Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) paling sering

di dunia. Hipertensi merupakan suatu gangguan pada sistem peredaran

darah, yang banyak menggangu kesehatan masyarakat dari kelas atas,

menengah sampai masyarakat kelas bawah. Pada umumnya, terjadi pada

manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 40 tahun).

Namun, banyak orang yang tidak menyadari menderita hipertensi. Hal ini

disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum

menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya (Lany 2007, h.16).

Hipertensi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140 mmHg atau

lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih tinggi

(Syamsudin 2011, h.22).

Prevalensi penyakit hipertensi berdasarkan laporan tahunan Rumah

Sakit tahun 2012 (per 31 Mei 2013) di Provinsi Jawa timur, kasus terbanyak

pada pasien rawat inap di rumah sakit umum tipe A adalah Anemia (20.077

kasus) dan Hipertensi (12.590 kasus), dan pada rumah sakit tipe B

Hipertensi tidak masuk klasifikasi 10 penyakit terbanyak. Pada rumah sakit

tipe C pasien rawat inap Hipertensi muncul dan menempati urutan ke-2

dengan 7.355 kasus setelah Diabetes Melitus. Sedangkan pada pasien

rawat inap di rumah sakit tipe D Hipertensi masuk klasifikasi 10 penyakit

terbanyak di rumah sakit umum pemerintah dengan jumlah 143 kasus yang

sebelumnya ada Diare, CVA Infark, Thypoid, Fever, Ketuban Pecah Dini,

1
2

Diabetes Melitus dan Gastritis (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012,

h.40-42).

Di wilayah Kabupaten Jombang Hipertensi merupakan kejadian yang

sering terjadi, sehingga masuk dalam kategori angka kesakitan dengan 10

penyakit terbesar di puskesmas. Berdasarkan laporan dari puskesmas

diketahui bahwa penyakit yang paling banyak diderita masyarakat di

Kabupaten Jombang tahun 2011 meliputi penyakit infeksi dan degeneratif

dan Hipertensi menempati urutan ke-3 dengan jumlah kasus 30.172 setelah

Infeksi akut pernapasan atas lainnya dan Nasofaringitis akut (Profil

Kesehatan Kabupaten Jombang 2011, h.11). Berdasarkan laporan dari

Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang tahun 2013 data 10 daftar

penyakit terbesar di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang dalam 6

bulan terakhir yaitu dari bulan Juli sampai Desember total pasien Hipertensi

sebanyak 1704 kasus.

Hipertensi sering disebut the silent killer karena gangguan ini pada

tahap awal adalah asimtomatis atau tanpa gejala, tetapi dapat

mengakibatkan kerusakan yang permanen pada organ tubuh vital.

Vasokontriksi pembuluh darah yang berlangsung lama dapat mengakibatkan

kerusakan permanen pada ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. Selain

ginjal, otak dan jantung dapat pula mengalami kerusakan yang permanen

(Baradero 2008, h.52).

Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 kelompok

yaitu hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Sekitar 20% dari populasi

dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90% dari mereka mengalami

hipertensi esensial (primer), yang tidak mempunyai penyebab medis yang

dapat dikenali (Diane 2000, h.217). Hipertensi dapat mempercepat proses

aterosklerosis apabila disertai dengan hiperlipidemia (Tambayong 2000,


3

h.1). Sebaliknya risiko terjadinya aterosklerosis meningkat bersamaan

dengan pertambahan usia, riwayat keluarga, hipertensi, kebiasaan merokok,

hiperkolesterolemia, dan diabetes (Mitchell dkk 2008, h.304).

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar

dan kecil yang ditandai dengan penimbunan endapan lemak, trombosit,

neutrofil, monosit, dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan

sel endotel) dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang

paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri serebral (Corwin

2009, h.479). Pada tahun 1908, A.I. Ignatowski di Rusia melaporkan ada

kaitan antara makanan kaya kolesterol dengan kejadian aterosklerosis.

Kemudian Windaus menunjukkan bahwa lesi ateroma mengandung 6 kali

lebih banyak kolesterol bebas dan 20 kali lebih banyak kolesterol

teresterifikasi dibandingkan arteri normal (Peter 2008, h.21)

Risiko berkorelasi dengan kadar LDL serum, karena LDL membawa

70% dari total kolesterol serum, peningkatan kadar LDL berarti peningkatan

kadar kolesterol yang beredar dalam darah dan dapat mengendap dalam

dinding pembuluh darah. Kelainan herediter yang meliputi reseptor LDL

(misalnya hiperkolesterolemia familial) atau appoprotein LDL menyebabkan

kenaikan kadar LDL, hiperkolesterolemia, dan percepatan aterosklerosis

(Mitchell dkk 2008, h.304). Dari berbagai penelitian dilaporkan bahwa bukan

kolesterol total atau trigliserida, melainkan kolesterol LDL berdensitas kecil

yang berbahaya, dan kolesterol LDL yang teroksidasi paling berbahaya

karena mudah terjebak masuk ke dalam dinding pembuluh darah dan

menyebabkan plak ateroma, dan bilamana plak ateroma tersebut mengalami

peradangan, maka dinding pembuluh darah mudah menjadi tidak stabil

(Peter 2008, h.46). Penelitian membuktikan bahwa kenaikan kolesterol


4

plasma merupakan faktor risiko penting untuk berkembangnya Penyakit

Jantung Koroner (Patrick 2006, h.141).

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang

disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari terjadinya aterosklerosis

(kekakuan arteri) maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak

(plague) pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis atau tanpa

gejala klinis sekalipun (Peter 2008, h.29).

Pada awal abad ke-20, angka kematian akibat penyakit jantung koroner

meningkat tajam. Tetapi, karena kurangnya data penelitian berskala besar,

penyebab penyakit ini pada saat itu masih bersifat spekulatif. Sampai pada

pertengahan abad ke-20, National Health Institute di Amerika melakukan

sebuah studi di kota Framingham, Massachusetts, yang melibatkan 2.421

wanita dan 1.980 laki-laki yang ditindaklanjuti selama 6 tahun. Ternyata

hasilnya menunjukan bahwa hipertensi ( tekanan darah tinggi), merokok, dan

kadar kolesterol yang tinggi merupakan faktor utama penyebab penyakit

jantung koroner. Hasil studi memperkenalkan konsep baru mengenai faktor

risiko di dunia kedokteran. Dalam kaitannya dengan penyakit jantung

koroner, faktor risiko adalah faktor yang memacu timbulnya aterosklerosis

(Peter 2008, h.30).

Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin mengetahui kadar kolesterol

LDL dalam pasien hipertensi sebagai salah satu pemeriksaan penunjang

untuk membantu memperkirakan risiko kardiovaskular (Gray dkk 2003, h.61)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengetahui

“bagaimana kadar kolesterol LDL dalam pasien hipertensi di instalasi rawat

inap Puskesmas Mojoagung, Jombang ?”


5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar

kolesterol LDL dalam pasien hipertensi di instalasi rawat inap Puskesmas

Mojoagung, Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi perkembangan ilmu kesehatan khususnya di bidang

kimia klinik.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

A. Bagi Peneliti Lain

Peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber

informasi bagi penelitian selanjutnya.

B. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi mengenai pentingnya mengetahui kadar

kolesterol LDL sebagai salah satu faktor risiko terjadinya penyakit

jantung koroner sehingga dapat meminimalisir kejadian penyakit ini.

C. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan masukan dalam rangka memberi pelayanan

kesehatan kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai