KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirohim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
Konsep dan tatalaksana gizi pada HIV dan AIDS “ dan taklupa pula kami sampaikan
salam dan salawat serta taslim kepada Nabi yullah yang telah membawa kita dari
alam yang tak mengetahui pengetahuan menjadi alam yang penuh dengan
pengetahuan.
Dan akhirnya dengan segala kerendahan hati, terimalah hasil makalah yang
kami buat ini bisa selesai pada waktunya.
Penulis
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit
infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di
Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak
193.000 – 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS Depkes RI hingga
September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 18.442 orang dan
kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang. Hampir semua propinsi
di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/AIDS, dengan 10 propinsi
terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau.
Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan masih relatif rendah,
akan tetapi cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92 ).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80% ODHA
mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare, mual dan
muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat.
-
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi. (Supariasa, dkk, 2002)
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan
antara jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement)
oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan,
aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi
adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).
Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh,
mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta
memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan
tersebut disebut zat gizi essential, mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur
tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang normal. Jadi zat gizi esensial
-
yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam pangan, umumnya adalah zat
gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari unsur-unsur
pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi essential
diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan
zat gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat
adalah penting guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan
seimbang. (Moch. Agus Krisno Budiyonto) Pada umumnya zat gizi dibagi dalm
lima kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.
Sedangkan sejumlah pakar juga
B. HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANGMEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini
menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV
dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami
gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat
menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks yang tidak aman,
tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian dan penularan dari ibu
ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission (PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit
karena sistem kekebalan di dalam tubuh menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan
gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit,termasuk pada
ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA.
1. STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui cairan
tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI.
-
1. Energi tinggi.
Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stress, aktifitas fisik dan
kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sabanyak 13% untuk setiap kenaikan suhu
10 C.
2. Protein tinggi
Yaitu 1,1-1,5 g/Kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang
rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.
3. Lemak cukup
-
Yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi
pasien. Apabila ada malabsorbsi lemak digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang
(Medium Chain Trigliserida/MCT). Minyak ikan (Asam Lemak Omega3) diberikan
bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.
4. Vitamin dan mineral tinggi
Yaitu 1½ kali (150%) angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan, terutama
vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium.
Kehilangan elektrolid melalui muntah dan diare perlu diganti (Natrium, Kalium dan
Klorida).
8. Bentukmakanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya
dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi
pasien. Apabila terjadi penurunana berat badan yang cepat, maka dianjurkan
pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan
selingan.
9. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.
10. Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik
maupun kimia.
pasien dengan :
-Infeksi HIV positif tanpa gejala.
-Infeksi HIV dengan gejala (misalnya : panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan,
sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening).
-Infeksi HIV dengan gangguan syaraf.
-Infeksi HIV dengan TBC.
-Infeksi HIV dengan Kanker dan HIV Wasting Syndrome.
Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral,
enteral (sonde) dan parenteral (infuse). Asupan makanan secara oral sebaiknya
dievaluasis secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan
enteral atau parenteral sebagai tambahan atau sebagai makanan utama.
Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III.
1) Diet AIDS I
Diet ini diberikan pada pasien infeksi HIV akut, dengan gejala panas tinggi, sariawan,
kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadarn menurun, atau segera
setelah pasien dapat diberi makan.
Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai
dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap tiga jam. Bila ada kesulitan menelan,
makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair
dengan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan
makanan enteral komersial energy dan protein tinggi. Makanan ini cukup energy, zat
besi, tiamin dan vitamin C. Bila dibutuhkan lebih banyak energi dapat ditambahkan
glukosa polimer (misalnya Poyijoule).
/ havermout
Telur ayam 150 3 butir
Margarin / minyak 25 2,5 sdm
Gula pasir 100 10 sdm
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 2207
Protein (g) 73
Lemak (g) 103
Karbohidrat (g) 251
Kalsium (mg) 190
Besi (mg) 6,4
Vitamin A (RE) 1361
Tiamin (mg) 0,7
Vitamin C (mg) 12
-
2) Diet AIDS II
Diet ini diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.
Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap tiga jam. Makanan ini
rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat
gizi diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan
utama.
Pembagian Makan Sehari:
Pagi: Siang/Malam:
Tepung Beras = 50 g = 8 sdm Beras = 30 g = 1 gls bubur
Telur ayam = 50 g = 1 btr Daging = 50 g = 1 ptg sdg
Tahu = 25 g = 1/4 bh bsr Tahu = 25 g = 1/2 bh bsr
susu = 200 g = 1 gls Sayuran = 50 g = 1/2 gls
gula pasir = 10 g = 1 sdm Pepaya = 100 g = 1 ptg sdg
Margarin = 15 g = 1,5 sdm
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 1900
Protein (g) 72
Lemak (g) 83
Karbohidrat (g) 223
Kalsium (mg) 1300
Besi (mg) 25,6
Vitamin A (RE) 2940
Tiamin (mg) 0,8
Vitamin C (mg) 176
Contoh Menu:
Pagi :Bubur sumsum, telur 1/2 masak, susu, jus tomat
Selingan 1 (10.00): telur dan susu
Siang:Bubur, Semur daging/gadon daging, semur tahu, tumis sayur, jus pepaya
Selingan 2 (16.00): Puding Maizena
Malam: Bubur, sup bola-bola ikan, perkedel tahu, sup wortel+buncis, Pisang
Kandungan Gizi
Energi (kkal) 2530
Protein (g) 90
Lemak (g) 65
Karbohidrat (g) 387
Kalsium (mg) 673
Besi (mg) 27,9
Vitamin A (RE) 29502
Tiamin (mg) 1,2
Vitamin C (mg) 145
nangka, durian
Bumbu yang tidak merangsang
Bumbu yang merangsang
seperti bawang merah, bawang
Bumbu seperti cabe, lada, asam,
putih, daun salam, ketumbar, laos,
cuka
kecap
Minuman bersoda dan
Minuman Sirup, teh, kopi
mengandung alkohol
(MPASI) diberikan mulai usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko
transmisi melalui ASI, yaitu :
- Memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/early cessation,
- memanaskan ASI perah padasuhu tertentu (suhu 660C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet,mastitis atau
abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.Bagi ibu dengan HIV positif
yang memilih untuk tidakmemberikan ASI dapat memberikan susu formula
sepanjangmemenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, aff
ordable,sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berartitidak ada
hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikansusu formula untuk bayi,
Feasible (mudah dilakukan) berarti ibudan keluarga punya waktu,
pengetahuan, dan ketrampilan yangmemadai untuk menyiapkan dan
memberikan susu formulakepada bayi, Aff ordable (terjangkau) berarti ibu
dan keluargamampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan)berarti
susu formula harus diberikan setiap hari dan malamselama usia bayi dan
diberikan dalam bentuk segar, serta suplaidan distribusi susu formula tersebut
dijamin keberadaannya,Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula
harusdisimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yangcukup,
disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih,serta tidak berdampak
peningkatan penggunaan susu formulauntuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti ASI bisa diperoleh dari susu
formula komersial maupun susu hewani yang dimodifikasi. Susu formula
komersial diberikan apabila ibu mampu menyediakannya minimal untuk
jangka waktu 6 bulan (44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting
diperhatikan kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang dimodifikasi
dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu menyediakan susu formula
komersial (karena harga yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila
keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing dapat
digunakan sebagai pengganti ASI.
-
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya:
- ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu ataumakanan lain)
meningkatkan risiko terjadinya infeksipada bayi.
- Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi,Informasi dan Edukasi
mengenai cara mengolah danmenyajikan susu dan makanan
- Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelummenyiapkan makanan
- Membersihkan peralatan makan dengan cara merebussampai mendidih
sebelum menggunakannya
- Selalu menggunakan air matang yang bersih dan amandalam mempersiapkan
makanan
- Hindari menyimpan susu atau makanan yang telahdimasak.
- Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemaripendingin dan
dipanaskan kembali jika akan disajikan
- Simpan makanan dan minuman dalam tempat yangtertutup
b. Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidakdapat
memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makananpadat harus segera diberikan.
Jika bayi berusia 4 bulan terdapattanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau
ibu dengan HIV Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi,
maka makanan padat dapat segera diberikan. Susu sebagai komponen dari
makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama semakin berkurang
porsinya. Pada usia 6- 12 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah
kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya memenuhi sepertiga
kebutuhan per harinya.
Pada usia usia diatas 24 bulan, makanan yang diberikan sama dengan
makanan keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan. Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi,
intervensi harus segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata
laksana gizi tersebut harus meliputi : Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai
kecukupan gizi agar tumbuh kembang optimal dapat tercapai .
-
IMT Kategori
-
b. Laboratorium
Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein,Fibronectin, Albumin, Prealbumin,
Hemoglobin,Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL, trigliserida,Ureum,
Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
c. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadiumHIV/AIDS), kehilangan
massa lemak, massa otot,kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
d. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanyapantangan makanan (berkenaan
dengan agamadan etnis), alergi makanan, intoleransi makanan,keamanan
makanan dan minuman, efek sampingobat ARV, masalah yang mempengaruhi
nafsu makan(masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare,rasa panas di
dada), penggunaan suplemen vitamin,mineral, herbal, konsumsi alkohol dan
kafein.
e. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosialekonomi dan kebiasaan
merokok .
DAFTAR PUSTAKA
http://www.makarame.com/2011/11/diet-cinta-untuk-odha.html
HRSA ( Health Resources and Sciences Administrasion ). 2002. Health care and
HIV: Nutritional Guide For Providers and Clients. HIV/AIDS Bureau.
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses
– Proses Penyakit . Jakarta : EGC