
Keterangan :
Perempuan
Meninggal
6. Struktur Keluarga
a.Pola komunikasi
Komunikasi yang dilakukan dalam keluarga Tn. P yaitu setiap hari baik siang
hari maupun malam hari, bahasa yang digunakan ialah bahasa Jawa.
b. Kekuatan
Dalam keluarga Tn. P struktur kekuatan keluarga saling menghargai dan
mendukung serta kebutuhan yang tercukupi setiap hari.
c.Peran
1) Tn. P : Sebagai kepala keluarga yang dihormati
2) Ny. J : Sebagai ibu dan istri yang penyayang kepada anak dan suami
3) Ny. I : Sebagai adik kandung Tn. P
d. Nilai
Nilai dan norma dalam keluarga Tn. P disesuaikan dengan nilai dalam agama
Islam yang dianut serta nilai dan norma yang ditetapkan di masyarakat.
7. Fungsi Keluarga
a. Afektif
Keluarga cukup rukun, Tn. P dan Ny. J memberikan perhatian penuh terhadap
anak-anaknya dan diberikan dengan maksimal.
b. Sosialisasi
Keluarga Tn. P mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan dalam masyarakat
serta menaati norma yang berlaku di masyarakat.
c. Reproduksi
Tn. P dan Ny. J sudah memiliki 2 orang anak yang sudah menikah daan pisah
rumah dengan Tn. P
d. Ekonomi
Ekonomi keluarga terpenuhi dari penghasil Tn. P seabagai pedagang
e. Perawatan
Tn. P mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit maka anggota
keluarga yang lain akan membantu dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, adapun jika tidak segera pulih maka langsung dibawa ke ke puskesmas
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Keluarga Tn. P saat ini berada pada tahap keluarga dengan lansia
9. Hobi masing-masing anggota keluarga
No Nama Hobi Waktu Tempat
1. Tn. P Piknik Sabtu/Minggu Jawa Tengah
2. Ny. J Memasak Pagi, Siang dan Sore Rumah
3. Ny. I - - -
10. Hubungan antar anggota keluarga
a. Hubungan suami dan istri
Hubungan antara Tn. P dan Ny. J sangat harmonis dan hangat, keduanya
saling menghargai dan menghormati antara satu sama lain.
b. Hubungan orang tua dan anak
Hubungan antara Tn. P dan Ny. J dengan anak-anak nya sangat harmonis dan
penuh perhatian, kedua anak Tn. P dan Ny. J menghargai kedua orang tuanya
dengan penuh hormat.
c. Hubungan anak dengan anak
Kedua anak Tn. P dan Ny. J sangat harmonis, penuh dengan kehangatan,
keduanya saling menghargai, menghormati.
d. Hubungan antar anggota keluarga dengan keluarga yang lain
Hubungan keluarga Tn. Pdengan keluarga yang lain sangat harmonis
11. Anggota keluarga yang berpengruh dalam mengambil keputusan
Dalam keluarga yang berperan dalam mengambil keputusan ialah Tn. P selaku
kepala keluarga. Namun anggota keluarga yang lain seperti istri juga berperan
penting dalam pengambilan keputusan tersebut, anggota keluarga saling memberi
usul dan masukan terkait permasalahan dan penyelesaian yang akan dilakukan dan
diharapkan dalam keluarga.
12. Kebiasaan anggota keluarga sehari-hari
a. Nutrisi
Frekuensi makan
Keluarga Tn. P makan dalam sehari sebanyak 3x dengan porsi makan yang
cukup yakni 1 piring penuh dan rata, waktu makan teratur yaitu pagi, siang
dan malam dengan makanan berupa nasi, ikan, ayam disertai sayuran berupa
terong, kangkung, taoge dan labu siam. Adapun buah-buahan yang di sajikan
berupa pepaya dan pisang.
Cara Pengolahan makanan
Cara pengolahan makanan dalam keluarga Tn. P memenuhi syarat kesehatan
diantaranya sayuran dan bahan makanan biasanya dicuci terlebih dahulu
dengan air mengalir, kemudian makanan disajikan dengan menggunakan
alat-alat yang bersih dan terlindungi.
Menu makanan dalam keluarga Tn. P bervariasi setiap minggu nya
Cara Penyajian Makanan
Ny. J mengatakan makanan disajikan langsung setelah selesai memasak dan
apabila terdapat sisa kelebihan makanan, maka biasanya dipanaskan kembali
kemudian disajikan.
Cara makan di keluarga Tn. P adalah dengan lesehan dalam suasana yang
tenang dan terkadang sambil bercakap hangat
Tabel. Makanan Pantang Keluarga
Nama Makanan Pantang
Jenis
No Anggota Alasan
Ada Tidak Makanan
Keluarga
1. Tn. P Udang Tn. P memiliki riwayat
alergi terhadap udang.
√ Dampakya seperti gatal,
dan merah – merah pada
tubuh.
2. Ny. J √ Ikan teri Ny. J memiliki riwayat
alergi terhadap ikan teri.
Dampakya seperti gatal,
dan merah – merah pada
tubuh.
3. Ny. I √ - -
1. Tn. P √
2. Ny. J √
3. Ny. I √
b. Rekreasi
Ny. J mengatakan keluarga sering rekreasi dikarenakan Tn. P mempunyai hobi
piknik.
c. Pemanfaatan waktu senggang
Ny. R mengatakan aktifitas yang dilakukan keluarga pada waktu senggang yaitu
menonton TV, tidur siang, berbincang-bincang antara satu sama lain, dan
suasana nya pun dilalui dengan senang.
d. Pola Eliminasi
1) Miksi
Nama Anggota
No Tempat Frekuensi Waktu
Keluarga
1. Tn. P WC 7 - 8 x sehari Tidak menentu
2. Ny. J WC 4 - 5 x sehari Tidak menentu
3. Ny. I Sembarang Tidak menentu Tidak menentu
tempat
2) Defekasi
Nama Anggota
No Tempat Frekuensi Waktu
Keluarga
1. Tn. P WC 1 - 2 x sehari Tidak menentu
2. Ny. J WC 1 - 2 x sehari Tidak menentu
3. Ny. I Tidak Tidak menentu Tidak menentu
menentu
e. Hygiene Perorangan
Keluarga Tn. P biasanya mandi 1 – 2 kali sehari, dengan menggunakan sabun
mandi, menggosok gigi dengan menggunakan pasta gigi dan mencuci rambut
sebanyak 2x dalam seminggu dengan menggunakan shampoo, biasanya
mengganti pakaian setelah mandi dan langsung menggunting kuku apabila
sudah panjang.
f. Kebiasaan Keluarga yang merugikan
Ny. J mengatakan tidak ada kebiasaan anggota keluarga yang merugikan antara
satu sama lain
3. Ny. I - - - -
b. Penghasilan sampingan/tambahan
Ny. J mengatakan keluarganya memiliki penghasilan tambahan dari anak –
anaknya.
2. Penggunaan/Pemanfaatan dana keluarga/bulan
Biaya kebutuhan pokok: 500.000 rupiah
Biaya Kesehatan: 50.000 – 100.000 rupiah
Biaya tak terduga: 100.000 – 200.000 rupiah
3. Penggunaan dana : Terpenuhi
Keuangan keluarga sepenuhnya dikelola oleh Ny. J
Hubungan anggota keluarga Tn. P dalam masyarakat ialah sebagai anggota
yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
4. Hubungan keluarga Tn. P dengan masyarakat sangat harmonis
5. Fasilitas yang biasanya digunakan untuk pertemuan masyarakat ialah balai desa,
balai dusun, dan rumah salah satu tokoh masyarakat.
C. Faktor Rumah Dan Lingkungan
1. Rumah
Status Kepemilikan rumah Tn. P adalah milik sendiri ( m2) dengan dinding
rumah permanen, lantai dari keramik, langit-langit dari asbes, ventilasi ruangan
meliputi 10-20 % kali luas lantai melalui jendela, pintu, dan lubang langit-langit
dengan jenis ventilasi melalui lubang rumah dan pemanfaatan jendela yangcukup
sering dibuka, dan penerangan dengan listrik, serta kebersihan rumah tampak
terawat. Rumah keluarga Tn. P terdiri dari sebuah kamar tamu (10 m2), ruang
makan (8 m2), 2 kamar tidur (28), ruang keluarga (14 m2), dapur (12 m2), 2
kamar mandi (6 m2)
2. Sarana memasak
Bahan bakar untuk memasak adalah gas dan kayu bakar, tempat menyimpan
peralatan dapur menggunakan almari dan rak piring, terdapat ventilasi atap dapur,
dan dapur tampak cukup bersih
3. Sampah
Keluarga Tn. P memiliki sarana pembuangan sampah berupa lahan kosong, letak
pembuangan sampah berada di samping rumah dengan jarak tempat sampah
dengan sumber air ≥10 m dan pengelolaan sampah dengan dibakar
4. Sumber air
Sumber air minum keluarga Tn. P adalah sumur gali dengan pompa dengan jarak
jamban-sumur ≥10 m, tidak ada pencemaran air dengan kualitas air baik (tidak
berwarna, tidak berbau, rasa tawar, kebersihan baik)
5. Jamban keluarga
Keluarga Tn. P memiliki jamban pribadi dengan jenis jamban leher angsa yang
terletak di dalam rumah dengan jarake (kloset jongkok) yang terletak diluar
rumah dengan jarak jamban dengan sumur ≥ 10 m, tidak ada vector dengan
kebersihan cukup
6. Pembuangan Air Limbah
Jenis limbah yang dihasilkan keluarga Tn. P adalah limbah rumah tangga,
terdapat bak limbah dengan konstruksi permanen di belakang rumah, saluran
limbah tertutup dan berjarak lebih dari ≥10 m dari sumur, tidak ada bau limbah,
terdapat vektor lalat serta kebersihan cukup.
7. Kandang ternak
Keluarga Tn. P tidak memiliki kandang ternak
8. Halaman
Keluarga Tn. P memiliki halaman rumah (10 m2) dengan ditanami bungan dan
buah – buahan dengan kebersihan yang cukup
9. Kamar mandi
Terdapat 2 kamar mandi keluarga Tn. P atas kepemilikan sendiri dengan masing -
masing luas 6 m2, letak di dalam rumah, bak mandi ada yang terbuat dari semen,
keramikdan ada juga yang memakai ember dengan kebersihan cukup
10. Lingkungan
Geografi rumah terdapat di desa, dengan jarak berdekatan dengan tetangga,
suasana cukup tenang. Kebersihan lingkungan rumah tampak cukup bersih
11. Fasilitas pendidikan : PAUD, TK, SD. Jarak dari rumah sejauh 500 meter
12. Fasilitas perdagangan : Warung dan toko, jarak dari rumah 200 meter
13. Fasilitas peribadatan : Masjid, jarak dari rumah 100 meter
14. Fasilitas kesehatan : Jarak puskesmas Godean I dari rumah sekitar 5 km
15. Sarana hiburan : TV dan HP
16. Fasilitas Transportasi : Sepeda motor dan mobil
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Riwayat Kesehatan anggota keluarga
Dalam keluarga Tn. P yang memiliki riwayat penyakit adalah Tn. P sendiri, yaitu
gastritis kronis
2. Kebiasaan memeriksakan diri
a. Waktu : Bila sakit
b. Tempat : Puskesmas
3. Kebiasaan minum obat
a. Waktu : Bila sakit
b. Asal obat yang diminum : Dijual di Apotek
4. Riwayat Kesehatan Mental-psikososial-spiritual
a. Memenuhi kebutuhan jiwa
1) Pemenuhan rasa aman : Terpenuhi
2) Perasaan bangga/senang : Ada
3) Semangat untuk maju : Ada
b. Pemenuhan status sosial
1) Perasaan dilayani : Ada
2) Perasaan dibenci : Tidak ada
3) Perasaan diasingkan/dikucilkan : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan mental keluarga
Ny. J mengatakan ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
5. Riwayat Spiritual Anggota Keluarga
No Nama Kegiatan Menjalankan Ibadah
1. Tn. P Kadang - kadang
2. Ny. J Kadang - kadang
3. Ny. I -
6. Tanggapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan : Ny. J mengatakan jarak
antara rumah ke pelayanan kesehatan cukup jauh, sehingga apabila sakit hanya
mengonsumsi obat yang dibeli di Apotek, kemudian terkait pelayanan kesehatan
yang diterima Ny. J mengatakan lumayan baik, petugas pelayanan setempat
sangat ramah dan mengutamakan pasien yang lebih dulu datang dan memerlukan
pelayanan.
7. Keadaan Kesehatan keluarga saat kunjungan
Keadaan
No Nama Umur L/P Kesehatan Saat Ket
Ini
1. Tn. P 64 tahun L DM TD : 120/80 mmHg
2. Ny. J 60 tahun P Gastritis kronis TD : 110/80 mmHg
3. Ny. I 50 tahun P ODGJ TD : -
DO :
- TD : 110/80 mmHg
- HR : 82 x/menit
- RR : 16 x /menit
- Ny. J tampak cemas ketika menjelaskan
tentang kesehatan Tn. P
- Keluarga tampak bingung dengan penyakit
yang di derita Tn. P
III. Prioritas Masalah
Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan ketidakefektifan
pola perawatan kesehatan keluarga dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan
gastritis kronis. Skoring data:
No Kriteria Skor Bobo Perhitungan Pembahasan
t
1. Sifat masalah Ny. J dan keluarga tidak memahami
Skala : Aktual 3 3 3/3 x 3 = 3 dengan baik tentang penyakit yang
Risiko 2 diderita
Potensial 1
atau wellness
2. Kemungkinan Informasi tentang penyakit gastritis cukup
masalah dapat banyak sehingga tindakan yang dapat
diubah dilakukan untuk mengatasi gastritis dapat
Skala : Mudah 2 1 2/2 x 1= 1 dilakukan dirumah. Keluarga juga
Sebagian 1 bersedia mengikuti pendidikan kesehatan,
Tidak dapat 0 masalah tidak dapat diatasi dengan tuntas
karena sifatnya dapat kambuh sewaktu-
waktu.
3. Potensi masalah Masalah tidak dapat dicegah dengan
dapat dicegah tindakan perawatan yang singkat, namun
Skala : Tinggi 3 2 3/3 x 2 = 2 dapat dicegah dengan kepatuhan Tn. P
Cukup 2 dalam mengikuti anjuran serta aturan yang
Rendah 1 diberikan, sehingga kemungkinan
kekambuhan menjadi minimal.
4. Menonjolnya Tn. P tidak pergi ke pelayanan kesehatan
masalah jika belum merasakan keluhan. Tn. P
Skala : Segera 2 1 2/2 x 1 = 1 hanya memeriksakan ke pelayanan
Tidak perlu 1 kesehatan jika masalah telah dirasakan
segera seperti nyeri ulu hati dan mual muntah.
Tidak 0
dirasakan
TOTAL 7
IV. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Tn. P
Tanggal/
No. Dx. Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Jam
1. 02/Feb/ Manajemen kesehatan Manajemen Kesehatan Edukasi Kesehatan
2023 keluarga tidak efektif (L.12104) SIKI, 2018 : Halaman 65,
berhubungan dengan Ekspektasi: Meningkat Kode (I.12383)
Pukul ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan Observasi
13.00 perawatan kesehatan keperawatan selama 3x - Identifikasi kesiapan dan - Kesiapan klien meningkatkan
WIB keluarga dalam mengenal kunjungan dalam seminggu, kemampuan menerima kemungkinan klien menerima
masalah anggota keluarga ketidakefektifan manajemen informasi informasi dengan baik
dengan gastritis kronis, kesehatan dapat teratasi dengan - Identifikasi faktor-faktor - Motivasi diperlukan untuk
ditandai dengan: kriteria hasil: yang dapat komitmen hidup sehat
- Ny. J mengatakan - Melakukan tindakan untuk meningkatkan dan
sebelum menderita mengurangi faktor resiko menurunkan motivasi
gastritis kronis Tn. P meningkat dari cukup (4) perilaku hidup berih dan
memiliki kebiasaan menjadi meningkat (5) sehat
sering terlambat - Menerapkan program Terapeutik
makan dan bahkan perawatan meningkat dari - Sediakan materi dan - Materi yang sesuai dan menarik
sampai sekarang sedang (3) menjadi media pendidikan kemungkinan klien menerima
masih memiliki meningkat (5) kesehatan tentang informasi dengan baik
kebiasaan tersebut - Aktivitas hidup sehari-hari
- Ny. J mengatakan efektif memenuhi tujuan gastritis
sering terlambat kesehatan meningkat dari - Jadwalkan pendidikan
makan karena tidak sedang (3) menjadi kesehatan sesuai - Jadwalkan pendidikan
selera makan meningkat (5) kesepakatan Kesehatan agar tidak
- Ny. J mengatakan - Berikan kesempatan mengganggu waktu klien
Tn. P mengalami TTD untuk bertanya
mual dan nyeri ulu Edukasi - Klien akan lebih paham jika
hati sebanyak 2 kali Ghina - Jelaskan faktor resiko bertanya
dalam seminggu yang dapat
bahkan lebih apabila mempengaruhi - Klien yang mengetahui faktor
terlambat makan dan kesehatan risiko terhadap Kesehatan klien
mengalami stress - Ajarkan perilaku hidup akan menaga pola hidup sehat
- Ny. J mengatakan sehat - Perilaku hidup bersih dan sehat
belum memahami - Ajarkan strategi yang meningkatkan derajat Kesehatan
dengan baik tentang digunakan untuk klien
penyakit yang meningkatkan perilaku
diderita oleh Tn. P hidup bersih dan sehat
- Ny. J mengatakan
merasa agak cemas TTD
terhadap kesehatan
Tn. P Ghina
- TD : 110/80 mmHg
- HR : 82 x/menit
- RR : 16 x /menit
- Ny. J tampak cemas
ketika menjelaskan
tentang kesehatan
Tn. P
- Keluarga tampak
bingung dengan
penyakit yang di
derita Tn. P
TTD
Ghina
V. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Tn. P
DIAGNOSA
NO IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1. Manajemen Tgl: 09/02/2023 Tgl: 09/02/2023
kesehatan keluarga Pukul 17.00 WIB Pukul 17.30
tidak efektif - Mengkaji keadaan umum Tn. P S:
berhubungan - Mengkaji Tn. P terkait kesiapan dan - Keadaan umum Tn. P baik, kesadaran
dengan kemampuan dalam menerima composmentis dan kooperatif
ketidakefektifan informasi - Tn. P mengatakan belum tahu jelas
pola perawatan - Mengkaji faktor-faktor yang tentang penyakit gastritis yang
kesehatan keluarga menyebabkan menurunnya motivasi dideritanya
dalam mengenal Tn. P dalam berperilaku hidup sehat - Tn. P dan keluarga mengatakan belum
masalah anggota TTD memahami dengan baik tentang penyakit
keluarga dengan yang diderita oleh Tn. P
gastritis kronis Ghina - Tn. P mengatakan bersedia menerima
informasi maupun edukasi yang nantinya
akan diberikan oleh perawat
- Tn. P mengatakan pada saat sakit
langsung meminum obat yang dibeli di
Apotek
- Pasien mengatakan masih sering
mengalami kekambuhan penyakit
O:
- Tn. P sangat kooperatif
- TD : 120/70 mmHg
- Tn. P dan keluarga siap menerima
informasi yang nantinya akan diberikan
oleh perawat
A:
- Manajemen kesehatan tidak efektif
belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
TTD
Ghina
Tgl: 09/02/2023
Pukul 20.00 WIB
- Menyiapkan materi dan alat
penyuluhan yang diperlukan dalam
pemberian pendidikan kesehatan
Ghina
Ghina
PEMBAHASAN JURNAL
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak teratur
sehingga menurut Tussakinah dkk (2017) lambung menjadi sensitif di saat asam lambung
meningkat, peningkatan asam lambung diluar batas normal akan menyebabkan terjadinya
iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika peningkatan
asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung atau penyakit gastritis
akan semakin parah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Uwa, Milwati &
Sulasmini, 2019) bahwa kebiasaan makan tidak teratur akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi, jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan berlebihan sehingga
dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik.
Hal tersebut dapat menyebabkan rasa perih dan mual. Lambung yang mengalami gangguan
akibat iritasi meningkatkan produksi asam lambung sehingga mengikis selaput lendir yang
mengakibatkan gastritis.
Hasil penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan Zenab (2013),
membuktikan ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan kejadian
gastritis dengan p value sebesar (0,001). Pola makan yang tidak teratur akan membuat
lambung sulit untuk beradaptasi, jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung akan
berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada lambung yang bisa menyebabkan
gastritis.
Adapun selain pola makan, menurut Tussakinah dkk (2017) stres juga dapat
menyebabkan seseorang menderita gastritis sebab stres memiliki efek negatif melalui
mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga seseorang dapat beresiko
untuk mengalami gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres,
misalnya pada beban kerja berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat
dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan maka dapat menyebabkan
terjadinya peradangan mukosa lambung atau gastritis.
Dan hal inipun sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Uwa, Milwati &
Sulasmini, 2019) bahwa Stres yang dialami responden bisa mempengaruhi nafsu makan
diakibatkan pengaruh dari otak, ketika reseptor otak mengalami kondisi stres akan
menyebabkan perubahan keseimbangan kondisi dalam tubuh sehingga berdampak terhadap
perubahan pola makan, sehingga pola makan yang tidak teratur menyebabkan lambung
sensitif yang meningkat asam lambung. Produksi HCL (asam lambung) yang berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung.
Penjelasan jurnal diatas sejalan dengan data dasar yang ditemukan pada pengkajian pasien
Tn. P, dimana pasien menderita gastritis karena kebiasaan nya yang sering terlambat makan
dan mengalami stres, bahkan masih sering mengalami kekambuhan atas penyakitnya karena
stres dan pengaturan pola makan yang tidak baik dan teratur.
KESIMPULAN
A. ANALISA SITUASIONAL
1. Peserta
- Pasien
2. Ruangan
- Cukup luas dan terbuka dengan jumlah pasien satu orang
- Ventilasi baik
3. Penyuluh
- Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
- Mampu mengkomunikasikan materi penyuluhan dengan baik dan
menggunakan metode yang sesuai
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga dapat
memahami dan mengerti tentang konsep gastritis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang gastritis, keluarga
pasien diharapkan dapat :
a. Menjelaskan pengertian gastritis
b. Menjelaskan penyebab gastritis
c. Menjelaskan tanda dan gejala gastritis
d. Menjelaskan cara pencegahan gastritis
e. Menjelaskan penatalaksanaan gastritis
f. Menjelaskan jenis-jenis makanan yang di anjurkan dan tidak
C. MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian penyakit gastritis
2. Penyebab penyakit gastritis
3. Tanda dan gejala penyakit gastritis
4. Cara pencegahan penyakit gastritis
5. Cara penatalaksanaan penyakit gastritis
6. Jenis - jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita gastritis
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 2 menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam dan
pembacaan do’a, mengucapkan mendengarkan
salam dan perkenalan. perkenalan.
2. Menyampaikan topik dan tujuan 2. Mendengarkan
penyuluhan kepada sasaran. penyampaian topik dan
3. Kontrak waktu untuk kesepakatan tujuan.
penyuluhan dengan sasaran 3. Menyetujui
kesepakatan
pelaksanaan
pendidikan kesehatan.
2 Kegiatan 10 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab pertanyaan
Inti menit pengetahuan sasaran. dari penyuluh
2. Memberikan reinforcement 2. Mendengarkan materi
positif. yang disampaikan
3. Menjelaskan pengertian 3. Menanyakan hal-hal
Gastritis. yang belum dipahami
4. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak.
5. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya
6. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami sasaran.
7. Menjelaskan penyebab Gastritis.
8. Menjelaskan tanda dan gejala
Gastritis.
9. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak.
10. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk bertanya.
11. Menjelaskan tentang hal - hal
yang belum dipahami sasaran.
12. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami sasaran.
13. Menjelaskan cara
penatalaksanaan Gastritis.
14. Menjelaskan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan
bagi pasien dengan penyakit
Gastritis.
15. Menanyakan sasaran apakah
mengerti atau tidak.
16. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami.
17. Menjelaskan tentang hal- hal
yang belum dipahami.
3 Evaluasi/ 3 menit 1. Memberikan pertanyaan kepada 1. Menjawab pertanyaan
Penutup sasaran tentang materi yang telah 2. Mendengarkan
disampaikan oleh penyuluh. kesimpulan
2. Memberikan reinforcement 3. Menjawab salam
positif
3. Menyimpulkan materi
4. Menutup acara dengan
mengucapkan salam
E. MEDIA DAN ALAT PENYULUHAN
1. Leaflet
F. METODE PENYULUHAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab
G. EVALUASI
1. Apa pengertian penyakit gastritis?
2. Apa penyebab dari penyakit gastritis?
3. Apa tanda dan gejala dari penyakit gastritis?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit gastritis?
5. Bagaimana cara penatalaksanaan yang baik pada penyakit gastritis?
6. Jenis-jenis makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita gastritis?
Materi Penyuluhan
GASTRITIS
Menurut (Nuari N. A., 2015), Gastritis yang biasanya orang awam mengatakannya
maag adalah peradangan yang terjadi di lambung akibat meningkatnya sekresi asam
lambung mengakibatkan iritasi/perlukaan pada lambung.
Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam
jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah
telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu
jumlah asam lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
yang menumpuk dalam lambung akan semakin banyak dan berlebih. Hal ini dapat
menyebabkan luka atau iritasi pada dinding lambung sehingga timbul rasa perih.
A. Penyebab Gastritis
Menurut (Rendi, 2014), dalam buku Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam, didapatkan penyebab dari gastritis diantaranya:
1. Stress
2. Usia
3. Pola makan yang tidak baik. Misalnya terlambat makan, makan makanan
yang pedas, asam yang dapat merangsang asam lambung contoh cabe, cuka,
sambal, ketan dan lain-lain. Makan terlalu banyak atau cepat, dan makanan
yang terinfeksi oleh bakteri helicobakter phylory.
4. Merokok
5. Mengkonsumsi alcohol atau minuman berkafein
6. Mengkonsumsi obat-obatan dalam dosis yang tinggi. Contohnya aspirin dan
antalgin. (aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung)
7. Keracunan makanan
B. Tanda dan Gejala
Menurut (Rendi, 2014), dalam buku Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam, didapatkan tanda dan gejala dari gastritis diantaranya:
1. Mual dan muntah
2. Kembung
3. Nyeri seperti terbakar pada perut bagian atas
4. Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar
keringat dingin
5. Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar
6. Terkadang disertai sakit kepala
7. Bila gastritis sudah parah, makan akan terjadi luka pada lambung sehingga
menyebabkan perdarahan. Gejala yang timbul saat lambung sudah terdapat luka adalah
muntah darah atau terdapat darah pada feses.
C. Cara Pencegahan Penyakit Gastritis
Menurut (Muttaqin, 2015), dalam buku Gangguan Gastrointestinal, didapatkan cara
pencegahan penyakit gastritis:
1. Jaga pola makan secara baik dan teratur. Hindari menunda waktu makan karena
akan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat
2. Makan makanan yang bersih, sehat dan bergizi. Hindari makanan yang merangsang
kerja lambung. Contohnya makanan pedas, asam, dan kopi
3. Hindari stress yang berlebihan. Anda dapat mengalihkan rasa stress dengan
berolahraga yang baik bagi tubuh
4. Tidak merokok
5. Tidak mengkonsumsi alcohol
6. Hindari penggunaan obat-obatan terutama yang mengiritasi lambung misalnya
aspirin
D. Penatalaksanaan Penyakit Gastritis
Menurut (Muttaqin, 2015), dalam buku Gangguan Gastrointestinal jika anda
mengalami atau mempunyai riwayat gastritis, hal-hal yang dapat anda lakukan antara lain
adalah:
1. Makan dengan porsi kecil tapi sering. Contoh makanan adalah snack atau
makanan ringan.
2. Makan teratur dan tepat waktu
3. Dianjurkan minum air hangat jika terjadi mual dan muntah
4. Minumlah obat antasida (obat maag) jika gastritis kambuh
5. Istirahat yang cukup
6. Kalau merokok, hentikan merokok
7. Segera periksakan ke dokter jika nyeri tidak kunjung hilang
E. Jenis-jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
Menurut (Muttaqin, 2015), dalam buku Gangguan Gastrointestinal, didapatkan bahwa
jenis-jenis makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan diantaranya:
Makanan yang dianjurkan:
a. Sumber hidrat arang atau karbohidrat: bubur, kentang rebus, biscuit dan tepung-
tepungan yang dibuat bubur atau pudding.
b. Sayur yang tak berserat dan tidak menimbulkan gas: labu kuning, labu siam,
wortel, brokoli
c. Buah-buahan yang tidak asam dan tidak beralkohol : pisang, pepaya, tomat
Makanan yang tidak dianjurkan:
a. Makanan yang secara langsung merusak dinding lambung: nasi keras, ketan, jagung,
ubi talas.
b. Sumber Protein Hewani: daging yang berlemak, ikan asin, ikan pindang.
c. Sayuran tertentu (sawi, kol, nangka muda, nanas)
d. Buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon, durian)
e. Minuman yang mengandung soda dan alkohol: soft drink, tape, susu, anggur putih
dan kopi.
f. Makanan yang secara langsung merusak dinding lambung yaitu makanan yang
mengandung cuka dan pedas, merica.
g. Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan lambung.
Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang
akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain makanan berlemak, kue tart,
coklat dan keju.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta.
Salemba Medika
Ali, Zaidin. (2014). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Ardiansyah, M. (2015). Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.
Asmadi. (2018). Konsep Dasar Keperawatan Keluarg., Jakarta : EGC
Lusianah, S. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta: TIM.
Muhlisin A. (2013). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publising.
Murjayanah, H. (2014). Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Muttaqin, A. d. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Muwisin (2014). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Ningsih, Dewi Kartika. 2015. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Syok Dengan
Pendekatan Keperawatan. Malang: UB Press.
Oktavianti, R. R. (2015). Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan GAstritis di Ruang
Interna RSUD dr. Haryoto Lumajang.
Padila. (2013). Keperawatan Keluarga. Jakatar: Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.