Anda di halaman 1dari 45

MANAJEMEN KEDARURATAN

SINDROMA KORONER AKUT (SKA)

Purbianto, M.Kep., Sp.KMB


Epidemiologi
Prevalensi Nasional Penyakit Jantung  7,2% (RISKESDAS 2007)
Penyakit Jantung Iskemik menduduki urutan ke tiga (8.7 %) sebagai
penyebab kematian di daerah perkotaan.
Data USA 7-8 pasien ke UGD dengan keluhan dada tidak enak, > 2 juta
(25 %) nya didiagnosis sebagai SKA (UAP - IMA).
Dari jumlah tersebut, 500 ribu penderita menjalani rawat inap dengan
UAP dan 1.5 juta dengan IMA
Dari 1.5 juta penderita IMA kira-kira 500 ribu meninggal dunia. Diantara
jumlah tersebut 250 ribu mati mendadak dalam satu jam pertama sejak
mulai serangan jantung.

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
WHO, 1997  ± 7,2 Juta penduduk dunia meninggal karena jantung koroner
(SKA), 50% kematian terjadi sebelum korban sampai dirumah sakit.
Penyebab kematian terbanyak disebabkan oleh aritmia yaitu Ventrikel fibrilasi (VF)
atau Ventrikel Takhikardia (VT) tanpa nadi. VF atau VT tanpa nadi umumya terjadi
pada jam-jam pertama setelah serangan timbul (onset)
Pengobatan terkini dalam dekade terakhir pada SKA, mengalami kemajuan
dibanding era sebelumnya, hal ini berkat terapi reperfusi cepat (Fibrinolitik dan
intervensi koroner akut - PCI) untuk membuka sumbatan/oklusi arteri koroner.
Kunci penting ketepatan dan kecepatan diagnosis dan terapi dini pada SKA

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Definsi

Sindrom klinik yang


mempunyai dasar patofisiologi
adanya erosi, fisur, ataupun
robeknya plak atheroma
sehingga menyebabkan
trombosis intravaskular 
ketidak seimbangan pasokan
dan kebutuhan oksigen miokard

IMA-EST IMA-NEST/UA

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Sindrom ini menggambar-kan
suatu penyakit yang berat,
dengan mortalitas tinggi.
Mortalitas tidak tergantung pada
besarnya prosentase stenosis
(plak) koroner, namun lebih
sering ditemu-kan pada penderita
dengan plak kurang dari 50-70%
yang tidak stabil, yakni fibrous
cap ‘dinding (punggung) plak’
yang tipis dan mudah erosi atau
ruptur

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Klasifikasi SKA
Didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan EKG dan Pemeriksaan
Biomarka, SKA Terbagi menjadi tiga, antara lain
1. Infark miokard akut dengan elevasi segment ST (IMA-EST)
Indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner
2. Infark miokard akut non elevasi segment ST (IMA-NEST)
Adanya keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segment ST
Gambaran EKG dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T atau gelombang T yang datar.
Hasil pemeriksaan biomarka jantung meningkat
3. Angina pektoris tidak stabil (APTS)
Adanya keluhan angina pektoris akut tanpa elevasi segment ST
Gambaran EKG dapat berupa depresi segmen ST, inversi gelombang T atau gelombang T yang datar.

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Plaque

IMA-EST IMA-NEST/UA
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Obstruksi parsial
Spasme Pembuluh
Trombus atau total Arteri
darah koroner
koroner

Bila meluas
Nekoris Obstruksi darah >
menyebkan Henti
miokardium 20 menit
jantung

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
memaksa miokardium Metabolisme anaerob lewat
Berkurangnya O2 miokardium mengubah metabolisme dari lintasan glikolitik sangat tidak
aerob menjadi anaerob efisien

Mengganggu fungsi ventrikel Kekuatan


kontraksi  Gabungan
Serabut memendek Efek hipoksia Energi rendah
Gerakan dinding segmen abnormal Berkurangnya energi Asam laktat  pH turun
Daya & Kecepatan berkurang
asidosis
Menonjol bila ventrikel berkontraksi

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Berkurangnya daya kontraksi & gangguan gerakan jantung 
Perubahan hemodinamika ( ringan TD dan denyut jantung)
Fungsi ventrikel   CO
 pengosongan ventrikel saat sistole  meperbesar volume ventrikel 
Tekanan jantung kiri  yg diperberat oleh perubahan daya kembang
dinding jantung yg tidak lentur.
 TD  tanda miokardium yg terserang luas atau adanya respon vagus
Serangan iskemia akan mereda dalam beberapa menit, bila
keseimbangan suplai dan kebutuhan sudah diperbaiki

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi Oksigen

Faktor-faktor yang berpengaruh pada  Hal-hal yang berpengaruh pada


kebutuhan oksigen miokard suplai oksigen ke miokard
Frekuensi nadi Aliran darah koroner
Kontraktilitas Kadar Hb
Beban jantung Ventilasi paru
Besarnya miokard

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Prinsip Penting…!!!
Prinsip "Menjaga keseimbangan antara Obat-obat bekerja mencapai
kebutuhan dan supali oksigen". sasaran dg cara
Tujuan "Memperbaiki ketidakseimbangan 1.  Kebutuhan O2 miokard
antara kebutuhan dan suplai O2
miokardium 2.  aliran darah ke miokard
 dilatasi koroner
Pemulihan keseimbangan dapat dicapai 3. Kombinasi :  Kebutuhan
dengan... O2 miokard  aliran darah
1.  kebutuhan O2 ke miokard  dilatasi
koroner
2.  supali O2
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Faktor Risiko
1.
1. Kolesterol
Kolesterol Serum
Serum Tinggi
Tinggi 2. Tekanan Darah Tinggi
●Peningkatan
●Peningkatan kadar
kadar kolesterol
kolesterol dapat
dapat memicu
memicu
timbulnya
timbulnya PJK
PJK ●Peningkatan tekanan darah membuat pembuluh darah
secara terus menerus mengalami peregangan sehingga
●Dua
●Dua macam
macam lipoprotein
lipoprotein LDL
LDL (bad
(bad fat)
fat) dan
dan HDL
HDL terjadi aterosklerotik dimana pembuluh darah menjadi
(good
(good fat)
fat) menyempit, tebal dan menurunnya elastisitas pembuluh
darah koroner
●Hipertensi menetap yang disertai dengan peningkatan
tahanan perifer menyebabkan gangguan pada edotelium
pembuluh darah, mendorong plasma dan lipoprotein
kedalam intima dan subintima pembuluh darah dan
menimbulkan pembentukan PLAQUE
●Peningkatan tekanan darah juga menyebabkan hiperplasia
otot polos,yang membentuk jaringan parut intima dan
mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan
penyempitan lumen

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
3. Merokok 4. Kadar Gula Darah Tinggi
●Asap
●Asap rokok
rokok dapat
dapat merusak
merusak endotelial
endotelial arteri
arteri dan
dan
menyebabkan
menyebabkan proses
proses ateroskerosis
ateroskerosis menjadi
menjadi lebih
lebih
cepat ●Kadar gula yang tinggi membuat
cepat
pembuluh darah menjadi lebih kecil
●Merokok
●Merokok dapat
dapat menurunkan
menurunkan kadar
kadar HDL
HDL (good
(good fat)
fat)
●Mengurangi
●Kekentalan darah meningkat
●Mengurangi kadar
kadar antioksidan
antioksidan tubuh
tubuh untuk
untuk proteksi
proteksi
jantung
jantung

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
5. Obesitas 6.
6. Stress
Stress

●Perilaku
●Perilaku idividu
idividu dengan
dengan tipe
tipe A
A :: perfeksionist,pekerja
perfeksionist,pekerja
●Memicu
●Memicu terjadinya
terjadinya peningkatan
peningkatan LDL
LDL (bad
(bad berat,pemarah.
berat,pemarah.
fat)
fat) sebagai
sebagai penyebab
penyebab ateroskelosis
ateroskelosis
●Menstimulasi
●Menstimulasi sistim
sistim saraf
saraf simpatis
simpatis merangsang
merangsang
●Berhubungan
●Berhubungan erat
erat dengan
dengan hipertensi
hipertensi pengeluaran
pengeluaran adrenalin
adrenalin memyebabkan
memyebabkan denyut
denyut nadi
nadi yang
yang
meningkat
meningkat dan
dan meningkatnya
meningkatnya kerja
kerja jantung
jantung sehingga
sehingga
kebutuhan
kebutuhan oksigen
oksigen meningkat
meningkat

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
7. Kurang Aktivitas

●Belum jelas hubungannya


●HDL meningkat pada individu
dengan aktivitas fisik yang
adekuat dan teratur
●Meningkatkan kolateral
pembuluh darah

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Pengkajian

Diagnosis IMA menurut kriteria WHO ditegakan


Bila ada 2 dari 3 keadaan

1. Nyeri dada (Angina Pektoris)


2. Perubahan EKG
3. Peningkatan serum kardiak ( Cardiac Marker )

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
18
1. Nyeri Dada
Keluhan angina berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal,
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu,
atau epigastrium.
Keluhan dapat berlangsung intermiten (beberapa menit) atau
persisten (>20 menit).
Keluhan angina sering disertai keluhan seperti diaforesis
(keringat dingin), mual/muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dan
sinkop.
Faktor pencetus: latihan fisik, stres emosi, udara dingin atau
sesudah makan

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
19
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
2. Elektrokardiogram
Pemeriksaan EKG harus segera dalam 10 menit sejak kedatangan pasien. Jika pemeriksaan awal
EKG, belum menggambarkan adanya STEMI, tetapi pasien tetap simtomatik dan terdapat kecurigaan
kuat STEMI, maka EKG serial dengan interval 5-10 menit harus dilakukan untuk mendeteksi potensi
perkembangan elevasi segmen ST
Selama fase awal IMA gambara EKG berupa hiperakut T, dimana gelombang T tinggi dan sempit.
Selanjutnya setelah beberapa jam atau hari akan diikuti elevasi segmen ST. Tahap akhir dari evolusi
IMA adalah munculnya gelombagn Q patologis (Morton, 2005 dalam Morton, P.G, et al, 2005).
Akut miokard injuri dapat dilihat dari gambaran segmen ST elevasi, ST elevasi bermakna bila pada
standar lead > 1 mm dan prekordial > 2 mm dari garis isoelektrik. Jika injuri menetap, akan menjadi
miokard infark.
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST, mengalami evolusi menjadi
gelombang Q, yang akhirnya didiagnosis infark mikard gelombang Q, dan sebagian kecil menetap
menjadi infark miokard non Q.
Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi bersifat sementara atau ditemukan banyak kolateral,
biasanya tidak ditemukan (Idrus. A dalam Sudoyo A.W, 2006).

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Gambaran EKG

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
ST elevasi bermakna bila
Standar lead > 1 mm
Prekordial > 2 mm dari garis isoelektrik.
Jika injuri menetap, akan menjadi miokard infark

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Lead ekstremitas memotret jantung dengan arah vertikal
Lead dada memotret jantung dengan arah horizontal

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Evolusi Gelombang EKG pada ST Elevasi

a. Penampilan normal
b. Beberapa jam setelah onset klinis infark ada peningkatan segmen S-T
c. Beberapa hari gelombang R telah turun dan gelombang Q abnormal telah muncul
d. Satu minggu atau lebih perubahan segmen S-T kembali sepenuhnya ke normal, gelombang R
tetap berkurang dan gelombang Q abnormal tetap ada. Inversi gelombang T yang simetris
dalam dapat berkembang pada tahap ini
e. Beberapa bulan setelah infark klinis, gelombang T secara bertahap dapat kembali normal.
Gelombang Q abnormal dan gelombang R yang berkurang tetap ada

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Pemeriksaan Laboratorium
 Kreatinin kinase-MB (CK-MB) atau troponin l/T
merupakan biomarka nekrosis miosit jantung dan
menjadi biomarka untuk diagnosis infark
miokard
 Troponin l/T sebagai biomarka nekrosis jantung
mempunyai sensitivitas dan spesivisitas lebih tinggi
dari CK-MB
 Peningkatan biomarka jantung hanya menunjukan
nekrosis miosit jantung, tetapi tidak dpt dipakai untuk
melihat penyebab nekrosis miosit (koroner / non
koroner)

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
 Pada nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau troponin l/T masih normal
dalam 4-6 jam setelah awitan, hendaknya diulang 8-12 jam setelah awitan.
Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas, maka pemeriksaan
hendaknya diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama.
Nilai normal untuk troponin T/I adalah 0,1 – 0,2 ng/dl, dan dianggap bermakna
bila > 0,2 ng/dl (Wasid, H.A, 2007).
Apabila pemeriksaan troponin tidak tersedia, dapat dilakukan pemeriksaan
CKMB. CKMB akan meningkat dalam waktu 4-6 jam, mencapai puncaknya
pada 12 jam, dan menetap sampai 2 hari.

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Faktor lain yang memperkuat diagnosis
1. Pria
2. Diketahui mempunyai penyakit aterosklerosis non-
koroner (penyakit arteri perifer I karotis)
3. Diketahui mempunyai PJK atas dasar pernah
mengalami infark miokard, bedah pintas koroner
4. Mempunyai faktor risiko: umur, hipertensi, merokok,
dislipidemia, diabetes mellitus, riwayat PJK dini dalam
keluarga

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Penatalaksanaan

Target kualitas pelayanan emergency pada IMA EST :


1. Waktu kontak medis pertama dgn perekaman EKG
 10 menit
2. Waktu kontak medis pertama hingga referfusi
pertama
a. Fibrinolisi  ≤ 30 menit
b. IKP Primer  ≤ 90 menit, 120 menit bila harus transfer
ke fasilitas IKP

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Tindakan umum dan Langkah Awal
1.
1. Tirah
Tirah baring
baring (IC)
(IC)
2.
2. Ukur
Ukur saturasi
saturasi Oksigen
Oksigen (IC)
(IC)
a.
a. SaO2
SaO2 << 90%
90% atau
atau PaO2
PaO2 << 60
60 mmHg
mmHg (IC)
(IC) indikasi
indikasi pemberian
pemberian Oksigen
Oksigen
b.
b. SaO2 90% 
SaO2 >> 90%  tidak
tidak diindikasikan
diindikasikan untuk
untuk pemberian
pemberian oksigen
oksigen
3.
3. Aspirin
Aspirin 160
160 -- 320 mg 
320 mg  yang
yang tidak
tidak bersalut
bersalut lebih
lebih diutamakan
diutamakan
4.
4. Penghambat
Penghambat resepto
resepto Adenosin
Adenosin diposfat
diposfat (ADP)
(ADP)
a.
a. Dosis
Dosis awal
awal tricagrelor
tricagrelor dianjurkan
dianjurkan 180
180 mg
mg dilanjutkan
dilanjutkan dengan
dengan dosis
dosis
perawatan
perawatan 22 xx 90
90 mg/hari
mg/hari (IB)
(IB) atau
atau
b.
b. Dosis
Dosis awal
awal Clopidogrel
Clopidogrel 300
300 mg,
mg, dengan
dengan dosis
dosis pemeliharaan
pemeliharaan 75
75 mg/hari
mg/hari
(IC)
(IC)

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
5. Nitrogliserin (NTG) untuk nyeri dada yang masih
berlangsung saat tiba di IGD. Nyeri dada yang tdk
hilang dengan 1 kali pemberian dapat diulang setiap 5
menit maksimal 3 kali pemberian. NTG intravena
diberikan jika 3 kali dosis sublingual tidak responsif
(IC)
6. Morfing sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-
30 menit, bagi pasei yang tidak responsif dengan terapi
3 dossi NTG sublingual

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Diagnosis
Keperawatan

Standar
Luaran Intervensi
Keperawatan

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Nyeri Akut (D.0077)
Gejala dan tanda mayor
Definisi
Subjektif Objektif
Pengalaman sensori atau emosional yang
1. Mengeluh nyeri 1. Tampak meringis
berkaitan dengan kerusakan jaringan 2. Bersikap protekstif (waspada, posisi menghindar
aktual atau fungsional dengan omset nyeri)
3. Gelisah
mendadak atau lambat dan berintensitas 4. Frekuensi nadi meningkat
ringan hingga berat yang berlangsung 5. Sulit Tidur
kurang dari 3 bulan Gejala dan tanda minor
1. Tekanan darah 
Penyebab   2. Pola nafas berubah
3. Berfokus pada diri sendiri
1. Agen pencedera fisiologis (inflamasi, 4. Diaforesis
iskemia, neoplasma) 5. Warna kulit pucat dan/atau sianosis
2. Agen pencedera kimiai (terbakar, bahan Kondisi Klinis Terkait 1. Kondisi pembedahan
kimia iritan) 2. Cedera traumatis
3. Infeksi
3. Agen pencedera fisik (abses, amputasi, 4. Sindroma koroner akut
terpotong

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Standar luaran Tingkat nyeri (L.08065)
Definisi Cukup Cukup meningk
Kriteria hasil Turun
turun
Sedang
Meningkat at
Pengalaman sensori atau Keluhan nyeri 5 4 3 2 1
emosional yang berkaitan
gelisah 5 4 3 2 1
dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan mual 5 4 3 2 1
omset mendadak atau lambat muntah 5 4 3 2 1
dan berintensitas ringan hingga Skala nyeri 5 4 3 2 1
berat

Cukup
memb Cukup Membai
Kriteria hasil membu Sedang
Ekpetasi uruk
ruk
Membaik k

Menurun Pola nafas 1 2 3 4 5


Tekanan darah 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Intervensi Nyeri Akut
Intervensi Utama
1. Manajemen nyeri
2. Pemberian analgesik

Intervensi Pendukung
1. Edukasi aktivitas istirahat
2. Edukasi manajemen nyeri
3. Pemantauan nyeri
4. Pemberian obat
5. Terapi akupresur
6. Terapi sentuhan
7. Manajemen kenyamanan lingkungan

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Intervensi : Manajemen Nyeri 1.08238
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan onset
mendadak atau lambat danberintensitas ringan hingga berat dan konstan

Observasi
Observasi Terapeutik
Terapeutik Edukasi

1.
1. Identifikasi
Identifikasi lokasi,
lokasi, karakteristik,
karakteristik, durasi,
durasi, frekuensi,
frekuensi, 1.Berikan
1.Berikan teknik
teknik nonfarmakologis
nonfarmakologis untuk
untuk 1. Jelaskan penyebab,
kualitas,
kualitas, intensitas
intensitas nyeri
nyeri mengurangi
mengurangi rasa rasa nyeri
nyeri (mis.
(mis. TENS,
TENS, periode, dan pemicu nyeri
2.
2. Identifikasi
Identifikasi skala
skala nyeri
nyeri hipnosis,
hipnosis, akupresur,
akupresur, terapi
terapi musik,
musik, 2. Jelaskan strategi
3. biofeedback,
biofeedback, terapi
terapi pijat,
pijat, aromaterapi,
aromaterapi, meredakan nyeri
3. Identifikasi
Identifikasi respon
respon nyeri
nyeri non
non verbal
verbal
teknik 3. Anjurkan memonitor nyeri
4.
4. Identifikasi
Identifikasi faktor
faktor yang
yang memperberat
memperberat & & memperingan
memperingan teknik imajinasi
imajinasi terbimbing,
terbimbing, kompres
kompres
secara mandiri
nyeri
nyeri hangat/dingin)
hangat/dingin) 4. Anjurkan menggunakan
5.
5. Identifikasi
Identifikasi pengetahuan
pengetahuan dan dan keyaninan
keyaninan tentang
tentang nyeri
nyeri 2.Kontrol
2.Kontrol lingkungan
lingkungan yangyang memperberat
memperberat analgetik secara tepat
6.
6. Identifikasi
Identifikasi pengaruh
pengaruh budaya
budaya terhadap
terhadap respon
respon nyeri
nyeri rasa
rasa nyeri
nyeri (mis.
(mis. suhu
suhu ruangan,
ruangan, 5. Ajarkan teknik
7.
7. Identifikasi
Identifikasi pengaruh
pengaruh nyeri
nyeri pada
pada kualitas
kualitas hidup
hidup pencahayaan,
pencahayaan, kebisingan)
kebisingan) nonfarmakologis untuk
8. 3.Fasilitasi
3.Fasilitasi Istirahat
Istirahat dan
dan tidur
tidur mengurangi rasa nyeri
8. Monitor
Monitor keberhasilan
keberhasilan terapi
terapi komplementer
komplementer yangyang
4.Pertimbangkan
4.Pertimbangkan jenis jenis dan
dan sumber
sumber nyeri
nyeri 6. KolaborasiKolaborasi
sudah
sudah diberikan
diberikan
dalam pemberian analgetik, jika
9.
9. Monitor
Monitor efek
efek samping
samping penggunaan
penggunaan analgetik
analgetik dalam pemilihan
pemilihan strategi
strategi meredakan
meredakan nyeri
nyeri
perlu

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Penurunan Curah Jantung (D.0008)
Gejala dan tanda mayor
Definisi Subjektif Objektif
Ketidakadekuatan jantung 1. Perubahan iram jantung  1. Bradikardia/takikardia
palpitasi 2. Gambaran EKG aritmia atau gangguan konduksi
memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. 1. Edema
2. Perubahan preload lelah
2. Distensl vena jugularis
3. Centia/ venous pressure (CVP)  atau 
Penyebab 3. Perubahan afterload  Dispnea 1. Tekanan darah  atau 
  2. Nadi perifer teraba lemah
1. Perubahan irama jantung 3. Capillary refil time > 3 detik
4. Oliguria
2. Perubahan frekuensi jantung 5. Warna kulit pucat dan/atau sianosis

3. Perubahan kontraktilitas Perubahan kontraktilitas 1. Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4


1. Paroxysmal nocturnal dyspnea 2. Ejection fraction (EF) 
4. Perubahan preload
(PND)
5. Perubahan afterload 2. Ortopnea dan Batuk

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Gejala dan Tanda minor
Subjektif Objektif Kondisi Klinls Terkait
Perubahan preload 1. Murmur jantung, 1. Gagal jantung kongestif
2. Berat badan bertambah 2. Sindrom koroner akut
3. Pulmonary artery wedge pressure (PAWP)  3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
Perubahan afterload 1. Pulmonary vascular resistance (PVR)  atau  5. Stenosis aorta
2. Systemic vascular resitance (SVR)  atau  6. Regurgitasi aorta
3. Hepatomegali 7. Stenosis trikuspidal
8. Regurgitasi trlkuspidal
Perubahan kontraktilitas 1. Cardiac index (Cl) menurun 9. Stenosis pulrnonal
2. Left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun 10. Regurgitasi pulmonal
3. Stroke volume index (SVI) menurun 11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan
Perilaku/emosional
1. Cemas
2. Gelisah

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Standar luaran Curah Jantung (L.2008)
Definisi Cukup Cukup meningk
Kriteria hasil Turun
turun
Sedang
Meningkat at
Ketidakadekuatan jantung Kekuatan nadi perifer 1 2 3 4 5
memompa darah untuk EJection fractian (EF) 1 2 3 4 5
memenuhi kebutuhan
Cardiac index (Cl) 1 2 3 4 5
metabolisme tubuh
Left ventricular stroke work index
1 2 3 4 5
(LVSWI)
Stroke volume index (SVI) 1 2 3 4 5
Ekpetasi
Meningkat Cukup Cukup meningk
Kriteria hasil Turun
turun
Sedang
Meningkat at
Garnbaran EKG aritmia 5 4 3 2 1
Dispnea 5 4 3 2 1
Ortopnea 5 4 3 2 1
Kelelahan 5 4 3 2 1

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Intervensi : Perawatan Jantung Akut (1.02076)
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola pasien yang baru mengalami episode ketidakseim-banqan antara
ketersediaan dan kebutuhan oksigen miokard
Observasi Terapeutik

1. ldentifikasi karakteristik nyeri dada (faktor pemicu dan 1. Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
pereda, kualitas, lokasi, radiasi, skala, durasi dan frekuensi)
2. Pasanq akses intavena
2. Monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan ST dan T
3. Puasakan hingga bebas nyeri
3. Monitor aritmia (kelainan lrama dan frekuensi)
4. Benkan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan
4. Monitor elektrolit yg dapat meningkatkan risiko aritmia
(mis. kalium, magnesium serum) nyeri
5. Monitor enzim jantung (mis. CK, CK-MB, Troponin T, 5. Sediakan lingkungan yang kondusif untuk istirahat
Troponin I) dan pemulihan
6. Morntor saturasi oksiqen 6. Siapkan untuk menjalani intervensi koroner
7. ldentiflkasi, stratifikasi pada SKA (mis skor TIMI Killip, perkutaneus, jika perlu
crusade) 7. Beri dukungan emosional dan spiritual

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Edukasi
Edukasi

1. Anjurkan
1. Anjurkan segera
segera melaporkan
melaporkan nyeri
nyeri dada
dada
2. Anjurkan
2. Anjurkan menghindarkan
menghindarkan manuver
manuver valsava
valsava (mis:
(mis:
mengedan saat
mengedan saat BAB
BAB atau
atau batuk)
batuk)
3. Jelaskan
3. Jelaskan tindakan
tindakan yang
yang dijalani
dijalani pasien
pasien
4. Ajarkan
4. Ajarkan teknik
teknik menurunkan
menurunkan kecemasan
kecemasan dan
dan ketakutan
ketakutan

Kolaborasi
Kolaborasi
1. Pemberian
1. Pemberian antiplatelet,
antiplatelet, jika
jika perlu
perlu
2. Pemberian
2. Pemberian anti
anti angina
angina (mis
(mis :: Nitrat)
Nitrat)
3. Pemberian
3. Pemberian obat
obat mencegah
mencegah valsva
valsva manuver
manuver
4. Pencegahan
4. Pencegahan trombus
trombus dan
dan antikoagulan
antikoagulan
5. Pemeriksaan
5. Pemeriksaan X-ray
X-ray dada
dada

Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri
Poltekkes T.Karang
Profesional, unggul dan Mandiri

Anda mungkin juga menyukai