Stase Komunitas
Dosen Koordinator : Ns. Siti Mukaromah.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Dosen Pembimbing : Ns. Siti Mukaromah.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom
Disusun Oleh
Pradana Setyanto, S.Kep
P2205138
Disusun Oleh:
Telah berhasil diselesaikan dan dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh pihak terkait
Pada tanggal Juli 2023
Mengetahui,
Koordinator Stase Keperawatan Keluarga
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam
meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang
berinteraksi dan merupakan unit utama yang menyangkut kehidupan
masyarakat. Keluarga menempati posisi antara individu dan masyarakat.
Apabila setiap keluarga sehat, akan tercipta komunitas yang sehat. Masalah
yang dialami anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang
lain, karena keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk
berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. Sehingga dengan memberikan
pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat dua keuntungan.
Aktivitas-aktivitas keluarga dalam menjalankan fungsi kesehatan dan
kesimbangan antara anggota keluarga tidak terlepas dari lima tugas dalam
perawatan kesehatan keluarga yaitu; mampu mengenal masalah
kesehatannya, mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
kesehatannya, mampu melakukan tindakan keperawatan untuk anggota
keluarga yang memerlukan bantuan keperawatan, mampu memodifikasi
lingkungan sehingga menunjang upaya peningkatan kesehatan, mampu
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
Keluarga menjadi point penting dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal karena memiliki keterkaitan dengan masalah
kesehatan, memiliki fungsi utama dalam masyarakat dan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat. Peran keluarga sebagai kelompok
dapat melakukan aktivitas pencegahan, memelihara, menimbulkan,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan yang ada di dalam
kelompok
/keluarga. Keluarga berperan sebagai pengambil keputusan dalam
memelihara kesehatan anggota keluarganya, yang berarti keluarga menjadi
faktor penentu sehat-sakitnya anggota keluarga, yang akan berdampak pada
munculnya berbagai masalah kesehatan anggota keluarga.
Unit fungsional terkecil dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga
adalah keluarga, dimana pertisipasi anggota keluarga dalam pemberian
asuhan keperawatan keluarga sangat mempengaruhi hasil dari asuhan
keperawatan keluarga lansia tersebut ( Badriah 2013 ). Selain keluarga,
perawat juga memiliki peran penting yakni sebagai pendidik,
koordinator/penghubung, advokat/pelindung, pemberi pelayanan langsung,
konselor, dan modifikator lingkungan. Pemberian pelayanan keperawatan
keluarga beriringan dengan tiga tingkat pencegahan. Tingkat pertama
(promotion dan primary prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) , maupun pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention).
Setiap pencegahan melibatkan keluarga sebagai mitra kerja dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari setiap pelayanan keperawatan
yang diberikan pada keluarga.
Proses pelibatan keluarga sebagai bentuk tranformasi ilmu dari
perawat ke keluarga, dengan keadaan keluarga yang memiliki latar
belakang masalah yang berbeda. Perbedaan tersebut akan menentukan
tingkat pencegahan yang digunakan. mulai dari promosi kesehatan, dimana
hal ini ditujukan kepada keluarga yang sehat, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan keluarga. Keluarga lebih berperan aktif dalam menjaga
dan meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Pecegahanan kuratif,
yang mana ditujukan kepada keluarga yang mengalami sakit, sehinga
intervensi yang diberikan terfokuskan untuk menyembuhkan peyakit yang
dialami oleh keluarga tersebut. Selanjutnya adalah pencegahan tersier yang
ditujukan kepada keluarga yang mengalami sakit, adapun intervensi yang
diberikan terfokuskan agar tidak terjadi komplikasi dari penyakit tersebut.
Perawat dapat memenuhi kebutuhan individu dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Jadi untuk membangun keluarga yang sehat
dibutuhkan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga. Asuhan keperawatan keluarga merupakan rangkaian kegiatan
yang diberikan melalui praktik keperawatan keluarga. Adapun kriteria
keluarga yang harus mendapatkan asuhan keperawatan keluarga adalah
keluarga yang dalam tahap perkembangan keluarga, misalnya keluarga
dengan pasangan baru (Berganning family) / keluarga pemula ataupun
keluarga inti.
Teori-teori keperawatan sangan menjanjikan apabila diterapkan dalam
keluarga. Teori-teori keluarga memiliki gambaran yang jauh lebih lengkap
dan memiliki kekuatan lebih dalam menjelaskan tentang perilaku keluarga
(teori ilmu sosial keluarga) dan intervensi keluarga (teori terapi keluarga)
tapiperlu dirumuskan ulang atau diadaptasi ulang sehingga teori-teori
tersebut cocok dengan perspektif keperawatan.
Salah satu teori keperawatan keluarga yang sering digunakan adalah
teori Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi
dari teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural
fungsional sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan
alat pengkajian keluarga. Teori-teori lain ikut berperan kedalam dimensi
struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress
keluarga.
B Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan keluarga Tn. S dan
keluarga dengan masalah penyakit hipertensi pada Keluarga Tn. S di RT.24
Kelurahan Muara Rapak Balikpapan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga
sesuai dengan konsep dan teori keperawatan keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan keerawatan
keluarga
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada salah satu
keluarga diwilayah kerja Puskesmas.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan keluarga
d. Mahasiswa mampu menyusun perencanaan asuhan keperawatan
keluarga
e. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
keluarga
f. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dengan pendekatan
pada keluarga bina asuhan keperawatan keluarga
g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
keluarga
A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Banyak definisi yang diuraikan tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan
pengertian keluarga dalam Harmoko (2012) :
a. Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota
keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
b. Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum:
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial
dari tiap anggota.
c. Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang
saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
d. Menurut Bergess (1962), keluarga terdiri atas kelompok orang yang
mempunyai ikatan perkawinan, keturunan/hubungan sedarah atau
hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota
berinteraksi dan komunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai
kebiasaan/kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi
mempunyai keunikan tersendiri.
e. Menurut Helvie (1981), keluarga adalah sekelompok manuasia yang
tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten
dan hubungan yang erat.
f. Menurut Departemen kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
3. Tipe Keluarga
Beberapa tipe keluarga (Widagdo, 2016) yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut :
a. Tipe keluarga tradisional terdiri atas :
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri
atas suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak
angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang
terdiri atas suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda
ketahui, keluarga ini mungkin belum mempunyai anak atau
tidak mempunyai anak, jadi ketika nanti Anda melakukan
pengkajian data dan ditemukan tipe keluarga ini perlu Anda
klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua
dengan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu
orang dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang
tidak menikah atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan
sebagainya. Tipe keluarga ini banyak dianut oleh keluarga
Indonesia terutama di daerah pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di
rumah (baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya
sudah membangun karir sendiri atau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama
atau saling berdekatan dan menggunakan barang-barang
pelayanan, seperti dapur dan kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga ini tidak lazim ada di
Indonesia terdiri atas :
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri
atas orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan
jenis kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan
suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
4. Fungsi keluarga
Menurut Widagdo (2016) fungsi keluarga ada lima antara lain beikut ini :
a. Fungsi afektif
Fungsi ini meliputi persepsi keluarga tentang pemenuhan kebutuhan
psikososial anggota keluarga. Melalui pemenuhan fungsi ini, maka
keluarga akan dapat mencapai tujuan psikososial yang utama,
membentuk sifat kemanusiaan dalam diri anggota keluarga,
stabilisasi kepribadian dan tingkah laku, kemampuan menjalin secara
lebih akrab, dan harga diri.
b. Fungsi sosialisasi dan penempatan sosial
Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup,
karena individu secara kontinyu mengubah perilaku mereka sebagai
respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka
alami. Sosialisasi merupakan proses perkembangan atau perubahan
yang dialami oleh seorang individu sebagai hasil dari interaksi sosial
dan pembelajaran peran-peran sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik dan perawatan kesehatan. Perawatan
kesehatan dan praktik-praktik sehat (yang memengaruhi status
kesehatan anggota keluarga secara individual) merupakan bagian
yang paling relevan dari fungsi perawatan kesehatan yaitu :
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi
keluarga.
3) Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan.
4) Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan
suasana rumah yang sehat.
5) Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
5. Tahap perkembangan keluarga
Terdapat delapan tahap perkembangan keluarga (Widagdo, 2016) yaitu :
a. Keluarga baru menikah atau
pemula Tugas perkembangannya
adalah:
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan;
2) Membina hubungan persaudaraan, teman, dan kelompok sosial;
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga dengan anak baru lahir
Tugas perkembangannya
adalah:
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
mengintegrasikan bayi yang baru lahir ke dalam keluarga;
2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuhan anggota keluarga;
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peranperan orang tua dan kakek nenek.
c. Keluarga dengan anak usia pra
sekolah Tugas perkembangannya
adalah
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti rumah, ruang
bermain, privasi, dan keamanan;
2) Mensosialisasikan anak;
3) Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lain;
4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di
luar keluarga.
d. Keluarga dengan anak usia
sekolah Tugas perkembangannya
adalah:
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan hubungan dengan teman sebaya yang sehat;
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan;
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
Tugas perkembangannya
adalah:
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika
remaja menjadi dewasa dan semakin mandiri;
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan;
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama dengan keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami isteri sebagai dasar pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau isteri.
7. Peran keluarga
Menurut Harnilawati (2013) keluarga memiliki peran formal dalam
keluarga
tersebut , yaitu :
a. Peran sebagai ayah. Ayah sebagai suami dari isteri dan ayah dari
anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung,
dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota
kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.
b. Peran sebagai ibu. Ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-
anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh
dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota
kelompok sosial, serta sebagai anggota kelompok masyarakat dan
lingkungan disamping dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan keluarga.
c. Peran sebagai anak. Anak meaksanakan peran psikososial sesuai
tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
8. Keluarga Sebagai Sistem
a. Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua
orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda
dengan ciri saling berhubungan dan ketergantungan antar individu
b. Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut :
1) Keluarga mempunyai sub sistem : Anggota, fungsi, peran,
aturan, budaya, dan lainnya yang dipelajari dan
dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar
susbsitem.
3) Merupakan unit terkecil dari masyarakat yang dapat
mempengaruhi sub sistemnya.
c. Keluarga mempunyai komponen-komponen sistem (Harmoko,
2012) yaitu :
1) Masukan (input) terdiri dari anggota keluarga, fungsi
keluarga, aturan dari keluarga (masyarakat) sekitar (luas),
budaya, agama dan sebagainya
2) Proses merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keluarga.
2. Klasifikasi
Klasifikasi DM (Perkumpulan Endikronologi Indonesia, 2019) adalah:
a. Tipe 1: Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan pada
defisiensi insulin absolut.
b. Tipe 2: Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai
defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin
disertai reistensi insulin.
c. DM gestasional: Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau
ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan tidak didapatkan
diabetes
d. Tipe spesifik yang berkaitan dengan penyebab lain:
Sindroma diabetes monogenic (diabetes neonatal, maturity-onset
diabetes of the young [MODY]).
• Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik, pankreatisis).
• Disebabkan oleh obat atau zat kimia (misalnya
penggunaan glukokortikoid pada terapi HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ).
3. Patofisiologi
Patofisiologi dari DM menurut (Brunner & Suddart, 2005) dalam
Wijaya dan Puteri (2019).
a. Diabetes tipe I
Pada diabetes I tidak terdapat ketidakmampuan pankreas untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan
oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi
glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postpranidial
(sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi,
ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (Glukosuria).
Ketika glukosa yang berlebihan diekresikan dalam urin, ekresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektronik yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan
yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliura) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan
lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat
mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya
simpanan kalori. Gejala lainnya mencangkup kelelahan dan kelemahan.
Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut
menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan
lemak yang produksi badan keton yang merupakan produk samping
pecahan lemak. Badan keton merupakan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan.
b. Diabetes tipe II
Pada Diabetes tipe II terdapat dua masalah yang berhubungan
dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel,
resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi
intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes
tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencangkup kelelahan,
iritabilitas, poliura, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi vagina
atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya saat tinggi). Penyakit
diabetes membuat gangguan/ komplikasi melalui kerusakan pada
pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetic. Penyakit
ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah
besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh
darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati.
Ada 3 problem utama yang terjadi bila kekurangan atau tanpa insulin:
a. Penurunan penggunaan glukosa
b. Peningkatan mobilisasi lemak
c. Peningkatan penggunaan protein
4. Etilogi
Etiologi DM menurut (Wijaya & Puteri, 2019) adalah sebagai berikut:
1. DM tipe 1 (DDM/ Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik/ herediter
Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibody
autoimun terhadap penghancuran sel-sel beta
b. Faktor infeksi virus
Infeksi virus coxsackie pada individu yang peka secara genetik
c. Faktor imunologi
Respon autoimun abnormal mengakibatkan antibodi menyerang
jaringan normal yang dianggap jaringan asing.
2. DM tipe II (NIDDM)
a. Obesitas
Obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target
diseluruh tubuh, insulin yang terjadi menjadi kurang efektif dalam
mengingatkan efek metabolik.
b. Usia
Cenderung meningkat diatas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
DM memiliki hubungan yang sangat erat dengan riwayat keturunan
keluarga.
d. Kelompok etnik
Berdasarkan penelitian terakhir di 10 negara menunjukkan bahwa
bangsa Asia lebih beresiko terserang DM dibanding bangsa barat.
Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa secara keseluruhan
bangsa Asia kurang berolahraga dibandingkan bangsa-bangsa dibenua
barat. Selain itu, kelompok etnik tertentu juga berpengaruh terutama
Cina, India dan Melayu lebih beresiko terkena DM
3. DM Malnutrisi
Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit Pankreas: pankreatitis, Ca pankreas, dll)
b. Penyakit hormonal: akromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta
sehingga hiperaktif dan rusak
c. Obat-obatan:
Aloxan, streptozikin: sitotoksin terhadap sel sel beta,
Derivit thiazide: menurunkan sekresi insulin
5. Manifestasi Klinis
Menurut (Santi, 2015) dalam Rafli (2019) manifestasi Klinis DM tergantung
pada tingkat hiperglikemia yang dialami oleh klien. Manifestasi klinis khas yang
dapat muncul pada seluruh tipe diabetes meliputi:
a. Trias poli
Poliura (Peningkatan penguluaran urin), Polidipsi (peningkatan rasa haus)
dan poliphagi (peningkatan rasa lapar).
b. Kelemahan dan kelelahan.
c. Perubahan penglihatan yang mendadak.
d. Perasaan gatal atau kebas pada kaki atau tangan.
e. Kulit kering dan adanya lesi luka yang penyembuhannya lambat dan
infeksi berulangan.
6. Komplikasi
Komplikasi menurut (Subiyanto, 2019):
Diabetes sering disebut “the great imitator”, yaitu penyakit yang dapat
menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini
timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadarinya adanya
berbagai perubahan dalam dirinya. Kadar glukosa darah yang terus menerus
tinggi akan menyebabkan gangguan-gangguan yang akan timbul beberapa tahun
kemudian. Ini biasanya dikenal sebagai komplikasi kronis. Komplikasi akut juga
dapat terjadi jika kadar glukosa darah seseorang meningkat atau menurun dengan
tajam dalam waktu relatif singkat. Tidak semua orang dengan diabetes akan
menderita komplikasi jangka Panjang.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut keluarga beserta kepercayaan yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhankebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
j) Aktivitas dan reaksi keluarga
Reaksi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat reaksi tertentu, namun
dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas reaksi.
a. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b. Tahap perekembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
i. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugass
tersebut belum terpenuhi.
ii. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, di
jelaskan mulai lahir hingga saat ini yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status
imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan
iii. Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri. (Andarmoyo, 2012)
iv. Data lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah,
tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan
ruangan, peletakan perabot rumah tangga, jenis septic tank,
jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan
serta dena rumah.
b) Fungsi sosialisasi
Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan
dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya, dan pelaku.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan,
pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang
sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
melaksanakan
5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,
menciptakan lingkungan dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas yang terdapat di
lingkungan setempat, (Andarmoyo, 2012).
vii. Stres dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari enam bulan
b) Stresor jangka panjang
Stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari enam bulan
c) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stresor dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stresor.
d) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stres
e) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stres.
viii. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga.
Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik yang di klinik
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis ke
system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
c. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat bersama keluarga untuk dilaksanakan. Dalam
perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus
dilakukan keluarga bersama perawat keluarga yaitu menyusun tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih intervensi dan menyusun prioritas
a. Menetapkan Prioritas Masalah Keperawatan
Menetapkan prioritas masalah atau diagnose keperawatan
keluarga adalah dengan menggunakan Skala menyusun prioritas
dari Bailon dan Maglaya, 1978:
Skala untuk menentukan prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga
(bailon dan Maglaya, 1978)
4 Menonjolnya masalah
Skala: Masalah dirasakan dan harus
segera ditangani. 2
Ada masalah, tapi tidak perlu 1 1
ditangani. Masalah tidak dirasakan 0
Scoring:
a. Tentukan skore untuk setiap criteria.
b. Skore dibagi dengan makna tertinggi dan dikalikan dengan
bobot
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria.
b. Menetapkan Tujuan Keperawatan
Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang
diharapkan dari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka
panjang dan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang adalah target dari kegiatan atau hasil akhir
yang diharapkan dari rangkaian proses penyelesaian masalah
keperawatan dan berorientasi pada perubahan prilaku seperti
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Misalnya: keluarga mampu
merawat anggotanya (Tn.S) yang menjalani TBC Paru.
Tujuan jangka pendek merupakan hasil yang diharapkan dari setiap
akhir kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu disesuaikan dengan
penjabaran jangka panjang. Misalnya: setelah dilakukan satu kali
kunjungan, keluarga mengerti tentang penyakit TBC. Pada tujuan juga
perlu direncanakan evaluasi yang merupakan criteria dan standar
tingkat penampilan sesuai tolak ukur yang ada. Misalnya:
a. Berat badan anak akan naik minimal 1Kg setiap bulan.
b. Setelah kunjungan rumah ibu akan mengunjungi puskesmas
minimal 4x selama kehamilan.
3. Implementasi
Pada pelaksanaan implementasi keluarga, hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan tindakan yang tepat.
2. Menstimulasi kesadaran dan penerimaan tentang masalah dan
kebutuhan kesehatan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat keluarga yang sakit.
4. Intervensi untuk menurunkan ancaman psikologis.
5. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat.
6. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
Contoh Diagnosa keperawatan keluarga:
a. Gangguan parenting pada keluarga X khususnya dalam perawatan
anak Y berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan
ketrampilan orang tua dalam pemenuhan tugas pertumbuhan dan
perkembangan anak remaja.
Tujuan Umum:
Setelah dilakukan 5x kunjungan rumah selama 45 menit setiap
kunjungan, diharapkan penampilan parenting keluarga optimal
dalam perawatan anak remaja.
Tujuan Khusus: 1.
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap
kunjungan, diharapkan keluarga mengenal tugas perkembangan
keluarga dengan anak remaja.
Kriteria Evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan pengertian tugas perkembangan
keluarga pada tahap remaja dengan bahasa yang sederhana.
Standar : Perkembangan keluarga dengan remaja merupakan
suatu fase perkembangan keluarga dimulai pada saat anak
pertama berusia 13 tahun dan berakhir dengan 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberikan tanggung jawab serta pada tahap sebelumnya.
Rencana Tindakan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
b. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali pengertian tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
c. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria : Menjelaskan dua ciri-ciri keluarga dengan remaja
Standar :Tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
merupakan tahapan yang paling sulit, karena orang tua
melepas otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung
jawab.
Rencana Keperawatan:
a. Diskusikan dengan keluarga tentang cirri-ciri perkembangan
keluarga dengan remaja.
b. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali ciri-ciri
perkembangan keluarga dengan remaja.
c. Berikan pujian atas kemampuan keluarga.
3. Kriteria : Mampu menyebutkan 3 dari 4 tugas perkembangan
keluarga dengan remaja.
Standar :Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja:
memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah tambah dewasa dan meningkat
otonominya, mempertahankan hubungan yang intim dalam
keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari permusuhan dan kecurigaan, perubahan
system aturan tumbuh kembang keluarga.
Rencana Keperawatan:
a. Identifikasi tugas yang sudah dilakukan oleh keluarga
pada remaja.
b. Berikan penjelasan setiap tugas yang sudah dilakukan orang
tua pada remaja.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang tugas perkembangan
keluarga dengan remaja.
d. Anjurkan keluarga mengungkapkan kembali tugas
perkembangan keluarga dengan remaja.
e. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
Tujuan khusus 2:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap
kunjungan, diharapkan keluarga mampu mengambil keputusan
dalam memfasilitasi perkembangan keluarga dengan anak
remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria :Menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga tidak
mencegah masalah anak remaja.
Standar : Sering muncul konflik antara remaja dan orang tua
karena anak menginginkan kebebasan melakukan
aktivitasnya, sementara orangtua mempunyai hak
untuk mengontrol anak.
Rencana Keperawatan:
a. Jelaskan akibat yang bisa terjadi bila keluarga tidak
mengambil keputusan untuk mencegah kenakalan remaja.
b. Beri kesempatan keluarga bertanya.
c. Dorong keluarga untuk mengungkapkan kembali penjelasan
yang diberikan.
d. Beri pujian atas kemampuan keluarga.
2. Kriteria:Mengambil keputusan yang tepat untuk segera
melakukan tindakan pencegahan masalah anak
remaja.
Standar:Dalam hal ini orang tua perlu menciptakan
komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan
dan permusuhan sehingga hubungan orang tua dan
anak harmonis.
Rencana keperawatan:
a. gali pendapat keluarga bagaimana cara mencegah masalah
pada remaja.
b. Bimbing dan bantu keluarga untuk mengambil keputusan
yang tepat
Tujuan khusus 4:
Setelah dilakukan 2x kunjungan rumah selama 45 menit setiap
kunjungan, diharapkan keluarga mampu memelihara lingkungan
keluarga dengan perkembangan anak remaja.
Kriteria evaluasi:
1. Kriteria : Menyebutkan lingkungan yang kondusif
untuk mendidik anak remaja.
Standar : Lingkungan dalam pertumbuhan remaja
mencakup dukungan dalam memberikan perkembangan secara
fisik, psikologis, social, dan spiritual.
Rencana keperawatan:
a. anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi remaja rajin belajar.
b.Tanyakan perasaan anak remaja saat ini.
c. Lakukan kunjungan rumah tidak terjadwal
d. Diskusikan dengan keluarga lingkungan yang kondusif
e. Identifikasi dengan keluarga lingkungan yang ada kegiatan
yang mendukung remaja.
f. Dorong keluarga untuk menyebutkan kembali penjelasan
g. Beri pujian atas kemampuan keluarga menjawab pertanyaan
yang benar.
Tujuan khusus 5:
Setelah dilakukan 1x kunjungan rumah selama 45 menit setiap
kunjungan, diharapkan keluarga mampu menggunakan
pelayanan kesehatan untuk menunjang perkembangan anak
remaja.
1. Kriteria : Menggunakan pelayanan kesehatan dan
social dalam menunjang tumbuh kembang remaja.
Standar : Keluarga dapat mendapat bantuan dari
pelayanan social seperti LSM ataupun pelayanan kesehatan
seperti puskesmas dalam rangka memenuhi kesehatan
reproduksi anak remaja terkait pertumbuhan dan perkembangan
remaja sehingga informasi yang didapat akurat dan dapat
dipertcaya dalam mengambil keputusan.
Rencana keperawatan :
a. Diskusikan jenis fasilitas pelayanan social yang tersedia di
lingkungan keluarga.
b. Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan social yang sesuai
dengan kondisi keluarga.
c. Anjurkan keluarga mendapatkan fasilitas pelayanan social
sesuai pilihan.
d. Berikan pujian positif atas kemajuan
keluarga. Rancangan Kegiatan
1. Topik : Pengkajian data umum, lingkungan, fungsi keluarga,
pemeriksaan fisik dan harapan keluarga
I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Ny. “A”
2. Alamat dan Telpon : Jl. RE.Martadinata RT.27
3. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis Kelamin Hub dgn KK TTI/Umur Pendidikan
1. Ny. A Perempuan Istri 56thn SLTA
Genogram
Keterangan
4. Tipe keluarga
Keluarga Ny. A termasuk tipe keluarga single parent yaitu keluarga
yang terdiri atas ibu dan anak. Ny A mempunyai 3 orang anak, suami
sudah meninggal 10 tahun yang lalu.
5. Suku
Keluarga Ny A merupakan keluarga yang didominasi oleh suku
Madura dimana dalam keluarga menggunakan bahasa indonesia
6. Agama
III. Lingkungan
a. Katarektistik rumah
Rumah Ny A adalah rumah milik sendiri dengan tipe semi permanen dengan
luas rumah 10x13 m. Terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang
dapur, teras, tempat cucian dan jemuran, 1 wc dengan tipe leher angsa dan
kamar mandi. Lantai rumah terbuat dari semen dengan keadaan cukup
bersih, penerangan cukup baik, ventilasi cukup. Sistem penerangan dari
PLN. Sumber air menggunakan air PDAM yang bersih dan tidak berwarna,
ditampung dalam bak mandi dan gentong yang tertutup.
Halaman rumah ada, pada bagian teras telah disemen dan dipenuhi dengan
pot-pot tanaman dan bunga. Keluarga biasa membuang sampah ditempat
pembuangan sampah. Sedangkan untuk pembuangan limbah keluarga
melalui saluran yang mengalir ke got/saluran air.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Ny A hidup berdampingan dengan tetangga sekitarnya yang
beraneka ragam suku bangsa, dan mereka hidup rukun. Tetangga Ny A
terdiri dari beberapa suku yaitu suku Jawa, suku, suku Banjar,suku bugis
dan lain-lain. Dalam berkomunikasi dengan tetangga Ny A menggunakan
bahasa Indonesia.
c. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny A sudah lama menetap di rumah yang sekarang ditempati.
Untuk bermobilisasi keluar rumah Ny A menggunakan kendaraan umum dan
kadang diantar oleh anaknya menggunakan motor.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Ny A kadang mengikuti kegiatan yang ada. Dengan tetangga di
lingkungannya tampak berinteraksi dengan baik. Ny.A kadang mengikuti
pengajian yang diadakan di lingkungan rumah.
e. Sistem pendukung keluarga
Tempat tinggal Ny.A tidak begitu jauh dar fasilitas kesehatan sehingga bila
ada anggota keluarga yang sakit Ny A dibawa kepuksesmas. Fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat yang bisa dijangkau oleh Ny A adalah
puskesmas.
V. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga cukup rukun, Ny A dan anak tampak memperhatikan anggota
keluarganya dan tampak sering bercanda dengan anaknya. Sikap saling
menghormati antar anggota keluarga masih tetap diajarkan.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dalam keluarga Ny A berjalan dengan baik. Keluarga
kadang mengikuti kegiatan yang dibuat oleh RT setempat.
c. Fungsi perawatan keluarga
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga cukup mampu untuk mengenal tentang kondisi kesehatan yang
dialami oleh keluarga dan keluarga mempunyai jaminan
kesehatan(JKN) / BPJS
b. Kemampuan keluarga membuat keputusan yang tepat bagi keluarga
Ny A dan Anak mengatakan jika ada yang sakit, mereka akan berobat ke
puskesmas dan jika tidak ada perubahan mereka akan membawa ke RS.
c. Kemampuan keluarga dalam merawat keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan
Ny. A tidak menjaga pola makannya atau diet DM dan selalu melanggar
diet tersebut.
d. Kemampuan keluarga dalam mempertahankan atau menciptakan suasana
rumah yang sehat
Keluarga Ny A termasuk keluarga yang memperhatikan kebersihan
rumah. Rumah Ny A terlihat cukup bersih dan sedikit kurang rapi, Ny.
A setiap hari membersihkan rumah mereka. Keluarga Ny A mengetahui
tentang fungsi ventilasi sehingga setiap hari jendela selalu dibuka
Pencahayaan di siang hari cukup karena cahaya bisa masuk. Pada malam
hari menggunakan penerangan dari lampu PLN.
e. Kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas
Keluarga Ny. A mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas dan dokter praktek. Untuk berobat
keluarga Ny A selalu ke puskesmas.
VI. Stress dan koping keluarga
DO :
a. TD : 139/80 mmhg, N : 80 x/mnt,
RR : 20x/ mnt, S : 36°C
b. GDS: 265 mg/dl
2 DS : Kurang terpaparnya Defisiensi
a. Ny. A menanyakan tentang penyakitnya informasi Pengetahuan
b. Ny. A mengatakan minum obat rutin dan
kontrol ke puskesmas
c. masih mengosumsi makanan yang manis
DO :
a. TD : 139/80 mmhg, N : 80 x/mnt,
RR : 20x/ mnt, S : 36°C
b. GDS: 256 mg/dl.
c. Ny.A Masih tampak semangat untuk
mengetahui penyakitnya
x. Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Sifat masalah:
3/3x1 Keluarga mengetahui tentang penyakit
Ancaman 3
= Diabetes Melitus
Tidak/kurang sehat 2 3 1
Krisis 1
Kemungkinan untuk Dengan informasi yang cukup akan
1/2x2
diubah 2 menambah wawasan dan pengetahuan
=
Dengan mudah keluarga mengenai Diabetes Melitus
1 1 1
Hanya sebagian
0
Tidak dapat
Potensi dicegah
3/3x1 Diabetes Militus adalah penyakit yang
Tinggi 3
= dapat dikendalikan apabila keluarga
Cukup 2 1 1 patuh akan diet dan patuh minum Obat
Rendah 1
Menonjolnya masalah
1/2x1 Masalah tidak begitu dirasakan oleh Ny
Segera ditangani
2 = S dan keluarga
Tidak segera 1
1 1/2
ditangani
Tidak dirasakan 0
Total 3½
2. Defisiensi pengetahuan b/d ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah Skoring Diagnosa
Keperawatan Defisiensi Pengetahuan
Sifat masalah:
2/3x1 Keluarga mengetahui tentang penyakit
Ancaman 3
= 0,66 Diabetes Melitus
Tidak/kurang sehat 2 3
Krisis 1
Kemungkinan untuk Dengan informasi yang cukup akan
1/2x2
diubah 2 menambah wawasan dan pengetahuan
=1
Dengan mudah keluarga mengenai Diabetes Melitus
Hanya sebagian 1 1
0
Tidak dapat
Potensi dicegah
3/3x1 Diabetes Militus adalah penyakit yang
Tinggi 3
=1 dapat dikendalikan apabila keluarga
Cukup 2 1
patuh akan diet dan patuh minum Obat
Rendah 1
Menonjolnya masalah
1/2x1 Masalah tidak begitu dirasakan oleh Ny
Segera ditangani
2 = S dan keluarga
Tidak segera 1
1 1/2
ditangani
Tidak dirasakan 0
Total 2,66
No Dx. Kep. Kom Tujuan
Intervensi
1 Pemeliharaan kesehatan tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga Observasi
efektif berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan : Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
1. Menunjukkan perilaku adaptif meningkat (5) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
ketidakmampuan keluarga 2. Menunjukkan pemahaman perilaku sehat motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
dalam merawat keluarga yang meningkat (5) Terapeutik
mengalami gangguan 3. Kemampuan menjalankan perilaku sehat Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
kesehatan meeningkat (5) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
A. Latar Belakang
1. Karakteristik Keluarga
C. Rancangan Kegiatan
1. Metode : Wawancara dan Observasi.
2. Media dan alat: Format pengkajian , alat tulis.
3. Waktu : Selasa, Juli 2023
4. Tempat : Di kediaman Ny A .RT 27 Mekarsari
D. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur :
a. LP (Laporan Pendahuluan) disiapkan.
b. Alat bantu atau media disiapkan.
2. Kriteria Proses:
a. Selama kegiatan, keluarga aktif dan mahasiswa melakukan
komunikasi 2 arah untuk saling mengenal dan menjelaskan tujuan
kunjungan mahasiswa ke keluarga.
b. Selama wawancara keluarga aktif menjawab pertanyaan.
c. Keluarga mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Kontrak waktu telah dilakukan oleh mahasiswa dan keluarga.
Menetapkan kontrak waktu pertemuan dengan klien yang disepakati oleh klien
dan mahasiswa, yaitu:
A. Latar Belakang
Keluhan kesehatan tidak selalu mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari,
namun terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan yang dialami oleh penduduk dapat
menggambarkan tingkat/ derajat kesehatan secara kasar. Bertambahnya umur, fungsi
fisiologis mengalami penurunan akibat proses penuaan sehingga penyakit tidak menular
banyak muncul pada lanjut usia. Masalah degeneratif juga menurunkan daya tahan tubuh
sehingga lansia rentan terkena infeksi penyakit menular. Semakin bertambah tua umurnya,
proporsi lansia yang mengalami keluhan kesehatan semakin besar. Penyakit degeneratif yang
biasa dialami oleh lansia antara lain hipertensi, asma, penyakit jantung, kanker, diabetes.
Menurut WHO (2019). DM merupakan penyakit kronis yang menjadi tantangan di dalam
dunia kesehatan. DM merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang
menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia pada tahun 2010 (WHO, 2014) dalam Istianah, dkk
(2020). DM adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai
dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. (Kementerian Kesehatan RI, 2020).
Berdasarkan data tersebut penyuluh ingin memberininkan penyuluhan kepada
warga binaan untuk memberikan pemahaman terkait Diabetes agar wargaa binaan tersebut
dapat secara mandiri melakukan pengendalian penyakit Diabets dalam keluarga. Dari hasil
kesepakatan bersama keluarga Ny. S bahwa pada tanggal 13 juni 2023 dilakukan Penyuluhan
tentang Diabetes.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan keluarga Ny. S dapat meningkatkan pengetahuan
mengenai Diabetes
2. Tujuan Khusus
a. Keluarga dapat mengulang kembali definisi Diabetes
b. Keluarga dapat mengetahui penyebab Diabetes
c. Keluarga dapat mengetahui penatalaksanaan penyakit Diabetes
d. Keluarga mengetahui tanda dan gejala penyakit Diabetes
e. Keluarga mengetahui komplikasi penyakit Diabetes
f. Keluarga dapat mengetahui tentang cara pencegahan Diabetes
g. Keluarga dapat mengetahui tentang diet Diabetes
C. Penataksanaan Kegiatan
1. Judul Kegiatan
Penyuluhan Kesehatan Penyakit Diabetes
2. Sasaran
Keluarga Ny S di RT. 24 Kelurahan Muara Rapak
3. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya Jawab
4. Media
Leaflet
5. Waktu dan Tempat
a. Hari dan Tanggal : Jumat, Juli 2023
b. Waktu : 10.00-11.30 WITA
c. Tempat : Rumah keluarga Ny. A
a. Topik : Penyuluhan Diabetes
6. Setting Acara
Memperkenalkan diri
2. Isi 1. Menjelaskan maksud, tujuan, dan materi 20 menit
Pengertian Diabetes
Penyebab Diabetes
Penatalaksanan Diabetes
Tanda dan gejala Diabetes
Komplikasi Diabetes
Pencegahan Diabetes
Diet Diabetes
2. Diskusi dan Tanya jawab
3. Penutup Menutup penyuluhan 5 menit
b. Peran serta dan tanggung jawab mahasiswa sesuai dengan pre planning kegiatan.
Lama : 30 Menit
3. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Setelah mengikuti kegiatan selama 30 menit, klien dan keluarga memahami tentang :
1) Pengertian Diabetes
2) Mengetahui penyebab Diabetes
3) Mengetahui penatalaksanaan Diabetes
4) Mengetahui tanda dan gejala penyakit Diabetes
5) Mengetahui komplikasi penyakit Diabetes
6) Mengetahui tentang cara pencegahan Diabetes
7) Mengetahui tentang diet Diabetes
Media leaflet
Materi:
2. Pengertian Diabetes
2. Penyebab Diabetes
3. Penatalaksanaan Diabetes
4. Tanda dan gejala penyakit
Diabetes
5. Komplikasi penyakit Diabetes
6. Cara pencegahan Diabetes
7. Diet Diabetes
3. 10 menit Evaluasi : Bertanya dan
menjawab pertanyaan
1. Menyimpulkan isi penyuluhan
2. Menyampaikan secara singkat materi penyuluhan
3. Memberi kesempatan kepada audience
untuk bertanya
4. Memberikan kesempatan kepada audience
untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
4. 2 menit Penutup Menjawab salam
1. Menyimpulkan materi yang telah disampaikan
2. Menyampaikan terima kasih atas waktu yang
telah diberikan oleh peserta
3. Mengucapkan salam
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. LATAR BELAKANG
Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang
kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan jumlah penyakit degeneratif yaitu penyakit yang tidak menular
akan tetapi dapat diturunkan. Salah satu penyakit degeneratif yang memerlukan
penanganan secara tepat dan serius adalah diabetes mellitus (DM).
Salah satu komplikasi penyakit diabetes melitus yang sering dijumpai adalah kaki
diabetik (diabetic foot), yang dapat ber- manifestasikan sebagai ulkus, infeksi dan
gangren dan artropati Charcot (Reptuz, 2009; dikutip Andarwanti, 2009). Ada dua
tindakan dalam prinsip dasar pengelolaan diabetic foot yaitu tindakan pencegahan dan
tindakan rehabilitasi. Tindakan rehabilitasi meliputi program terpadu yaitu evaluasi
tukak, pengendalian kondisi metabolik, debridemen luka, biakan kuman, antibiotika tepat
guna, tindakan bedah rehabilitatif dan rehabilitasi medik. Tindakan pencegahan meliputi
edukasi perawatan kaki, sepatu diabetes dan senam kaki (Yudhi, 2009).
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita DM atau bukan
penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu melancarkan peredaran darah
bagian kaki (Soebagio, 2011). Perawat sebagai salah satu tim kesehatan, selain berperan
dalam memberikan edukasi kesehatan juga dapat berperan dalam membimbing penderita
DM untuk melakukan senam kaki sampai dengan penderita dapat melakukan senam kaki
secara mandiri (Anggriyana & Atikah, 2010). Gerakan-gerakan senam kaki ini dapat
memperlancar peredaran darah di kaki, memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat otot
kaki dan mempermudah gerakansendi kaki. Dengan demikian diharapkan kaki penderita
diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita diabetes
(Anneahira, 2011).
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Ny A dan keluarga
dapat mengetahui dan memahami mengenai senam kaki Diabetes
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat mengetahui tentang:
1) Pengertian senam kaki diabetes
2) Tujuan senam kaki diabetes
3) Cara melakukan senam kaki diabetes
3. RENCANA KEGIATAN
1. Metode : Ceramah, diskusi, demonstrasi, dan tanya
jawab
2. Media dan Alat Bantu : Leaflet
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Rumah Ny A
b. Hari/Tanggal : Jum’at, 7 Juli 2023
4. Materi dan Pemateri : Pradana Setyanto, S.Kep
5. Peserta : Ny A
6. Waktu : 30 menit
4. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
( 5 menit) salam
2. Memperkenalkan diri 2. Tanya jawab
2. Mendengarkan
3. Menjelaskan maksud dan keterangan
tujuan penyuluhan penyaji
4. Menggali pengetahuan peserta 3. Menyampaikan
tentang materi yang akan pengetahuan
disampaikan tentang materi
yang
disampaikan
Penyajian dan 1. Menggali pengetahuan peserta - Memperhatikan 1. Ceramah
diskusi tentang senam kaki Diabetes
- Mendengarkan 2. Demonstrasi
( 20 menit) 2. Menjelaskan pengertian
keterangan
senam kaki Diabetes 3. Tanya jawab
penyaji
3. Menjelaskan tujuan senam 4. Leaflet
- Mengikuti dan
kaki Diabetes
menirukan
4. Menjelaskan dan
demonstrasi
mendemonstrasikan cara
melakukan senam kaki
Diabetes
5. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya
dalam penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan
pihak Puskesmas gunung bahagia
2. Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah
disampaikan dengan benar melalui pertanyaan lisan (70%).
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Senam kaki diabetes merupakan latihan jasmani untuk penderita
DM atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki (Flora and Purwanto, 2019)
B. Tujuan
1. Memperbaiki sirkulasi darah
2. Memperkuat otot-otot kecil
3. Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
4. Meningkatkan kekuatan otot betis dan paha
5. Mengatasi keterbatasan gerak sendi
6. Meningkatkan kebugaran pasien diabetes mellitus
C. SOP Senam kaki Diabetes
LANGKAH KEDUA
Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki
diluruskan keatas lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar
ayam sebanyak 10 kali.
LANGKAH KETIGA
Angkat telapak kaki keatas dengan posisi tumit di lantai. angkat telapak
kaki ke atas. Kemudian turunkan telapak kaki dan naikkan tumit
dengan posisi jari dilantai. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri
dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
LANGKAH KEEMPAT
Angkat telapak kaki dengan posisi tumit di lantai dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
LANGKAH KELIMA
Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dari dalam ke luar sebanyak 10 kali.
LANGKAH KEENAM
Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari kedepan.
Ulangi sebanyak 10 kali. Lakukan secara bergantian kanan dan kiri.
LANGKAH KETUJUH
Angkat salah satu lutut, dan luruskan. Gerakkan jari-jari ke arah
wajah. Ulang sebanyak 10 kali. Lakukan secara bergantian kanan dan
kiri
LANGKAH KEDELAPAN
Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut.
Arahkan jari-jari ke arah wajah sebanyak 10 kali.
LANGKAH KESEMBILAN
Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan
kaki , tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan
secara bergantian.
LANGKAH KESEPULUH
Letakkan sehalai koran di lantai.Bungkus dengan kedua kaki menjadi
bentuk bola. Buka bola tersebut menjadi lembaran seperti semula dengan
kedua kaki.
PENGERTIAN DIABETES MELITUS 3. Sering buang air kecil (terutama
malam hari)
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.
Tarwoto, Ratna Aryani dan Wartonah. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk
Mahasiswa Keperawatan.Jakarta: Trans Info Jakarta