Oleh:
Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S. Kep
NIM. 2030913310077
Oleh:
Mengetahui,
Koordinator Stase
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah periode dalam kehidupan yang terkait dengan
perubahan anatomi, adaptasi fisiologi, adaptasi psikologis, dan sosial. Perubahan
anatomi dan adaptasi fisiologis terhadap kehamilan bertujuan untuk
mempersiapkan tubuh ibu hamil untuk proses persalinan dan laktasi. Kehamilan
merupakan proses fisiologis yang terjadi di setiap siklus kehidupan perempuan..
Pada kehamilan sering dijumpai ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil.
Adanya pengaruh dari sistem metabolisme tubuh maupun sistem
musculoskeletal sedikit banyak mempengaruhi tubuh ibu selama kehamilan.
Perubahan yang terjadi diantaranya nyeri punggung pada bagian bawah. Dikutip
dari (Maryanah, 2006) perubahan perubahan yang terjadi selama kehamilan
umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar
ibu pada trimester I sebesar 50-75% karena mual dan muntah sehingga terjadi
syok, 50% terjadi telapak tangan merah pada trimester II dan sesak nafaas
mencapai 60% pada trimester III.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Kehamilan Trimester ke III
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami Asuhan Keperawatan Keluarga pada ibu gravida
trimester ke III
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
c. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
d. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga pada ibu gravida trimester ke III
C. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan pustaka yang dapat memberikan gambaran tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai proses kehamilan-melahirkan serta
masalah yang mungkin terjadi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan
laporan asuhan keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan
tentang kehamilan pada trimester ke III
b. Bagi Masyarakat Hasil laporan ini di harapkan dapat memberikan
pengetahuaan masyarakat tentang kehamilan trimester ke III
c. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pustaka yang dapat
memberikan gambaran pengetahuan mengenai kehamilan trimester
ke III
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Keluarga
A. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang menjadi
klien (penerima) asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
asuhan keperawatan yang diperlukan oleh anggota keluarga yang sakit.
Keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan dengan perawatan di rumah secara baik dan benar oleh klien atau
keluarganya. Secara empiris, hubungan antara kesehatan anggota keluarga
terhadap kualitas kehidupan keluarga sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi di antara individu dan masyarakat,
sehingga dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat
mendapat dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi
kebutuhan individu, dan keuntungan kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai yang dianut keluarga, budaya keluarga, serta
erbagai aspek yang terkait dengan apa yang diyakin dalam keluarga tersebut.
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat. Beberapa ahli tersebut
diantaranya sebagai berikut:
1. Marilyn M. Friedmen (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota
keluarga.
3. Salvicion G. Balion dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Dari ketiga pengertian para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota keluarga
yang lain.
Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu
sistem. Sebagai suatu sistem, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu,
dan anak atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi, dan interpendensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan (masyarakat),
keluarga dapat memengaruhi masyarakat (supra-sisem).
D. Struktur Keluarga
1. Elemen struktur keluarga menurut Friedman
a. Struktur peran keluarga. Menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan
masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami,
istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan
oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang
terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
b. Nilai atau norma keluarga Menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Nilai merupakan suatu sistem,
sikap, dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan
anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan
suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah
pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Murwani, 2007).
c. Pola dan proses komunikasi keluarga. Menggambarkan bagaimana cara
pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota
keluarga ataupun dalam keluarga. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi : (1) bersifat terbuka dan jujur, (2) selalu menyelesaikan
konflik keluarga, (3) berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang
isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi
untuk: (1) karakteristik pengirim: yakin dalam mengemukakan sesuatu
atau pendapat, apa yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu
meminta dan menerima umpan balik. (2) Karakteristik penerima : siap
mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi.
d. Struktur kekuatan keluarga. Menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam
perubahan perilaku ke arah positif.
2. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan
dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
c. Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing
anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas
seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang
merawat anak-anak.
3. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah.
Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku
padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga
matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan
keluarga sedarah dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai
budaya anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta
menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual,
dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali
kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya
keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas
keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak
untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
H. Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman (1981) membagi tugas kesehatan yang harus
dilakukan oleh keluarga yaitu:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga (gangguan perkembangan kesehatan
setiap anggotanya)
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota
keluarga yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan/ atau keluarga
yang membutuhkan bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis, dan
sosial) sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat (misal, puskesma,
posyandu, atau sarana kesehatan lain) untuk memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai kebutuhan keluarga.
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II
bila ditemui data maladaptif pada keluarga, contohnya :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda
dan gejala, faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang
dialami keluarga.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang
dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari
keluarga terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan
keputusan yag dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota keluarga dalam menata lingkungan dalam dan
lingkungan luar rumah yang berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.
Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang
berisiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam keluarga yang
dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan keluarga itu sendiri
(Suprajitno, 2004).
Sebelum memberikan asuhan keperawatan keluarga, beberapa persiapan
yang perlu dilakukan oleh perawat (Suprajitno, 2004):
1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan
kasus-kasus yang perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di
puskesmas sesuai prioritas.
2. Menetapkan jadwal kunjungan :
a. Membuat jadwal kunjungan dan identitas keluarga yang akan dikunjungi
b. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu-waktu kunjungan
dan kehadiran anggota keluarga pengambil keputusan.
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang di butuhkan untuk pelaksanaan
kunjungan antara lain:
a. Mempelajari riwayat penyakit klien (individu/ anggota keluarga) dari
rekam kesehatan keluarga (family folder) di puskesmas dan pencatatan
lain (unit kesehatan) yang ada kaitannya dengan klien tersebut.
b. Membuat catatan singkat tentang maslah kesehatan klien dan keluarga
sebagai dasar kajian lebih lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang
diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisi oeralatan dan obat-obat
sederhana
e. Alat bantu penyuluhan.
e. Fungsi Keluarga
1) Pengkajian Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisai
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
4) Fungsi Reproduksi
5) Fungsi Ekonomi
f. Stress dan Koping Keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
3) Strategi koping konstruktif yang digunakan
4) Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan Fisik
h. Harapan Keluarga
2. Perumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga
Tipologi dari diagnosis keperawatan :
a. Aktual (Terjadi defisit/gangguan kesehatan), dari hasil pengkajian
didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun
belum terjadi gangguan.
c. Potensial (Keadaan sejahtera/”Wellness”), suatu keadaan dimana
keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil
pengkajian dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk
mendiagnosis keperawatan potensial (sejahtera / “wellness”) boleh
menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.
Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria
2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
3) Jumlahkan skore untuk semua kriteria
5. Tahap Evaluasi
Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
evaluasi kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan
atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah
evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu:
evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang
diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang
dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan basil
dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan
dari tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
1) Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid
untuk menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang
subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan instrument
yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
2) Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang
menunjukkan perubahan dalam status kesehatan klien
3) Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku
yang rumit, wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga
yang berperan penting.
4) Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan
kesanggupan untuk mengerti seperti kecakapan dalam membuat
keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan
yang diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai
tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain
tentang perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik
observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan
atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan
tindakan keperawatan.
Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah
keperawatan ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan
rencana tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana
tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu :
1) Rencana Persalinan Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk
membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya
pasangan suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli
kandungan yang menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan
dalam membuat rencana persalinan tersebut meliputi :
a. Tempat Persalinan Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya
kelahiran bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika
kelahiran terjadi di rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan
tempat rujukan untuk mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada
proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin (Huliana,
2001).
b. Memilih persalinan di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan di
rumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa
ibu di dalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus
dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan santai di
rumah, beberapa sangat menghargai privasi yang bisa mereka dapatkan
dirumah dan kebebasan untuk melakukan apa 31 yang mereka pilih,
lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut harus
menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan disana (Nolan,
2003, p.145).
c. Persalinan di Rumah Sakit Wanita hamil yang memilih melahirkan di
rumah sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di
sana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan
teknologi tinggi lebih aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang
ditawarkan rumah sakit misalnya program melahirkan di kolam air,
meskipun boleh dikatakan bahwa layanan ini juga bisa didapat dari luar
rumah sakit, misalnya dengan menyewa kolam renang (Nolan, 2003,
p.145).
A. Perlengkapan untuk persalinan
1. Perlengkapan ibu
a. Kartu periksa hamil
b. Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua
buah, sabun, sikat dan pasta gigi.
c. Pakaian ganti seperti:
1) Baju atasan dengan kancing depan
2) Kain panjang atau sarung
3) Kutang
4) Gurita Ibu
5) Pembalut
2. Perlengkapan bayi
a. Popok bayi
b. Baju Bayi
c. Celana panjang bayi
d. Gurita bayi
e. Kaos tangan bayi
f. Topi bayi
g. Selimut bayi
h. Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap.
3. Perlengkapan ayah Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan
yang bisa dibawa suami saat persalinan adalah :
a. Jam tangan
b. Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta
fotocopinya.
c. Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan
kecil e) Baju ganti
d. Pendamping persalinan Dukungan suami saat persalinan sangat
dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan
dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh
sebelum saat kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat
persalinan akan membuat istri lebih tenang dan lebih siap dalam
menghadapi proses persalinan. Apabila memungkinkan, suami
sebaiknya menemani istri di ruang bersalin. Kehadiran suami,
sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh motivasi yang
diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah
menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya
(Musbikin, 2005, p.265).
e. Transportasi Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas
kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk
mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian
besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk
pengadaan ambulan desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang
perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan,
puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans desa tidak harus
dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat
transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat
pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik
warga yang dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).
f. Biaya Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah
uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama
kehamilan dan jika terjadi kegawatan, karena banyak sekali
kasus dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan
karena tidak mempunyai dana yang diperlukan untuk persalinan
(Pusdiknakes, 2003).
g. Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk
persalinan. Ini tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu
hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan
bersedia untuk mendonorkan darahnya (Pusdiknakes, 2003).
h. Pengambil keputusan utama Sebelum bersalin ibu hendaknya
mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan
dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan
utama adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil
keputusan kedua bila nanti keputusan utama tidak ada
(Pusdiknakes, 2003). Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat
waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana
lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para ibu dan
bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan
mengalami masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga
kapan penyulit itu terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu
dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal
dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong atau
fasilitas pelayanan, harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan
terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri
dan bayi baru lahir (Departemen Kesehatn Republik Indonesia,
2004). Pada saat kunjungan antenatalcare, jelaskan bahwa
petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk
mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan
rujukan setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi
penyulit sering kali tidak cukup waktu dan membuat rencana
rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat
membahayakan jiwa klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas
rujukan dan membuat rencana rujukan dengan suami dan
keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan
keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Selain hal-
hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak tempat
tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau
serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan
merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh
sebab itu penting untuk pengadaan ambulans desa yang bisa
memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke
pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun rumah
sakit. Ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans
tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa
ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil
roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan RI, 2004). Sedangkan untuk
pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau
kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan
penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan,
membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa
pasien dan mencari dukungan dana dari pengusaha setempat
untuk biaya operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh
Kepala Desa
Genogram:
Keterangan:
= Laki-laki = Hubungan Saudara
= Perempuan = Perempuan Meninggal
= Hubungan Pernikahan = Keturunan
= Tinggal Serumah = Klien
= Cerai = Laki-laki meninggal
= Kehamilan = Keguguran
Penjelasan:
Ny. R merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara dan merupakan istri dari Tn.
A. Ny. R saat ini sedang dalam kehamilan keduanya, yang mana
kehamilan pertama mengalami keguguran, dan saat ini tinggal berdua
dengan suaminya.
2. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ny. F yaitu Dyad Family yang mana dalam satu kelurga
terdiri dari suami dan istri, tanpa anak.
3. Suku Bangsa
Keluarga Ny. R dan suami sama-sama bersuku Dayak.
4. Agama
Keluarga Ny. R bergama islam dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
saat dikaji Ny. R dan suami rutin melakukan sholat wajib 5 waktu serta
mengaji dan mendengarkan kajian via youtube atau Instagram.
5. Kebiasaan Diet
Ny. R biasanya di rumah makan nasi beserta lauk pauknya 3 kali sehari,
bersama suaminya. Ny. R suka makan sayur, dan kebutuhan gizi sehari-
hari selalu berusaha dijaga karena saat ini dalam kondisi hamil trimester ke
3. Ny. R rutin setiap harinya meminum susu ibu hamil untuk mencukupi
nutrisi bagi janin, dan selalu mengusahakan untuk makan makanan dengan
nutrisi seimbang. Namun, Ny. R masih sering memakan makanan yang
kurang sehat dan rendah gizi seperti gorengan, dan juga sering meminum
minuman tinggi gula setiap harinya.
6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
Penghasilan keluarga Ny. R di peroleh baik dari suami, maupun Ny, R
sendiri. Suami Ny. R bekerja sebagai admin di Rumah Sakit Pratama
dengan penghasilan Rp. 2.700.000/bulan dan Ny. R bekerja di tempat yang
sama sebagai PNS dengan penghasilan Rp. 2.500.000/bulan
7. Rekreasi keluarga
Rekreasi yang dilakukan Ny.R dan suami biasanya jalan-jalan ke kota saat
akhir pekan atau saat sedang libur, biasanya juga Ny. R dan suami
berkunjung ke tempat-tempat wisata seperti pantai atau kolam renang, atau
ke rumah orang tua/mertua.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Ny. R berada pada tahap I, yaitu keluarga sebagai pasangan
baru. Tugas perkembangan pada keluarga dengan tahap I yaitu,
membina hubungan intim yang memuaskan, membina hubungan
dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial, dan mendiskusikan
rencana memiliki anak.
b. Tugas Perkembangan yang belum terpenuhi
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi yaitu diskusi untuk
rencana memiliki anak, hingga nantinya akan terpenuhi saat kelahiran
bayi dari Ny. R.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Anggota Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Ny.R Ny. R tidak memiliki riwayat Saat ini Ny. R merasa sehat
penyakit seperti jantung atau dan tetap waspada karena
diabetes mellitus, namun Ny. pandemic covid-19. Hanya
R dulunya sering sering merasa nyeri dibagian
mengeluhkan migraine, dan punggung bawah
sebelumnya pernah
mengalami keguguran saat
kehamilan pertamanya.
Halaman
Selasar belakang
Belakang
Kamar
Teras depan
Ket:
: Pintu : Jendela
d. Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga didapatkan adalah dari Ny. R yang bekerja
sebagai PNS yaitu sebanyak RP /bulan dan dari suaminya yangjuga
bekerja sebagai admin di rumah sakit yaitu RP /bulan
e. Fungsi Keluarga
a. Asah
Tn. A bersama dengan Ny. R memenuhi kebutuhan keluarganya mulai
dari tempat tinggal, hingga makanan, pakaian, serta kebutuhan
lainnya.
b. Asih
Keluarga saling memberikan kasih sayang dengan saling berkumpul
saat bersama, makan bersama, dan sering berekreasi.
c. Asuh
Pemeliharaan dan perawatan kesehatan keluarga Ny. R dilakukan
dengan cukup baik agar kesehatan selalu terpelihara.
f. Fungsi Pendidikan
Ny. R sekolah sampai jenjang D3. Sementara Suaminya Tn. .Y
berpendidikan dengan jenjang S1.
g. Fungsi Religius
Ny. R mengganggap agama sebagai suatu hal yang sangat penting dan
utama dalam hidup.
15. Pemeriksaan - -
Lab
16. Keadaan Kesadaran kompos Kesadaran kompos
Umum mentis mentis
Total 10
Penilaian: Selalu = 2, Kadang – kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0
No Diagnosa Keperawatan
.
1. Nyeri akut b. d Agens cedera biologis
2. Kesiapan peningkatan proses kehamilan-melahirkan
No Hari/
Paraf
Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
/Jam
1 Kamis/03 1) Mengidentifikasi faktor internal S :
Juni dan eksternal yang dapat 1) Ny R mampu menjawab pertanyaan mengenai tanda
2021/14.00 meningkatkan atau mengurangi dan gejala persalinan
-14.45 motivasi untuk perilaku sehat. 2) Ny. R mampu menyebutkan perawatan apa saja yang
WIB 2) Mengidentifikasi sumber daya dilakukan sebelum melahirkan
(tenaga, ruang, uang, lain-lain) 3) Ny. R menjelaskan strategi untuk menyesuaikan diri
yang diperlukan untuk dengan adanya bayi
melaksanakan program 4) Ny. R mengatakan dia sudah memahami materi yang
3) Membuat isi pendidikan diberikan
kesehatan sesuai dengan 5) Hasil analisis berdasarkan NOC yang direncanakan,
kemampuan kognitif, psikomotor pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan
dan afektif klien. meningkat dari 3 menjadi 4
4) Memberikan pendidikan O:
kesehatan tentang tanda dan 1) Klien nampak serius dalam diskusi
gejala persalinan 2) Klien sudah memahami tentang materi yang
5) Memberikan pendidikan dijelaskan
kesehatan tentang perawatan 3) Klien tampak memperhatikan saat pemberian materi
sebelum melahirkan 4) Hasil analisis berdasarkan NOC yang direncanakan,
6) Memberikan pendidikan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan
kesehatan tentang strategi untuk meningkat dari 3 menjadi 4
menyesuaikan diri dengan adanya
bayi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Jum’at/04 1) Melakukan pengkajian nyeri secara S :
Juni komperhensif, misalnya dengan 1) Ny R mengatakan nyerinya berubah-ubah, kadang
2021/08.45 menggunakan pengkajian PQRST pada skala sedang 4-6, kadang nyeri berat. Hasil
-09.15 secara berkelanjutan untuk pengkajian PQRST yaitu:
WIB memantau kondisi klien, P: Bertambahnya beban tubuh akibat proses
pengkajian skala nyeri kehamilan/pertumbuhan janin
menggunakan skala numerik Q: Seperti ditekan /diremas
2) Mengendalikan faktor lingkungan
R: Punggung bagian bawah, tidak menyebar
yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan atau S: Kadang 4-6, kadang 6-10
memperparah nyeri klien seperti T: Saat banyak melakukan aktivitas
suhu ruangan, pencahayaan, atau 2) Ny. R mengatakan untuk saat ini tidak merasakan
suara bising nyeri
3) Mengajarkan dan dan 3) Ny. R mengatakan sudah memahami bagaimana cara
mempraktikkan teknik melakukan teknik akupresur
nonfarmakologi, yaitu dengan 4) Setelah tindakan, Ny. R mengatakan merasa agak
menggunakan Tehnik Akupresur enakan saat dilakukan tindakan akupresur
pada titik BL23 5) Analisis berdasarkan NOC yang direncanakan, saat
ini belum bisa diobservasi hasil dari tindakan
O:
1) Klien nampak memperhatikan saat diajarkan
mengenai teknik akupresur
2) Klien sudah memahami tentang materi yang
dijelaskan
3) Klien tampak memperhatikan saat pemberian materi
4) Klien tampak mampu melakukan teknik yang
diajarkan secara mandiri
5) Klien mampu mempraktikan teknik akupresur sesuai
dengan arahan
6) Analisis berdasarkan NOC yang direncanakan, saat
ini belum bisa diobservasi hasil dari tindakan
P:
1) Intervensi dilanjutkan
2) Anjurkan Ny. R, dibantu oleh suami untuk rutin
melakukan terapi akupresur minimal dua kali
seminggu
DOKUMENTASI HASIL PENGKAJIAN DAN IMPLEMENTASI
ANALISIS ARTIKEL
Pengaruh Akupresur Titik Bladder 23 Terhadap Intensitas Nyeri
Punggung Bawah Ibu Hamil Trimester III Di UPTD Puskesmas I
Denpasar Utara
Oleh:
Ni Luh Putu Sentania Widhi Permana Putri1, Ni Wayan Suarniti2, Ni Nyoman Budiani3
2020
Purpose/significance of the study Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Apakah tujuan penelitian teridentifikasi dengan pengaruh pemberian terapi komplementer dengan
jelas? teknik akupresur pada titik BL 23, terhadap
penurunan nyeri punggung bawah pada ibu hamil
trimester III
Literature review a. Sebuah. Ya, daftar pustaka tercantum di bagian
a. Apakah penelitian memiliki tinjauan pustaka? akhir. Ya, itu memenuhi tinjauan pustaka
b. Apakah kajian literatur memenuhi dasar- b. Ya, Memenuhi dasar-dasar filosofis penelitian
dasar filosofis penelitian? c. Ya, memenuhi tujuan tinjauan Literatur
c. Apakah kajian literatur memenuhi tujuannya?
Method and philosophical Underpinnings Akupresur merupakan tehnik pemijatan dengan
a. Mengapa pendekatan ini dipilih? menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh yang
bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan nyeri serta
mengurangi ketegangan, kelelahan dan berbagai
penyakit. Selama ini teknik akupresur sangat
berpengaruh untuk pengurangan keluhan ibu hamil
seperti mual muntah, pada ibu bersalin seperti
induksi persalinan, mengurangi kecemasan, dan
keluhan nyeri punggung selama proses persalinan
DAFTAR PUSTAKA
Ni Luh Putu Putri, S. W., Suarniti, N. W., & Budiani, N. N. (2020). Pengaruh
Akupresur Titik Blader 23 Terhadap Intensitas Nyeri Punggung Bawah Ibu
Hamil Trimester III di UPTD Puskesmas I Denpasar Utara. Jurnal Midwifery
Update (MU), 75-83.
Permatasari, R. D. (2019). Efektivitas Teknik Akupresur pada Titik BL 23, GV 3, GV 4,
Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Jelakombo Jombang. Jurnal Ilmiah: J-HESTECH, 33-42.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tapi tidak sempurna
2 : dilakukan dengan sempurna
Kategori hasil:
> 75 % : pengetahuan baik,
56 % - 75 % : pengetahuan cukup,
< 56 % : pengetahuan kurang.
b. Evaluasi afektif
Klien menyatakan sudah paham mengenai materi pendidikan kesehatan
kehamilan-melahirkan yang diberikan dan mampu meningkatkan
pengetahuannya untuk persiapan persalinan yang lebih baik.
H. Lampiran
1) Materi Lengkap
2) Poster
F. Referensi :
.
Lampiran 1. Materi
Persiapan Persalinan
Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orangorang
disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini orang tua perlu
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjelang persalinan/kelahiran
bayi. Persiapan persalinan meliputi :
1. Persiapan fisik
a. Senam hamil tua Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah
mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati. Dengan
demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran tubuhnya dengan
mencoba latihan ringan, seperti senam hamil. Ibu dapat meluangkan waktu
beberapa saat untuk berjalan kaki pada pagi hari untuk melakukan relaksasi.
Contoh latihan yang bisa dilakukan ibu hamil antara lain :
1) Posisi jongkok Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan
karena akan memudahkan janin melewati jalan lahir. Latihlah posisi ini
setiap hari selama beberapa menit.
2) Posisi bersila Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki semampunya
pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan mengambil posisi ini,
oto-otot ibu akan menguat dan panggul menjadi lentur. Gunakan alat
bantu seperti bantal jika posisi ini sulit untuk dilakukan.
b. Gizi yang seimbang Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin banyak
asupan yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin sangat dibutuhkan
bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat bahwa ibu dalam
kandungannya sangat membutuhkan makanan yang cukup. Tetapi juga
jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini bisa mengakibatkan bayi besar dan
berpengaruh pada proses persalinan.
c. Istirahat yang cukup Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas gerakan bayi
karena ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan tali pusat.
d. Kursus mengurus bayi Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti kursus
mangurus bayi. Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana cara mulai
memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami untuk mengikuti
kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti.
2. Persiapan Mental
a. Hindari stress Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil tentu
saja mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu, keluarga harus
toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap yang harus diambil adalah
dengan jalan mengungkapakan segala perasaan yang dialami, sehingga
dengan begitu ibu hamil itu sendiri merasa dihargai.
b. Hilangkan rasa was-was Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu hamil,
apalagi kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat dihindari
dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya.
c. Persiapan mental suami dan anak Selain istri suami dan anak yang lain juga
harus siap mental. Dimana mereka merasa diabaikan oleh kehadiran sibuah
hati. Ini memicu kecemburuan terhadap anak yang masih dalam kandungan
(Sholihah, 2008, pp.23-25).
Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga yaitu desa
yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan
untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana para
bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu
persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan pemeriksaan ibu
(Depkes, 2004).
Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu:
a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal perkiraan
persalinan.
b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas pelayanan
kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS).
c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya persalinan nanti.
d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau transportasi jika
sewaktu-waktu diperlukan.
e. Ibu hamil harus merencanakan akan melakukan persalinan
(Puskesmas/RB/BPS/RS).
f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
g. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan menanyakan
caranya kepada petugas kesehatan.
h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah
jika sewaktu-waktu diperlukan.
Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu :
1) Rencana Persalinan Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk
membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya pasangan
suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli kandungan yang
menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana
persalinan tersebut meliputi :
a. Tempat Persalinan Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan
kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya kelahiran
bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika kelahiran terjadi di
rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan tempat rujukan untuk
mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada proses persalinan yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Huliana, 2001).
b. Memilih persalinan di rumah Wanita yang memilih untuk melahirkan di rumah
mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu di dalam
hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya
merasa bahwa mereka akan santai di rumah, beberapa sangat menghargai
privasi yang bisa mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk melakukan
apa 31 yang mereka pilih, lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan
mereka takut harus menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan
disana (Nolan, 2003, p.145).
c. Persalinan di Rumah Sakit Wanita hamil yang memilih melahirkan di rumah
sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di sana, sebagian
lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih
aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang ditawarkan rumah sakit
misalnya program melahirkan di kolam air, meskipun boleh dikatakan bahwa
layanan ini juga bisa didapat dari luar rumah sakit, misalnya dengan menyewa
kolam renang (Nolan, 2003, p.145).
D. Perlengkapan untuk persalinan
1. Perlengkapan ibu
a. Kartu periksa hamil
b. Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua buah,
sabun, sikat dan pasta gigi.
c. Pakaian ganti seperti:
6) Baju atasan dengan kancing depan
7) Kain panjang atau sarung
8) Kutang
9) Gurita Ibu
10) Pembalut
2. Perlengkapan bayi
a. Popok bayi
b. Baju Bayi
c. Celana panjang bayi
d. Gurita bayi
e. Kaos tangan bayi
f. Topi bayi
g. Selimut bayi
h. Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap.
3. Perlengkapan ayah Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan yang bisa
dibawa suami saat persalinan adalah :
a. Jam tangan
b. Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta
fotocopinya.
c. Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan kecil e)
Baju ganti
d. Pendamping persalinan Dukungan suami saat persalinan sangat
dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan
dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat
kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat persalinan akan
membuat istri lebih tenang dan lebih siap dalam menghadapi proses
persalinan. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya menemani istri di
ruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata
penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih
kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan
bayinya (Musbikin, 2005, p.265).
e. Transportasi Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan
dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas
kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia,
oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulan desa yang bisa
memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan
kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans
desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat
transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan
kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang
dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).
f. Biaya Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang
sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika
terjadi kegawatan, karena banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari
asuhan atau mendapatkan asuhan karena tidak mempunyai dana yang
diperlukan untuk persalinan (Pusdiknakes, 2003).
g. Donor darah Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini
tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari
orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan
darahnya (Pusdiknakes, 2003).
h. Pengambil keputusan utama Sebelum bersalin ibu hendaknya
mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan
dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan utama
adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil keputusan kedua bila
nanti keputusan utama tidak ada (Pusdiknakes, 2003). Rujukan dalam
kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang
memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para
ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan mengalami
masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke
fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit itu
terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit
terjadi. Setiap tenaga penolong atau fasilitas pelayanan, harus
mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk
melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (Departemen
Kesehatn Republik Indonesia, 2004). Pada saat kunjungan antenatalcare,
jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya
untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan
setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit sering
kali tidak cukup waktu dan membuat rencana rujukan sehingga
keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa
klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas rujukan dan membuat
rencana rujukan dengan suami dan keluarganya serta tawarkan untuk
berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi
rencana rujukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Selain hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak
tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau
serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan
masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting
untuk pengadaan ambulans desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang
perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan,
puskesmas, ataupun rumah sakit. Ambulans desa tidak harus dalam
bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang
dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak,
mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian
Pemberdayaan Perempuan RI, 2004). Sedangkan untuk
pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau
kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan
penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan,
membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa pasien dan
mencari dukungan dana dari pengusaha setempat untuk biaya
operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Kepala Desa
EVALUASI
A. Evaluasi Struktural
1. Kesiapan Peserta Penyuluhan
a. Sasaran : Keluarga Ny. R
b. Hari/ tanggal pelaksanaan: Kamis, 03 Juni 2021
c. Waktu Kegiatan dimulai : 14.00-14.45 WITA
2. Kesiapan tempat pelaksanaan
Rumah/kos Keluarga Ny. R
3. Kesiapan penyaji
Penyaji: Penyajian materi dilakukan oleh Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
menggunakan media Poster yang sudah dicetak
Penyaji mempersiapkan alat dan media 1 hari sebelumnya
Observer : Observer dipegang oleh Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep
Fasilitator : Nurfiqri Ilham Zulfiqar, S.Kep juga berperan sebagai fasilitator.
Fasilitator memotivasi para sasaran jika ingin bertanya dan fasilitator juga
menjawab pertanyaan yang diajukan penanya/sasaran.
4. Kesiapan materi penyaji
Materi berupa Poster tentang persiapan melahirkan, dan materi tertulis
5. Kesiapan media
1) Materi tertulis
2) Poster
B. Evaluasi Proses
1. Sebelum dilakukan penyuluhan penyaji terlebih dahulu meminta izin pada saat
pengkajian bahwa akan melakukan penyuluhan.
2. Sebelum penyuluhan dimulai, penyaji mengatur posisi peserta penyuluhan dengan
jarak 1 meter
3. Saat penyuluhan dilaksanakan, penyaji melakukan sesi pembukaan selama 5
menit/pertemuan dengan memberi salam, memperkenalkan diri, membina
hubungan saling percaya, menyampaikan tujuan pokok materi dan menggali
pengetahuan keluarga Ny. R secara langsung dengan pertanyaan dalam bentuk
lisan sebanyak 3 butir, dengan pertanyaan:
a. Apa tanda dan gejala persalinan?
b. Apa saja perawatan yang bisa dilakukan sebelum melahirkan?
c. Bagaimana strategi untuk penyesuaian saat bayi sudah dilahirkan?
4. Penyaji melakukan penyampaian materi selama 30 menit menggunakan media
poster yang telah dicetak dengan isi materi yang sesuai.
5. Setelah penyampaian materi selesai, penyaji melakukan sesi tanya jawab selama 5
menit, peserta mengajukan pertanyaan kepada penyaji pelaksanaan penyuluhan,
dengan pertanyaan:
Apa saja makanan yang bisa dikonsumsi untuk nantinya melancarkan
persalinan?
Apakah ada aktivitas atau olahraga yang penyuluh sarankan untuk nantinya
memperlancar persalinan?
6. Setelah sesi tanya jawab selesai, penyaji melakukan sesi penutup selama 5
menit/pertemuan dengan mengevaluasi pengetahuan keluarga Ny. T secara lisan
tentang materi yang telah disampaikan penyaji, dengan 3 butir pertanyaan:
a. Apa saja tanda dan gejala persalinan?
b. Apa saja perawatan yang bisa dilakukan sebelum melahirkan?
c. Bagaimana strategi penyesuaian saat bayi sudah dilahirkan?
7. Penyaji menarik kesimpulan dari isi materi yang telah disampaikan
8. Penyaji menarik kesimpulan dari proses penyuluhan
9. Penyaji menyampaikan hasil evaluasi
10. Penyaji menutup penyuluhan dengan mengucapkan salam.
11. Peserta penyuluhan antusias mengikuti proses penyuluhan dari awal sampai
akhir.
12. Peserta aktif dalam bertanya dan menjawab seputar materi penyuluhan.
13. Penyaji mengucapkan salam penutup dan berterimakasih atas partisipasi peserta.
C. Evaluasi Hasil
1. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, yaitu :
Kamis, 03 Juni 2021
2. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala persalinan, perawatan sebelum
melahirkan, dan strategi penyesuaian dengan adanya bayi
3. Terjadi peningkatan pengetahuan, dan peserta mengatakan akan lebih menjaga
kesehatan demi persalinan yang lancar nantinya.
4. Adapun hambatan dalam kegiatan ini yaitu:
Waktu yang singkat untuk menjelaskan materi, sehingga materi yang disampaikan
tidak bisa mencakup lebih banyak, mengingat kesibukan peserta penyuluhan.
i.
Lampiran 2. Poster