Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN AKHIR

STASE KEPERAWATAN KELUARGA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN KATARAK SENILIS
INSIPIEN

Oleh:
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S. Kep
NIM. 2030913310077

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN HIPERTENSI

Oleh:

Nurfiqri Ilham Zulfiqar


NIM. 2030913310077

Basawang, Juni 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase

Keperawatan Keluarga Preceptor Akademik

Kurnia Rachmawati, Ns. MNS Fatma Sayekti Ruffaida, Ns. M.N.S


NIPK. 19841112201 701209 001 NIPK. 19870215 20190 32015
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat
keduaduanya. Biasanya kekeruhan lensa mengenai kedua mata dan berjalan
progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
(sidrata ilyas.,2009). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa
yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak biasanya
terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat
oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. (Amin
Huda Nurarif.,2015)
Menurut hasil Riskesdas (2013) prevalensi katarak nasional adalah 5,5 %
dengan pravelensi tertinggi juga ditemukan di bali (11,0%), diikuti oleh DI
Yogyakarta (10,2%) dan Sulawesi selatan (9,4%). Pravelensi kekeruhan kornea
terendah dilaporkan papua barat (2,0%) diikuti DKI Jakarta (3,1%). Katarak
disebabkan oleh beberapa faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya. katarak bisa disebabkan oleh: penyakit keturunan penuaan
cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid). kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih abu-abu. pada mata akan tampak kekeruhan
lensa dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat. Kekeruhan ini juga dapat
ditemukan pada berbagai lokalisasi di lensa seperti kortek dan nukleus.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Katarak Senilis
2. Tujuan Khusus

a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan keluarga tentang Katarak


Senilis
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan kelurga tentang katarak senilis
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang katarak senilis
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga tentang hipertensi

C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi serta masalah yang
mungkin terjadi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan
laporan asuhan keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan
tentang katarak senilis
b. Bagi Masyarakat Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuaan masyarakat tentang katarak senilis
c. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pustaka yang dapat
memberikan gambaran pengetahuan mengenai katarak senilis
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau
keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta
erbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu,
dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).

B. Keluarga Sebagai Sasaran Pelayanan Keperawatan


Stuart (2001) memberikan batasan mengenai siapa saja yang disebut
keluarga. Lima sifat keluarga yang dijabarkan antara lain sebagai berikut:
1. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
2. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
3. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota keluarga
4. Setiap anggota dapat atau tidak dapat saling berhubungan dan dapat atau
tidak dapat tinggal dalam satu atap
5. Keluarga bisa memiliki anak ataupun tidak
Berikut ini merupakan latar belakang mengapa keluarga dijadikan
sebagai sasaran pelayanan keperawatan:
1. Keluarga dipandang sebagai sumber daya kritis untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan
Kasus meningkatnya angka kesakitan akibat demam berdarah
dengue (DBD) membuat pemerintah dengan gencar menggalakkan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam skala nasional. Keluarga
sebagai unitterkecil dalam masyarakat berperan dalam penyampaian
pesan betapa pentingnya PSN agar terhindar dari wabah DBD.
2. Keluarga sebagai satu kesatuan
Keluarga dipandang sebagai suatu kesatuan dari sejumlah angota
keluarga, berada dalam satu ikatan dan saling memengaruhi. Jika perawat
tidak meahami ketika melakukan pengkajian terhadap setiap anggota
keluarga, maka perawat tersebut tidak akan mendapatkan data yang
dibutuhkan, mengingat data anggota keluarga yang satu dengan yang
lainnya saling memengaruhi.
Contonya, jika salah satu anggota keluarga ingin melanjutkan
sekolah di luar negeri dan ia harus meninggalkan orang-orang yang
selama ini dianggap dekat, maka hal tersebut akan berdampak pada orang
yang meninggalkan ataupun orang-orang yang ditinggalkan (homesick
syndrome). Perubahan yang terjadi bisa dimulai dengan menurunnya
nafsu makan, kesedihan yang berlarutlarut, menurunnya prestasi belajar
dan lainnya.
3. Hubungan yang kuat dalam keluarga dengan status kesehatan anggotanya
Peran anggota keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahapan peningkatan kesehatan,
pencegahan, pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Contohnya,
keluarga yang peduli akan kesehatannya akan memperhatikan pemberian
makanan dengan gizi seimbang pada anggotanya. Memberikan imunisasi
sebagai upaya pencegahan pada anak-anaknya.
4. Keluarga sebagai tempat penemuan kasus dini
Adanya masalah kesehatan pada salah satu anggota keluarga akan
memungkinkan munculnya faktor risiko pada anggota keluarga yang
lainnya. Contohnya, dalam keluarga ditemukan kasus tuberkulosis paru
pada anak sulungnya, maka anggota keluarga yang lainnya juga berisiko
tinggi terkena penyakit sama.
5. Individu dipandang dalam konteks keluarga
Seseorang dapat lebih memahami peran dan fungsinya apabila ia
dipandang dalam konteks keluarga. Contohnya, peran seorang anak yang
sedang beranjak dewasa dan akan menikah berubah menjadi peran suami
atau calon ayah bagi keluarganya.
6. Keluarga sebagai sumber dukungan sosial bagi anggota keluarga lainnya
Dukungan sosial sangat diperlukan oleh setiap individu di dalam setiap
siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin dibutuhkan pada
saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit, disinilah peran
anggota keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan
cepat.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Keluarga


Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin
dicapai dalam memeberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, agar
keluarga tersebut dapat meningkatkan produktivitasnya, bila produktivitas
keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan meningkat pula.
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
adalah:
1. Tujuan umum: umtuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam
memelihara kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status
kesehatan keluarganya. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga
adalah ditingkatnya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatannya secara mandiri.
2. Tujuan khusus:
a. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi masalah
kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-
masalah kesehatan dasar dalam keluarga
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan dalam mengatasi
masalah kesehatan anggota keluarganya
e. Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidupnya

D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana cara 
pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan
konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang
isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi
untuk: (1) karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu
atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap
mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

E. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu
melalui tahapan sebagai berikut :
1. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
 Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan
 Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
 Membina hubungan intim yang memuaskan
 Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
 Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
 Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB,
Penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
 Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
 Membantu setiap keluarga untuk saling memahami satu sama lain.
2. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
 Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5
tahun). Klg menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
 Persiapan menjadi orang tua
 Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan
hubungan seksual
 Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
 Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi,
konseling perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan
masalah keshatan fisik secara dini.
 Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan
anak.
3. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih
majemuk dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
 Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman, membantu anak untuk sosialisasi.
 Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
 Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga,
pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
 Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar,
keracunan dan kecelakaan dan lain-lain.
4. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
 Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
 Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat
sibuk
 Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
 Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak &
dirinya
 Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi (dengan
teman sebayanya)
 Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah
(sistem sekolah)
Tugas Perkembangan Keluarga :
 Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
 Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
 Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat
termasuk biaya kesehatan.
5. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
 Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
 Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg
memungkinkan tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal
bagi remaja untuk menjadi dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
 Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
 Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
 Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
 Menyeimbangkan kebebasan dangan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
 Menfokuskan hubungan perkawinan
 Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-
anak
6. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
 Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
 Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa
berlangsung 6 - 7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
 Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru dari perkawianan anak-anaknya.
 Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
 Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami
maupun istri.
 Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
 Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
 Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi,
Kolesterol, Obesitas dan Menopause.
7. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
 Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau
kematian pasangan.
 Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir
saat masuk pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
 Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
 Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan
para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
 Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
 Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan
tidur, nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking,
pemeriksaan berkala.
 Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan
teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
8. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
 Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau
keduanya meninggal.
 Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan
(pensiun), perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial
( kematian pasangan dan teman-temannya),Kesehatan (penurunan
kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
 Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
 Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
 Mempertahankan hubungan perkawinan
 Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
 Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
 Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan dan
integrasi hidup )
F. Tipe Keluarga
1. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu:
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-
anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan
satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau
ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,
istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
2. Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak kandung atau anak angkat
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,
nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan
(2005)
a. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti
b. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersama-sama
c. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
G. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:

1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan
lain (unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.

I. Istilah dalam keluarga


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak,
bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan
lingkungan.
a. Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan,
sandang, papan, kesehatan dan KB
b. Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya
seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga,
interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi.
c. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi
d. Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang
teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi
seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
e. Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis
dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur
dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki
kepedulian sosial yang tinggi.
2. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian
masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan,
membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan
mengembangkan kualitas dan kesejahteraan keluarga, berdasarkan
kesadaran dan tanggungjawab.
a. Keluarga Mandiri Tingkat I
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

J. Peran Perawat Keluarga


1. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
agar keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah,
klinik maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan
perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada
keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti
dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite
atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian tentang kesehatan keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya
6. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja dama dengan pelayanan rumah
sakit atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan
derajat kesehatannya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan
baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
(sistem rujukan, dana sehat, dll)
8. Penemu kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak
terjadi ledakan atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat mamodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

K. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Tahap Pengkajian
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
a. Wawancara keluarga
b. Observasi fasilitas rumah
c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung
kaki)
d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap
semar dan lain-lain)
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keperawatan keluarga adalah :
a. Data Umum
1) Nama kepala keluaga
2) Usia
3) Alamat dan telepon
4) Pekerjaan kepala keluarga
5) Pendidikan kepala keluarga
6) Komposisi keluarga
7) Genogram
8) Tipe Keluarga
9) Suku bangsa
10) Agama
11) Status sosial ekonomi
12) Aktivitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti saat ini dan sebelumnya
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga komunitas
3) Mobilitas keluarga
4) Perkumpulan keluarga dari interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Pengkajian Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran
4) Nilai atau norma keluarga

e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 2/3 x 1 = Bila lansia tidak
ancaman 2/3 segera diatasi akan
kesehatan membahayakan
1 = Sejahtera lansia, karena setiap
2 = Resiko hari lansia tinggal
3 = Kurang dirumah tanpa ada
Sehat/Tidak pengawasan
Sehat
2. Kemungkina 2 2 2/2 x 2 = Penyediaan sarana
n masalah 2 mudah dan murah
dapat diubah: untuk dapat. (missal
2 = Mudah sandal karet, keset).
1 = Sebagian Perubahan bias
0 = Tidak dilaksanakan, missal
dapat diubah lantai yang licin.

3. Potensial 3 1 2/3 x 1 = Keluarga mempunyai


masalah 2/3 kesibukan yang cukup
untuk diubah: tinggi, tetapi merawat
3 = Tinggi orang tua merupakan
2 = Cukup tugas dan pengabdian
1 = Rendah seorang anak. Lagi
pula mencegah lebih
mudah dan lebih
murah dari pada
mengobati.
4. Menonjolnya 2 1 0/2 x 1 = Keluarga merasa
masalah; 1 keadaan tersebut
2 = Harus sudah berlangsung
segera diatasi lama dan lansia tidak
1 = Tidak pernah jatuh yang
perlu segera menimbulkan
0 = Masalah masalah.
tidak
dirasakan
oleh keluarga
Total 4 1/3

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
yang menyangkut tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yang ditetapkan.
4. Tahap Tindakan Keperawatan Keluarga
Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :
1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi
 Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
 Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,
dengan cara:
 Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
 Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
 Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit, dengan:
 Mendemonstrasikan cara perawatan.
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4) Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara :
 Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.
 Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,
dengan cara :
 Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang
subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument
yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga
yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana
tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.

II. Konsep Penyakit


A. Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah
gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab
umum kehilangan pandangan secara bertahap. Derajat disabilitas yang
ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas keburaman
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.dimana penglihataan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh (Sidarta Ilyas., 2014).
B. Etiologi
Katarak biasanyaa terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan.
Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata
penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid).
Katarak kongenitas bisa disebabkan oleh Infeksi congenital, seperti
campak jerman yang berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti
galaktosemia. Adapun Faktor resiko terjadinya katarak kongenitas meliputi:
1. Penyakit metabolik yang diturunkan
2. Riwayat katarak dalam keluarga
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
4. Merokok
5. Radang mata dan trauma mata
6. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi katarak meliputi:
1. Umur
Umur adalah yang dihitung mulai dilahirkan sampai meninggal
sedangkan umur adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan
2. Pengaruh umur terhadap katarak
Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat
mengganggu penglihatandan pengelihatan kabur sampai menjadi
buta.
3. Jenis kelamin
Pengaruh jenis kelamin pada katarak Kejadian pada wanita lebih
tinggi dibandingkan pada pria karena padawanita terjadi monopouse.
Saat itu biasanya ada gangguan hormonal sehingga mengakibatkan
jaringan tubuh menjadi mudah rusak.
4. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung-
ujung saraf pengecap mengurangi persepsi rasa selain itu pasien yang
memiliki kebiasaan merokok dapat mengakibatkan katarak karena
pengaruh dari asap rokok yang dapat merusak mata
5. Perkerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar
matahari.sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, akan
diserap oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan reaksi
fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau sposis oksigen yang
bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan mempengaruhi struktur
protein lensa ,selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa yang
disebut katarak.
C. Klasifikasi
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1
tahun. bisanya kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan
lensa. katarak ini sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu
yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis
hipoparatiroidisme, galaktosemia. tindakan pengobatan pada katarak
kongenital adalah operasi yang dilakukan bila refleks fundus tidak
tampak. Biasanya bila katarak bersifat total operasi dapat dilakukan pada
usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat melakukan pembiusan.
2. Katarak juvenile katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda,
yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3
bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan penyullit penyakit sistemik,
ataupun metabolik dan penyakit lainnya yang meliputi : katarak diabetik
dan galaktosemik (gula) katarak hipokalsemik (tetanik) katarak defisiensi
gizi katarak aminoasiduria penyakit wilson dan katarak yang
berhubungan dengan penyakit metabolik lain.
3. Katarak senil, katarak setelah 50 tahun penyebabnya sampai sekarang
tidak diketahui secara pasti. Menurut konsep penuaan jaringan embrio
manusia dapat membelah diri 50 kali kemudian mati. Imunologis dengan
bertambahnya usia akan bertambah cacat imunologik yang
mengakibatkan kerusakan pada sel. menurut teori “Across-link” ahli
biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan
molekul protein sehingga mengganggu perubahan lensa pada usia lanjut.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang
biasanya terjadi pada usia 60 tahun.
Katarak senil terbagi menjadi 4 stadium berdasarkan tingkat
keparahannya yaitu:
1. Stadium insipient
Pada stadium ini mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang
tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti
kabur, atau melihat ganda pada satu matanya. Pada stadium ini,
proses degenerasi masih belum menyerap cairan mata ke dalam lensa
sehingga terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal,
iris dalam posisi biasa serta kekeruhan ringan pada lensa.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap cairan
mata ke dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium
ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak
intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa
mata menjadi cembung, sehingga pasien mengatakan tidak perlu
kacamata ketika membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris
terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan
sempit atau tertutup. Pada stadium ini, terjadi glaucoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat
bayangan iris pada lensa, uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi
kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam
keadaan seimbang dengan cairan di dalam mata sehingga ukuran
mata akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris
dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata
depan terbuka normal,uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan
sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapatmencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks
lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini, terjadi juga degenerasi
kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar
masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat
lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan meyebabkan iris
tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris
terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium
ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar
dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis.
Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata
sehingga timbul glaucoma fakolitik.
4. Katarak rubela, terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral
dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuclear yaitu
korteks anterior dan posterior total. Mekanisme terjadinya tidak jelas
akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan mudah melalui barier
plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan
bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun.

A. Manifestasi Klinis
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang di akibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak tampak dengan
oftalmoskop. Sehingga memiliki beberapa tanda yang meliputi :
1. penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur,
buram. Bayangan benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau
seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca
atau beraktifitas lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah
tidak nyaman
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat
misalnya cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat dengan hanya dengan satu mata, bayangan benda atau
cahaya terlihat ganda.(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma.,
2015).
B. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diagnostik. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan


dan sentral pengelihatan) kemungkinan terganggu dengan kerusakan
kornea lensa atau viterus atau penyakit sistem syaraf dan jalan optik.

5. Lapang pengelihatan : penurunan disebabkan oleh masa tumor pada


hipofisis otak atau gloukoma.

6. Pemeriksaan oftalmoskopi mengkaji struktur internal okuler


mencatat atrofi lempeng optik pendarahan retina dan pemeriksaan
belahan lampu dan memastikan diagnosa katarak.

7. GDS nilai normal70 – 120 mg/dl

8. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

9. A-scan ultrasound (echoography)

10. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat dignostik. Bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.

11. EKG kolesterol serum lipid.


C. Penatalaksanaan

1. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat


progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan. (Vaughan DG & arif,mansjoer)
2. Penatalaksanaan non bedah meliputi :
a. Terapi penyebab katarak pengontrolan diabetes militus,
menghentikan konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik
seperti kortikosteroid, fenotsin, dan miotik kuat menghindari
iradiasi (inframerah atau sinar -x) dapat memperlambat atau
mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
b. Memperlambat progresifitas Penilaian terhadap perkembangan
visus pada katarak insipient dan imatur.
1) Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus
dikoreksi
2) Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan di bagian
perifer lensa (area pupil masih jernih) dapat diintruksikan
menggunakan pencahayaan yang terang. Berbeda dengan
kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya remang yang
ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik
3) Penggunaan kacamata gelap: pada pasien kekeruhan lensa di
bagian sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan
nyaman apabila beraktifitas diluar ruangan
4) Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada
lataral aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti
fenilefrin 5% atau tropikamid 1% dapat memberikan
penglihatan yang jelas.
5) Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipen
dan imatur , refraksi dapat berubah sangat cepat sehingga
harus dikoreksi. (Amin Huda Nurarif, 2015).
c. Konsep dasar kebutuhan keselamatan dan keamanan. Teori
konsep kebutuhan dasar manusia. Menurut pendapat beberapa
ahli
1) Abraham maslow. Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang
harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homosietas,
baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan adalah
suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau yang sangat
diperlukan untuk menjaga kehidupan itu sendiri yang meliputi
: Salah satunya kebutuhan keselamatan dan rasa aman (safety
security needs). Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang
dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis,
maupun psikologis. Kebutuhan ini meliputi
a) kebutuhan perlindungan dari udara dingin, panas,
kecelakaan, dan infeksi
b) bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang
baru atau asing

Konsep keselamatan dan keamanan terkait dengan


kemampuan seseorang menghindari bahaya, yang ditentukan
oleh pengetahuan dan kesadaran serta motivasi orang tersebut
untuk melakukan tindakan pencegahan (Nancy Roper,2002).
Definisi. Keselamatan (safety) adalah kondisi ketika individu,
kelompok, atau masyarakat terhindar dari segala bentuk
ancaman atau bahaya. Sedangkan keamanan (security) adalah
kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau penyakit.
Untuk mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan
kerja area sensori motorik yang baik pada korteks serebri.
Faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan
1. Faktor usia Lansia pada umumnya akan mengalami
penurunan sejimlah fungsi organ yang dapat
menghambat kemampuan mereka untuk melindungi diri,
salah satunya adalah kemampuan persepsi sensorik.
2. Faktor perubahan persepsi sensorik. Individu yang
mengalami gangguan persepsi sensorik (penglihatan)
berisiko tinggi mengalami cedera. Pada gangguan
penglihatan dapat dicegah dengan memberikan
penerangan, menjauhkan klien dari paparan benda tajam
yang dapat menciderai klien, memasangkan pegangan
pada sisi rumah agar memudahkan klien untuk
beraktifitas, menghindari lantai yang licin. (Ns. Nurul
chayatin, S Kep.,2008)

d. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan katarak
adalah pendidikan kesehatan beberapa hal yang perlu
disampaikan pada pasien katarak adalah :
1. Penyakit katarak (pengertian tanda dan gejala penyebab
patofisiologi dan test diagnosis.)
2. Mengubah pola kebiasaan pasien yang dapat berdampak bagi
kesehatan matanya
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang disebabkan oleh
katarak.
4. Memanagement makanan yang baik untuk penderita katarak
dan apa saja yang harus penderita hindari.
5. Melakukan perawatan mata secara mandiri dengan apa yang
sudah diajarkan oleh perawat.

A. Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan
sesuai dengan keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa
ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan
informasi dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian
keluarga, diklasifikasikan dan dianalisa.
Pengumpulan data
a. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan 
tipe keluarga.
b. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
1) Kebiasaan makan, meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
Keluarga. Untuk penderita hipertensi biasanya mengkonsumsi makanan
yang bayak menandung garam, zat pengawet, serta emosi yang tinggi.
2) Pemanfaatan fasilitas kesehatan, perilaku keluarga didalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan merupakan faktor yang penting dalam
penggelolaan penyakit.
3) Pengobatan tradisional, keluarga bisa memanfaatkan pengobatan
tradisional dengan minum air ketimun yang dijus sehari dua kali pagi
dan sore.
c. Status Sosial Ekonomi
1) Pendidikan, tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal hipertensi beserta pengelolaannya. berpengaruh pula terhadap
pola pikir  dan kemampuan untuk mengambil keputusan dalam
mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
2) Pekerjaan dan Penghasilan, penghasilan yang tidak seimbang juga
berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena hipertensi. Mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan
karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada keluarga.
d. Tingkat perkembangandan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. termasuk riwayat
perkembangan dan kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan keluarga yang
belum terpenuhi berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
e. Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan
kegiatan fisik, seperti olah raga.
f. Data Lingkungan
1) Karakteristik rumah, cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan ventilasi yang baik dapat
mengurangai faktor penyebab terjadinya cedera pada penderita stroke
fase rehabilitasi.
2) Karakteristik Lingkungan, dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan tidak terkecuali pada hipertensi
g. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi, semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu
tekhnik diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar
pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara
verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
2) Struktur Kekuasaan, kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam
kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik yang mempengaruhi dalam tekanan darah pasien stroke.
3) Struktur peran, anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran
yang dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau
tidak ada konflik dalam peran, dan sebaliknya bila peran tidak dapat
diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan mengakibatkan
ketegangan dalam keluarga.
h. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri
bagi penderita. Hal ini akan menimbulkan suatu keadaan yang dapat
menambah seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
2) Fungsi sosialisasi, keluarga memberikan kebebasan bagi anggota
keluarga yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya,
maka akan mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
3) Fungsi kesehatan, fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah.
i. Pola istirahat tidur
Istirahat tidur seseorang akan terganggu manakala sedang mengalami
masalah yang belum terselesaikan.
j. Pemeriksaan fisik anggota keluarga
Sebagaimana prosedur pengkajian yang komprehensif, pemeriksaan fisik
juga dilakukan menyeluruh dari ujung rambut sampai kuku untuk semua
anggota keluarga. Setelah ditemukan masalah kesehatan, pemeriksaan fisik
lebih terfokuskan.
k. Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping keluarga
tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota keluarga yang
berkepanjangan
DAFTAR PUSTAKA

Ali Z. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Brunner /Suddarth. 2001. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Efendi F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.
Herdman, T. Heater dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc.
Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Ikhsanawati, et al. 2015. Herniated Nucleus Pulposus in Dr. Hasan Sadikin General
Hospital Bandung Indonesia. Althea Medical Journal. 2(2): 179-85.
Nasikkhatussoraya, Nova. Octavianie, Ratih Vierda. Juianti, Hari Peni. 2016.
Hubungan Intensitas Nyeri Dan Disabilitas Aktivitas Sehari-Hari Dengan
Kualitas Hidup : Studi Pada Pasien Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Lumbal. Jurnal Kedokteran Dipenogoro. 5(4): 1364-1377
Nurjannah, Intansari. 2016. ISDA Intan’s Screening Diagnoses Assesment Versi
Bahasa Indonesia (2016). Yogyakarta: Mocomedia.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Interventions Classification (NIC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
Nurjannah, Intisari. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran
Outcomes Kesehatan Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia:
Elsevier.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Tanggal Pengkajian : Senin, 16 Agustus 2021
b. Nama Kepala Keluarga : Tn. A
c. Umur : 61 tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Rambai Tengah, Banjarbaru
e. Pekerjaan : Swasta
f. Pendidikan : STM
g. Komposisi Keluarga :
Status Imunisasi Ket
Hep
N Hubungan Umur Campa
Nama JK Pendidikan Polio BCG DPT a
o dengan KK (thn) k
Titis
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
1 Ny. P Istri 53 SMA
S
2 Ny. P Keponakan 20 SMA
L
Genogram:

Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal

Penjelasan:
Tn. A merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara dan merupakan kepala
keluarga. Saat ini Tn. A tinggal bertiga di rumahnya bersama dengan istri
dan keponakannya.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu keluarga tradisional dengan pasangan usia pertengahan
atau lansia, dan tinggal dengan satu orang keponakannya (extended family)
3. Suku Bangsa
Tn. A bersuku jawa, sedangkan Ny. S bersuku Dayak Pontianak
4. Agama
Keluarga Tn. A bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
saat dikaji Tn. A dan istri rutin melakukan sholat wajib 5 waktu.
5. Kebiasaan Diet
Tn. A dan keluarga biasanya makan nasi beserta lauk pauknya 2 – 3 kali
sehari. Saat dilakukan pengkajian, ny. S mengatakan bahwa keluarga
sangat jarang makan makanan cepat saji atau membeli makanan di luar.
Diet keluarga juga terdiri dari makanan yang sehat dan seimbang seperti
sayuran, ikan, daging, telur dan lain-lain. Ny. S mengatakan makan di luar
rumah/tidak memasak hanya 1 – 2 kali dalam sebulan, kadang tidak ada
samasekali, sehingga makanan yang dimakan terjamin dan lebih sehat. Air
minum yang dikonsumsi berasal dari sumur, dan tidak pernah
mengkonsumsi air galon. Tn. A mengatakan dulu pernah ada orang datang
untuk memeriksa kandungan dari air sumurnya, dan pHnya dikatakan
lebih baik dari air galon yang biasa dijual.
6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
Penghasilan keluarga diperoleh dari pekerjaan suami yaitu pekerja swasta.
Tn. A memiliki bengkel di depan rumah, serta beberapa usaha lain seperti
kebun dan kos-kosan. Penghasilan keluarga berkisar antara Rp. 6.000.000
– Rp. 8.000.000 per bulan.
7. Rekreasi keluarga
Ny. S mengatakan cukup jarang melakukan rekreasi, namun jika
berekreasi keadang pergi ke tempat wisata setempat seperti Kiram Park.
Rekreasi biasanya dilakukan bersama dengan keluarga besar, yaitu anak-
anak dan cucunya.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. A berada pada tahap VII, yaitu keluarga dengan usia
pertengahan. Tugas perkembangan keluarha pada tahap ini yaitu
mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti, dan
memenuhi kebutuhan promosi kesehatan.
b. Tugas Perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi
9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Tn. A Tn. A tidak memiliki riwayat Saat ini Tn. A merasa sehat
penyakit seperti jantung atau dan tidak ada keluhan yang
diabetes mellitus, namun berarti, namun saat dilakukan
mengatakan dulu pernah pemeriksaan fisik,
mengalami kecelakaan saat didapatkan tekanan darah
muda hingga kakinya patah. 140/90 mmHg. Tn. A juga
mengatakan jika tidak
mengontrol dietnya, maka
tekanan darahnya akan naik
dan pernah mencapai
180/110 mmHg.
Ny. S Ny. S tidak memiliki penyakit Kesehatan Ny. S saat ini
kronis seperti DM dan sedang sehat dan dapat
hipertensi, ataupun penyakit beraktivitas seperti biasanya.
lainya. Ny. S mengatakan Namun mengatakan agak
dulu saat masih muda sedikit pilek dan beberapa
memiliki tekanan darah yang hari yang lalu sempat
rendah, yaitu berkisar antara meriang dan demam. Ny. S
90/70 mmHg hingga pernah juga mengatakan matanya
menurun ke 80 mmHg. terdapat lapisan katarak yang
tipis dan kabur jika melihat
objek yang jauh, dan lensa
mata agak keruh, saat ini
tidak memakai kacamata, dan
hanya menggunakan obat
tetes mata yang dibeli di
apotek. Saat ini Ny. S
mengatakan cukup cemas
jika pandangannya akan
semakin kabur.

10. Riwayat Kesehatan Keluarga sebelumya.


Ny. S mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
seperti stroke, dm, ataupun penyakit kronis lainnya, hanya saja ayah dari
Tn. A dulu juga memiliki tekanan darah yang tinggi.
11. Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah keluarga Tn. A merupakan tipe rumah permanen (beton) dengan
status kepemilikan sendiri. Jumlah ruangan di rumah ini yaitu terdapat 3
kamar tidur, 1 ruang makan dan dapur, kamar mandi dan 2 toilet.
Terdapat dua buah jendela pada setiap kamar, tiga buah pintu dan
ventilasi udara yang baik. Kondisi lingkungan dalam rumah sangat rapi
dan bersih, dan rutin dibersihkan setiap hari. Hasil observasi didapatkan
kondisi lantai bersih, ventilasi dan pencahayaan ruangan baik, ruangan
terlihat rapi dan cahaya matahari dapat masuk. Dapur terlihat bersih dan
rapi, tidak ada tercium bau tidak sedap, sumber air menggunakan sumur
dan tidak menggunakan air ledeng. Limbah dikumpulkan dalam bak
sampah yang dilapisi plastik dan akan dibuang secara rutin, dan
nantinya akan ada petugas yang mengambilnya.
Kamar mandi terlihat bersih, lantainya pun tidak licin, fasilitas di
dalamnya lengkap seperti sabun, shampoo, sikat gigi dan lain-lain, air
yang digunakan untuk mandi yaitu air sumur, dan kondisi air jernih dan
tidak berbau. Jenis WC yang digunakan yaitu WC jongkok, dengan
kondisi yang bersih.
Lingkungan di samping rumah merupakan area kos-kosan yang dikelola
oleh Tn. A dan istri, yang berjumlah 6 kamar. Area kos bersih, dan
terdapat banyak tanaman hias maupun pohon buah yang ditanam.
Denah Rumah:
Open space/Jemuran baju Gudang

Kolam Ikan
Kamar kos Kamar kos Kamar kos

Kamar kos

Kamar kos Teras Halaman


depan
Kama
Kamar r
Kamar kos

Kamar kos Kamar

Teras
Kamar Ruang depan
mandi makan
Dapur
WC
WC

Tanaman Hias/Halaman Belakang Bengkel

Ket:

: Pintu : Jendela
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Desa
Tn. A tinggal di daerah perkotaan, akses menuju rumah sangat
mudah bisa dilalui roda dua dan roda 4, jalan menuju rumah Tn. A
beraspal, mayoritas warga bekerja sebagai pegawai swasta dan PNS dan
rata-rata berpenghasilan menengah ke atas.
Fasilitas yang ada di komunitas adalah mushola dan masjid yang
jaraknya dekat dari kos Tn. A, terdapat banyak warung/toko sembako.
Terdapat pasar yang terletak sekitar 4 km dari kos, serta Puskesmas
yang berjarak 2 km.
Rumah tn. A berada dalam satu lingkungan dengan 7 kamar kos,
2 kamar untuk laki-laki dan 5 kamar kos perempuan yang terpisah.
Rata-rata penghuni kos adalah mahasiswa.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. A sudah tinggal di rumah ini semenjak menikah,
dulunya tinggal di rumah masing-masing. Tn. A di Jawa dan Ny. S di
Pontianak.

12. Struktur keluarga


a. Struktur Peran (formal dan informal)
Tidak ada peran secara formal, sehingga tidak terjadi konflik peran secara
informal Tn. A berperan sebagai kepala keluarga dan Ny. S berperan
sebagai istri dalam rumah tangga.
b. Nilai dan Norma keluarga
Ny. S dan Tn. A menjunjung nilai-nilai yang diajarkan agama yang di
anutnya. Namun saat dilakukan pengkajian Ny. S mengatakan sangat
jarang, bahkan sudah tidak pernah lagi memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan, sejak tahun 90 an. Tn. A mengatakan dulu terakhir
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan saat masih bekerja di kantor dan
sudah sangat lama.
c. Pola Komunikasi
Pola komunikasi di keluarga Tn. A berfungsi dengan baik. Keluarga Tn. A
berinteraksi sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia dan Bahasa banjar.
Keluarga Tn. A saling berkomunikasi secara terbuka apabila ada masalah
keluarga berusaha memecahkan masalahnya bersama-sama. Anggota
keluarga saling bertukar pendapat, saling mendengarkan keluhan, masalah
yang di hadapi dan perasaan masing-masing.
d. Struktur Kekuatan Keluarga
Untuk pengambil keputusan dilakukan oleh Tn.A dan Ny. S dengan
berdiskusi terlebih dahulu, sehingga didapat keputusan yang terbaik untuk
bersama.

13. Fungsi Keluarga


a. Fungsi Afektif
Ny. S dan suami saling mendukung dan saling menghargai keputusan
masing-masing, Ny. S dan suami saling menyayangi dan menghormati
antara anggota keluarga. Hubungan antar suami istri baik dan sangat dekat,
saling memperhatikan.
b. Fungsi Sosial
Ny. S dan Tn. A selalu berkomunikasi baik dengan tetangga yang ada
disekitar, serta dengan anak-anak kos. Tn. A sering mengadakan acara
syukuran, atau ulang tahun cucunya di rumah dan mengundang orang-
orang di sekitar serta keluarga besarnya. Ny. S mengatakan dulu sebelum
pandemi sering mengadakan kegiatan sosial seperti pengajian atau yasinan
2 kali seminggu, namun tidak pernah lagi selama pandemi.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Mengenal Masalah
Tn. A dan keluarga belum mampu mengenal masalah kesehatan
dengan baik karena kurangnya kemauan untuk memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan. Ny. S mengatakan jika sakit biasanya akan
mengkonsumi obat-obat herbal seperti jamu terlebih dahulu, lalu jika
tidak kunjung sembuh baru akan membeli obat ke warung atau apotek,
namun selama ini belum pernah memeriksakan diri ke rumah sakit.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Dalam keluarga, Tn. A dan Ny. S lebih memilih untuk mengkonsumsi
herbal seperti jamu untuk mengatasi masalah kesehatan, dan tidak
ingin mengkonsumsi obat kimia maupun memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Dari hasil pengkajian, didapatkan bahwa Tn. A dan Ny. S mampu
merawat anggota keluarga apabila sakit. Ny. S mengatakan saat
hipertensi dari Tn. A sedang parah, dia akan melakukan perawatan
seperti memijat dan memberikan jamu atau rebusan herbal untuk
mengurangi gejalanya, namun tidak pernah dibawa ke fasilitas
kesehatan.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat
Dari hasil pengkajian keluarga Tn. A sudah mampu memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat. Kebersihan ruangan juga baik, barang-
barang sudah terletak pada tempatnya, tidak ada yang berserakan.
Sekitar rumah dihias dengan tanaman dan beberapa pohon buah, serta
terdapatkolam ikan yang rutin dibersihkan.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan yang sehat
Keluarga Tn. A tidak pernah memeriksakan diri ke rumah sakit untuk
memeriksa kondisi kesehatan mereka, dan terakhir kali ke rumah sakit
sudah sangat lama.

d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga diperoleh dari pekerjaan suami yaitu pekerja swasta.
Tn. A memiliki bengkel di depan rumah, serta beberapa usaha lain seperti
kebun dan kos-kosan. Penghasilan keluarga berkisar antara Rp. 6.000.000
– Rp. 8.000.000 per bulan.

e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. A bersama dengan Ny. S dan Ny. L memenuhi kebutuhan
keluarganya mulai dari tempat tinggal, hingga makanan, pakaian, serta
kebutuhan lainnya.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang dengan saling berkumpul
saat bersama, makan bersama, dan kadang-kadang berekreasi.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Tn. A sudah baik dari
pola diet dan aktivitas, namun untuk pemeriksaan kesehatan secara
rutin dan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada harus ditingkatkan
lagi.

f. Fungsi Pendidikan
Tn. A berpendidikan STM, dan Ny. S SMA, Ny. L masih berkuliah, dan
anak-anak dari Tn. A sudah berpendidikan dengan jenjang S1

g. Fungsi Religius
Keluarga Tn. A mengganggap agama sebagai suatu hal yang sangat
penting dan utama dalam hidup.

14. Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Tn. A dan Ny. S mengatakan untuk saat ini tidak ada yang terlalu
dikhawatirkan dalam hidupnya, anak-anaknya sudah menikah, bekerja,
dan tinggal di rumahnya masing-masing, serta sudah memiliki cucu,
sehingga sudah dapat menjalani hidup dengan tenang.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Terhadap stressor yang di alami Ny. S biasanya akan bercerita kepada
suaminya, Tn. A pun akan berdiskusi dengan istrinya jika terdapat
masalah.
c. Strategi koping yang digunakan
Koping anggota keluarga tn. A sangat baik yaitu saling mendukung dan
merespon bila terjadi masalah dalam keluarga.
d. Strategi adaptasi fungsional
Keluarga Tn. A belum dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan
baik.

15. Harapan Keluarga


Keluarga Tn. A berharap untuk dapat mempertahankan kesehatannya, dan
selalu terjaga hingga nanti, dan tidak mengalami penyakit yang parah.

16. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)

No Komponen Ny. S Tn. A


1. Kepala Inspeksi: Ny. S Inspeksi: rambut tebal
memakai hijab, kepala dan hitam, tidak ada
tampak simetris dan nampak lesi, bentuk
tidak ada benjolan, serta simetris dan tidak ada
tidak ada kelainan benjolan atau kelainan
2. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak anemis, sklera tidak
ikterik, dapat mengikuti ikterik, dapat mengikuti
arah. lensa agak keruh, arah.
pandangan kabur saat Pandangan tidak kabur
melihat objek yang jauh
3. Hidung Nampak simetris, tidak Nampak simetris, tidak
terlihat sekret atau terlihat sekret atau
kemerahan kemerahan
4. Telinga Kedua telinga simetris. Kedua telinga simetris,
Tidak mengalami tidak ada serumen. Tidak
penurunan pendengaran. mengalami penurunan
Klien mampu mendengar pendengaran
5. Mulut Mukosa bibir lembab, Mukosa bibir lembab,
gigi masih utuh dan tidak gigi masih untuh dan
ompong tidak ompong
6. Leher & Tidak nampak Tidak nampak
Tenggorokan pembesaran vena pembesaran vena
jugularis, tidak tampak jugularis, tidak tampak
deviasi trakea deviasi trakea
7. Dada Dada Simetris, tidak ada Dada Simetris, tidak ada
retraksi dinding dada retraksi dinding dada
8. Abdomen Tidak terdapat gangguan Perut datar, tidak ada
pada abdomen, tidak ada massa teraba, tidak ada
nyeri tekan. nyeri tekan
No Komponen Ny. S Tn. A
9. Punggung Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
tulang belakang. tulang belakang
10. Ekstremitas Tidak ada masalah pada Tidak ada masalah pada
ekstermitas atas atau ekstermitas atas atau
bawah bawah
11. Kulit Tidak ada kelainan pada Tidak ada kelainan pada
kulit kulit
12. Kuku Kuku tampak pendek dan Kuku tampak pendek dan
bersih bersih
13. T: 36,7oC T: 36,5oC
Tanda-tanda TD: 120/80 mmHg TD: 140/90 mmHg
vital HR: 78x/menit HR: 76x/menit
RR: 22x/menit RR: 20x/menit
14. BB: 68 kg BB: 80 kg
BB, TB/PB TB: 159 cm TB: 167 cm

15. Pemeriksaan - -
Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos Kesadaran kompos
Umum mentis mentis

17 Obat-obatan Tidak ada Tidak ada


yang
dikonsumsi

4. APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skor
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga
1 Adaptasi (teman – teman) saya untuk membantu pada waktu 2
sesuatu menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman)
2 Hubungan saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya
Saya puas bahwa keluarga (teman – teman) saya
3 Pertumbuhan menerima dan mendukung keinginan saya untuk 2
melakukan aktivitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman – teman) 2
saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap
emosi – emosi saya seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya
5 Pemecahan menyediakan waktu bersama – sama 2

Total 10
Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0

Nilai < 3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi.

4-6 : Disfungsi keluarga sedang.

> 7 : Tidak ada disfungsi keluarga.

Kesimpulan : Skor APGAR keluarga yang didapatkan klien yaitu 10 yang


artinya tidak ada disfungsi keluarga.
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
. (Problem)
1 DS: Gejala terkait Hambatan rasa
1) Ny. S mengatakan penyakit (katarak nyaman (00214)
mulai beberapa bulan senilis)
terakhir penglihatannya
menjadi kabur jika
melihat objek yang jauh
2) Ny. S mengatakan ada
lapisan tipis yang tidak
bergerak pada matanya,
yang membuat
pengihatannya menjadi
seperti sedikit berkabut
3) Ny. S mengatakan
merasa kurang nyaman
dengan kondisi ini
karena penglihatannya
memburuk, dan sedikit
merasa cemas jika
nantinya akan
bertambah parah
DO:
1) Hasil pemeriksaan fisik
mata, tampak pada
lensa mata sedikit keruh
dan terdapat sedikit
bercak putih
2) Ny. S tampak
mengusap matanya
beberapa kali saat
dilakukan pengkajian
2. DS: Kurang informasi Defisiensi
1) Ny. S dan Tn. A & kurang minat pengetahuan
mengatakan belum untuk berlajar (00126)
pernah memeriksakan
diri ke fasilitas
kesehatan untuk melihat
kondisi mata Ny. S
2) Ny. S mengatakan
belum memiliki
pengetahuan yang
banyak mengenai
penyakitnya
3) Ny. S menanyakan
apakah ada obat tetes
mata yang bisa
menghilangkan katarak
DO:
-
3. DS: Strategi koping Ketidakefektifan
1) Tn. A mengatakan jika tidak efektif pemeliharaan
sakit, akan diberikan obat kesehatan
herbal terlebih dahulu (00099)
seperti jamu atau air
rebusan herbal, jika tidak
sembuh baru mencari obat
ke warung atau apotek
2) Tn. A dan Ny. S
mengatakan sudah sangat
lama sekali tidak pernah
memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan, karena
sudah cukup ditangani
sendiri
3) Tn. A dan Ny. S terakhir
kali memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan pada
tahun 90 an
4) Tn. A mengatakan tidak
memeriksakan diri karena
tidak terlalu merasakan
gejala yang parah, dan
dengan meminum jamu
saja sudah membaik
5) Tn. A mengatakan sudah
menyuruh Ny. S untuk
memeriksakan
penglihatannya yang
memburuk dan buram,
namun Ny. S tidak mau

DO:
1) Hasil pemeriksaan TD Tn.
A 140/90 mmHg
2) Hasil pemeriksaan mata Ny.
S terdapat lapisan tipis dan
lensa mata keruh

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan
.
1. Hambatan rasa nyaman
2. Defisiensi pengetahuan
3. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Skoring Diagnosa Keperawatan


1) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = Keluarga Tn. A tidak
memanfaatkan
ancaman 1
fasilitas kesehatan
kesehatan yang ada
Skala: aktual
2. Kemungkina 1 2 1/2 x 2 = Ny. S dan Tn. A
n masalah 1 mengatakan baru akan
dapat diubah: membeli obat di
Skala: apotek jika penyakit
sebagian tidak kunjung
membaik
3. Potensial 2 1 2/3 x 1 = Ny. S dan Tn. A
masalah 0,67 mengatakan bahwa
untuk dahulu pernah ke
dicegah: fasilitas kesehatan
Skala: cukup saat Tn. A masih
bekerja di kantor, dan
sekarang tidak pernah
lagi karena merasa
repot jika harus ke
fasilitas kesehatan
4. Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = Ny. S dan Tn. A
masalah; 1 mengatakan saat ini
Skala: ada kondisi kesehatan
masalah, mereka tidak dirasa
tetapi tidak ada masalah,
perlu segera sehingga tidak perlu
di tangani ke fasilitas kesehatan
untuk memeriksakan
diri
Total 3,67

2) Hambatan rasa nyaman

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = Ny. S mengatakan
kurang nyaman
ancaman 1
dengan kondisi
kesehatan matanya saat ini
karena penglihatannya
Skala: Aktual
menurun dan kabur
saat melihat objek
yang jauh
2. Kemungkina 1 2 1/2 x 2 = Ny. S mengatakan
n masalah 1 bahwa di matanya
dapat diubah: terdapat lapisan yang
Skala: masih tipis dan hanya
sebagian sedikit keruh.
Penglihatannya masih
cukup baik, namun
sedikit keruh dan
kabur jika melihat
objek yang jauh
3. Potensial 2 1 2/3 x 1 = Ny. S mengatakan
masalah 0,67 bahwa di matanya
untuk diubah: terdapat lapisan yang
Skala: cukup masih tipis dan hanya
sedikit keruh.
Penglihatannya masih
cukup baik, namun
sedikit keruh dan
kabur jika melihat
objek yang jauh
4. Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = Ny. S mengatakan
masalah; 1 bahwa di matanya
Skala: ada terdapat lapisan yang
masalah, masih tipis dan hanya
namun tidak sedikit keruh.
perlu segera Penglihatannya masih
cukup baik, namun
sedikit keruh dan
kabur jika melihat
objek yang jauh
Total 3,67

3) Defisiensi Pengetahuan

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran


.
1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = Ny. S mengatakan
saat ini
ancaman 1
pengetahuannya
kesehatan tentang penyakit
katarak masih kurang
Skala: Aktual
2. Kemungkina 1 2 1/2 x 2 = Ny. S mengatakan
n masalah 1 bahwa penyakit
dapat diubah: kataraknya tidak
Skala: parah dan hanya
sebagian sedikit kabur saja, dan
beberapa waktu lalu
sudah membeli obat
tetes mata

3. Potensial 3 1 3/3 x 1 = Ny. S mengatakan


masalah 1 sedikit cemas jika
untuk diubah: nantinya
Skala: tinggi penglihatannya akan
semakin memburuk,
dan bersedia belajar
mengenai penyakit
ini
4. Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = Ny. S mengatakan
masalah; 1 bahwa penyakit
Skala: ada kataraknya tidak
masalah, parah dan hanya
namun tidak sedikit kabur saja, dan
perlu segera beberapa waktu lalu
sudah membeli obat
tetes mata

Total 4,00

4. Prioritas Diagnosis Keperawatan


Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor
1. Defisiensi pengetahuan 4,00
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan 3,67
3. Hambatan rasa nyaman 3,67
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah diberikan intervensi sebanyak 2 Pendidikan Kesehatan (5510)
pemeliharaan kesehatan kali pertemuan, diharapkan pemeliharaan 1) Identifikasi faktor internal dan eksternal
b.d strategi koping tidak kesehatan dapat meningkat dengan yang dapat meningkatkan atau
efektif kriteria hasil: mengurangi motivasi untuk perilaku
NOC: Perilaku Pencarian Kesehatan sehat.
1. Melakukan skrining diri meningkat 2) Identifikasi sumber daya (tenaga, ruang,
dari skala 2 ke skala 3 uang, lain-lain) yang diperlukan untuk
2. Mendapat bantuan dari profesional melaksanakan program
kesehatan meningkat dari skala 1 ke 3 3) Buat isi pendidikan kesehatan sesuai
3. Mencari bantuan kesehatan dan dengan kemampuan kognitif,
memanfaatkan fasilitas kesehatan jika psikomotor dan afektif klien.
diperlukan meningkat dari skala 1 ke 4) Berikan pendidikan kesehatan tentang
3 pentingnya memeriksakan diri, dan
mengunjungi fasilitas kesehatan jika
diperlukan
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang
strategi pemeliharaan kesehatan
6) Libatkan anggota keluarga dalam proses
intervensi
Skrining Kesehatan (6520)
1) Jadwalkan pertemuan untuk
meningkatkan efisiensi dan perawatan
individual
2) Lakukan pengkajian fisik yang sesuai
(pemeriksaan fisik mata)
3) Ukur tekanan darah dan kadar glukosa
darah

2. Hambatan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Lingkungan: Kenyamanan
b.d Gejala terkait selama 1 kali pertemuan, diharapkan 1. Sesuaikan pencahayaan, berikan
penyakit (katarak) hambatan rasa nyaman pada Ny. S bisa pencahayaan yang adekuat pada bagian
diatasi atau berkurang dengan kriteria: yang gelap di dalam rumah, hindari
NOC: Status Kenyamanan: cahaya langsung pada mata
Lingkungan Manajemen Lingkungan: Keselamatan
1. Pencahayaan ruangan meningkat dari 1. Modifikasi lingkungan yang lebih
skala 3 menjadi skala 5 aman, dengan menyingkirkan barang di
lantai, dan menjaga agar lantai tidak
2. Adaptasi lingkungan yang licin serta hal lain yang dapat
dibutuhkan, yaitu kebersihan dan meningkatkan risiko jatuh atau cedera
kerapian perabotan, lantai yang tidak
licin, dan tidak adanya barang yang
berserakan di lantai dapat
dipertahankan pada skala 5
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu

3. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC:


b.d kurang informasi & selama 1 kali pertemuan, diharapkan Pengajaran: Proses penyakit (5602)
kurang minat untuk pengetahuan klien dan keluarga 1. Kaji tingkat pengetahuan klien terkait
belajar meningkat dengan kriteria hasil: dengan proses penyakit
NOC: 2. Jelaskan tanda dan gejala umum dari
Pengetahuan: Proses Penyakit (1803) penyakit
1. Mengetahui faktor penyebab 3. Jelaskan proses penyakit
katarak meningkat dari skala 1 ke 4. Identifikasi kemungkinan penyebab
skala 3 5. Berikan informasi pada klien mengenai
2. Mengetahui tanda gejala katarak penyakitnya
meningkat dari skala 2 ke skala 3 6. Diskusikan mengenai penanganan yang
3. Mengetahui dampak dari penyakit akan diberikan untuk mengatasi katarak
katarak apabila tidak ditangani 7. Jelaskan komplikasi dan dampak yang
meningkat dari skala 1 ke skala 3 akan terjadi jika penyakit tidak ditangani
4. Mengetahui manfaat dari Pengajaran: Prosedur/Perawatan (5618)
manajemen penyakit katarak 1. Informasikan kepada pasien mengenai
meningkat dari skala 1 ke skala 3 tindakan apa saja yang bisa dilakukan
Pengetahuan: Manajemen Penyakit untuk mengurangi masalah
Akut (1844) 2. Diskusikan dengan klien mengenai
2. Mengetahui strategi pencegahan pilihan tindakan yang memungkinkan
terjadinya komplikasi meningkat untuk mengatasi masalah
dari skala 1 ke skala 3 3. Ajarkan kepada keluarga cara melakukan
3. Mengetahui pilihan pengobatan perawatan pada klien, seperti dengan
yang tersedia meningkat dari skala mengaturpola makan, memberikan
1 ke skala 3 tempat yang nyaman dengan penerangan
4. Mengetahui efek samping dan yang cukup, penggunaan kacamata yang
lanjutan pengobatan meningkat dari gelap jika beraktivitas diluar ruangan saat
skala 1 ke skala 3 terik, dan dorong keluarga membawa
Keterangan: klien untuk memeriksakan kondisinya ke
1. Pengetahuan tidak ada fasilitas kesehatan agar bisa ditangani
2. Pengetahuan terbatas dengan tepat
3. Pengetahuan sedang 4. Ajarkan kepada pasien mengenai pola
4. Pengetahuan banyak kebiasaan yang dapat memperparah
5. Pengetahuan sangat banyak kondisi, dan dorong klien dan keluarga
5. untuk mengubah kebiasaan tersebut jika
ditemukan
E. Implementasi Keperawatan

No Diagnosis Hari/
Paraf
Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
/Jam
1. Defisiensi Kamis/1 NIC: S:
Pengajaran: Proses penyakit 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bersedia untuk
Pengetahuan 8
(5602) diberikan penyuluhan terkait katarak
b.d kurang Agustus 1. Mengkaji tingkat pengetahuan 2) Ny. S mengatakan penglihatannya memang semakin
klien terkait dengan proses memburuk, dikatakan jika melihat seseorang dari
informasi & 2021/
penyakit jauh, maka tidak akan bisa mengenali orang tersebut
kurang minat 17.00 2. Menjelaskan materi penyuluhan kecuali mendengar suaranya
meliputi; pengertian katarak, 3) Ny. S mengatakan takut untuk memeriksakan diri ke
untuk belajar
tanda dan gejala katarak, rumah sakit
penyebab katarak 4) Tn. A mengatakan sudah menyuruh Ny. S untuk
penatalaksanaan dan perawatan memeriksakan kondisi matanya namun Ny. S tidak
katarak, dan dampak apabila mau
katarak tidak ditangani 5) Ny. S mengatakan tidak banyak mengetahui tentang
3. Mengidentifikasi kemungkinan katarak
penyebab 6) Ny. S menanyakan terkait pengobatan apa yang bisa
4. memberikan informasi pada dilakukan untuk menghilangkan katarak
klien mengenai penyakitnya 7) Ny. S mengatakan akan mencoba untuk
5. Mendiskusikan mengenai memeriksakan kondisi matanya jika memang
penanganan yang akan penglihatannya semakin memburuk
diberikan untuk mengatasi 8) Ny. H mengatakan bersedia diberikannya penyuluhan
katarak terkait pengajaran latihan untuk hipertensi

Pengajaran: Prosedur/Perawatan O:
(5618) 1) Ny. S dan Tn. A tampak memperhatikan saat
1. Menginformasikan kepada diberikan penyuluhan
pasien mengenai tindakan apa 2) Ny. S dapat mengulang kembali apa yang
saja yang bisa dilakukan untuk disampaikan
mengurangi masalah 3) Pengetahuan Ny. S meningkat setelah diberikan
2. mendiskusikan dengan klien penyuluhan
mengenai pilihan tindakan yang
memungkinkan untuk
mengatasi masalah A:
3. mengajarkan kepada keluarga Masalah Defisiensi Pengetahuan
cara melakukan perawatan pada NOC:
klien, seperti dengan mengatur Pengetahuan: Proses Penyakit (1803)
pola makan, memberikan 1) Tujuan 1: tercapai dari skala 1 ke skala 3
tempat yang nyaman dengan 2) Tujuan 2: tercapai dari skala 2 ke skala 3
penerangan yang cukup, 3) Tujuan 3: tercapai dari skala 1 ke skala 3
penggunaan kacamata yang 4) Tujuan 4: belum tercapai dari skala 1 ke skala 2
gelap jika beraktivitas diluar Pengetahuan: Manajemen Penyakit Akut (1844)
ruangan saat terik, dan dorong 1) Tujuan 1: tercapai dari skala 1 ke skala 3
keluarga membawa klien untuk 2) Tujuan 2: tercapai dari skala 1 ke skala 3
memeriksakan kondisinya ke 3) Tujuan 3: belum tercapai dari skala 1 ke skala 2
fasilitas kesehatan agar bisa P: Lanjutkan intervensi
ditangani dengan tepat 1) Evaluasi kembali mengenai pengetahuan dari
4. mengajarkan kepada pasien penyuluhan yang diberikan dengan menanyakan
mengenai pola kebiasaan yang kembali pertanyaan yang ditanyakan pada saat
dapat memperparah kondisi, evaluasi penyuluhan
dan dorong klien dan keluarga 2) Jelaskan kembali materi penyuluhan yang belum
untuk mengubah kebiasaan dimengerti/tidak diingat jika diperlukan
tersebut jika ditemukan
2 Ketidakefektif- Kamis/ Pendidikan Kesehatan (5510) S:
1) Mengidentifikasi faktor 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bahwa tidak pernah
an 18
pemeliharaan Agustus internal dan eksternal yang memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan
dapat meningkatkan atau 2) Tn. A mengatakan lebih memilih untuk meminum
kesehatan b.d 2021/
mengurangi motivasi untuk jamu, dan bisa membaik
strategi koping 16.30 perilaku sehat. 3) Tn. A mengatakan dahulu pernah ada puskesmas
2) Mengidentifikasi sumber daya keliling dan pernah melakukan pemeriksaan tekanan
tidak efektif
(tenaga, ruang, uang, lain-lain) darah, dengan hasil 160/100 mmHg
yang diperlukan untuk 4) Setelah dilakukan pemeriksaan tekanan darah dan
melaksanakan program mendapatkan hasil yang cukup tinggi
3) Membuat isi pendidikan (150/100mmHg) Tn. A mengatakan akan membeli
kesehatan sesuai dengan jamu untuk mengatasinya
kemampuan kognitif, 5) Saat disarankan untuk menjaga diet dan mengurangi
psikomotor dan afektif klien. konsumsi garam Tn. A mengatakan akan mencoba
4) Memberikan pendidikan untuk melakukannya, namun memang sulit
kesehatan tentang pentingnya 6) Setelah diberikan penyuluhan, Ny. S mengatakan
memeriksakan diri, dan akan mencoba untuk memeriksakan diri ke rumah
mengunjungi fasilitas sakit terkait gangguan penglihatannya
kesehatan jika diperlukan 7) Ketika didorog untuk rutin memeriksakan kesehatan
5) Memberikan pendidikan ke rumah sakit atau puskesmas, keluarga mengatakan
kesehatan tentang strategi bersedia melakukannya
pemeliharaan kesehatan 8) Saat dilakukan pemeriksaan gula darah Ny. S
6) Melibatkan anggota keluarga mengatakan keluarga tidak terlalu mengkonsumsi
dalam proses intervensi banyak gula, gula kemasan 1 kg pun sangat lambat
Skrining Kesehatan (6520) habis
1) Menjadwalkan pertemuan
untuk meningkatkan efisiensi O:
dan perawatan individual 1) Ny. S dan Tn. A tampak memperhatikan saat
2) Melakukan pengkajian fisik diberikan pendidikan kesehatan
yang sesuai (pemeriksaan 2) Hasil pemeriksaan Gula darah Ny. S; 126 mg
fisik mata) 3) Hasil pemeriksaan Gula darah Tn. A; 163 mg
3) Mengukur tekanan darah dan 4) Saat dilakukan pemeriksaan gula darah, Tn. A dan
kadar glukosa darah Ny. S sehabis makan 4 jam yang lalu, dan saat
diperiksa sambil memakan kue
5) Hasil pemeriksaan TD Ny. S: 110/80 mmHg
6) Hasil pemeriksaan TD: Tn. A: 150/100 mmHg

A:
Masalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
NOC: Perilaku Pencarian Kesehatan
1) Tujuan 1: tercapai dari skala 2 ke skala 3
2) Tujuan 2: belum tercapai, bertahan pada skala 1
3) Tujuan 3: belum tercapai, meningkat dari skala 1 ke
skala 2

P: Lanjutkan intervensi
1) Evaluasi kembali mengenai pengetahuan dari
pendidikan kesehatan yang diberikan dengan
menanyakan kembali pertanyaan yang ditanyakan
pada saat evaluasi penyuluhan
2) Lanjutkan memotivasi keluarga untuk memeriksakan
diri ke fasilitas kesehatan
3) Monitor tekanan darah Tn. A
Manajemen Lingkungan: S:
Kenyamanan 1) Ny. S dan keluarga mengatakan bahwa pencahayaan
1. Sesuaikan pencahayaan, di dalam rumah memang sedikit gelap jika lampu
berikan pencahayaan yang tidak dihidupkan, namun jika ventilasi seperti jendela
adekuat pada bagian yang gelap dan pintu dibuka maka ruangan akan mendapatkan
di dalam rumah, hindari cahaya pencahayaan yang baik
langsung pada mata 2) Setelah diberitahukan untuk memperbaiki
Manajemen Lingkungan: pencahayaan di rumah, keluarga mengatakan akan
Keselamatan membuka ventilasi jika siang hari agar cahaya masuk
1. Modifikasi lingkungan yang dengan maksimal, dan untuk malam hari pencahayaan
lebih aman, dengan baik.
menyingkirkan barang di lantai, 3) Ny. S mengatakan selalu membersihkan dan
dan menjaga agar lantai tidak merapikan rumah sehingga bisa mempertahankan
licin serta hal lain yang dapat kondisi lingkungan dengan baik
meningkatkan risiko jatuh atau
cedera
O:
1) Ny. S dan Tn. A tampak mengangguk dan setuju saat
diminta untuk memperbaiki pencahayaan di dalam
rumah
2) Rumah keluarga tampak gelap saat intervensi,
kemudian Ny. S menyalakan lampu, dan
pencahayaan menjadi lebih baik
3) Rumah tampak rapi, dan tidak ada barang berserakan
di lantai, lantai tidak licin dan tidak ada hal yang
berisiko membahayakan

A:
Masalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
NOC: Perilaku Pencarian Kesehatan
4) Tujuan 1: tercapai dari skala 3 ke skala 5
5) Tujuan 2: tercapai bertahan pada skala 5
6) Tujuan 3: belum tercapai, meningkat dari skala 1 ke
skala 2

P: Intervensi dihentikan
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG PENERAPAN LATIHAN FISIK DAN OLAHRAGA
PADA LANSIA DENGAN KASUS HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Gerontik

Tanggal 31 Mei – 5 Juni 2021

Oleh :
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
2030913310077

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG PENERAPAN LATIN FISIK DAN OLAHRAGA
PADA LANSIA DENGAN KASUS HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Ners


Pada Stase Keperawatan Gerontik

Tanggal 07 Juni – 17 Juni 2021

Oleh :
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
2030913310077

Banjarbaru, Juni 2021


Mengetahui,

Pembimbing Akademik

Fatma Sayekti Ruffaida, Ns. M.N.S


NIPK. 198702152019032015

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG HIPERTENSI PADA LANSIA
DI DESA SUNGAI LANDAS
Topik : Penyakit Tidak Menular
Pokok Bahasan : Katarak Senilis
Sub Pokok Bahasan : Perawatan dan Penatalaksanaan Katarak
Sasaran : Ny. S dan Keluarga di Banjarbaru
Hari/Tanggal : Kamis/19 Agustus 2021
Waktu : 17.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. S Banjarbaru
Pengorganisasi : Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
A. TUJUAN UMUM
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat memahami perawatan
dan penatalaksanaan katarak

B. TUJUAN KHUSUS

1. Peserta penyuluhan dapat memahami pengertian Katarak

2. Peserta penyuluhan dapat memahami penyebab dari Katarak

3. Peserta penyuluhan dapat memahami tanda dan gejala dari Katarak

4. Peserta penyuluhan dapat memahami Penatalaksanaan Katarak

5. Peserta penyuluhan dapat memahami dampak apabila katarak tidak ditangani


C. MEDIA
1. Poster
2. Masker
3. Materi lengkap
D. KEGIATAN PENYULUHAN
Alokasi waktu:

1. Pembukaan : 5 menit
2. Peyampaian materi : 20 menit
3. Tanya jawab : 15 menit
4. Penutup : 5 menit
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Metode Waktu
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab Ceramah 17.00-
2. Memperkenalkan diri salam 17.05
3. Bina hubungan saling 2. Mendengarkan
percaya.
4. Menyampaikan tujuan
pokok materi
5. Menanyakan
pengetahuan Keluarga
mengenai Katarak
Penyampaia Menjelaskan materi tentang: 1. Mendengarkan Ceramah 17.05-
n Materi 2. Menanyakan 17.25
1. Peserta penyuluhan dapat
materi yang
memahami pengertian
belum
Katarak
dimengerti
2. Peserta penyuluhan dapat
memahami penyebab
dari Katarak

3. Peserta penyuluhan dapat


memahami tanda dan
gejala dari Katarak

4. Peserta penyuluhan dapat


memahami
Penatalaksanaan Katarak

5. Peserta penyuluhan dapat


memahami terkait
dampak apabila katarak
tidak ditangani
Penutup 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab Tanya 17.25-
2. Menarik kesimpulan pertanyaan jawab 17.45
3. Memberikan reward dan 2. Menjawab (diskusi)
Poster kepada peserta salam
4. Menyampaikan hasil
Evaluasi
5. Menutup penyuluhan
(salam)

E. SETTING TEMPAT

A: Penyuluh
B: Peserta
C: Peserta

F. GARIS BESAR MATERI

1. Pengertian Katarak

2. Penyebab dari Katarak

3. Tanda dan gejala dari Katarak

4. Penatalaksanaan Katarak

5. Dampak apabila katarak tidak diberikan penanganan


G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Kesiapan peserta penyuluhan.
b. Kesiapan tempat pelaksanaan.
c. Kesiapan tim penyaji.
d. Kesiapan materi penyaji.
e. Kesiapan media (Poster).
2. Evaluasi Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
b. Keaktifan dalam melaksanakan tanya jawab.
3. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Masyarakat (Lansia) memahami materi yang disampaikan.

Lampiran I Pertanyaan Kepada masyarakat


Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Apa itu Katarak?
2. Tanda gejala katarak?
3. Penatalaksaan/tindakan yang
bisa dilakukan?
4. Dampak apabila katarak tidak
segera ditangani?

Keterangan Jawaban:
Benar :
Salah :
Lampiran II Materi
A. Pengertian Katarak
Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran
yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan
pandangan secara bertahap. Derajat disabilitas yang ditimbulkan oleh katarak dipengaruhi
oleh lokasi dan densitas keburaman
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.dimana
penglihataan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh (Sidarta Ilyas., 2014).
B. Etiologi
Katarak biasanyaa terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak
bisa disebabkan oleh cedera mata penyakit metabolik (misalnya diabetes) obat-obat
tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak kongenitas bisa disebabkan oleh Infeksi congenital, seperti campak jerman
yang berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia. Adapun Faktor
resiko terjadinya katarak kongenitas meliputi:
1. Penyakit metabolik yang diturunkan
2. Riwayat katarak dalam keluarga
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan
4. Merokok
5. Radang mata dan trauma mata
6. Terpajan banyak sinar ultraviolet (matahari)
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi katarak meliputi:
1. Umur
Umur adalah yang dihitung mulai dilahirkan sampai meninggal sedangkan umur
adalah lamanya waktu hidup sejak dilahirkan
2. Pengaruh umur terhadap katarak
Penyakit katarak tidak menimbulkan gejala rasa sakit tetapi dapat mengganggu
penglihatandan pengelihatan kabur sampai menjadi buta.
3. Jenis kelamin
Pengaruh jenis kelamin pada katarak Kejadian pada wanita lebih tinggi
dibandingkan pada pria karena padawanita terjadi monopouse. Saat itu biasanya
ada gangguan hormonal sehingga mengakibatkan jaringan tubuh menjadi mudah
rusak.
4. Merokok
Penggunaan tembakau yang kronik dapat menyebabkan atropi ujung- ujung saraf
pengecap mengurangi persepsi rasa selain itu pasien yang memiliki kebiasaan
merokok dapat mengakibatkan katarak karena pengaruh dari asap rokok yang dapat
merusak mata
5. Perkerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitanya dengan paparan sinar matahari.sinar
ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, akan diserap oleh protein lensa dan
kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas
atau sposis oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan
mempengaruhi struktur protein lensa ,selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa
yang disebut katarak.
C. Klasifikasi
1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. bisanya
kekeruhan pada lensa yang timbul pada saat pembentukan lensa. katarak ini sering
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes
melitus, toksoplasmosis hipoparatiroidisme, galaktosemia. tindakan pengobatan pada
katarak kongenital adalah operasi yang dilakukan bila refleks fundus tidak tampak.
Biasanya bila katarak bersifat total operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau
lebih muda bila telah dapat melakukan pembiusan.
2. Katarak juvenile katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
biasanya merupakan penyullit penyakit sistemik, ataupun metabolik dan penyakit
lainnya yang meliputi : katarak diabetik dan galaktosemik (gula) katarak hipokalsemik
(tetanik) katarak defisiensi gizi katarak aminoasiduria penyakit wilson dan katarak
yang berhubungan dengan penyakit metabolik lain.
3. Katarak senil, katarak setelah 50 tahun penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui
secara pasti. Menurut konsep penuaan jaringan embrio manusia dapat membelah diri
50 kali kemudian mati. Imunologis dengan bertambahnya usia akan bertambah cacat
imunologik yang mengakibatkan kerusakan pada sel. menurut teori “Across-link” ahli
biokimia mengatakan terjadi pengikatan bersilang asam nukleat dan molekul protein
sehingga mengganggu perubahan lensa pada usia lanjut. Kekeruhan lensa dengan
nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya terjadi pada usia 60 tahun.
Katarak senil terbagi menjadi 4 stadium berdasarkan tingkat keparahannya yaitu:
1. Stadium insipient
Pada stadium ini mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan
lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan
mengeluh gangguan penglihatan seperti kabur, atau melihat ganda pada satu
matanya. Pada stadium ini, proses degenerasi masih belum menyerap cairan mata
ke dalam lensa sehingga terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal,
iris dalam posisi biasa serta kekeruhan ringan pada lensa.
2. Stadium imatur
Pada stadium ini lensa yang degenerative mulai menyerap cairan mata ke dalam
lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan
lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi
miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien mengatakan tidak
perlu kacamata ketika membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong
ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada
stadium ini, terjadi glaucoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau
shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa, uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh
lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan
cairan di dalam mata sehingga ukuran mata akan menjadi normal kembali. Pada
pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata depan terbuka normal,uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat
menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
4. Stadium hipermatur
Pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapatmencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak
Morgagni). Pada stadium ini, terjadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan
lensa ataupun korteks yang cair keluar masuk ke dalam bilik mata depan. Pada
stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
meyebabkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris
terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji
bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan
timbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup
jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaucoma fakolitik.
4. Katarak rubela, terdapat 2 bentuk kekeruhan yaitu kekeruhan sentral dengan perifer
jernih seperti mutiara atau kekeruhan di luar nuclear yaitu korteks anterior dan
posterior total. Mekanisme terjadinya tidak jelas akan tetapi diketahui bahwa rubel
dapat dengan mudah melalui barier plasenta. Visus ini dapat masuk atau terjepit di
dalam vesikel lensa dan bertahan di dalam lensa sampai 3 tahun.

A. Manifestasi Klinis
Katarak diagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya pasien mengalami
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang di akibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak tampak
dengan oftalmoskop. Sehingga memiliki beberapa tanda yang meliputi :
1. penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. Bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap.
2. Kesulitan melihat ketika malam hari.
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran.
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat misalnya
cahaya putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning.
8. Jika melihat dengan hanya dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat
ganda.(Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma., 2015).
B. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan diagnostik. Kartu mata snellen (tes ketajaman pengelihatan dan sentral
pengelihatan) kemungkinan terganggu dengan kerusakan kornea lensa atau viterus
atau penyakit sistem syaraf dan jalan optik.

a. Lapang pengelihatan : penurunan disebabkan oleh masa tumor pada hipofisis otak
atau gloukoma.

b. Pemeriksaan oftalmoskopi mengkaji struktur internal okuler mencatat atrofi


lempeng optik pendarahan retina dan pemeriksaan belahan lampu dan memastikan
diagnosa katarak.

c. GDS nilai normal70 – 120 mg/dl

d. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.

e. A-scan ultrasound (echoography)

f. Hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat dignostik. Bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan.

g. EKG kolesterol serum lipid.

C. Penatalaksanaan

1. Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresivitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap dengan pembedahan. (Vaughan
DG & arif,mansjoer)
2. Penatalaksanaan non bedah meliputi :
a. Terapi penyebab katarak pengontrolan diabetes militus, menghentikan
konsumsi obat-obatan yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid,
fenotsin, dan miotik kuat menghindari iradiasi (inframerah atau sinar -x) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
b. Memperlambat progresifitas Penilaian terhadap perkembangan visus pada
katarak insipient dan imatur.
1. Refraksi dapat berubah sangat cepat, sehingga harus dikoreksi
2. Pengaturan pencahayaan, pasien dengan kekeruhan di bagian perifer lensa
(area pupil masih jernih) dapat diintruksikan menggunakan pencahayaan
yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian sentral lensa, cahaya
remang yang ditempatkan disamping dan sedikit di belakang kepala pasien
akan memberikan hasil terbaik
3. Penggunaan kacamata gelap: pada pasien kekeruhan lensa di bagian
sentral, hal ini akan memberikan hasil yang baik dan nyaman apabila
beraktifitas diluar ruangan
4. Midriatil dilatasi pupil akan memberikan efek positif pada lataral aksial
dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5% atau
tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.
5. Penilaian terhadap perkembangan visus pada katarak insipen dan imatur ,
refraksi dapat berubah sangat cepat sehingga harus dikoreksi. (Amin Huda
Nurarif, 2015).
c. Konsep dasar kebutuhan keselamatan dan keamanan. Teori konsep kebutuhan
dasar manusia. Menurut pendapat beberapa ahli
1) Abraham maslow. Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homosietas, baik fisiologis
maupun psikologis. Adapun kebutuhan adalah suatu hal yang sangat
penting, bermanfaat atau yang sangat diperlukan untuk menjaga kehidupan
itu sendiri yang meliputi : Salah satunya kebutuhan keselamatan dan rasa
aman (safety security needs). Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang
dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis, maupun
psikologis. Kebutuhan ini meliputi
a) kebutuhan perlindungan dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan
infeksi
b) bebas dari rasa takut dan kecemasan
c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau
asing

Konsep keselamatan dan keamanan terkait dengan kemampuan


seseorang menghindari bahaya, yang ditentukan oleh pengetahuan dan
kesadaran serta motivasi orang tersebut untuk melakukan tindakan
pencegahan (Nancy Roper,2002). Definisi. Keselamatan (safety) adalah
kondisi ketika individu, kelompok, atau masyarakat terhindar dari segala
bentuk ancaman atau bahaya. Sedangkan keamanan (security) adalah
kondisi aman dan tentram, bebas dari ancaman atau penyakit. Untuk
mendukung keselamatan dan keamanan diperlukan kerja area sensori
motorik yang baik pada korteks serebri. Faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan keamanan
1. Faktor usia Lansia pada umumnya akan mengalami penurunan
sejimlah fungsi organ yang dapat menghambat kemampuan mereka
untuk melindungi diri, salah satunya adalah kemampuan persepsi
sensorik.
2. Faktor perubahan persepsi sensorik. Individu yang mengalami
gangguan persepsi sensorik (penglihatan) berisiko tinggi mengalami
cedera. Pada gangguan penglihatan dapat dicegah dengan memberikan
penerangan, menjauhkan klien dari paparan benda tajam yang dapat
menciderai klien, memasangkan pegangan pada sisi rumah agar
memudahkan klien untuk beraktifitas, menghindari lantai yang licin.
(Ns. Nurul chayatin, S Kep.,2008)

d. Pendidikan kesehatan
Hal penting yang harus dilakukan pada pasien dengan katarak adalah
pendidikan kesehatan beberapa hal yang perlu disampaikan pada pasien katarak
adalah :
1. Penyakit katarak (pengertian tanda dan gejala penyebab patofisiologi dan
test diagnosis.)
2. Mengubah pola kebiasaan pasien yang dapat berdampak bagi kesehatan
matanya
3. Pencegahan terhadap komplikasi yang disebabkan oleh katarak.
4. Memanagement makanan yang baik untuk penderita katarak dan apa saja
yang harus penderita hindari
5. Melakukan perawatan mata secara mandiri dengan apa yang sudah
diajarkan oleh perawat
Poster
HASIL EVALUASI PENYULUHAN

1. Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 19 Agustus 2021


2. Waktu : Pukul 17.00 WIB
3. Sasaran : Keluarga Tn. A
4. Pengorganisasian : Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
(Penyaji, Observer, Moderator dan Fasilitator)
5. Media :

Poster 
Masker 
Materi Lengkap 

6. Evaluasi Input

Kesiapan Peserta Penyuluhan 

Kesiapan Tempat Pelaksanaan 

Kesiapan Tim Penyaji 

Kesiapan Tim Materi Penyaji 

Kesiapan Media (Poster) 

7. Evaluasi Proses Kegiatan

Pembukaan a. Memberikan salam V


b. Memperkenalkan diri ke peserta V
penyuluhan V
c. Bina hubungan saling percaya ke peserta V
penyuluhan V
d. Menyampaikan tujuan pokok materi
e. Menanyakan pengetahuan tentang
Katarak
Penyampaian Menjelaskan materi tentang:
materi V
a. Pengertian Katarak
V
b. Penyebab dari Katarak V
c. Tanda dan gejala dari Katarak V
V
d. Penatalaksanaan dan perawatan katarak

e. Dampak apabila katarak tidak ditangani


Kegiatan a. Memberi pertanyaan V
Penutup b. Menarik kesimpulan V
c. Menyampaikan hasil evaluasi V
d. Menutup kegiatan penyuluhan V

Moderator a. Memimpin jalannya diskusi V


b. Menjelaskan tujuan penyuluhan V
c. Meevaluasi pemahaman peserta V
penyuluhan V
d. Meatur kontrak waktu
Penyaji a. Menyajikan serta menjelaskan tentang V
materi yang disampaikan
b. Menjawab pertanyaan peserta V

Fasilitator a. Membantu peserta untuk tetap fokus V


memperhatikan penyajian V

b. Mempersiapkan kebutuhan yang


diperlukan
Observer a. Meobservasi jalannya penyuluhan V
b. Menuliskan pertanyaan dan jawaban V

c. Memberikan nilai dan kesimpulan V


penyuluhan

8. Evaluasi seluruh hasil satuan acara penyuluhan:

Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai 


dengan waktu yang telah ditentukan

Penyaji memberikan materi dengan 


jelas sehingga peserta mudah mengerti

Peserta dapat menjawab pertanyaan 


yang diajukan

Peserta mengikuti kegiatan dari awal 


hingga selesai

Melakukan dokumentasi 

Pertanyaan Peserta

1. Apakah memang harus dioperasi untuk katarak? Ada nggak obat yang bisa
menyembuhkan?

Pertanyaan Evaluasi Peserta

1. Apa itu Katarak?

2. Tanda dan Gejala Katarak?

3. Penatalaksanaan dan perawatan Katarak?

4. Dampak jika katarak tidak ditangani?

Jawaban
No Pertanyaan
Benar Salah
1. Apa itu Katarak? 

2. Tanda dan Gejala Katarak?


3. Penatalaksanaan dan 
perawatan katarak?
4. Dampak apabila katarak tidak di 
tangani
Evaluasi Seluruh Kegiatan
1. Kegiatan penyuluhan kurang lebih dilakukan 30 Menit
2. Terdapat peningkatan pengetahuan terkait Katarak
3. Peserta penyuluhan mengajukan 1 pertanyaan
4. Peserta penyuluhan dapat menjawab 4 dari 4 pertanyaan yang diajukan
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai