Oleh:
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S. Kep
NIM. 2030913310077
Oleh:
Mengetahui,
Koordinator Stase
A. LATAR BELAKANG
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
keduaduanya. Biasanya kekeruhan lensa mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
(sidrata ilyas.,2009). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa
yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak biasanya
terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat
oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. (Amin
Huda Nurarif.,2015)
Menurut hasil Riskesdas (2013) prevalensi katarak nasional adalah 5,5 %
dengan pravelensi tertinggi juga ditemukan di bali (11,0%), diikuti oleh DI
Yogyakarta (10,2%) dan Sulawesi selatan (9,4%). Pravelensi kekeruhan kornea
terendah dilaporkan papua barat (2,0%) diikuti DKI Jakarta (3,1%). Katarak
disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya. katarak bisa disebabkan oleh: penyakit keturunan penuaan
cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid). kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih abu-abu. pada mata akan tampak kekeruhan
lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti kortek dan nukleus.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Katarak Senilis
2. Tujuan Khusus
C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi serta masalah yang
mungkin terjadi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan
laporan asuhan keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan
tentang katarak senilis
b. Bagi Masyarakat Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuaan masyarakat tentang katarak senilis
c. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pustaka yang dapat
memberikan gambaran pengetahuan mengenai katarak senilis
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau
keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta
erbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu,
dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).
D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana cara
pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan
konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang
isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi
untuk: (1) karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu
atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap
mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan
lain (unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.
e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria
5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang
subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument
yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga
yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana
tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
A. Manifestasi Klinis
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang di akibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak tampak dengan
oftalmoskop. Sehingga memiliki beberapa tanda yang meliputi :
1. penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur,
buram. Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau
seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca
atau beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyaman
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat dengan hanya dengan satu mata, bayangan benda atau
cahaya terlihat ganda.(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma.,
2015).
B. Pemeriksaan Penunjang
10. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat dignostik. Bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
d. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan katarak
adalah pendidikan kesehatan beberapa hal yang perlu
disampaikan pada pasien katarak adalah :
1. Penyakit katarak (pengertian tanda dan gejala penyebab
patofisiologi dan test diagnosis.)
2. Mengubah pola kebiasaan pasien yang dapat berdampak bagi
kesehatan matanya
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang disebabkan oleh
katarak.
4. Memanagement makanan yang baik untuk penderita katarak
dan apa saja yang harus penderita hindari.
5. Melakukan perawatan mata secara mandiri dengan apa yang
sudah diajarkan oleh perawat.
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal
Penjelasan:
Tn. A merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan merupakan kepala
keluarga. Saat ini Tn. A tinggal bertiga di rumahnya bersama dengan istri
dan keponakannya.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu keluarga tradisional dengan pasangan usia pertengahan
atau lansia, dan tinggal dengan satu orang keponakannya (extended family)
3. Suku Bangsa
Tn. A bersuku jawa, sedangkan Ny. S bersuku Dayak Pontianak
4. Agama
Keluarga Tn. A bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
saat dikaji Tn. A dan istri rutin melakukan sholat wajib 5 waktu.
5. Kebiasaan Diet
Tn. A dan keluarga biasanya makan nasi beserta lauk pauknya 2 – 3 kali
sehari. Saat dilakukan pengkajian, ny. S mengatakan bahwa keluarga
sangat jarang makan makanan cepat saji atau membeli makanan di luar.
Diet keluarga juga terdiri dari makanan yang sehat dan seimbang seperti
sayuran, ikan, daging, telur dan lain-lain. Ny. S mengatakan makan di luar
rumah/tidak memasak hanya 1 – 2 kali dalam sebulan, kadang tidak ada
samasekali, sehingga makanan yang dimakan terjamin dan lebih sehat. Air
minum yang dikonsumsi berasal dari sumur, dan tidak pernah
mengkonsumsi air galon. Tn. A mengatakan dulu pernah ada orang datang
untuk memeriksa kandungan dari air sumurnya, dan pHnya dikatakan
lebih baik dari air galon yang biasa dijual.
6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
Penghasilan keluarga diperoleh dari pekerjaan suami yaitu pekerja swasta.
Tn. A memiliki bengkel di depan rumah, serta beberapa usaha lain seperti
kebun dan kos-kosan. Penghasilan keluarga berkisar antara Rp. 6.000.000
– Rp. 8.000.000 per bulan.
7. Rekreasi keluarga
Ny. S mengatakan cukup jarang melakukan rekreasi, namun jika
berekreasi keadang pergi ke tempat wisata setempat seperti Kiram Park.
Rekreasi biasanya dilakukan bersama dengan keluarga besar, yaitu anak-
anak dan cucunya.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. A berada pada tahap VII, yaitu keluarga dengan usia
pertengahan. Tugas perkembangan keluarha pada tahap ini yaitu
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti, dan
memenuhi kebutuhan promosi kesehatan.
b. Tugas Perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi
9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Tn. A Tn. A tidak memiliki riwayat Saat ini Tn. A merasa sehat
penyakit seperti jantung atau dan tidak ada keluhan yang
diabetes mellitus, namun berarti, namun saat dilakukan
mengatakan dulu pernah pemeriksaan fisik,
mengalami kecelakaan saat didapatkan tekanan darah
muda hingga kakinya patah. 140/90 mmHg. Tn. A juga
mengatakan jika tidak
mengontrol dietnya, maka
tekanan darahnya akan naik
dan pernah mencapai
180/110 mmHg.
Ny. S Ny. S tidak memiliki penyakit Kesehatan Ny. S saat ini
kronis seperti DM dan sedang sehat dan dapat
hipertensi, ataupun penyakit beraktivitas seperti biasanya.
lainya. Ny. S mengatakan Namun mengatakan agak
dulu saat masih muda sedikit pilek dan beberapa
memiliki tekanan darah yang hari yang lalu sempat
rendah, yaitu berkisar antara meriang dan demam. Ny. S
90/70 mmHg hingga pernah juga mengatakan matanya
menurun ke 80 mmHg. terdapat lapisan katarak yang
tipis dan kabur jika melihat
objek yang jauh, dan lensa
mata agak keruh, saat ini
tidak memakai kacamata, dan
hanya menggunakan obat
tetes mata yang dibeli di
apotek. Saat ini Ny. S
mengatakan cukup cemas
jika pandangannya akan
semakin kabur.
Kolam Ikan
Kamar kos Kamar kos Kamar kos
Kamar kos
Teras
Kamar Ruang depan
mandi makan
Dapur
WC
WC
Ket:
: Pintu : Jendela
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa
Tn. A tinggal di daerah perkotaan, akses menuju rumah sangat
mudah bisa dilalui roda dua dan roda 4, jalan menuju rumah Tn. A
beraspal, mayoritas warga bekerja sebagai pegawai swasta dan PNS dan
rata-rata berpenghasilan menengah ke atas.
Fasilitas yang ada di komunitas adalah mushola dan masjid yang
jaraknya dekat dari kos Tn. A, terdapat banyak warung/toko sembako.
Terdapat pasar yang terletak sekitar 4 km dari kos, serta Puskesmas
yang berjarak 2 km.
Rumah tn. A berada dalam satu lingkungan dengan 7 kamar kos,
2 kamar untuk laki-laki dan 5 kamar kos perempuan yang terpisah.
Rata-rata penghuni kos adalah mahasiswa.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. A sudah tinggal di rumah ini semenjak menikah,
dulunya tinggal di rumah masing-masing. Tn. A di Jawa dan Ny. S di
Pontianak.
d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga diperoleh dari pekerjaan suami yaitu pekerja swasta.
Tn. A memiliki bengkel di depan rumah, serta beberapa usaha lain seperti
kebun dan kos-kosan. Penghasilan keluarga berkisar antara Rp. 6.000.000
– Rp. 8.000.000 per bulan.
e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. A bersama dengan Ny. S dan Ny. L memenuhi kebutuhan
keluarganya mulai dari tempat tinggal, hingga makanan, pakaian, serta
kebutuhan lainnya.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang dengan saling berkumpul
saat bersama, makan bersama, dan kadang-kadang berekreasi.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Tn. A sudah baik dari
pola diet dan aktivitas, namun untuk pemeriksaan kesehatan secara
rutin dan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada harus ditingkatkan
lagi.
f. Fungsi Pendidikan
Tn. A berpendidikan STM, dan Ny. S SMA, Ny. L masih berkuliah, dan
anak-anak dari Tn. A sudah berpendidikan dengan jenjang S1
g. Fungsi Religius
Keluarga Tn. A mengganggap agama sebagai suatu hal yang sangat
penting dan utama dalam hidup.
15. Pemeriksaan - -
Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos Kesadaran kompos
Umum mentis mentis
4. APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
1 Adaptasi (teman – teman) saya untuk membantu pada waktu 2
sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman)
2 Hubungan saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga (teman – teman) saya
3 Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan saya untuk 2
melakukan aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi – emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya
5 Pemecahan menyediakan waktu bersama – sama 2
Total 10
Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0
DO:
1) Hasil pemeriksaan TD Tn.
A 140/90 mmHg
2) Hasil pemeriksaan mata Ny.
S terdapat lapisan tipis dan
lensa mata keruh
3) Defisiensi Pengetahuan
Total 4,00
2. Hambatan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
b.d Gejala terkait selama 1 kali pertemuan, diharapkan 1. Sesuaikan pencahayaan, berikan
penyakit (katarak) hambatan rasa nyaman pada Ny. S bisa pencahayaan yang adekuat pada bagian
diatasi atau berkurang dengan kriteria: yang gelap di dalam rumah, hindari
NOC: Status Kenyamanan: cahaya langsung pada mata
Lingkungan Manajemen Lingkungan: Keselamatan
1. Pencahayaan ruangan meningkat dari 1. Modifikasi lingkungan yang lebih
skala 3 menjadi skala 5 aman, dengan menyingkirkan barang di
lantai, dan menjaga agar lantai tidak
2. Adaptasi lingkungan yang licin serta hal lain yang dapat
dibutuhkan, yaitu kebersihan dan meningkatkan risiko jatuh atau cedera
kerapian perabotan, lantai yang tidak
licin, dan tidak adanya barang yang
berserakan di lantai dapat
dipertahankan pada skala 5
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
No Diagnosis Hari/
Paraf
Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
/Jam
1. Defisiensi Kamis/1 NIC: S:
Pengajaran: Proses penyakit 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bersedia untuk
Pengetahuan 8
(5602) diberikan penyuluhan terkait katarak
b.d kurang Agustus 1. Mengkaji tingkat pengetahuan 2) Ny. S mengatakan penglihatannya memang semakin
klien terkait dengan proses memburuk, dikatakan jika melihat seseorang dari
informasi & 2021/
penyakit jauh, maka tidak akan bisa mengenali orang tersebut
kurang minat 17.00 2. Menjelaskan materi penyuluhan kecuali mendengar suaranya
meliputi; pengertian katarak, 3) Ny. S mengatakan takut untuk memeriksakan diri ke
untuk belajar
tanda dan gejala katarak, rumah sakit
penyebab katarak 4) Tn. A mengatakan sudah menyuruh Ny. S untuk
penatalaksanaan dan perawatan memeriksakan kondisi matanya namun Ny. S tidak
katarak, dan dampak apabila mau
katarak tidak ditangani 5) Ny. S mengatakan tidak banyak mengetahui tentang
3. Mengidentifikasi kemungkinan katarak
penyebab 6) Ny. S menanyakan terkait pengobatan apa yang bisa
4. memberikan informasi pada dilakukan untuk menghilangkan katarak
klien mengenai penyakitnya 7) Ny. S mengatakan akan mencoba untuk
5. Mendiskusikan mengenai memeriksakan kondisi matanya jika memang
penanganan yang akan penglihatannya semakin memburuk
diberikan untuk mengatasi 8) Ny. H mengatakan bersedia diberikannya penyuluhan
katarak terkait pengajaran latihan untuk hipertensi
Pengajaran: Prosedur/Perawatan O:
(5618) 1) Ny. S dan Tn. A tampak memperhatikan saat
1. Menginformasikan kepada diberikan penyuluhan
pasien mengenai tindakan apa 2) Ny. S dapat mengulang kembali apa yang
saja yang bisa dilakukan untuk disampaikan
mengurangi masalah 3) Pengetahuan Ny. S meningkat setelah diberikan
2. mendiskusikan dengan klien penyuluhan
mengenai pilihan tindakan yang
memungkinkan untuk
mengatasi masalah A:
3. mengajarkan kepada keluarga Masalah Defisiensi Pengetahuan
cara melakukan perawatan pada NOC:
klien, seperti dengan mengatur Pengetahuan: Proses Penyakit (1803)
pola makan, memberikan 1) Tujuan 1: tercapai dari skala 1 ke skala 3
tempat yang nyaman dengan 2) Tujuan 2: tercapai dari skala 2 ke skala 3
penerangan yang cukup, 3) Tujuan 3: tercapai dari skala 1 ke skala 3
penggunaan kacamata yang 4) Tujuan 4: belum tercapai dari skala 1 ke skala 2
gelap jika beraktivitas diluar Pengetahuan: Manajemen Penyakit Akut (1844)
ruangan saat terik, dan dorong 1) Tujuan 1: tercapai dari skala 1 ke skala 3
keluarga membawa klien untuk 2) Tujuan 2: tercapai dari skala 1 ke skala 3
memeriksakan kondisinya ke 3) Tujuan 3: belum tercapai dari skala 1 ke skala 2
fasilitas kesehatan agar bisa P: Lanjutkan intervensi
ditangani dengan tepat 1) Evaluasi kembali mengenai pengetahuan dari
4. mengajarkan kepada pasien penyuluhan yang diberikan dengan menanyakan
mengenai pola kebiasaan yang kembali pertanyaan yang ditanyakan pada saat
dapat memperparah kondisi, evaluasi penyuluhan
dan dorong klien dan keluarga 2) Jelaskan kembali materi penyuluhan yang belum
untuk mengubah kebiasaan dimengerti/tidak diingat jika diperlukan
tersebut jika ditemukan
2 Ketidakefektif- Kamis/ Pendidikan Kesehatan (5510) S:
1) Mengidentifikasi faktor 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bahwa tidak pernah
an 18
pemeliharaan Agustus internal dan eksternal yang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan
dapat meningkatkan atau 2) Tn. A mengatakan lebih memilih untuk meminum
kesehatan b.d 2021/
mengurangi motivasi untuk jamu, dan bisa membaik
strategi koping 16.30 perilaku sehat. 3) Tn. A mengatakan dahulu pernah ada puskesmas
2) Mengidentifikasi sumber daya keliling dan pernah melakukan pemeriksaan tekanan
tidak efektif
(tenaga, ruang, uang, lain-lain) darah, dengan hasil 160/100 mmHg
yang diperlukan untuk 4) Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
melaksanakan program mendapatkan hasil yang cukup tinggi
3) Membuat isi pendidikan (150/100mmHg) Tn. A mengatakan akan membeli
kesehatan sesuai dengan jamu untuk mengatasinya
kemampuan kognitif, 5) Saat disarankan untuk menjaga diet dan mengurangi
psikomotor dan afektif klien. konsumsi garam Tn. A mengatakan akan mencoba
4) Memberikan pendidikan untuk melakukannya, namun memang sulit
kesehatan tentang pentingnya 6) Setelah diberikan penyuluhan, Ny. S mengatakan
memeriksakan diri, dan akan mencoba untuk memeriksakan diri ke rumah
mengunjungi fasilitas sakit terkait gangguan penglihatannya
kesehatan jika diperlukan 7) Ketika didorog untuk rutin memeriksakan kesehatan
5) Memberikan pendidikan ke rumah sakit atau puskesmas, keluarga mengatakan
kesehatan tentang strategi bersedia melakukannya
pemeliharaan kesehatan 8) Saat dilakukan pemeriksaan gula darah Ny. S
6) Melibatkan anggota keluarga mengatakan keluarga tidak terlalu mengkonsumsi
dalam proses intervensi banyak gula, gula kemasan 1 kg pun sangat lambat
Skrining Kesehatan (6520) habis
1) Menjadwalkan pertemuan
untuk meningkatkan efisiensi O:
dan perawatan individual 1) Ny. S dan Tn. A tampak memperhatikan saat
2) Melakukan pengkajian fisik diberikan pendidikan kesehatan
yang sesuai (pemeriksaan 2) Hasil pemeriksaan Gula darah Ny. S; 126 mg
fisik mata) 3) Hasil pemeriksaan Gula darah Tn. A; 163 mg
3) Mengukur tekanan darah dan 4) Saat dilakukan pemeriksaan gula darah, Tn. A dan
kadar glukosa darah Ny. S sehabis makan 4 jam yang lalu, dan saat
diperiksa sambil memakan kue
5) Hasil pemeriksaan TD Ny. S: 110/80 mmHg
6) Hasil pemeriksaan TD: Tn. A: 150/100 mmHg
A:
Masalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
NOC: Perilaku Pencarian Kesehatan
1) Tujuan 1: tercapai dari skala 2 ke skala 3
2) Tujuan 2: belum tercapai, bertahan pada skala 1
3) Tujuan 3: belum tercapai, meningkat dari skala 1 ke
skala 2
P: Lanjutkan intervensi
1) Evaluasi kembali mengenai pengetahuan dari
pendidikan kesehatan yang diberikan dengan
menanyakan kembali pertanyaan yang ditanyakan
pada saat evaluasi penyuluhan
2) Lanjutkan memotivasi keluarga untuk memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan
3) Monitor tekanan darah Tn. A
Manajemen Lingkungan: S:
Kenyamanan 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bahwa pencahayaan
1. Sesuaikan pencahayaan, di dalam rumah memang sedikit gelap jika lampu
berikan pencahayaan yang tidak dihidupkan, namun jika ventilasi seperti jendela
adekuat pada bagian yang gelap dan pintu dibuka maka ruangan akan mendapatkan
di dalam rumah, hindari cahaya pencahayaan yang baik
langsung pada mata 2) Setelah diberitahukan untuk memperbaiki
Manajemen Lingkungan: pencahayaan di rumah, keluarga mengatakan akan
Keselamatan membuka ventilasi jika siang hari agar cahaya masuk
1. Modifikasi lingkungan yang dengan maksimal, dan untuk malam hari pencahayaan
lebih aman, dengan baik.
menyingkirkan barang di lantai, 3) Ny. S mengatakan selalu membersihkan dan
dan menjaga agar lantai tidak merapikan rumah sehingga bisa mempertahankan
licin serta hal lain yang dapat kondisi lingkungan dengan baik
meningkatkan risiko jatuh atau
cedera
O:
1) Ny. S dan Tn. A tampak mengangguk dan setuju saat
diminta untuk memperbaiki pencahayaan di dalam
rumah
2) Rumah keluarga tampak gelap saat intervensi,
kemudian Ny. S menyalakan lampu, dan
pencahayaan menjadi lebih baik
3) Rumah tampak rapi, dan tidak ada barang berserakan
di lantai, lantai tidak licin dan tidak ada hal yang
berisiko membahayakan
A:
Masalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
NOC: Perilaku Pencarian Kesehatan
4) Tujuan 1: tercapai dari skala 3 ke skala 5
5) Tujuan 2: tercapai bertahan pada skala 5
6) Tujuan 3: belum tercapai, meningkat dari skala 1 ke
skala 2
P: Intervensi dihentikan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG PENERAPAN LATIHAN FISIK DAN OLAHRAGA
PADA LANSIA DENGAN KASUS HIPERTENSI
Oleh :
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
2030913310077
Oleh :
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
2030913310077
Pembimbing Akademik
B. TUJUAN KHUSUS
1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 20 menit
3. Tanya jawab : 15 menit
4. Penutup : 5 menit
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 17.00-
2. Memperkenalkan diri salam 17.05
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
5. Menanyakan
pengetahuan Keluarga
mengenai Katarak
Penyampaia Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 17.05-
n Materi 2. Menanyakan 17.25
1. Peserta penyuluhan dapat
materi yang
memahami pengertian
belum
Katarak
dimengerti
2. Peserta penyuluhan dapat
memahami penyebab
dari Katarak
E. SETTING TEMPAT
A: Penyuluh
B: Peserta
C: Peserta
1. Pengertian Katarak
4. Penatalaksanaan Katarak
Keterangan Jawaban:
Benar :
Salah :
Lampiran II Materi
A. Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap. Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi
oleh lokasi dan densitas keburaman
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.dimana
penglihataan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh (Sidarta Ilyas., 2014).
B. Etiologi
Katarak biasanyaa terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak
bisa disebabkan oleh cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat
tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitas bisa disebabkan oleh Infeksi congenital, seperti campak jerman
yang berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia. Adapun Faktor
resiko terjadinya katarak kongenitas meliputi:
1. Penyakit metabolik yang diturunkan
2. Riwayat katarak dalam keluarga
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
4. Merokok
5. Radang mata dan trauma mata
6. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi katarak meliputi:
1. Umur
Umur adalah yang dihitung mulai dilahirkan sampai meninggal sedangkan umur
adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan
2. Pengaruh umur terhadap katarak
Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat mengganggu
penglihatandan pengelihatan kabur sampai menjadi buta.
3. Jenis kelamin
Pengaruh jenis kelamin pada katarak Kejadian pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pada pria karena padawanita terjadi monopouse. Saat itu biasanya
ada gangguan hormonal sehingga mengakibatkan jaringan tubuh menjadi mudah
rusak.
4. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung- ujung saraf
pengecap mengurangi persepsi rasa selain itu pasien yang memiliki kebiasaan
merokok dapat mengakibatkan katarak karena pengaruh dari asap rokok yang dapat
merusak mata
5. Perkerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar matahari.sinar
ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, akan diserap oleh protein lensa dan
kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas
atau sposis oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan
mempengaruhi struktur protein lensa ,selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa
yang disebut katarak.
C. Klasifikasi
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. bisanya
kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. katarak ini sering
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes
melitus, toksoplasmosis hipoparatiroidisme, galaktosemia. tindakan pengobatan pada
katarak kongenital adalah operasi yang dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau
lebih muda bila telah dapat melakukan pembiusan.
2. Katarak juvenile katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
biasanya merupakan penyullit penyakit sistemik, ataupun metabolik dan penyakit
lainnya yang meliputi : katarak diabetik dan galaktosemik (gula) katarak hipokalsemik
(tetanik) katarak defisiensi gizi katarak aminoasiduria penyakit wilson dan katarak
yang berhubungan dengan penyakit metabolik lain.
3. Katarak senil, katarak setelah 50 tahun penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Menurut konsep penuaan jaringan embrio manusia dapat membelah diri
50 kali kemudian mati. Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat
imunologik yang mengakibatkan kerusakan pada sel. menurut teori “Across-link” ahli
biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu perubahan lensa pada usia lanjut. Kekeruhan lensa dengan
nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya terjadi pada usia 60 tahun.
Katarak senil terbagi menjadi 4 stadium berdasarkan tingkat keparahannya yaitu:
1. Stadium insipient
Pada stadium ini mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti kabur, atau melihat ganda pada satu
matanya. Pada stadium ini, proses degenerasi masih belum menyerap cairan mata
ke dalam lensa sehingga terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal,
iris dalam posisi biasa serta kekeruhan ringan pada lensa.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan
lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi
miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien mengatakan tidak
perlu kacamata ketika membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong
ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada
stadium ini, terjadi glaucoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa, uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh
lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan
cairan di dalam mata sehingga ukuran mata akan menjadi normal kembali. Pada
pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata depan terbuka normal,uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat
menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapatmencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak
Morgagni). Pada stadium ini, terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks yang cair keluar masuk ke dalam bilik mata depan. Pada
stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
meyebabkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris
terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji
bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan
timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup
jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaucoma fakolitik.
4. Katarak rubela, terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer
jernih seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuclear yaitu korteks anterior dan
posterior total. Mekanisme terjadinya tidak jelas akan tetapi diketahui bahwa rubel
dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di
dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun.
A. Manifestasi Klinis
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang di akibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak tampak
dengan oftalmoskop. Sehingga memiliki beberapa tanda yang meliputi :
1. penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat dengan hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma., 2015).
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan diagnostik. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan dan sentral
pengelihatan) kemungkinan terganggu dengan kerusakan kornea lensa atau viterus
atau penyakit sistem syaraf dan jalan optik.
a. Lapang pengelihatan : penurunan disebabkan oleh masa tumor pada hipofisis otak
atau gloukoma.
f. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat dignostik. Bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.
C. Penatalaksanaan
1. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan
DG & arif,mansjoer)
2. Penatalaksanaan non bedah meliputi :
a. Terapi penyebab katarak pengontrolan diabetes militus, menghentikan
konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid,
fenotsin, dan miotik kuat menghindari iradiasi (inframerah atau sinar -x) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
b. Memperlambat progresifitas Penilaian terhadap perkembangan visus pada
katarak insipient dan imatur.
1. Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus dikoreksi
2. Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa
(area pupil masih jernih) dapat diintruksikan menggunakan pencahayaan
yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya
remang yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik
3. Penggunaan kacamata gelap: pada pasien kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktifitas diluar ruangan
4. Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
5. Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipen dan imatur ,
refraksi dapat berubah sangat cepat sehingga harus dikoreksi. (Amin Huda
Nurarif, 2015).
c. Konsep dasar kebutuhan keselamatan dan keamanan. Teori konsep kebutuhan
dasar manusia. Menurut pendapat beberapa ahli
1) Abraham maslow. Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homosietas, baik fisiologis
maupun psikologis. Adapun kebutuhan adalah suatu hal yang sangat
penting, bermanfaat atau yang sangat diperlukan untuk menjaga kehidupan
itu sendiri yang meliputi : Salah satunya kebutuhan keselamatan dan rasa
aman (safety security needs). Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang
dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi
a) kebutuhan perlindungan dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi
b) bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau
asing
d. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan katarak adalah
pendidikan kesehatan beberapa hal yang perlu disampaikan pada pasien katarak
adalah :
1. Penyakit katarak (pengertian tanda dan gejala penyebab patofisiologi dan
test diagnosis.)
2. Mengubah pola kebiasaan pasien yang dapat berdampak bagi kesehatan
matanya
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang disebabkan oleh katarak.
4. Memanagement makanan yang baik untuk penderita katarak dan apa saja
yang harus penderita hindari
5. Melakukan perawatan mata secara mandiri dengan apa yang sudah
diajarkan oleh perawat
Poster
HASIL EVALUASI PENYULUHAN
Poster
Masker
Materi Lengkap
6. Evaluasi Input
Melakukan dokumentasi
Pertanyaan Peserta
1. Apakah memang harus dioperasi untuk katarak? Ada nggak obat yang bisa
menyembuhkan?
Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Apa itu Katarak?