Seorang pasien bernama Tn. B berusia 51 tahun, berjenis kelamin laki-laki dengan
alamat di Komplek mustika permai. Pendidikan terakhir SMA, suku banjar, agama
islam, status perkawinan menikah, pekerjaan supir trukk, No. Rekam Medik 320xxx
dirawat di ruang bedah umum dengan diagnosis medis Post laparatomy a/i peritonitis
generalisata e.c perforasi gaster + GGA + Hipertensi. Pasien mengatakan masuk
rumah sakit karena sakit perut dan merasa lemas.
Pasien masuk RS dengan keluhan sakit perut dari pagi jam 07.00 tanggal 22 oktober
2019. Kemudian pasien memeriksakan dirinya ke bidan dan diberikan suntik melalui
IM. Namun, pasien tetap merasakan sakit diperut dan terasa keras pada bagian perut
sehingga pasien langsung ke RS pada tanggal 23 oktober 2019 pada jam 17.00 Wita.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter di IGD RSD Idaman Kota Banjarbaru. Pasien
dilakukan operasi pada tanggal 29 Oktober 2019 pada jam operasi berlangsung ±118
menit. Setelah operasi pasien dibawa ke ruang ICU. Pasien diruang ICU selama 4 hari
dan kemudian dibawa ke ruang Nuri pada tanggal 02 November 2019 pada jam
16.30. Kondisi pasien menurun kemudian pasien dibawa lagi ke ruang ICU pada
tanngal 06 November 2019. Pasien diruang ICU selama 2 hari, dan pada tanggal 08
November 2019 pasien kembali ke ruang Nuri. Pasien sebelumnya dipuasakan dari
11 November sampai 12 November 2019 karena terjadi peningkatan residu lambung.
Pasien seorang perokok aktif sejak muda, dan memiliki penyakit hipertensi, pernah
mengalami stroke ringan selama ±2 tahun dan sering mengkonsumsi kopi > 1 gelas
/hari. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit diabetes mellitus,
hipertensi dan penyakit jantung. Pasien tidak ada riwayat kecelakaan dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit. Pasien tidak ada riwayat operasi sebelumnya dan tidak ada
alergi makanan maupun obat-obatan. Pasien di rumah rutin mengonsumsi obat darah
tinggi yang diberikan oleh mantra. Pengobatan pasien saat ini yaitu Infus
Metronidazole, Inj OMZ, Inj. Santagesik, Infus RL:KA-EN 3B 20 tpm, bolus D40%
kapan perlu. Pasien mengatakan sehat adalah ketika dia bisa melakukan aktivitasnya
sehari-hari.
Nafsu makan pasien baik, pasien nampak menghabiskan makanan yng diberikan oleh
petugas rumah sakit dan minum lebih sedikit sekitar 100 cc perhari. Pasien saat ini
dibatasi minum karena adanya edema. Pasien tidak ada keluhan mual atau muntah.
BB sekarang: 82 kg, BB dulu: sekitar 80 kg, TB : 170 cm, suhu : 36,8°C dan IMT:
BB (kg)/TB (m2)= 82/1.7x1.7= 28,37. Kulit tampak lembab, nampak ada luka bekas
operasi daerah perut, luka pada perut bentuk vertical dengan panjang ±25 cm,
perawatan luka menggunakan sorbach dengan 3 hari dalam sekali untuk pembersihan
luka dengan tertutup kassa, pada bagian kaki dan tangan kanan pasien nampak
edema. Rambut berwarna hitam keputihan dan penyebaran merata, kuku terpotong
pendek dan bersih. Turgor kulit kembali > 2 detik pada sebelah kiri dan < 2 detik
pada sebelah kanan, edema derajat 3 (lama kembali selama 7 detik). Bentuk kepala
normal, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan. Tidak tampak adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan tidak ada bendungan vena jugularis serta tidak ada kaku kuduk.
Mukosa bibir pasien tampak lembab, mulut bersih dan tidak ada peradangan tonsil.
Pasien tidak menggunakan gigi palsu dan gigi tampak bersih. Pasien terpasang NGT
tertutup dan infuse Ringer laktat.
Pasien tidak mampu mandi, berpakaian dan berjalan. Eliminasi dibantu dengan alat
dan mobilitas ditempat tidur serta berpindah dibantu oleh orang lain. Frekuensi napas
pasien normal 21 kali/menit, kedalaman normal dan irama regular. SPO2 97 % dan
bunyi napas vesikuler. Pasien perokok aktif sejak muda. Pasien tidak pernah
mengalami penyakit paru dan keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit
paru. Pasien tidak ada batuk, tidak terdapat otot bantu napas dan tidak terdapat suara
napas tambahan. Pemeriksaan fisik dada didapatkan hasil I: Dinding dada asimetris
(Kiri lebih tinggi), tidak ada lesi, tidak ada otot bantu napas; P: Vokal fremitus
getarannya sama, taktil fremitus simetris; P: Terdengar sonor pada seluruh lapang
paru; A: Terdengar vesikuler, tidak terdapat bunyi napas tambahan.
Frekuensi nadi pasien 86 kali/menit, irama regular dan TD 180/100 mmHg. Perkusi
dada redup (jantung). I : Iktus cordis terlihat di ICS 5, dada tidak simetris kiri dan
kanan; P : PMI teraba di ICS 5 midclavikularis line sinistra; P : Batas jantung ICS 2
Parasternal dextra, kanan bawah ICS 5 Parasternal dextra, ICS 2 Parasternal sinistra,
kiri bawah ICS 5; A : S1 dan S2 tunggal. Capillary refill < 2 detik, tampak ada edema
pada kedua ekstremitas bawah dengan pitting edema derajat 3 (waktu kembali 7
detik). Tidak ada nyeri dada dan palpitasi. Suhu ekstrimitas teraba hangat. Tidak ada
penyakit jantung dalam keluarga.
Saat ini pasien hanya berbaring dan duduk di tempat tidur, rentang gerak aktif dengan
skala kekuatan otot 1111-5555-1111-5555. Bentuk tulang belakang pasien tidak ada
deformitas. Pada tangan kanan pasien masih tidak kuat menggenggam karena edem.
Tidak ada penggunaan tongkat, pasien tidak mengeluh adanya nyeri ataupun
kekakuan sendi. Tidak ada deformitas, namun tampak edema pada tangan dan kaki
kanan. Pasien mengatakan nyeri luka bekas operasi dengan kriteria P: nyeri saat
bergerak; Q: seperti diremas-remas; R: perut, tidak menjalar; S: 3 (Ringan) dan T:
hilang timbul.
Pasien tidak ada mengeluh terkait tidur dan istirahatnya, pasien tidur dari jam 22.00 –
04.00 WITA. Tidak ada lingkaran gelap di mata dan tidak ada penggunaan sedasi.
Pasien mengatakan tidak memiliki masalah pada penglihatan. Posisi bola mata
simetris antara bola mata kanan dan kiri dan gerakan mata normal, dapat mengikuti
arah cahaya, dapat mengikuti 8 arah. Konjungtiva tidak anemis, tidak ada lesi, kornea
bening, sklera putih, tidak nampak ikterik dan reflex pupil (+), isokor, bereaksi
terhadap cahaya dan akomodasi. Tidak ada nyeri pada mata dan pasien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
Fungsi pendengaran pasien baik. Struktur luar telinga pasien tidak ada lesi, letak
telinga simetris kiri kanan, tidak ada nodul dan tidak ada keluar cairan dari
telinga.Pasien tidak ada mengeluhkan perasaan penuh pada telinga, telinga
berdengung ataupun nyeri. Tidak ada penggunaan alat bantu pendengaran. Fungsi
penciuman pasien normal, pasien mampu mencium bau-bauan, posisi hidung normal
(simetris) dan tidak ada keluar cairan dari hidung. Tidak ada riwayat vertigo, namun
saat ini pasien masih merasa pusing. Tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan
GCS E4 V5 M6.
Pasien bisa menerima penyakitnya dan menerima semua tindakan yang akan
dilakukan agar cepat sembuh. Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang ke
rumah dan pasrah dengan apapun yang akan terjadi pada dirinya dan menerima
dengan dirinya. Emosi pasien stabil dan tidak ada isyarat perubahan harga diri. Pasien
mengatakan sakitnya tidak berdampak pada seksualitas karena isteri pasien selalu
menemani pasien setiap saat. Tidak ada keluhan mengenai keturunan pada pasien.
Peran pasien dalam keluarga adalah sebagai suami dan ayah. Hubungan dengan orang
terdekat terjalin dengan baik, tidak ada masalah. Pasien tidak ada berkomunikasi
dengan pasien lain karena terbaring di tempat tidur. Pasien mampu berkomunikasi
verbal tapi dengan suara pelan, pasien berbahasa banjar dan Indonesia. Efek
perubahan peran yang dirasakan pasien saat ini yaitu tidak dapat menjalankan tugas
sebagai kepala keluarga. Pasien mengatakan beragama Islam dan pasien percaya
dengan agama yang dianutnya. Pasien nampak mendengarkan kajian-kajian
agamanya dari handphone. Pasien menghormati dan meghargai nilai-nilai keagamaan
dan pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
TERAPI MEDIS
Nama Obat Rute Pemberian Dosis Indikasi
Metronidazole IVFD 500 mg / 8 jam
Bolus D 40 % IV 2x 25 mL k/p
DS:
Pasien mengatakan
nyeri luka bekas
operasi dengan
kriteria:
P: nyeri saat
bergerak
Q: seperti
diremas-remas
R: perut, tidak
menjalar
S: 3 (Ringan)
T: hilang timbul
Rencana Asuhan Keperawatan
pembengkakan pada
sisi luka post operasi Perawatan Luka (3660)