Anda di halaman 1dari 97

LAPORAN AKHIR

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S. Kep
NIM. 2030913310077

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh:

Nurfiqri Ilham Zulfiqar


NIM. 2030913310077

Basawang, Juni 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase

Keperawatan Komunitas Preceptor Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns. MNS Kurnia Rachmawati, Ns. MNS


NIPK. 19841112201 701209 001 NIPK. 19841112201 701209 001
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah periode dalam kehidupan yang terkait dengan
perubahan anatomi, adaptasi fisiologi, adaptasi psikologis, dan sosial. Perubahan
anatomi dan adaptasi fisiologis terhadap kehamilan bertujuan untuk
mempersiapkan tubuh ibu hamil untuk proses persalinan dan laktasi. Kehamilan
merupakan proses fisiologis yang terjadi di setiap siklus kehidupan perempuan..
Pada kehamilan sering dijumpai ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil.
Adanya pengaruh dari sistem metabolisme tubuh maupun sistem
musculoskeletal sedikit banyak mempengaruhi tubuh ibu selama kehamilan.
Perubahan yang terjadi diantaranya nyeri punggung pada bagian bawah. Dikutip
dari (Maryanah, 2006) perubahan perubahan yang terjadi selama kehamilan
umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar
ibu pada trimester I sebesar 50-75% karena mual dan muntah sehingga terjadi
syok, 50% terjadi telapak tangan merah pada trimester II dan sesak nafaas
mencapai 60% pada trimester III.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Kehamilan Trimester ke III
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga pada ibu gravida
trimester ke III
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai proses kehamilan-melahirkan serta
masalah yang mungkin terjadi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan
laporan asuhan keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan
tentang kehamilan pada trimester ke III
b. Bagi Masyarakat Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuaan masyarakat tentang kehamilan trimester ke III
c. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pustaka yang dapat
memberikan gambaran pengetahuan mengenai kehamilan trimester
ke III
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau
keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta
erbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu,
dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).

B. Keluarga Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan


Stuart (2001) memberikan batasan mengenai siapa saja yang disebut
keluarga. Lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga
4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau
tidak dapat tinggal dalam satu atap
5. Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak
Berikut ini merupakan latar belakang mengapa keluarga dijadikan
sebagai sasaran pelayanan keperawatan:
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat demam berdarah
dengue (DBD) membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam skala nasional. Keluarga
sebagai unitterkecil dalam masyarakat berperan dalam penyampaian
pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah DBD.
2. Keluarga sebagai satu kesatuan
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah angota
keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling memengaruhi. Jika perawat
tidak meahami ketika melakukan pengkajian terhadap setiap anggota
keluarga, maka perawat tersebut tidak akan mendapatkan data yang
dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang
lainnya saling memengaruhi.
Contonya, jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan
sekolah di luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang
selama ini dianggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang
yang meninggalkan ataupun orang-orang yang ditinggalkan (homesick
syndrome). Perubahan yang terjadi bisa dimulai dengan menurunnya
nafsu makan, kesedihan yang berlarutlarut, menurunnya prestasi belajar
dan lainnya.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran anggota keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Contohnya,
keluarga yang peduli akan kesehatannya akan memperhatikan pemberian
makanan dengan gizi seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi
sebagai upaya pencegahan pada anak-anaknya.
4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan
memungkinkan munculnya faktor risiko pada anggota keluarga yang
lainnya. Contohnya, dalam keluarga ditemukan kasus tuberkulosis paru
pada anak sulungnya, maka anggota keluarga yang lainnya juga berisiko
tinggi terkena penyakit sama.
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seseorang dapat lebih memahami peran dan fungsinya apabila ia
dipandang dalam konteks keluarga. Contohnya, peran seorang anak yang
sedang beranjak dewasa dan akan menikah berubah menjadi peran suami
atau calon ayah bagi keluarganya.
6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap
siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada
saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran
anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan
cepat.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam memeberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar
keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas
keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah:
1. Tujuan umum: umtuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan keluarganya. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga
adalah ditingkatnya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya

D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana cara 
pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan
konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang
isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi
untuk: (1) karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu
atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap
mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu
melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
 Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan
 Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
 Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
 Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
 Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.
2. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
 Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5
tahun). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan
hubungan seksual
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
 Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,
konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan
masalah keshatan fisik secara dini.
 Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan
anak.
3. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih
majemuk dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
 Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
 Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga,
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
 Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.
4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
 Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat
sibuk
 Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
 Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &
dirinya
 Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan
teman sebayanya)
 Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah
(sistem sekolah)
Tugas Perkembangan Keluarga :
 Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
 Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
 Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat
termasuk biaya kesehatan.
5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
 Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
 Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal
bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
 Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
 Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
 Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
 Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
 Menfokuskan hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-
anak
6. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
 Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
 Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa
berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
 Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru dari perkawianan anak-anaknya.
 Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
 Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami
maupun istri.
 Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
 Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
 Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas dan Menopause.
7. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
 Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan.
 Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir
saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
 Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
 Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking,
pemeriksaan berkala.
 Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan
teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
8. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
 Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau
keduanya meninggal.
 Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan
(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial
( kematian pasangan dan teman-temannya),Kesehatan (penurunan
kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
 Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
 Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan dan
integrasi hidup )
F. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
2. Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
G. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:

1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan
lain (unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.

I. Istilah dalam keluarga


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
a. Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB
b. Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi
d. Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
e. Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian sosial yang tinggi.
2. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggungjawab.
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

J. Peran Perawat Keluarga


1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada
keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti
dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
(sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

K. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung
kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
semar dan lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
a. Data Umum
1) Nama kepala keluaga
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Status sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Pengkajian Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga

e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 2/3 x 1 = Bila lansia tidak
ancaman 2/3 segera diatasi akan
kesehatan membahayakan
1 = Sejahtera lansia, karena setiap
2 = Resiko hari lansia tinggal
3 = Kurang dirumah tanpa ada
Sehat/Tidak pengawasan
Sehat
2. Kemungkina 2 2 2/2 x 2 = Penyediaan sarana
n masalah 2 mudah dan murah
dapat diubah: untuk dapat. (missal
2 = Mudah sandal karet, keset).
1 = Sebagian Perubahan bias
0 = Tidak dilaksanakan, missal
dapat diubah lantai yang licin.

3. Potensial 3 1 2/3 x 1 = Keluarga mempunyai


masalah 2/3 kesibukan yang cukup
untuk diubah: tinggi, tetapi merawat
3 = Tinggi orang tua merupakan
2 = Cukup tugas dan pengabdian
1 = Rendah seorang anak. Lagi
pula mencegah lebih
mudah dan lebih
murah dari pada
mengobati.
4. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 = Keluarga merasa
masalah; 1 keadaan tersebut
2 = Harus sudah berlangsung
segera diatasi lama dan lansia tidak
1 = Tidak pernah jatuh yang
perlu segera menimbulkan
0 = Masalah masalah.
tidak
dirasakan
oleh keluarga
Total 4 1/3

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan.
4. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
 Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
 Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan:
 Mendemonstrasikan cara perawatan.
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
 Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
 Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
 Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang
subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument
yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga
yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana
tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

II. Konsep Penyakit


A. Gravida (Kehamilan)
1. Definisi
a. Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umunya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat
cukup bulan melalui jalan lahir namun kadangkadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Ilmu kebidanan menjadi dasar usaha yaitu
menjamin agar setiap wanita hamil dan wanita yang menyusui bayinya
dapat memelihara kesehatannya sesempurnanya agar wanita hamil
melahirkan bayi sehat tanpa gangguan apapun dan kemudian dapat
merawat bayinya dengan baik (Saifuddin. 2010). Kehamilan, persalinan,
nifas merupakan suatu kejadian yang fisiologis. Pada prosesnya dapat
berubah menjadi patologis yang dapat mengancam jiwa ibu apabila tidak
diberikan asuhan yang tepat.
Ada beberapa pengertian kehamilan dari berbagai sumber, diantaranya :

1) Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai


lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Prawirohardjo, 2007, p.125).

2) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari


spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah,
2008, p. 213).

3) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.


Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7
hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi
sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan,
triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008,
p. 89).
b. Kehamilan Trimester III
Menurut Novaria dan Budi (2007) trimester III merupakan masa
kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 7 bulan atau 28 minggu
sampai 9 bulan atau 40 minggu. Dalam kurun waktu tersebut terjadi
beberapa pertumbuhan janin yang meliputi : 1) Minggu ke 28 sampai 31
Pada minggu ini tejadi perkembangan janin sebagai berikut : a) Janin
masih leluasa berputar didalam rahim b) Berat janin mencapai 1000 gram
c) Janin dapat menghisap jari d) Kulit tipis merah yang ditutupi lemak
disebut vernik e) Pertumbuhan kepala mulai lambat, ukurannya
sebanding ukuran tubuh f) Organ dalam sudah lengkap g) Panjang janin
mencapai 35 cm 2) Minggu 32 sampai 33 a) Janin mulai memasuki posisi
siap lahir yaitu bokong diatas dan kepala dibawah b) Janin masih
mempunyai cukup ruang berenang bebas menendang dan jungkir balik
dalam air ketuban. c) Kulit janin merah dan keriput d) Panjang janin 40-
45 cm 3) Minggu 34 sampai 35 Perkembangan pada saat ini adalah
tersaringnya cahaya yang akan masuk ke dalam rongga rahim. Mata
berkembang sepenuhnya dan janin lebih banyak bergerak. 4) Minggu 36
sampai 37 a) Merupakan bayi prematur b) Menghilangnya kerutan
diwajah karena lemak menutupi wajah dan kulit disekeliling bayi c)
Turunnya kepala kerongga panggul d) Panjang janin sekitar 46 cm e)
Berat badan bayi mencapai 2500 gram 5) Minggu 38 sampai 39 Pada
minggu ini kepala janin masuk dalam rongga panggul disertai dengan
berkurangnya tendangan keras janin 6) Minggu ke 40 dan seterusnya a)
Merupakan periode siap lahir b) Perkembangan janin telah sempurna c)
Kondisi siap siaga untuk persalinan karena tanggal kelahiran sudah dekat
d) Varniks masih ada sampai bayi lahir namun secara umum sebagian
lanugo sudah hilang e) Panjang bayi mencapai 48-50 cm f) Berat badan
bayi sekitar 2750-3000 gram Pada saat memasuki tahap kelahiran
biasanya didahului dengan rasa sakit. Rasa sakit disebabkan karena
kontraksi rahim yang membuka serviks untuk jalan bayi, plasenta dan
membranus

2. Tanda Tanda Persalinan


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terdiri dari kala
I sampai kala IV (Prawirohardjo, 2005, p.180). Tanda-tanda persalinan adalah
sama, walaupun proses persalinannya berbeda pada setiap wanita. Dengan
mengetahui tanda-tanda persalinan, anda akan mengerti kapan saat yang tepat
untuk pergi ke Rumah Bersalin dan apa saja yang perlu dilakukan (Sholihah,
2008, p.92).
Tanda-tanda persalinan meliputi :
a. Mulainya Kontraksi Rahim Secara umum, pertanda awal bahwa ibu hamil
siap melahirkan adalah mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah
kontraksi. Kontraksi disertai rasa mules serta sakit dipinggang dan paha.
Ada juga kontraksi yang bukan merupakan tanda akan melahirkan,
tandatandanya kontraksi ini datang sebelum waktunya dan sehari hanya
sekali atau dua kali. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan
menghilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat.
Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat
saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak berkurang dengan istirahat
atau elusan. Ketika kontraksi mulai teratur, mulailah untuk menghitung
waktunya. Catatlah lamanya waktu antar satu kontraksi dengan kontraksi
berikutnya. Persalinan akan terjadi bila kontraksi menjadi semakin dekat 40
detik antara kontraksi lainnya. Secara garis besar, proses kontraksi hingga
pembukaan ialah :
a) Pada kontraksi awal buka 1-3 cm, sang ibu diisyaratkan untuk bersiap-
siap. Suami harus siaga dan segera bersiap ke Rumah Bersalin.
b) Pada kontraksi buka 4-6 cm, seluruh persiapan sudah harus selesai.
Bidan akan melakukan tindakan medis awal. Sementara suami sudah
harus memilih kamar dimana sang istri nanti akan beristirahat pasca
persalinan.
c) Kontraksi rahim akan terus berlangsung sampai buka 10 cm. Pada saat
ini disertai rasa sakit, nyeri atau kenceng yang semakin lama semakin
meningkat.
d) Kontraksi ini datang dan hilang secara teratur. Apabila kontraksi terjadi
setiap 5 menit sekali itu tandanya bayi mulai siap untuk dilahirkan.
e) Pada bagian vagina akan keluar cairan lendir disertai darah karena
dorongan kontraksi yang membuka mulut rahim.
f) Karena kontraksi pula, maka ketuban akan pecah dan keluar cairan
jernih putih kekuningan dalam jumlah banyak pada vagina.
b. Keluarnya Lendir Berdarah Sumbatan yang besar pada mulut rahim terlepas
sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan
bercampur darah. Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari
sebelum persalinan. Jika terjadi perdarahan yang hebat harus segera datang
ke tenaga kesehatan.
c. Air Ketuban Pecah Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air
ketuban. Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi saja sudah
pecah, maka sudah saatnya sang bayi harus keluar. Bila ibu hamil
merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya
tidak dapat ditahan tetapi disertai rasa mules atau rasa sakit, bila dipastikan
dia mengalami ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat
tanda-tanda persalinan (Indarti, 2006)
d. Persalinan Palsu Ketika mendekati aterm, banyak wanita yang mengeluh
mengalami kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukkan
permulaan persalinan. Tetapi meskipun terjadi kontraksi, kemajuan dilatasi
serviks tidak terjadi. Keadaan ini disebut persalinan semu. Disini tidak
terjadi triple descending gradient aktivitas uterus. Terjadi aktifitas uterus
yang sebaliknya, kekuatan kontraksi bagian bawah uterus hampir sama
besar dengan kontraksi bagian atas. Karena itu, dilatasi serviks tidak terjadi
dan nyeri karena kontraksi uterus sering dirasakan pada punggung bawah
(Liewellyn, 2002).

Menurut Huliana (2001) tanda –tanda persalinan yaitu :


1. Kontraksi Pada awal proses persalinan kontraksi akan sering terjadi dan
lebih teratur. Selain itu, waktunya lebih lama dan kekuatannya lebih sering
dengan kemajuan persalinan. Frekuensi kontraksi minimal 2x dalam 10
menit yang mengakibatkan perubahan serviks (JNPKKR, 2007, p.89).
2. Pengeluaran darah dan lendir Selama kehamilan mulut rahim tersumbat oleh
gumpalan lendir yang lengket. Pada saat persalinan dimulai, pintu rahim
mulai membuka. Gumpalan lendir akan terlepas bersamaan dengan
pemisahan dan selaput ketuban dari dinding rahim. Akibatnya darah kecil
terputus sehingga darah dan lendir keluar berupa cairan lengket berwarna
merah muda dari vagina yang disebut bloody show.
3. Selaput ketuban pecah Jika air ketuban keluar sebelum tanda-tanda
persalinan dengan cara merembes, mengalir atau langsung keluar banyak
dari vagina harus segera ketempat pelayanan kesehatan.
4. Rasa Nyeri Kadang-kadang timbul rasa nyeri pada selangkangan atau
bokong akibat masuknya bagian paling rendah janin ke rongga panggul.
Tanda-tanda persalinan dimulai oleh adanya rasa sakit karena adanya
kontraksi his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir darah
yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada servik, terkadang
ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks
yang mendatar dan pembukaan jalan lahir sudah ada. Kebijakan pelayanan
asuhan kebidanan Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh
petugas kesehatan terlatih. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan
fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
harus tersedia 24 jam. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus
tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

Prosedur Persalinan Normal:


1. Melihat tanda dan gejala kala dua Ibu merasa ada dorongan kuat dan
meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.
2. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal:
a. Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif dan
obyektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil
implementasi tatalaksana.
b. Asuhan sayang ibu dan bayi antara lain, persalinan merupakan peristiwa
alami sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal,
penolong memfasilitasi proses persalinan, tidak asing, bersahabat, rasa
saling percaya, tahu dan siap membantu kebutuhan klien, memberi
dukungan moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga).
c. Pencegahan infeksi antara lain : kewaspadaan standar, mencegah
terjadinya dan transisi penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen
dan aplikasinya dalam pelayanan, budaya bersih dan lingkungan yang
aman.
d. Rekam medik (dokumentasi) antara lain : kelengkapan status klien,
anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan uji
atau penapisan tambahan lainnya, partograf sebagai instrumen membuat
keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kelaikan kondisi klien
dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana rujukan yang
diperlukan
3. Persiapan Persalinan
Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orangorang
disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini orang tua
perlu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjelang
persalinan/kelahiran bayi. Persiapan persalinan meliputi :
1. Persiapan fisik
a. Senam hamil tua Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu
telah mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati.
Dengan demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran
tubuhnya dengan mencoba latihan ringan, seperti senam hamil. Ibu
dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk berjalan kaki pada pagi
hari untuk melakukan relaksasi. Contoh latihan yang bisa dilakukan
ibu hamil antara lain :
1) Posisi jongkok Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam
persalinan karena akan memudahkan janin melewati jalan lahir.
Latihlah posisi ini setiap hari selama beberapa menit.
2) Posisi bersila Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki
semampunya pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan
mengambil posisi ini, oto-otot ibu akan menguat dan panggul
menjadi lentur. Gunakan alat bantu seperti bantal jika posisi ini
sulit untuk dilakukan.
b. Gizi yang seimbang Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin
banyak asupan yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin
sangat dibutuhkan bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat
bahwa ibu dalam kandungannya sangat membutuhkan makanan yang
cukup. Tetapi juga jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini bisa
mengakibatkan bayi besar dan berpengaruh pada proses persalinan.
c. Istirahat yang cukup Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas
gerakan bayi karena ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan
tali pusat.
d. Kursus mengurus bayi Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti
kursus mangurus bayi. Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana
cara mulai memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami
untuk mengikuti kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti.
2. Persiapan Mental
a. Hindari stress Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil
tentu saja mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu,
keluarga harus toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap
yang harus diambil adalah dengan jalan mengungkapakan segala
perasaan yang dialami, sehingga dengan begitu ibu hamil itu sendiri
merasa dihargai.
b. Hilangkan rasa was-was Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu
hamil, apalagi kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat
dihindari dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya.
c. Persiapan mental suami dan anak Selain istri suami dan anak yang
lain juga harus siap mental. Dimana mereka merasa diabaikan oleh
kehadiran sibuah hati. Ini memicu kecemburuan terhadap anak yang
masih dalam kandungan (Sholihah, 2008, pp.23-25).

Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga


yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan,
bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa
siaga dimana para bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani
kesehatan dan membantu persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan
melakukan pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).
Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu:
a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal
perkiraan persalinan.
b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas
pelayanan kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS).
c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya persalinan
nanti.
d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau transportasi
jika sewaktu-waktu diperlukan.
e. Ibu hamil harus merencanakan akan melakukan persalinan
(Puskesmas/RB/BPS/RS).
f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
g. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan
menanyakan caranya kepada petugas kesehatan.
h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi
donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan.

Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu :
1) Rencana Persalinan Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk
membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya
pasangan suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli
kandungan yang menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan
dalam membuat rencana persalinan tersebut meliputi :
a. Tempat Persalinan Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya
kelahiran bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika
kelahiran terjadi di rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan
tempat rujukan untuk mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada
proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin (Huliana,
2001).
b. Memilih persalinan di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan di
rumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa
ibu di dalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus
dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan santai di
rumah, beberapa sangat menghargai privasi yang bisa mereka dapatkan
dirumah dan kebebasan untuk melakukan apa 31 yang mereka pilih,
lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut harus
menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan disana (Nolan,
2003, p.145).
c. Persalinan di Rumah Sakit Wanita hamil yang memilih melahirkan di
rumah sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di
sana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan
teknologi tinggi lebih aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang
ditawarkan rumah sakit misalnya program melahirkan di kolam air,
meskipun boleh dikatakan bahwa layanan ini juga bisa didapat dari luar
rumah sakit, misalnya dengan menyewa kolam renang (Nolan, 2003,
p.145).
A. Perlengkapan untuk persalinan
1. Perlengkapan ibu
a. Kartu periksa hamil
b. Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua
buah, sabun, sikat dan pasta gigi.
c. Pakaian ganti seperti:
1) Baju atasan dengan kancing depan
2) Kain panjang atau sarung
3) Kutang
4) Gurita Ibu
5) Pembalut
2. Perlengkapan bayi
a. Popok bayi
b. Baju Bayi
c. Celana panjang bayi
d. Gurita bayi
e. Kaos tangan bayi
f. Topi bayi
g. Selimut bayi
h. Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap.
3. Perlengkapan ayah Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan
yang bisa dibawa suami saat persalinan adalah :
a. Jam tangan
b. Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta
fotocopinya.
c. Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan
kecil e) Baju ganti
d. Pendamping persalinan Dukungan suami saat persalinan sangat
dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan
dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh
sebelum saat kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat
persalinan akan membuat istri lebih tenang dan lebih siap dalam
menghadapi proses persalinan. Apabila memungkinkan, suami
sebaiknya menemani istri di ruang bersalin. Kehadiran suami,
sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh motivasi yang
diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah
menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya
(Musbikin, 2005, p.265).
e. Transportasi Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas
kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk
mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian
besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk
pengadaan ambulan desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang
perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan,
puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans desa tidak harus
dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat
transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat
pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik
warga yang dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).
f. Biaya Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah
uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama
kehamilan dan jika terjadi kegawatan, karena banyak sekali
kasus dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan
karena tidak mempunyai dana yang diperlukan untuk persalinan
(Pusdiknakes, 2003).
g. Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk
persalinan. Ini tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu
hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan
bersedia untuk mendonorkan darahnya (Pusdiknakes, 2003).
h. Pengambil keputusan utama Sebelum bersalin ibu hendaknya
mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan
dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan
utama adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil
keputusan kedua bila nanti keputusan utama tidak ada
(Pusdiknakes, 2003). Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat
waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana
lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para ibu dan
bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan
mengalami masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga
kapan penyulit itu terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong atau
fasilitas pelayanan, harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan
terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir (Departemen Kesehatn Republik Indonesia,
2004). Pada saat kunjungan antenatalcare, jelaskan bahwa
petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk
mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan
rujukan setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi
penyulit sering kali tidak cukup waktu dan membuat rencana
rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat
membahayakan jiwa klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas
rujukan dan membuat rencana rujukan dengan suami dan
keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Selain hal-
hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak tempat
tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau
serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan
merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh
sebab itu penting untuk pengadaan ambulans desa yang bisa
memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke
pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun rumah
sakit. Ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans
tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa
ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil
roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan RI, 2004). Sedangkan untuk
pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau
kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan
penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan,
membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa
pasien dan mencari dukungan dana dari pengusaha setempat
untuk biaya operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh
Kepala Desa

B. Low Back Pain (LBP)


1. Definisi
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. LBP
merupakan muskuloskeletal yang sering dikeluhkan pasien. Bahkan seringkali
menyebabkan gangguan aktifitas sehari-hari, disabilitas dan produktifitas
penderitanya
2. Etiologi
Low back pain dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, contohnya:
a. Memiliki berat badan berlebih.
b. Mengangkat beban berat dengan posisi dan tumpuan yang salah.
c. Melakukan gerakan menunduk dan berputar secara mendadak atau
berulang.
d. Kehamilan, terutama menjelang persalinan atau trimester ke III
3. Klasifikasi
LBP disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologik
yang mengenai berbagai macam organ atau jaringan tubuh. Beberapa ahli
mengklasifikasikan berdasarkan kelainan atau jaringan yang mengalami
kelainan tersebut. Klasifikasi LBP yaitu sebagai berikut:
a. Viserogenik : LBP yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya
proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor
retroperitoneal
b. Neurogenik : LBP yang bersifat neurogenik disebabkan oleh keadaan
patologik pada saraf yang dapat menyebabkan LPB
c. Vaskulogenik : Aneurisma atau penyakit vaskular perifer dapat
menimbulkan LPB atau nyeri yang menyerupai iskialgi
d. Psikogenik : LBP psikogenik pada umumnya disebabkan oleh
ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara
kecemasan dan depresi
e. Spondilogenik : LBP spondilogenik ini ialah suatu nyeri yang
disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis
yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis
(dikogenik), dan miofasial (miogenik), dan proses patologik di
artikulasio sakroiliaka.
4. Manifestasi klinis
Berikut adalah manifestasi klinis dari LBP, yaitu:
a. Nyeri pada punggung bawah
b. Nyeri seperti menusuk di area bokong yang menjalar
c. Kesemutan atau lemah di otot tungkai
d. Tidak bisa menahan buang air kecil
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk melihat kondisi LBP
adalah:
a. Pemeriksaan CT scan /MRI untuk melihat kondisi tulang belakang kli
en
b. Elektromiografi, untuk melihat aktivitas listrik otot saat berkontraksi
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemberian analgesik
2) Kortikosteroid
3) fisioterapi
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Manajemen nyeri
2) Manajemen nutrisi
3) Pengaturan posisi
4) Terapi aktivitas

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa
ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa.
Pengumpulan data
a. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan 
tipe keluarga.
b. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
1) Kebiasaan makan, meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
Keluarga. Untuk penderita hipertensi biasanya mengkonsumsi makanan
yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan, perilaku keluarga didalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
penggelolaan penyakit.
3) Pengobatan tradisional, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan
tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi
dan sore.
c. Status Sosial Ekonomi
1) Pendidikan, tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap
pola pikir  dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
2) Pekerjaan dan Penghasilan, penghasilan yang tidak seimbang juga
berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena hipertensi. Mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
d. Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang
belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
e. Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga.
f. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah, cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan ventilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke
fase rehabilitasi.
2) Karakteristik Lingkungan, dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
g. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi, semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
2) Struktur Kekuasaan, kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.
3) Struktur peran, anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau
tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat
diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga.
h. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri
bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat
menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Fungsi sosialisasi, keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya,
maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3) Fungsi kesehatan, fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
i. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami
masalah yang belum terselesaikan.
j. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik
juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua
anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik
lebih terfokuskan.
k. Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan
DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Brunner /Suddarth. 2001. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Ikhsanawati, et al. 2015. Herniated Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General
Hospital Bandung Indonesia. Althea Medical Journal. 2(2): 179-85.
Nasikkhatussoraya, Nova. Octavianie, Ratih Vierda. Juianti, Hari Peni. 2016.
Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari Dengan
Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Lumbal. Jurnal Kedokteran Dipenogoro. 5(4): 1364-1377
Nurjannah, Intansari. 2016. ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment Versi
Bahasa Indonesia (2016). Yogyakarta: Mocomedia.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : Selasa, 01 Juni 2021
b. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
c. Umur : 25 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Bani Ibrahim, Samuda
e. Pekerjaan : Admin Rumah Sakit
f. Pendidikan : S1
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi Ket
Hep
N Hubungan Umur Campa
Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
o dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. R P Istri 24 D3

Genogram:

Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal
= Kehamilan = Keguguran
Penjelasan:
Ny. R merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dan merupakan istri dari Tn.
A. Ny. R saat ini sedang dalam kehamilan keduanya, yang mana
kehamilan pertama mengalami keguguran, dan saat ini tinggal berdua
dengan suaminya.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. F yaitu Dyad Family yang mana dalam satu kelurga
terdiri dari suami dan istri, tanpa anak.
3. Suku Bangsa
Keluarga Ny. R dan suami sama-sama bersuku Dayak.
4. Agama
Keluarga Ny. R bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
saat dikaji Ny. R dan suami rutin melakukan sholat wajib 5 waktu serta
mengaji dan mendengarkan kajian via youtube atau Instagram.
5. Kebiasaan Diet
Ny. R biasanya di rumah makan nasi beserta lauk pauknya 3 kali sehari,
bersama suaminya. Ny. R suka makan sayur, dan kebutuhan gizi sehari-
hari selalu berusaha dijaga karena saat ini dalam kondisi hamil trimester ke
3. Ny. R rutin setiap harinya meminum susu ibu hamil untuk mencukupi
nutrisi bagi janin, dan selalu mengusahakan untuk makan makanan dengan
nutrisi seimbang. Namun, Ny. R masih sering memakan makanan yang
kurang sehat dan rendah gizi seperti gorengan, dan juga sering meminum
minuman tinggi gula setiap harinya.
6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
Penghasilan keluarga Ny. R di peroleh baik dari suami, maupun Ny, R
sendiri. Suami Ny. R bekerja sebagai admin di Rumah Sakit Pratama
dengan penghasilan Rp. 2.700.000/bulan dan Ny. R bekerja di tempat yang
sama sebagai PNS dengan penghasilan Rp. 2.500.000/bulan
7. Rekreasi keluarga
Rekreasi yang dilakukan Ny.R dan suami biasanya jalan-jalan ke kota saat
akhir pekan atau saat sedang libur, biasanya juga Ny. R dan suami
berkunjung ke tempat-tempat wisata seperti pantai atau kolam renang, atau
ke rumah orang tua/mertua.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Ny. R berada pada tahap I, yaitu keluarga sebagai pasangan
baru. Tugas perkembangan pada keluarga dengan tahap I yaitu,
membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial, dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.
b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan yang belum terpenuhi
9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Ny.R Ny. R tidak memiliki riwayat Saat ini Ny. R merasa sehat
penyakit seperti jantung atau dan tetap waspada karena
diabetes mellitus, namun Ny. pandemic covid-19. Hanya
R dulunya sering sering merasa nyeri dibagian
mengeluhkan migraine, dan punggung bawah
sebelumnya pernah
mengalami keguguran saat
kehamilan pertamanya.

Tn. A Tn. Y tidak memiliki penyakit Kesehatan Tn. Y saat ini


kronis seperti DM dan sedang sehat dan dapat
hipertensi, ataupun penyakit beraktivitas seperti biasanya.
lainya. Biasanya hanya
menderita pilek atau demam.
10. Riwayat Kesehatan Keluarga sebelumya.
Ny. R mengatakan di dalam keluarganya memiliki riwayat penyakit Asam
Urat, Hipertensi dan Stroke yaitu ayah. Ny.R mengatakan ayahnya
meninggal dengan keadaan serangan stroke berulang, dan kemudian
meninggal seminggu setelahnya. Ayah Ny. R juga menderita penyakit
maag kronis, yang sudah diderita selama bertahun-tahun.
. Akan tetapi tidak ada keluarga yang menderita DM, dan kolesterol.
Berdasarkan hasil pengkajian, dulunya jika sakit keluarga akan langsung
berobat di rumah karena ayah Ny. R bekerja sebagai perawat/mantra di
kampung. Sekarang, saat sedang sakit biasanya keluarga akan menanyakan
obat apa yang harus diminum ke Ny. R yang merupakan seorang apoteker,
kemudian membeli obat di apotek. Namun, tidak jarang juga keluarga
akan langsung berobat atau memeriksakan diri ke rumah sakit saat
diperlukan.
Pada saat pandemic pun, keluarga Ny. R masih ada yang berobat atau
memeriksakan diri ke rumah sakit, dengan tetap menjaga protokol
kesehatan. Ny. R mengatakan baik Ny. R dan suami, maupun keluarga
sebelumnya dari Ny. R sudah memahami betul mengenai Covid-19 dan
sudah pernah melakukan tes rapid antigen dan hasilnya negatif. Beberapa
anggota keluarga, serta Ny. R dan suami juga sudah mendapatkan vaksin
Covid-19 dengan lengkap.
11. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Ny. R merupakan rumah tipe rumah permanen (beton)
status kepemilikan sewa/kos.jumlah ruangan di kos ini yaitu terdapat 1
kamar tidur, 1 ruang makan dan dapur, dan 1 kamar mandi/toilet.
Terdapat 2 buah jendela di kamar tidur, dan menggunakan AC. Kondisi
lingkungan di dalam kos bersih dan tertata rapi, hasil pengkajian Ny. R
mengatakan selalu rutin membersihkan kos setiap hari sepulang kerja.
Hasil observasi didapatkan kondisi lantai bersih, ventilasi dan
pencahayaan baik, ruangan terihat rapi, cahaya matahari masuk melalui
ventilasi di atas pintu depan kos, dan melalui jendela kamar, namun
dibagian ruang makan dan dapur agak gelap karena cahaya matahari
tidak masuk akibat tidak adanya ventilasi. Dapur di kos ini terlihat rapid
an bersih, tidak ada tercium bau tidak sedap, air yang digunakan untuk
memasak adalah air kemasan galon, dan untuk mencuci menggunakan
air PAM, limbah dikumpulkan dalam plastik sampah yang rutin akan
dibuang setiap harinya, dan nantinya aka nada petugas yang
membersihkan sampah tersebut. Kamar mandi terlihat bersih, lantainya
pun tidak licin, fasilitas di dalamnya lengkap seperti sabun, shampoo,
sikat gigi dan lain-lain, air yang digunakan untuk mandi yaitu air PAM,
dan kondisi air jernih dan tidak berbau. Jenis WC yang digunakan yaitu
WC jongkok, dengan kondisi yang bersih. Lingkungan sekitar kos
bersih, bagian kanan dan kiri adalah penghuni kos lainnya, dan di
samping serta halaman kos terdapat beberapa tanaman yang di tanam
oleh Ny. R dan suami berupa cabai, dan tanaman hias
Denah Rumah:

Halaman
Selasar belakang
Belakang

Kamar Mandi Dapur

Kamar

Teras depan

Ket:

: Pintu : Jendela
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa
Ny. R tinggal di daerah perkotaan, akses menuju kos sangat
mudah bisa dilalui roda dua dan roda 4, jalan menuju kos Ny. R
beraspal, mayoritas warga bekerja sebagai pegawai swasta dan PNS dan
rata-rata berpenghasilan menengah ke atas.
Fasilitas yang ada di komunitas adalah mushola dan masjid yang
jaraknya dekat dari kos Ny.R. Terdapat pasar yang terletak sekitar 4 km
dari kos, serta Rumah Sakit Pratama Samuda yang bersebrangan
dengan kos.

c. Mobilitas Geografis Keluarga


Keluarga Ny. R dulunya tinggal di rumah orang tua Ny. R, namun
memutuskan untuk pindah ke kos di dekat RS Pratama Samuda saat
kehamilan pertama, karena sulit untuk berkendara bolak-balik setiap
hari ke tempat kerja karena jaraknya yang jauh sekitar 18 km.

12. Struktur keluarga


a. Struktur Peran (formal dan informal)
Tidak ada peran secara formal, sehingga tidak terjadi konflik peran secara
informal Ny. R berperan sebagai istri dalam rumah tangga.
b. Nilai dan Norma keluarga
Ny. R menjunjung nilai-nilai yang diajarkan agama yang di anutnya. Ny. R
sering kontrol kesehatannya ke fasilitas kesehatan. Saat sakit, keluarga Ny.
R akan meminum obat dari apotek, atau langsung ke rumah sakit jika
diperlukan.
c. Pola Komunikasi
Pola komunikasi di keluarga Ny. R berfungsi dengan baik. Keluarga Ny. R
berinteraksi sehari-hari menggunakan bahasa banjar. Keluarga Ny. R
saling berkomunikasi secara terbuka apabila ada masalah keluarga
berusaha memecahkan masalahnya bersama-sama. Anggota keluarga
saling bertukar pendapat, saling mendengarkan keluhan, masalah yang di
hadapi dan perasaan masing-masing. Ny. R tinggal dengan suaminya.

d. Struktur Kekuatan Keluarga


Untuk pengambil keputusan dilakukan oleh Tn.A dan Ny. R dengan
berdiskusi terlebih dahulu, sehingga didapat keputusan yang terbaik untuk
bersama.

13. Fungsi Keluarga


a. Fungsi Afektif
Ny.R dan suami saling mendukung dan saling menghargai keputusan
masing-masing, Ny. R dan suami saling menyayangi dan menghormati
antara anggota keluarga. Hubungan antar suami istri baik dan sangat dekat,
saling memperhatikan.
b. Fungsi Sosial
Ny. R selalu berkomunikasi baik dengan tetangga yang ada disebelah
kanan dan kiri kos, sering keluar untuk jalan-jalan/rekreasi bersama teman
kerjanya. Namun, untuk kegiatan sosial bersama masyarakat sekitar, Ny. R
mengatakan tidak ada.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah
Ny. R dan keluarga mengenal masalah kesehatan dengan baik, hal ini
berhubungan dengan pekerjaan Ny. R yang merupakan seorang
apoteker dan suaminya yang juga bekerja di rumah sakit.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Dalam keluarga Ny. R dalam mengambil keputusan untuk melakukan
tindakan kesehatan seperti membawa dan melakukan pengobatan,
biasanya dilakukan oleh Ny. R karena memiliki pengetahuan yang
lebih baik mengenai kesehatan dibandingkan Tn. A.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Dari hasil pengkajian keluarga Ny. R dalam merawat diri saat sedang
mengalami mual muntah ketika hamil, cukup baik dalam
penanganannya, Ny. R memeriksakan diri secara rutin, serta menjalani
beberapa terapi seperti terapi obat atau beristirahat untuk mengurangi
mualnya. Biasanya saat suaminya sakit, Ny. R juga mampu
melakukan perawatan secara mandiri, seperti memberikan obat. Suami
Ny. R juga sangat baik dalam menjaga dan merawat Ny. R yang
sedang hamil saat ini.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Dari hasil pengkajian keluarga Ny. R sudah mampu memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat. Kebersihan ruangan juga cukup bersih,
barang-barang sudah terletak pada tempatnya, tidak ada yang
berserakan.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan yang sehat
Keluarga Ny. R sering memeriksakan kesehatan ke rumah sakit untuk
memeriksa kondisinya.

d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapatkan adalah dari Ny. R yang bekerja
sebagai PNS yaitu sebanyak RP /bulan dan dari suaminya yangjuga
bekerja sebagai admin di rumah sakit yaitu RP /bulan

e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. A bersama dengan Ny. R memenuhi kebutuhan keluarganya mulai
dari tempat tinggal, hingga makanan, pakaian, serta kebutuhan
lainnya.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang dengan saling berkumpul
saat bersama, makan bersama, dan sering berekreasi.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Ny. R dilakukan
dengan cukup baik agar kesehatan selalu terpelihara.
f. Fungsi Pendidikan
Ny. R sekolah sampai jenjang D3. Sementara Suaminya Tn. .Y
berpendidikan dengan jenjang S1.

g. Fungsi Religius
Ny. R mengganggap agama sebagai suatu hal yang sangat penting dan
utama dalam hidup.

14. Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Ny. R mengatakan hanya sedikit cemas dengan proses kelahiran yang
nantinya akan dijalani, karena hanya tinggal hitungan hari/minggu hingga
bayinya lahir. Namun, Ny. R mengatakan hal itu tidak mengganggunya,
perasaan tidak sabar dan bahagia menanti kelahiran bayinya lebih besar
dibandingkan rasa cemasnya.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Terhadap stressor yang di alami Ny. R biasanya akan bercerita kepada
suaminya
c. Strategi koping yang digunakan
Koping anggota keluarga Ny. R sangat baik yaitu saling mendukung dan
merespon bila terjadi masalah dalam keluarga.
d. Strategi adaptasi fungsional
Keluarga Ny. R dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik.

15. Harapan Keluarga


Keluarga Ny. R berharap kesehatannya akan selalu terjaga hingga nanti
proses kelahiran bayinya, dan nantinya proses persalinan berjalan lancar dan
bayinya lahir dengan sehat tanpa kekurangan satu apapun.
16. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

No Komponen Ny. R Tn. A


1. Kepala Inspeksi: Ny. R memakai Inspeksi: rambut tebal
hijab, kepala tampak dan hitam, tidak ada
simetris dan tidak nampak lesi, bentuk
adabenjolan, serta tidak simetris dan tidak ada
ada kelainan benjolan atau kelainan
2. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak
ikterik, dapat mengikuti ikterik, dapat mengikuti
arah. arah.
Pandangan tidak kabur Pandangan tidak kabur
3. Hidung Nampak simetris, tidak Nampak simetris, tidak
terlihat sekret atau terlihat sekret atau
kemerahan kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris. Kedua telinga simetris,
Tidak mengalami tidak ada serumen. Tidak
penurunan pendengaran. mengalami penurunan
Klien mampu mendengar pendengaran
5. Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab,
gigi masih untuh dan gigi masih untuh dan
tidak ompong tidak ompong
6. Leher & Tidak nampak Tidak nampak
Tenggorokan pembesaran vena pembesaran vena
jugularis, tidak tampak jugularis, tidak tampak
deviasi trakea deviasi trakea
7. Dada Dada Simetris, tidak ada Dada Simetris, tidak ada
retraksi dinding dada retraksi dinding dada
8. Abdomen Perut terlihat besar, Perut datar, tidak ada
dengan diameter normal massa teraba, tidak ada
untuk kehamilan nyeri tekan
trimester III, tidak ada
nyeri tekan
9. Punggung Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
tulang belakang, Ny. R tulang belakang
mengatakan biasanya
nyeri pada punggung
bagian bawah
10. Ekstremitas Tidak ada masalah pada Tidak ada masalah pada
ekstermitas atas atau ekstermitas atas atau
bawah bawah
11. Kulit Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
No Komponen Ny. R Tn. A
kulit kulit
12. Kuku Kuku tampak pendek dan Kuku tampak pendek dan
bersih bersih
13. T: 36,7oC T: 36,5oC
Tanda-tanda TD: 120/90 mmHg TD: 120/80 mmHg
vital HR: 83x/menit HR: 76x/menit
RR: 22x/menit RR: 18x/menit
14. BB: 85 kg BB: 75 kg
BB, TB/PB TB: 159 cm TB: 167 cm

15. Pemeriksaan - -
Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos Kesadaran kompos
Umum mentis mentis

17 Obat-obatan Tidak ada Tidak ada


yang
dikonsumsi

17. Status Kognitif/Afektif/Sosial


1. SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE
(SPMSQ)
Nama Klien : Ny. R Tanggal Wawancara : 01 Juni 2021
Umur : 60 tahun Pewawancara : Nurfiqri I. Z., S.Kep

Skor
Pertanyaan Jawaban
+ -
+ 1. Tanggal berapa hari ini? 01 Juni 2020
+ 2. Hari apa sekarang ini? Selasa
+ 3. Apa nama tempat ini? Rumah/kos
+ 4. Di mana alamat anda? Jl. Bani Ibrahim
+ 5. Berapa umur anda? 24 tahun
+ 6. Kapan anda lahir? 30 Oktober 1996
+ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
+ 8. Siapa presiden sebelumnya? Jokowi (Periode I)
+ 9. Siapa nama ibu anda? Fatmawati
+ 10. Kurang 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 17, 14, 11, 8, 5
dari setiap angka baru, semua secara
menurun !
Jumlah Kesalahan Total 0
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan : Dari 10 pertanyaan yang diajukan klien benar dalam


menjawab 10 pertanyaan sehingga kesimpulannya fungsi
intelektual klien utuh.

Level III : Riwayat pendidikan tingkat D3


Keterangan :
Level I : Riwayat pendidikan tingkat SD
Level II : Riwayat pendidikan tingkat SLTP dan SLTA
Level III: Riwayat pendidikan tingkat tinggi (Diploma I, II, III, S1, S2, S3)

2. MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)


IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF MMSE (Mini Mental Status
Exam)
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
Jawaban
Tahun : 2021
Musim : Panas
Tanggal: 01
Hari : Selasa
Bulan : Juni
2. Orientasi 5 5 Dimana sekarang kita berada?
Jawaban
Negara : Indonesia
Propinsi: Kalimantan Tengah
Kabupaten/kota: KOTIM
Kelurahan : Samuda Kota
Jalan: Bani Ibrahim
3. Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal:
kursi, meja, kertas), kemudian
ditanyakan kepada klien,
menjawab:
a. Kursi
b. Meja
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
c. Pulpen
4. Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai
kalkulasi dari 100 kemudian kurangi 7
sampai 5 tingkat.
Jawaban:
1. 100
2. 93
3. 86
4. 79
5. 72
5. Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga obyek pada poin ke 2
(tiap poin nilai 1).
a. Kursi
b. Meja
c. Pulpen
6. Bahasa 9 2 a. Menanyakan
pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda
tersebut):
1
Lemari
b. Minta klien
3 untuk mengulangi kata
berikut:
tidak ada, dan, jika/ tetapi
c. Minta klien
untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri 3
1 langkah:
1. Ambil kertas ditangan
anda
2. Lipat dua
2 3. Taruh di lantai
d. Perintahkan pada
klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai
satu poin).
“tutup mata anda”
e. Perintahkan
kepada klien untuk menulis
kalimat atau menyalin
Aspek Nilai Nilai
No Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
gambar.

Klien dapat menggambar


Total nilai 30 30
Interpretasi hasil :
24 – 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : Gangguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat

Kesimpulan: Dari ke 6 poin yang diajukan, klien mendapatkan skor 30


yang artinya klien tidak memiliki gangguan kognitif.

3. INVENTARIS DEPRESI BECK


Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat
3
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
2
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan
0
diri sendiri
H. Menarik Diri Dari Social
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
3
perduli pada mereka
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
2
sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – Raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya
2
dan ini membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
2
sesuatu
Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
1
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Total Nilai : 4
Penilaian : 0 - 4 Depresi tidak ada
5-7 Depresi ringan
8 - 15 Depresi sedang
> 16 Depresi berat
Kesimpulan
Dari beberapa pertanyaan di atas tentang depresi didapatkan nilai 4 yang
artinya klien tidak mengalami depresi
4. APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
1 Adaptasi (teman – teman) saya untuk membantu pada waktu 2
sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman)
2 Hubungan saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga (teman – teman) saya
3 Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan saya untuk 2
melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman)
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
4 Afeksi emosi – emosi saya seperti marah, sedih atau 2
mencintai
Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya
5 Pemecahan menyediakan waktu bersama – sama 2

Total 10
Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0

Nilai < 3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi.

4-6 : Disfungsi keluarga sedang.

> 7 : Tidak ada disfungsi keluarga.

Kesimpulan : Skor APGAR keluarga yang didapatkan klien yaitu 10 yang


artinya tidak ada disfungsi keluarga.
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
. (Problem)
1 DS: Agens cedera Nyeri Akut
1) Ny. R mengatakan biologis
sering merasakan nyeri
di bagian punggung
bawah
2) Berdasarkan hasil
pengkajian nyeri
PQRST di dapatkan
sebagai berikut:
P: Bertambahnya beban
tubuh akibat proses
kehamilan/pertumbuhan
janin
Q: Seperti
ditekan/diremas
R: Punggung bagian
bawah, tidak menyebar
S: 3-4
T: Saat banyak
melakukan aktivitas
DO: -
DS: Kesiapan
 Ny.R mengungkapkan peningkatan
keinginanannya agar selalu proses kehamilan-
sehat hingga nanti melahirkan
persalinan bayinya
 Ny. R mengatakan rutin ke
dokter kandungan untuk
konsultasi dan melakukan
USG
 Ny. R mengatakan berharap
nanti bayinya akan lahir
dengan selamat dan sehat
tanpa kekurangan satu
apapun.
 Ny. R mengatakan ingin
meningkatkan lagi
pengetahuannya sehingga
dapat mempersiapkan
kelahiran bayinya dengan
baik

DO:
 Ny. R tampak antusias
menerima kedatangan
petugas saat dilakukan
pengkajian dan
pemeriksaan kesehatan.
Ny.R juga kooperatif,
mampu menceritakan
semua secara jelas dan
detail.
 Ny. R saat ini sedang hamil
trimester ke III dengan usia
kehamilan 37 minggu

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
.
1. Nyeri akut b. d Agens cedera biologis
2. Kesiapan peningkatan proses kehamilan-melahirkan

3. Skoring Diagnosa Keperawatan


1) Kesiapan peningkatan proses kehamilan melahirkan

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 1 1 1/3 x 1 = Ny. R sudah
mengetahui mengenai
ancaman 0,3
tanda gejala
kesehatan persalinan, serta
pengetahuan lain
Skala:
mengenai kehamilan
Wellness trimester ke III,
namun mengatakan
ingin meningkatkan
lagi pengetahuannya
agar nantinya bisa
mempersiapkan
persalinan dengan
lebih baik
2. Kemungkina 2 2 2/2 x 2 = Ny. R mengatakan
n masalah 1 ingin meningkatkan
dapat diubah: lagi pengetahuannya,
Skala: tinggi dan Ny. R kooperatif
saat dilakukan
pengkajian

3. Potensial 3 1 3/3 x 1 = Saat ini Ny. R sudah


masalah 1 sering melakukan
untuk diubah: konsultasi dengan
Skala: Tinggi dokter kandungan
mengenai kesehatan
janin dan beberapa
pengetahuan lain
mengenai
kehamilannya, namun
Ny. R mengatakan
masih ingin
meningkatkan
pengetahuannya agar
dapat mempersiapkan
persalinannya dengan
lebih baik lagi
4. Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = Ny. R mengatakan
masalah; 0,5 saat ini sudah Saat ini
Skala: tidak Ny. R sudah sering
perlu segera melakukan konsultasi
dengan dokter
kandungan mengenai
kesehatan janin dan
beberapa
pengetahuan lain
mengenai
kehamilannya, namun
Ny. R mengatakan
masih ingin
meningkatkan
pengetahuannya
Total 2,8

2) Nyeri akut b. d Agens cedera biologis

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = Berdasarkan hasil
pengkajian nyeri
ancaman 1
PQRST di dapatkan
kesehatan sebagai berikut:
P: Bertambahnya beban
Skala: Aktual
tubuh akibat proses
kehamilan/pertumbuhan
janin
Q: Seperti ditekan
/diremas
R: Punggung bagian
bawah, tidak menyebar
S: 3-4
T: Saat banyak
melakukan aktivitas

2. Kemungkina 1 2 1/2 x 2 = Ny. R mengatakan


n masalah 1 biasanya akan dipijat
dapat diubah: oleh tukang pijat
Skala: kampung untuk
sebagian meredakan nyeri
punggung dan badan
yang letih, namun nyeri
punggung bawah masih
terasa kadang-kadang.

3. Potensial 2 1 2/3 x 1 = Saat ini memang Ny. R


masalah 0,67 sudah dalam kondisi
untuk diubah: hamil trimester ke III,
Skala: Cukup yang mana besar dan
berat janin memang
akan berdampak
sehingga membebani
panggul Ny. R
4. Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = Ny. R mengatakan
masalah; 0,5 nyeri nya hanya datang
Skala: tidak kadang-kadang saat
perlu segera banyak beraktivitas,
dan tidak mengganggu
Total 3,17

4. Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1. Nyeri Akut b. d Agens cedera fisik 3,17
2. Kesiapan meningkatkan proses kehamilan- 2,8
melahirkan
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Kesiapan peningkatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pendidikan Kesehatan (5510)
proses kehamilan- selama 1 kali pertemuan, diharapkan Ny. 1) Identifikasi faktor internal dan eksternal
melahirkan R dapat meningkatkan pengetahuannya yang dapat meningkatkan atau
mengenai persiapan proses melahirkan mengurangi motivasi untuk perilaku
dengan kriteria hasil: sehat.
Pengetahuan: Kehamilan (1810) 2) Identifikasi sumber daya (tenaga, ruang,
1) Pengetahuan mengenai tanda gejala uang, lain-lain) yang diperlukan untuk
persalinan meningkat dari skala 3 melaksanakan program
menjadi 4 3) Buat isi pendidikan kesehatan sesuai
2) Pengetahuan mengenai perawatan dengan kemampuan kognitif,
sebelum melahirkan meningkat dari psikomotor dan afektif klien.
skala 3 menjadi 4 4) Berikan pendidikan kesehatan tentang
3) Pengetahuan mengenai strategi tanda dan gejala persalinan
untuk menyesuaikan diri dengan 5) Berikan pendidikan kesehatan tentang
adanya bayi meningkat dari skala 3 perawatan sebelum melahirkan
menjadi 4 6) Berikan pendidikan kesehatan tentang
strategi untuk menyesuaikan diri dengan
adanya bayi
7) Libatkan individu, dan suami Ny. R
dalam intervensi

2. Nyeri Akut b. d Agens Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


cedera biologis selama 1x30 menit, diharapkan nyeri 1) Lakukan pengkajian nyeri secara
yang dirasakan berkurang dengan kriteria komperhensif, misalnya dengan
hasil: menggunakan pengkajian PQRST secara
Tingkat Nyeri (2102) berkelanjutan untuk memantau kondisi klien
1) Nyeri yang dilaporkan berkurang 2) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan atau
menjadi ringan
memperparah nyeri klien seperti suhu
2) Panjangnya episode nyeri berkurang ruangan, pencahayaan, atau suara bising
3) Ajarkan dan praktikkan teknik
3) Ketegangan otot ringan hingga
nonfarmakologi, yaitu dengan
menghilang menggunakan Tehnik Akupresur pada titik
BL23, GV 3, dan GV 4
4) Lakukan modifikasi tindakan sesuai dengan
respon klien
E. Implementasi Keperawatan

No Hari/
Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
/Jam
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
ANALISIS ARTIKEL
Efektivitas Teknik Akupresur pada Titik BL 23, GV 3, GV 4, terhadap
Penurunan Nyeri Punggung Bawah pada Kehamilan Trimester III Di
Puskesmas Jelakombo Jombang

Tanggal 01 Juni 2021

Oleh:

Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep


2030913310077

PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
ANALISIS PICO
Efektivitas Teknik Akupresur pada Titik BL 23, GV 3, GV 4, terhadap
Penurunan Nyeri Punggung Bawah pada Kehamilan Trimester III Di
Puskesmas Jelakombo Jombang
Ratna Dewi Permatasari1
2019

No Kriteria Jawab Inti Jurnal


.
1. P Ya Kehamilan merupakan proses fisiologis yang terjadi
di setiap siklus kehidupan perempuan.. Pada kehamilan
sering dijumpai ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil.
Perubahan yang terjadi diantaranya nyeri punggung pada
bagian bawah. Sebesar 70% ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh ibu hamil trimester III adalah adanya nyeri
punggung bagian bawah. Pada masa kehamilan seiring
dengan membesarnya uterus, maka pusat gravitasi akan
berpindah kearah depan sehingga ibu hamil harus
menyesuaikan posisi berdirinya. Ibu hamil harus bergantung
dengan kekuatan otot, semakin bertambahnya berat badan,
sifat relaksasi sendi, mengalami kelelahan serta postur
sebelum hamil. Postur tubuh yang tidak tepat akan memaksa
peregangan tambahan dan kelelahan pada tubuh, terutama
pada bagian tulang belakang sehingga akan menyebabkan
terjadinya sakit atau nyeri pada bagian punggung ibu hamil.
Salah satu penatalaksanaan nyeri punggung yang
dapat dilakukan pada ibu hamil adalah dengan menggunakan
teknik akupresur pada beberapa titik tertentu pada tubuh.
Akupresur merupakan tehnik pemijatan denganmenstimulasi
titik-titik tertentu pada tubuh yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit dan nyeri serta mengurangi
ketegangan, kelelahan dan berbagai penyakit dengan maksud
mengaktifkan kembali peredaran energi vital dan chi, selain
itu berbagai anjuran pada ibu hamil agar tetap menjaga
kesehatan tubuhnya dengan olahraga ringan berjalan dipagi
hari, renang, serta mengikuti senam hamil.
Populasi dalam penelitian ini yaitu ibu hamil
trimester III yang melakukan ANC di Puskesmas Jelakombo
Kabupaten Jombang. Sampel dalam penelitian kuantitatif
sebesar 22 ibu hamil trimester III. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah total random
sampling
2. I Ya Peneliti memberikan intervensi berupa terapi
komplementer dengan menggunakan teknik akupresur di titik
BL 23, GV 3, dan GV 4, pada 22 responden. Kemudian,
dilakukan pengukuran intensitas nyeri dilakukan dengan
menggunakan Numerik Visual Analog Scale (VAS). Dimana
numeric VAS merupakan skala untuk pengukuran berbentuk
grafik sepanjang 10 cm dengan skala numeric VAS.
Pada kelompok yang diberikan akupresur akan
dilakukan penekanan dan stimulasi selama 1-5 menit, yang
dilakukan selama 3 minggu, setiap minggu akan dilakukan 2
kali pertemuan. Titik yang akan dilakukan penekanan pada
Titik BL 23 (Shensu) yang terletak di dua jari kiri dan kanan
meridian GV, setinggi batas lumbal kedua, Titik GV 3 yang
terletak diantara lumbal ketiga dan keempat, dan titik GV 4
yang terletak diantara lumbal kedua dan ketiga.
Hasil pengukuran tersebut dicatat dalam lembar
observasi. Data kemudian diolah dengan teknik analisis
bivariat menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah
diberikan intervensi akupresur pada beberapa titik.
3. C Ya Pada penelitian ini, yang dilakukan oleh Ratna Dewi
Permatasari, dengan judul “Efektivitas Teknik Akupresur pada
Titik BL 23, GV 3, GV 4 terhadap Penurunan Nyeri Punggung
Bagian Bawah pada Kehamilan Trimester III di Puskesmas
Jelakombo Jombang” menunjukkan bahwa intervensi yang
dilakukan berupa pemberian terapi akupresur pada ibu hamil
trimester III mampu menurunkan tingkat nyeri pada bagian
punggung bawah, dengan sebagian besar turun dari nyeri
sedang menjadi nyeri ringan.
Hal ini sejalan dengan penelitian lain yang berjudul “Pengaruh
Akupresur Titik Bladder 23 terhadap Intensitas Nyeri
Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas
I Denpasar Utara” yang dilakukan oleh Ni Luh dkk, yang juga
menunjukkan adanya penurunan intensitas nyeri punggung
bawah pada ibu hamil trimester III setelah diberikan terapi
akupresur.
Hal ini menunjukkan bahwa, pemberian intervensi akupresur
berpengaruh dalam penurunan intensitas nyeri punggung bawah
pada ibu hamil trimester III, dengan penerapan intervensi dalam
rentang waktu 1 – 3 minggu.
4. O Ya Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji
Wilcoxon sebelum mendapatkan intervensi akupresur, rerata
skor nyeri punggung ibu hamil trimester III adalah 4,27 dan
setelah mendapatkan intervensi mengurangi tingkat nyeri
punggungakupresur rerata skor nyeri punggung mengalami
perubahan menjadi 2,13. Hasil analisis diperoleh nilai
signifikansi ñ-value 0,001 (ñ < 0,05) sehingga ha diterima,
artinya ada perbedaan bermakna rerata nilai nyeri punggung
bawah sebelum dan setelah diberikan intervensi akupresur
pada ibu hamil trimester III. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa akupresur memiliki pengaruh terhadap penurunan
tingkat nyeri punggung bawah, dapat dilihat dari nilai p value
dan selisih nilai reratanya.
1. KRITIK JURNAL
Aspek Yang Dikritisi Hasil Kritisi

1. Elemen yang  Author Peneliti memiliki kualifikasi dalam penelitian ini


mempengaruhi Apakah peneliti mempunyai kualifikasi karena dapat dilihat dari derajat dan kesesuaian topik
believability tingkat pengetahuan di bidang ini? penelitian
penelitian
 Report title  Judulnya sangat jelas dan tidak ada kata-kata
Apakah judul dalam penelitian jelas, akurat yang dapat menyalahkan persepsi pembaca
dan tidak ambigu?
 Abstract  Bagian abstrak dari penelitian rinci dari
Apakah abstrak tergambar dengan jelas, masalah hingga hasil dengan metode yang
termasuk masalah penelitian, sampel, jelas dan temuan yang jelas
metodologi, temuan dan rekomendasi ?
4. Elemen yang  Statement of the phenomenon of interest a. Masalah dijelaskan dan diidentifikasi secara
mempengaruhi a. Apakah masalah yang akan dipelajari rinci dan sangat jelas mengapa mereka diangkat.
kekuatan diidentifikasi dengan jelas ? b. Pertanyaan dan masalah penelitian konsisten
penelitian b. Apakah masalah dan pertanyaan penelitian
konsisten?

Purpose/significance of the study Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Apakah tujuan penelitian teridentifikasi dengan pengaruh pemberian terapi komplementer dengan
jelas? teknik akupresur pada titik BL 23, GV 3 dan GV 4
terhadap penurunan nyeri punggung bawah pada ibu
hamil trimester III
Literature review a. Sebuah. Ya, daftar pustaka tercantum di
a. Apakah penelitian memiliki tinjauan pustaka? bagian akhir. Ya, itu memenuhi tinjauan
pustaka
b. Ya, Memenuhi dasar-dasar filosofis penelitian
c. Ya, memenuhi tujuan tinjauan Literatur
b. Apakah kajian literatur memenuhi dasar-
dasar filosofis penelitian?

c. Apakah kajian literatur memenuhi tujuannya?


Method and philosophical Underpinnings Akupresur merupakan tehnik pemijatan dengan
a. Mengapa pendekatan ini dipilih? menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh yang
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri serta
mengurangi ketegangan, kelelahan dan berbagai
penyakit. Selama ini teknik akupresur sangat
berpengaruh untuk pengurangan keluhan ibu hamil
seperti mual muntah, pada ibu bersalin seperti
induksi persalinan, mengurangi kecemasan, dan
keluhan nyeri punggung selama proses persalinan
DAFTAR PUSTAKA

Permatasari, R. D. (2019). Efektivitas Teknik Akupresur pada Titik BL 23, GV 3, GV 4,


Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Jelakombo Jombang. Jurnal Ilmiah: J-HESTECH, 33-42.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik Penyuluhan : Kehamilan & Melahirkan


Pokok Bahasan : Kehamilan Trimester III & Persiapan Melahirkan
Sub Pokok Bahasan : 1) Tanda dan gejala persalinan
2) Perawatan sebelum melahirkan
3) Strategi untuk menyesuaikan diri dengan adanya bayi
Sasaran : Keluarga Ny. R
Tempat : Rumah/kos keluarga Ny. R , Jl. Bani Ibrahim, Kelurahan
Samuda Kota, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Hari, tanggal : Kamis, 03 Juni 2021

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga Ny R dapat memahami
mengenai apa saja masalahyang bisa terjadi pada kehamilan trimester III, serta
persiapan melahirkan.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Keluarga Ny R dapat menyebutkan apa saja perawatan yang dilakukan sebelum
melahirkan
2. Keluarga Ny R dapat menyebutkan tanda dan gejala dari persalinan
3. Keluarga Ny R dapat memahami strategi untuk menyesuaikan diri dengan
adanya bayi
C. Kegiatan Penyuluhan
Alokasi waktu :
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 50 menit
3. Penutup : 5 menit
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 09.00-09.05
2. Memperkenalkan diri salam
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
Penyampaia Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 09.05-09.35
n Materi 1. Perawatan sebelum
melahirkan 2. Menanyakan
2. Tanda dan gejala persalinan materi yang
3. Strategi penyesuaian belum
dengan adanya bayi dimengerti
Penutup 1. Meminta komentar, a. Menjawab 09.35-09.45
kritik dan saran pertanyaan
2. Menanyakan kembali
b. Menjawab
tentang tanda dan gejala
persalinan, strategi salam
penyesuaan dengan
adanya bayi dan
perawatan sebelum
melahirkan
3. Menarik kesimpulan
4. Menyampaikan hasil
Evaluasi
5. Menutup penyuluhan
(salam)

D. Garis Besar Materi ( Terlampir)


1. Perawatan sebelum melahirkan
2. Tanda dan gejala persalinan
3. Strategi penyesuaian dengan adanya bayi
E. Evaluasi
1. Evaluasi struktural
a. Persiapan klien sudah terlaksana dengan baik berupa kontrak waktu, topic
dan tempat.
b. Persiapan alat bantu dan media yang digunakan untuk penkes
2. Evaluasi Proses
a. Klien mampu mengikuti pembelajaran dengan baik sampai selesai
b. Klien kooperatif dalam mengikuti pembelajaran
c. Klien dapat bekerjasama dengan perawat
d. Media dan alat bantu dapat digunakan dengan baik
e. Lingkungan mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
1. Evaluasi hasil
a. Evaluasi kognitif
Menanyakan kepada klien
1) Tanda dan gejala
2) Perawatan
3) Strategi
Penilaian
No Keterampilan Skor
0 1 2
1 Menyebutkan tanda dan gejala persalinan
2 Menyebutkan perawatan sebelum melahirkan
3 Menyebutkan strategi penyesuaian dengan
adanya bayi

Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna

Nilai = Jumlah nilai yang didapat x 100%


Jumlah aspek yang dinilai x 2

Kategori hasil:
> 75 % : pengetahuan baik,
56 % - 75 % : pengetahuan cukup,
< 56 % : pengetahuan kurang.
b. Evaluasi afektif
Klien menyatakan sudah paham mengenai materi pendidikan kesehatan
kehamilan-melahirkan yang diberikan dan mampu meningkatkan
pengetahuannya untuk persiapan persalinan yang lebih baik.

H. Lampiran
1) Materi Lengkap
F. Referensi :

.
Lampiran

MATERI PENYULUHAN KEHAMILAN-MELAHIRKAN

Tanda Tanda Persalinan


Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terdiri dari kala I sampai kala IV
(Prawirohardjo, 2005, p.180). Tanda-tanda persalinan adalah sama, walaupun proses
persalinannya berbeda pada setiap wanita. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan,
anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi ke Rumah Bersalin dan apa saja
yang perlu dilakukan (Sholihah, 2008, p.92).
Tanda-tanda persalinan meliputi :
a. Mulainya Kontraksi Rahim Secara umum, pertanda awal bahwa ibu hamil siap
melahirkan adalah mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi.
Kontraksi disertai rasa mules serta sakit dipinggang dan paha. Ada juga kontraksi
yang bukan merupakan tanda akan melahirkan, tandatandanya kontraksi ini datang
sebelum waktunya dan sehari hanya sekali atau dua kali. Kontraksi yang
sesungguhnya akan muncul dan menghilang secara teratur dengan intensitas makin
lama makin meningkat. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari
bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak berkurang dengan
istirahat atau elusan. Ketika kontraksi mulai teratur, mulailah untuk menghitung
waktunya. Catatlah lamanya waktu antar satu kontraksi dengan kontraksi
berikutnya. Persalinan akan terjadi bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik
antara kontraksi lainnya. Secara garis besar, proses kontraksi hingga pembukaan
ialah :
a) Pada kontraksi awal buka 1-3 cm, sang ibu diisyaratkan untuk bersiap-siap.
Suami harus siaga dan segera bersiap ke Rumah Bersalin.
b) Pada kontraksi buka 4-6 cm, seluruh persiapan sudah harus selesai. Bidan akan
melakukan tindakan medis awal. Sementara suami sudah harus memilih kamar
dimana sang istri nanti akan beristirahat pasca persalinan.
c) Kontraksi rahim akan terus berlangsung sampai buka 10 cm. Pada saat ini
disertai rasa sakit, nyeri atau kenceng yang semakin lama semakin meningkat.
d) Kontraksi ini datang dan hilang secara teratur. Apabila kontraksi terjadi setiap
5 menit sekali itu tandanya bayi mulai siap untuk dilahirkan.
e) Pada bagian vagina akan keluar cairan lendir disertai darah karena dorongan
kontraksi yang membuka mulut rahim.
f) Karena kontraksi pula, maka ketuban akan pecah dan keluar cairan jernih putih
kekuningan dalam jumlah banyak pada vagina.
a. Keluarnya Lendir Berdarah Sumbatan yang besar pada mulut rahim
terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna
kemerahan bercampur darah. Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi
beberapa hari sebelum persalinan. Jika terjadi perdarahan yang hebat
harus segera datang ke tenaga kesehatan.
b. Air Ketuban Pecah Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya
air ketuban. Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi saja
sudah pecah, maka sudah saatnya sang bayi harus keluar. Bila ibu hamil
merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya
tidak dapat ditahan tetapi disertai rasa mules atau rasa sakit, bila
dipastikan dia mengalami ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah
sebelum terdapat tanda-tanda persalinan (Indarti, 2006)
c. Persalinan Palsu Ketika mendekati aterm, banyak wanita yang mengeluh
mengalami kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin
menunjukkan permulaan persalinan. Tetapi meskipun terjadi kontraksi,
kemajuan dilatasi serviks tidak terjadi. Keadaan ini disebut persalinan
semu. Disini tidak terjadi triple descending gradient aktivitas uterus.
Terjadi aktifitas uterus yang sebaliknya, kekuatan kontraksi bagian
bawah uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas. Karena
itu, dilatasi serviks tidak terjadi dan nyeri karena kontraksi uterus sering
dirasakan pada punggung bawah (Liewellyn, 2002).

Menurut Huliana (2001) tanda –tanda persalinan yaitu :


1. Kontraksi Pada awal proses persalinan kontraksi akan sering terjadi dan lebih
teratur. Selain itu, waktunya lebih lama dan kekuatannya lebih sering dengan
kemajuan persalinan. Frekuensi kontraksi minimal 2x dalam 10 menit yang
mengakibatkan perubahan serviks (JNPKKR, 2007, p.89).
2. Pengeluaran darah dan lendir Selama kehamilan mulut rahim tersumbat oleh
gumpalan lendir yang lengket. Pada saat persalinan dimulai, pintu rahim mulai
membuka. Gumpalan lendir akan terlepas bersamaan dengan pemisahan dan selaput
ketuban dari dinding rahim. Akibatnya darah kecil terputus sehingga darah dan
lendir keluar berupa cairan lengket berwarna merah muda dari vagina yang disebut
bloody show.
3. Selaput ketuban pecah Jika air ketuban keluar sebelum tanda-tanda persalinan
dengan cara merembes, mengalir atau langsung keluar banyak dari vagina harus
segera ketempat pelayanan kesehatan.
4. Rasa Nyeri Kadang-kadang timbul rasa nyeri pada selangkangan atau bokong
akibat masuknya bagian paling rendah janin ke rongga panggul. Tanda-tanda
persalinan dimulai oleh adanya rasa sakit karena adanya kontraksi his yang datang
lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada servik, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya,
pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar dan pembukaan jalan lahir
sudah ada. Kebijakan pelayanan asuhan kebidanan Semua persalinan harus dihadiri
dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. Rumah bersalin dan tempat rujukan
dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
harus tersedia 24 jam. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia
bagi seluruh petugas terlatih.

Prosedur Persalinan Normal:


1. Melihat tanda dan gejala kala dua Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu
merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum
tampak menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.
2. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal:
a. Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif dan
obyektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil implementasi
tatalaksana.
b. Asuhan sayang ibu dan bayi antara lain, persalinan merupakan peristiwa alami
sebagian besar persalinan umumnya akan berlangsung normal, penolong
memfasilitasi proses persalinan, tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya,
tahu dan siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan
kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga).
c. Pencegahan infeksi antara lain : kewaspadaan standar, mencegah terjadinya
dan transisi penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya
dalam pelayanan, budaya bersih dan lingkungan yang aman.
d. Rekam medik (dokumentasi) antara lain : kelengkapan status klien, anamnesis,
prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan uji atau penapisan
tambahan lainnya, partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan
dokumentasi klien, kesesuaian kelaikan kondisi klien dan prosedur klinik
terpilih, upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan

Persiapan Persalinan
Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orangorang
disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini orang tua perlu
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjelang persalinan/kelahiran
bayi. Persiapan persalinan meliputi :
1. Persiapan fisik
a. Senam hamil tua Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah
mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati. Dengan
demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran tubuhnya dengan
mencoba latihan ringan, seperti senam hamil. Ibu dapat meluangkan waktu
beberapa saat untuk berjalan kaki pada pagi hari untuk melakukan relaksasi.
Contoh latihan yang bisa dilakukan ibu hamil antara lain :
1) Posisi jongkok Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan
karena akan memudahkan janin melewati jalan lahir. Latihlah posisi ini
setiap hari selama beberapa menit.
2) Posisi bersila Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki semampunya
pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan mengambil posisi ini,
oto-otot ibu akan menguat dan panggul menjadi lentur. Gunakan alat
bantu seperti bantal jika posisi ini sulit untuk dilakukan.
b. Gizi yang seimbang Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin banyak
asupan yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin sangat dibutuhkan
bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat bahwa ibu dalam
kandungannya sangat membutuhkan makanan yang cukup. Tetapi juga
jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini bisa mengakibatkan bayi besar dan
berpengaruh pada proses persalinan.
c. Istirahat yang cukup Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas gerakan bayi
karena ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan tali pusat.
d. Kursus mengurus bayi Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti kursus
mangurus bayi. Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana cara mulai
memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami untuk mengikuti
kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti.
2. Persiapan Mental
a. Hindari stress Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil tentu
saja mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu, keluarga harus
toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap yang harus diambil adalah
dengan jalan mengungkapakan segala perasaan yang dialami, sehingga
dengan begitu ibu hamil itu sendiri merasa dihargai.
b. Hilangkan rasa was-was Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu hamil,
apalagi kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat dihindari
dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya.
c. Persiapan mental suami dan anak Selain istri suami dan anak yang lain juga
harus siap mental. Dimana mereka merasa diabaikan oleh kehadiran sibuah
hati. Ini memicu kecemburuan terhadap anak yang masih dalam kandungan
(Sholihah, 2008, pp.23-25).

Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga yaitu desa
yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana para
bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu
persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan pemeriksaan ibu
(Depkes, 2004).
Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu:
a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal perkiraan persalinan.
b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS).
c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya persalinan nanti.
d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau transportasi jika
sewaktu-waktu diperlukan.
e. Ibu hamil harus merencanakan akan melakukan persalinan
(Puskesmas/RB/BPS/RS).
f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
g. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan menanyakan
caranya kepada petugas kesehatan.
h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah
jika sewaktu-waktu diperlukan.

Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu :
1) Rencana Persalinan Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk
membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya pasangan
suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli kandungan yang
menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana
persalinan tersebut meliputi :
a. Tempat Persalinan Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya kelahiran
bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika kelahiran terjadi di
rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan tempat rujukan untuk
mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada proses persalinan yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Huliana, 2001).
b. Memilih persalinan di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan di rumah
mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu di dalam
hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya
merasa bahwa mereka akan santai di rumah, beberapa sangat menghargai
privasi yang bisa mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk melakukan
apa 31 yang mereka pilih, lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan
mereka takut harus menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan
disana (Nolan, 2003, p.145).
c. Persalinan di Rumah Sakit Wanita hamil yang memilih melahirkan di rumah
sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di sana, sebagian
lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih
aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang ditawarkan rumah sakit
misalnya program melahirkan di kolam air, meskipun boleh dikatakan bahwa
layanan ini juga bisa didapat dari luar rumah sakit, misalnya dengan menyewa
kolam renang (Nolan, 2003, p.145).
D. Perlengkapan untuk persalinan
1. Perlengkapan ibu
a. Kartu periksa hamil
b. Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua buah,
sabun, sikat dan pasta gigi.
c. Pakaian ganti seperti:
6) Baju atasan dengan kancing depan
7) Kain panjang atau sarung
8) Kutang
9) Gurita Ibu
10) Pembalut
2. Perlengkapan bayi
a. Popok bayi
b. Baju Bayi
c. Celana panjang bayi
d. Gurita bayi
e. Kaos tangan bayi
f. Topi bayi
g. Selimut bayi
h. Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap.
3. Perlengkapan ayah Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan yang bisa
dibawa suami saat persalinan adalah :
a. Jam tangan
b. Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta
fotocopinya.
c. Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan kecil e)
Baju ganti
d. Pendamping persalinan Dukungan suami saat persalinan sangat
dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan
dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat
kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat persalinan akan
membuat istri lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi proses
persalinan. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya menemani istri di
ruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata
penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih
kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan
bayinya (Musbikin, 2005, p.265).
e. Transportasi Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan
dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas
kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia,
oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulan desa yang bisa
memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan
kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans
desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat
transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan
kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang
dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).
f. Biaya Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang
sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika
terjadi kegawatan, karena banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari
asuhan atau mendapatkan asuhan karena tidak mempunyai dana yang
diperlukan untuk persalinan (Pusdiknakes, 2003).
g. Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini
tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari
orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan
darahnya (Pusdiknakes, 2003).
h. Pengambil keputusan utama Sebelum bersalin ibu hendaknya
mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan
dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan utama
adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil keputusan kedua bila
nanti keputusan utama tidak ada (Pusdiknakes, 2003). Rujukan dalam
kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para
ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan mengalami
masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke
fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit itu
terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit
terjadi. Setiap tenaga penolong atau fasilitas pelayanan, harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk
melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (Departemen
Kesehatn Republik Indonesia, 2004). Pada saat kunjungan antenatalcare,
jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya
untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan
setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit sering
kali tidak cukup waktu dan membuat rencana rujukan sehingga
keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa
klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas rujukan dan membuat
rencana rujukan dengan suami dan keluarganya serta tawarkan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi
rencana rujukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Selain hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak
tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau
serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan
masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting
untuk pengadaan ambulans desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang
perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan,
puskesmas, ataupun rumah sakit. Ambulans desa tidak harus dalam
bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang
dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak,
mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan RI, 2004). Sedangkan untuk
pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau
kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan
penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan,
membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa pasien dan
mencari dukungan dana dari pengusaha setempat untuk biaya
operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Kepala Desa

Anda mungkin juga menyukai