Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Tanggal 09 Agustus 2021

Oleh

Putri Wulandari, S.Kep

NIM. 2030913320043

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWTAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Putri Wulandari, S.Kep.

NIM : 2030913320043

JUDUL LP : Fraktur

Banjarbaru, 09 Agustus 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase KDP Pembimbing Akademik,

Noor Diani, Ns.,M.Kep, Sp.Kep.MB Noor Diani, Ns.,M.Kep, Sp.Kep.MB


NIP.19780317 200812 2 001 NIP.19780317 200812 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR
Klasifikasi
Berdasarkan kerusakan jaringan disekitarnya (Whiteing,
2008):
Etiologi
1. Fraktur Terbuka (Open Fracture)
Penyebab terjadinya fraktur ialah tekanan berlebihan
Definisi Jika terdapat luka terbuka fraktur dengan potensi
atau trauma langsung pada suatu tulang,
organisme untuk masuk yang berhubungan langsung
menyebabkan suaturetakan. Ini mengakibatkan
Fraktur dapat didefinisikan sebagai kehilangan atau pada daerah fraktur
kerusakan pada otot sekeliling dan jaringan,
kerusakan pada kontinuitas tulang (Whiteing, 2008). 2. Fraktur Tertutup (Closed Fracture)
mendorong ke arah perdarahan, edema, dan
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, Jika kulit tetap utuh tidak ditembus oleh fragmen
kerusakan jaringan local. Pada awalnya setelah retak,
umumnya akibat trauma. Fraktur digolongkan sesuai tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
pendarahan di area menyebabkan pembentukan
jenis dan arah garis fraktur (Tambayong, 2000). lingkungan/dunia luar.
hematoma. Sel penyebab radang masuk area. Jaringan
Berdasarkan arah garis fraktur (Whiteing, 2008):
pembutiran menggantikan hematoma. Perubahan
1. Transversal
seluler melanjut dan suatu union disebut callus pun
2. Spiral
berkembang. Osteoblast terus masuk ke area.
3. Obliq
Jaringan berserat di dalam area yang patah berubah Penatalaksanaan 4. Greenstick
menjadi tulang (DiGuilio, Jackson, & Keogh, 2014). Tatalaksana fracture ialah (Purwanto, 2016),(Ebnezar, 2010): Berdasarkan bentuk patahnya (Whiteing, 2008)
1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup: tindakan (Tambayong, 2000):
manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat 1. Fraktur Impak
Manifestasi Klinis 2. Fraktur kominut
mungkin untuk kembali seperti letak semula.
Berikut manifestasi klinis dari fraktur (Whiteing, 3. Fraktur sederhana (simple)
2008), (DiGuilio, Jackson, & Keogh, 2014): 2. Fraktur terbuka: pembedahan debridement dan 4. Fraktur kompleks
1. Gerakan anggota tubuh yang tidak normal di irigasi, imunisasi tetanus, terapi antibiotik.
daerah fraktur (pembatasan gerak). 3. Imobilisasi fraktur
2. Krepitasi atau kisi-kisi di antara ujung tulang. Dapat dilakukan dengan fiksasi interna dan eksterna. Komplikasi
3. Deformitas yang bisa dilihat atau dirasakan.
Fiksasi interna atau disingkat ORIF (Open Reduction
4. Memar di sekitar fraktur. 1. Malunion : tulang patah telah sembuh dalam posisi yang
5. Teraba lunak di atas lokasi fraktur. Interna Fixation) dan fiksasi ekterna OREF (Open
tidak seharusnya.
6. Nyeri saat menekan tungkai dengan menekuk Reduction Externa Fixation).
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan
atau kompresi longitudinal. 4. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan
7. Fungsi yang terganggu. (Rehabilitasi) normal.
8. Pembengkakan di lokasi fraktur. a) Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai 3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
9. Pendarahan local, tingkat perubahan warna kulit kebutuhan (Purwanto, 2016)
mungkin tidak terlihat; tergantung jumlah darah
yang ilang dan jarak antara fraktur dan kulit. b) Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
10. Pemendekan kaki dan perputaran eksternal terjadi c) Status neurovaskuler (misal: peredaran darah, nyeri,
setelah fraktur pinggul. perabaan gerakan) dipantau Klasifikasi Fraktur Terbuka (Gustillo Anderson)
d) Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk
1. Grade I
meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan
Pemeriksaan Penunjang Luka < 1 cm
Pemeriksaan penunjang berupa (DiGuilio, Jackson, peredaran darah 2. Grade II
& Keogh, 2014), (Purwanto, 2016): Luka > 1 cm
1. Sinar X 3. Grade III
2. CT Scan Luka > 10 cm
3. Bone Scan III A Kulit masih bisa menutup
4. Arteriografi III B Kulit tidak bisa menutup
5. Kreatinin III C Terdapat gangguan vaskular
Indikasi Pemasangan ORIF Indikasi Pemasangan OREF

1. Perawatan operatif ini tidak dilakukan di 1. Fraktur terbuka grade II dan III
manajemen fraktur skafoid akut kecuali untuk 2. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau
fraktur tergeser. tulang yang parah
2. Dalam union dan nonunion (> 12-16 minggu). 3. Fraktur yang sangat kominutif (remuk) dan tidak stabil
3. Penyakit Preiser, yang merupakan nekrosis iskemik 4. Fraktur yang diserati dengan kerusakan vaskuler dan
skafoid fraktur. syaraf
4. Closed Fracture 5. Fraktur pelvis yang tidak bisa diatasi dengan cara lain
5. Fraktur avulsi mayor yang disertai oleh gangguan 6. Non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan
signifikan pada struktur otot tendon 7. Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes
(Ebnezar, 2010); (Yongu, et al, 2014) melitus

Perawatan Post Operasi Fraktur Fase Penyembuhan Fraktur

Dilakukan utnuk meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan pada 1. Infalamasi


bagian yang sakit. Dapat dilakukan dengan cara (Yanty dalam Zarlinda, Segera setelah tulang patah (1-7 hari)
2016): 2. Proliferasi Sel
Terbentuknya benang fibrin, invasi fibriblast dan
1. Monitor neurovaskuler setiap 1-2 jam, osteoblast (5 hari)
2. Monitor tanda-tanda vital selama 4 jam, kemudian setiap 4 jam 3. Pembentukan Kalus
sekali selama 1-3 hari dan seterusnya, Kalus terbentuk diantara tulang yang mengalami
3. Monitor hematocrit dan hemoglobin, fraktur sebagai jembatan tulang (3-4 bulan)
4. Monitor karakteristik dan cairan yang keluar, laporkan cairan 4. Remodelling
dari 100-150 ml/hari selama 4 jam pertama, Pengembalian jaringan mati dan reorganisasi tulang
5. Atur posisi klien setiap 2 jam dan sediakan trapeze gantung baru ke susunan tulang sebelumnya serta tergantung
yang beratnya modifikasi tulang (bulan hingga tahun).
digunakan pasien untuk melakukan perubahan posisi
6. Letakkan bantal diantara kaki klien untuk memelihara (Ebnezar, 2010)
kesejajaran tulang (fraktur ekstremitas bawah)
7. Ajarkan dan bantu klien untuk melakukan teknik non
farmakologi seperti teknik nafas dalam,
8. Kolaborasi pemberian obat analgesik, obat relaksasi otot,
dan,antikoagulan atau antibiotik,
9. Minta klien untuk melakukan wight bearing yang sesuai
kondisi pasien dan melakukan mobilisasi dini.
Sinar X (Screw dan Plate Ankle ORIF) Sinar X (Screw dan Plate Femur ORIF)
Pathway Fracture

Kekerasan langsung Kekerasan tidak langsung Kekerasan akibat tarikan otot

Tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap tulang

Trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya


kontinuitas tulang

Fraktur

Kehilangan Laserasi kulit Perubahan fragmen tulang Fraktur terbuka ujung terbuka Tindakan operasi
integritas kerusakan pada jaringan dan menembus otot dan kulit
tulang pembuluh darah
Putusnya vena arteri Luka terbuka (pasang pen
Luka
Spasme Otot Pendarahan Lokal plat, kawat, sekrup)
Ketidakstabilan
Perdarahan
posisi frktur, apabila Kerusakan Integritas Kulit
Peningkatan Hematoma pada Risiko Infeksi
organ fraktur
Keilangan Volume tekanan kapiler daerah fraktur
digerakkan Port the entry bakteri
Cairan

Fragmen tulang yang Protein plasma Aliran darah ke Risiko Infeksi


patah menusuk Resiko Syok daerah distal
hilang
organ sekitar berkurang atau
terhambat (Nurarif, A. H., & Kusuma, H, 2016)
Penekanan
Nyeri Akut pembuluh darah Edema
Warna jaringan
Sindroma kompartemen Penurunan perfusi pucat, nadi lemah,
keterbatasan aktivitas jaringan sianosis, kesemutan

Defisit Perawatan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer Kerusakan neuromuskular


Diri
Gangguan Fungsi organ distal Hambatan Mobilitas Fisik
ASUHAN KEPERAWATAN
FRAKTUR
Pengkajian Fokus
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul :
1. Identitas
1. Nyeri Akut
2. Keluhan Utama
2. Resiko Syok
3. Riwayat Penyakit 3. Resiko Infeksi
4. Pemeriksaan laboratorium 4. Hambatan mobilitas fisik
5. Pemeriksaan Fisik 5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
6. Kerusakan integritas kulit
6. Pemeriksaan Radiologi
7. Defisit Perawatan Diri

Nyeri Akut (00132) Risiko infeksi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 1 x 30 menit nyeri klien akan berkurang dengan kriteria hasil :
NOC: NOC : Kontrol resiko
Kontrol Nyeri (1605) 1. Klien bebas dari tandadan gejala infeksi
1. Mampu mengenali nyeri (factor predesposisi,intensitas,lokasi,skala,waktu) 2. Menunjukkankemampuan untukmencegah timbulnyainfeksi
2. Mampu mengontrol nyeri 3. Jumlah leukosit dalam kadar normal
Tingkat Nyeri (2102) NIC : Kontrol Infeksi
1. Melaporkan nyeri berkurang 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain·
2. Klien dapat menyampaikan bahwa nyeri berkurang dengan teknik manajemen nyeri
2. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan·
NIC : Manajemen Nyeri (1408) 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan·
1. Perawat melakukan pengkajian nyeri pada klien mulai dari karakteristik,durasi,kualitas,lokasi,dan factor 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung·
predesposisi nyeri 5. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
2. Observasi tentang reaksi non verbal klien yang dirasakan akibat nyeri dan rasa nyaman klien 6. Tingktkan intake nutrisi·
3. Kontrol terkait lingkungan yang dapat membuat nyeri bertambah misalnya kebisingan dan pencahayaan 7. Berikan terapi antibiotik bila perlu
4. Ajarkan klien mengenai teknik manajemen nyeri non farmakologi
5. Evaluasi keefektifan manajemen nyeri dan tingkatkan istirahat
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Administrasi Analgesik (2210) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
1. Perawat melakukan pengecekan tentang instruksi yang diberikan dokter mengenai jenis obat,dosis dan 2. Monitor hitung granulosit, WBC
frekuensi 3. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
2. Perawat memantau tanda-tanda vital klien baik sebelum dan sesudah diberikan analgetik 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
3. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan drainase
4. Evaluasi efektifitas pemberian analgetik
5. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013) 6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara menghindari infeksi
Risiko infeksi Kerusakan Integritas Jaringan
NOC
NOC : Kontrol resiko Integritas Jaringan: Kulit dan Membran Mokusa
1. Klien bebas dari tandadan gejala infeksi Penyembuhan Luka: Primer dan sekunder
2. Menunjukkankemampuan untukmencegah timbulnyainfeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah kerusakan
3. Jumlah leukosit dalam kadar normal integritas kulit pada pasien tidak terjadi dengan kriteria hasil:
1. Integritas jaringan bisa dipertahankan
NIC : Kontrol Infeksi 2. Ketebalan dan tekstur jaringan dalam keadaan normal
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain· 3. Perfusi jaringan baik
2. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan· 4. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka klien
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan· 5. Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung· NIC
5. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Perawatan Luka
6. Tingktkan intake nutrisi· 1. Jaga agar kulit tetap kering dan bersih
7. Berikan terapi antibiotik bila perlu 2. Monitor karakteristik luka,seperti drainase,warna ,ukuran dan bau
3. Lakukan perawatan luka dengan teknik steril dan biarkan balutan luka tetap kering dan bersih
NIC : Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) 4. Monitor adanya tanda-tanda infeksi pada luka
8. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 5. Kolaborasi untuk pemberian terapi farmakologi
9. Monitor hitung granulosit, WBC Manajemen Tekanan
10. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko 1. Hindari kerutan dan jaga agar tempat tidur tetap kencang
11. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, 2. Jaga kebersihan kulit klien
drainase 3. Mobilisasi klien setiap 2 jam sekali
12. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 4. Pakaikan pakaian yang longgar pada klien
13. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013)
14. Ajarkan cara menghindari infeksi

(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013)


Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Resiko Syok
NOC : Perfusi Jaringan : Perifer
Kriteria Hasil : NOC : Keparahan Syok: Hipovolemik
- Suhu pada ekstremitas tidak dingin (hangat) Kriteria Hasil :
- Pengisian CRT < 2 detik 1. Tidak terjadi penurunan nadi perifer
- Tanda- tanda vital normal 2. Akral menjadi hangat
3. Kulit tidak lagi pucat
NIC : 4. Normalnya laju jantung
Pengecekan Kulit (3590)
1. Periksa kulit (adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema) NIC :
2. Monitor kulit untuk adanya kekeringan yang berlebihan Pencegahan Syok
3. Monitor kelembaban kulit 1. Memonitor terhadap adanya respon kompensasi awal syok (TD,
4. Dokumentasikan perubahan membran mukosa HR melemah)
2. Berikan cairan IV
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) 3. Berikan PRC sesuai kebutuhan
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 4. Memonitor status sirkulasi (TD, warna kulit, temperature kulit,
2. Monitor hitung granulosit, WBC bunyi jantung, nadi dan irama))
3. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, Pengurangan Perdarahan
panas, drainase
5. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 1. Identifikasi penyebab perdarahan
6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 2. Beri penekanan langsung atau penekanan pada balutan
7. Ajarkan cara menghindari infeksi 3. Beri kompres es pada daerah yang terkena
4. Monitor jumlah dan sifat kehilangan darah
5. Atur produk-produk darah untuk transfusi
(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013) 6. Monitor status cairan
7. Monitor PaO2, SaO2, Hb
8. Monitor TD terkait hemodinamik pasien

(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013)


Hambatan Mobilitas Fisik (00085) Defisit Perawatan Diri : Makan,Mandi,Berpakaian,Eliminasi
NOC (00102,00108,00109,00110)
Mobilitas (0208) NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam hambatan mobilitas Perawatan Diri : Makan (0303)
fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil: PerawatanDiri :Mandi (0301)
1. Diharapkan aktivitas fisik klien dapat meningkat Perawatan Diri : Berpakaian (0302)
Perawatan Diri : Eliminasi (0310)
NIC Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan masalah deficit perawatan
Terapi Latihan:Mobilitas Sendi (0224) diri teratasi dengan kriteri hasil :
1. Kaji terkait fungsi motoric klien dengan cara memintakan klien untuk 1. Dapat melakukan ADL (mandi,makan,berpakaian, eliminasi) dengan bantuan
melakukan suatu gerakan 2. Klien terhindar dari bau badan dan mulut
2. Damping dan bantu klien saat mobilisasi 3. Kebutuhan makan klien terpenuhi
3. Ajarkan pada keluarga klien mengenai teknik ROM pasif dan aktif 4. Intake makanan ade kuat
4. Bantu dalam melakukan latihan ROM pada semua ekstrimitas dan 5. Rambut dan pakaian klien terlihat rapi
sendi,pakailah gerakan perlahan dan lembut 6. Kebutuhan BAB/BAK tidak terganggu
Perawatan Tirah Baring (0740) NIC
1. Kaji terhadap kemempuan klien dalam melakukan ADL Bantuan Perawatan diri : Mandi
2. Ajarkan klien dan keluarga tentang cara mengubah posisi dan berikan Bantuan Perawatan diri : Makan
bantuan jika diperlukan klien Bantuan Perawatan diri : Berpakaian
3. Batu klien memenuhi kebutuhan ADL Bantuan Perawatan diri : Eliminasi
1. Monitor kemampuan klien dalam perawatan diri secara mandiri
(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013) 2. Monitor kebutuhan klien terhada alat-alat bantu yang diperlukan untuk menyeka dan oral
hygiene,makan,berpakaian dan berhias,BAB dan BAK
3. Dorong klien untuk melakukan ADL sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
4. Berikan bantuan pada klien saat menyeka,melakukan makan,berpakaian,bab dan bak
5. Lakukan pemasangan NGT jika diperlukan
6. Pakaikan popok untuk membantu BAB
7. Bantu klien saat mengganti popok dan membuang urin dari urine bag

(Moorehead, 2013; Bluecheck, 2013)


DAFTAR PUSTAKA

Bluechek, G. M., Butcher, H. M., Dochterman, J. M. & Wagner, C. M., 2013.


Nursing Interventions Classification (NIC). 6 ed. USA: Elsevier.
DiGuilo, M, Jackson, D, dan Keogh, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ebnezar, J. 2010. Textbook of Orthopedics. Clayton: Jaypee-Highlights Medical
Publishers Inc.
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M. L. & Swanson, E., 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). 5 ed. USA: Elsevier.
NANDA. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H.2016. Asuhan Keperawatan Praktis
BerdasarkanPenerapan Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam Berbagai
Kasus. Yogyakarta: Penerbit Mediaction.
NWO Therapy Department. Rehabilitation Guidelines for Ankle ORIF. Northwest
Ohio Orthopedics and Sports Medicine.
Purwanto, H. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Whiteing, NL. 2008. Fractures: pathophysiology, treatment and nursing care.
Nursing Standard. Vol. 23, No. 2.
Yongu, et al. 2014. Indications And Outcome Of Open Reduction And Internal
Fixation Of Long Bones In Benue State North Central Nigeria. Sudan
JMS. Vol. 9, No.1.

Anda mungkin juga menyukai