Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASA WANITA

DOSEN MATA KULIAH: Ns. SITI MARLINA, M.Kes

DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
Mahasiswa PSIK 3.3
1. ANDRIANI NURKAMSIAH 17.11.013
2. FIRDAWATI 17.11.068
3. JUNITA KARO SEKALI 17.11.227
4. LELI ARTINI GEA 17.11.228
5. NUR JANNAH 17.11.140
6. SARI MUTIARA TAMPUBOLON 17.11.168
7. SRI RAHAYU 17.11.177

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
T.A. 2019/2020
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lim abesar kanker di
dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung,
dan kanker hati. Sementara data pemeriksaan data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim,
kanker payudara, kanker getah bening, kulit, dan kanker nasofaring. Kanker
payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka kematian
akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara merupakan
penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data
terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan wanita angka kedua tertinggi (WHO).
Payudara dimiliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki
payudara mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi
berkembang dan penting. Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi
wanita yang erat dengan kaitannya dengan fungsi reproduksi dan kewanitaan
(kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar memberi gangguan
kesakitan pada umumnya, tetapi juga akan mempunyai efek estetika dan psikologi
khusus.
Menurut World Health Organiation (WHO), 8-9 % perempuan akan
mengalami cancer mamae. Setiap tahun, lebih dari 250.000 kasus cancer mamae
terdiagnosis di Eropa dan kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat, sedangkan pada
tahun 2.000 diperkirakan 1,2 juta perempuan terdiagnosis cancer mamae dan lebih
dari 700.000 meninggal karena cancer mamae (Mulyani dan Nuryani,2013).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Keperawatan Komunitas
Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus
yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan social, sebagai bagian dari program kesehtan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkakan kesehatan, penyempurnaan kondisi social,
perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih
besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan masyarakat
(PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan konsep Puskesmas diperkenlakan
sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan yang memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.

B. Paradigma Kesehatan Komunitas


Paradigma kesehatan komunitas terdiri dari 4 komponen pokok, yaitu
manusia, keperawatan, kesehatan, dan lingkungan (Logan dan Dawnkis, 1987).
Sebagai sasaran praktol keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu,
keluarga, dan masyarakat.
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek
biologi, psikologi, social, dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien,
pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya yang mencakup kebutuhan biologi,
social, psikologi, dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian klien.
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus-menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun
secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara
keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencinta,
harga diri, dan aktualisasi diri.
3. Masyarakat sebagai klien
Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur oleh adat
istiadat, norma, hukum, dan peraturan yang khas dan memiliki identitas yang kuat
mengikat semua warga.
Kesehatan dalam keperawatan kesehatan komunitas di definisikan sebagai
kemampuan melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif, dan produktif. Menurut
Hendrik L.Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan
fisik dan lingkungan social. Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan
dengan fisik seperti air, udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu
daerah mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.

C. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif,, kuratif, dan rehabilitative, maupun
resosialitatif.
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan terhadap individu, kelompok, keluarga kelompok dan masyarrakat melalui
kegiatan imunisasi, peeriksaan kesehatan berskala melalui posyandu, puskesmas, dan
kunjungan rumahm permberian vitamin A, iodium, atapun pemeriksaan dan
pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui.
Upaya rehabilitative atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di rumah
atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta, dan
cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, fraktur, dan
lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada
penderita TBC.
Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti penderita
AIDS, kusta, dan wanita tuna susila.

D. Pengertian Wanita Dewasa


Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan
dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu.
Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 16-21 tahun disebut
juga anak gadis.
Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Oleh karena itu, dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama
dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock, Developmental Psychology,
1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja (Hurlcok) mengatakan
bahwa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa awal adalah mereka yang berusia 20-
40 tahun.

E. Ciri-ciri Umum Masa Dewasa Awal


1. Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif
Masa ini dimulai dengan membentuk rumah tangga. Pada masa ini
khususnya pada wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa reproduksi,
dimana seorang wanita siap menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu.
Pada masa ini alat-alat reproduksi manusia telah mencapai kematangannya dan
sudah siap untuk melaukakn reproduksi.
2. Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah
Setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan,
sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri kembali terhadap diri
maupun lingkungannya.
3. Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan ketegangan emosional
Ketegangan emosional seringkali ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan
atau kekhwatiran-kekhwatiran. Ketakutan atau kekhwatiran yang timbul ini pada
umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian terhadap persoalan-
persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau
kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan.
4. Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan perubahan nilai
Ketergantungan disini mungkin ketergantungan pada orang tua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena
memeproleh pinjaman untuk membiayai pendidika mereka. Sedangkan pada
masa perubahan nilai masa dewasa awal terjadi karena beberapa alasan seperti
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok social, dan
ekonomi orang dewasa.

F. Konsep Cancer Mammae


1. Definisi Cancer mammae
Cancer mammae disebut juga dengan Carcinoma Mammae adalah sebuah
tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam
susu, jaringan lemak, maupun pada jaringan ikat payudara. (Suryaningsih & Sukaca
2009). Cancer mammae adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kullit payudara. (Romauli
& indari, 2009). Cancer mammae adalah pertumbuhan sel yang tidak terkontrol
lantaran perubahan abnormal dari gen yang bertanggung-jawab atas pengaturan
pertumbuhan sel. Secara normal, sel payudara yang tua akan mati, lalu digantikan
oleh sel baru yang lebih ampuh. Regenerasi sel seperti ini berguna untuk
mempertahankan fungsi payudara, gen yang bertanggung-jawab terhadap pengaturan
pertumbuhan sel termutasi. Kondisi itulah yang disebut cancer mammae. (Satmoko,
2008). Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa cancer mammae
adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada
payudara, sehingga menyebabkan terjadinya benjolan atau kanker yang ganas.

2. Faktor Resiko Cancer Mammae


Menurut Mulyani & Nuryani (2013), Sukaca & Suryaningsih (2009) terdapat
beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya cancer mammae,
diantaranya:
a. Gender
Perempuan memiliki risiko terkena cancer mammae lebih besar dibanding
pria. Perbandingannya seratus banding satu perempuan yang terkena cancer
mammae dibandingkan pria.
b. Pemakaian hormone
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan bermakna pada pengguna terapi Estrogen Replacement. Suatu
metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko cancer
mammae pada pengguna kontrasepsi oral, perempuan yang menggunakan
obat ini untuk mengalami kanker ini sebelum menopause. Oleh sebab itu jika
kita bisa menghindari adanya penggunaan hormon ini secara berlebihan maka
akan lebih aman.
c. Kegemukan (obesitas) setelah menopause
Seorang perempuan yang mengalami obesitas setelah menopause akan
beresiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena cancer mammae dibandingkan
dengan perempuan yang beratbadannya normal.
d. Radiasi payudara yang lebih dini
Sebelum usia 30 tahun, seorang perempuan yang harus menjalani terapi
radiasi di dada (termasuk payudara) akan memiliki kenaikan risiko terkena
cancer mammae. Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi,
semakin tinggi risiko untuk terkena cancer mammae di kemudian hari.
e. Riwayat cancer mammae
Seorang perempuan yang mengalami cancer mammae pada satu payudaranya
mempunyai kesempatan yang lebih besar untu menderita kanker baru pada
payudara lainnya atau pada bagian lain dari payudara yang sama. Tingkat
risikonyo bisa tiga sampai empat kali lipat.
f. Riwayat keluarga
Risiko dapat berlipat ganda jika ada lebih dari satu anggota keluarga inti yang
terkena cancer mammae dan semakin mudah ada anggota keluarga yang
terkena kanker maka akan semakin besar penyakit tersebut menurun.
g. Periode menstruasi
Perempuan yang mulai mempunyai periode awal (sebelum usia 12 tahun)
atau yang telah melalui perubahan kehidupan (fase menopause) setelah usia
55 tahun mempunyai risiko terkena cancer mammae yang sedikit lebih tinggi.
Mereka yang mempunyai periode menstruasi yang lebih sehingga lebih
banyak hormone estrogen dan progesteron.
h. Umur atau usia
Sebagian besar perempuan penderita cancer mammae berusia 50 tahun ke
atas. Resiko terkena cancer mammae meningkat seiring bertambahnya usia.
i. Ras
Cancer mammae lebih umum terjadi pada perempuan berkulit putih.
Kemungkinan terbesar karena makanan yangmereka makan banyak
mengandung lemak. Ras seperti Asia mempunyai bahan pokok yang tidak
banyak mengandung lemak yang berlebih.
j. Perubahan payudara
Jika seorang perempuan memiliki perubahan jaringan payudara yang dikenal
sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), maka seorang perempuan
memiliki peningkatan risiko cancer mammae.
k. Aktivitas fisik
Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa
aktivitas fisik pada perempuan menopause yang berjalan sekitar 30 menit per
hari dikaitkan dengan penurunan 20 persen resiko cancer mammae. Namun,
pengurangan risiko terbesar adalah pada perempuan dengan berat badan
normal. Dampak aktivitas fisik tidak ditemukan pada perempuan dengan
obesitas. Jika aktivitas fisik dikombinasikan dengan diet dapat menurunkan
berat badan sehingga menurunkan risiko cancer mammae dan berbagai
macam penyakit.
l. Konsumsi alcohol
Perempuan yang sering mengkonsumsi alkohol akan beresiko terkena cancer
mammae karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja
lebih keras sehingga sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh dan
jumlahnya akan meningkat.
m. Merokok
Merokok dapat meningkatkan resiko berkembangnya cancer mammae,
apalagi bagi perempuan yang memiliki riwayat keluarga yang mengidap
cancer mammae.

3. Manifestasi Klinis
Romauli & Vindari (2011) menyebutkan bahwa pada tahap awal tidak terdapat
tanda dan gejala yang khas. Tanda dan gejala dapat terlihat pada tahap lanjut
antara lain :
1. Adanya benjolan di payudara,
2. Adanya borok atau luka yang tidak sembuh,
3. Keluar cairan abnormal dari puting susu, cairan dapat berupa nanah,
darah, cairan encer atau keluar air susu pada perempuan yang tidak
hamil dan menyusui.
4. Perubahan bentuk dan besarnya payudara,
5. Kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam atau berkerut.
6. Nyeri di payudara. Menurut Mulyani & Nuryani (2013), jika metastase
(penyebaran) luas, maka tanda dan gejala yang biasa muncul adalah:
a. Pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula dan servikal.
b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c. Gejala penyebaran yang terjadi di paru-paru ditandai dengan batuk yang
sulit untuk sembuh, terdapat penimbunan cairan antara paruparu dengan
dinding dada sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam bernafas.
d. Nyeri tulang dengan penyebaran ke tulang.
e. Fungsi hati abnormal.

4. Jenis Cancer mammae


Mulyani & Nuryani (2013); Suryaningsih & Sukaca (2009); Santoso (2009)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa jenis cancer mammae yang sering terjadi :
1. Ductul Carcinoma In Situ (DCIS)
DCIS merupakan tipe cancer mammae noninvasif yang sering terjadi. DCIS
terdeteksi pada mamogram sebagai microcalsifications (tumpukan kalsium
dalam jumlah kecil). DCIS muncul dari ductal epithelium dan masuk ke
duktus.
2. Lobular Carcinoma In Situ (LCIS)
LCIS merupakan kanker yang tidak menyebar. Pada LCIS, pertumbuhan
jumlah sel terlihat jelas dan berada di dalam kelenjar susu (lobulus).
3. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)
IDC terjadi di dalam saluran susu payudara lalu menjebol dinding saluran
dan menyerang jaringan lemak payudara. Bila dipalpasi akan terasa benjolan
yang keras. Biasanya terjadi metastasis ke nodus lympha aksila.
4. Invasive (Infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)
ILC mulai terjadi di dalam lobulus (kelenjar) payudara, tetapi sering
mengalami metastase (penyebaran) ke bagian tubuh yang lain.
Berikut adalah beberapa jenis cancer mammae yang jarang terjadi :
a. Medullary Carcinoma
Medullary carcinoma ialah jenis cancer mammae inasif yang membentuk
satu batas yang tidak lazim antara jaringan tumor dan jaringan normal.
b. Mucinous Carcinoma
Mucinous Carcinoma terbentuk oleh sel kanker yang memiliki mukus
(lendir) dan biasanya mucul bersama tipe kanker lainnya.
Pertumbuhannya lambat, namun lama-lama dapat meluas.
c. Tubular Carcinoma
Tubular carcinoma adalah tipe khusus dari cancer mammae invasif.
d. Inflammatory Breast Cancer (IBC)
Inflammatory breast cancer ialah kondisi payudara yang terlihat
meradang (merah dan hangat) dengan cekungan dan pinggiran tebal yang
disebabkan oleh sel kanker yang menyumbat pembuluh limfe kulit
pembungkus payudara. Pertumbuhannya cepat.
e. Paget’s Disease of The Nipple
Paget’s disease of the nipple ialah jenis cancer mammae yang berawal
dari saluran susu, lalu menyebar ke areola dan puting payudara. Gejala
yang tampak seperti kulit payudara akan pecah-pecah, memerah, timbul
borok, dan mengeluarkan cairan.
f. Phylloides Tumor
Phylloides tumor ialah jenis kanker yang dapat bersifat jinak ataupun
ganas dan berkembang di dalam jaringan konektif payudara yang dapat
ditangani dengan operasi pengangkatan.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Data Inti Komunitas (core inti)
1. Demografi : jumlah kelompok dewasa, golongan umur, pengalaman
sebelumnya, etnis terdiri dari suku bangsa dan ras.
2. Tipe keluarga : keluarga/bukan keluarg, kelompok
3. Status perkawinan : kawin, janda/duda, singel
4. Statistik vital : kelahiran, kematian kelompok usia dewasa dan penyebab
kematian
5. Nilai-nilai keyakinan dan agama : nilai agama dan keyakinan yang dianut oleh
kelompok dewasa berkaitan dengan nilai dan norma yang dianut.
B. Data Subsistem Komunitas
Delapan data subsistem yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian komunitas
meliputi :
1. Lingkungan fisik
Dilihat di lingkungan kelompok usia dewasa,kebersihan lingkungan kualitas
air, pembuangan limbah, kualitas udara, kualitas makanan, akses dan aktivitas
kelompok dewasa dalam pemenuhan kebutuhan.
Data dapat dikumpulkan dengan winshield survey dan observasi.
2. Pelayanan kesehatan dan sosial
Ketersediaan pelayanan kesehatan khusus kelompok dewasa melalui
puskesmas, pengobatan tradisional atau fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ekonomi
Dilihat dari jumlah pendapatan keluarga, jenis pekerjaan, penanggung jawab,
jumlah penghasilan dan pengeluaran.
4. Transfortasi dan keamanan
Dilihat dari jenis transfortasi yang digunakan kelompok dewasa untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dan adanya rasa aman dan dukungan dari
anggota keluarga untuk kelompok usia dewasa.
5. Politik dan pemerintahan
Pemerintahan : kelompok pelayanan kesehatan seperti PKK, tahlil, kumpulan
bapak-bapak, dll. Terdapat bijakan yang mendukung optimalnya peran ibu
dalam memberikan ASI.
Politik : kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut dan peran peserta partai
politik dalam pelayanan kesehatan.
6. Komunikasi
a. Komunikasi formal : media komunikasi yang digunakan oleh kelompok
dewasa untuk memperoleh informasi pengetahuan tentang kesehatan
melalui buku dan sosialisasi dari tenaga kesehatan.
b. Komunikasi informal : komunikasi/diskusi yang dilakukan kelompok
dewasa dengan tenaga kesehatan, orang yang berpengalaman dan
lingkungan dalam masyarakat dalam menyelesaikan masalah kelompok
dewasa.
7. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam
meningkatkan derajat kesehatan.
8. Rekreasi
Tempat rekreasi yang digunakan oleh kelompok dewasa.

2. Diagnosa
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
cancer mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
e. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan mastektomi.
f. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme ke jaringan.

3. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian proses keperawatan yang mengidentifikasi
masalah/ kebutuhan pasien, tujuan/ hasil perawatan, dan intervensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan dan menangani masalah/ kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000).
Menurut Nurarif & Kusuma (2013); Geissler, Doenges & Moorhouse (1999);
Wijaya & Putri (2013) menjelaskan bahwa perencanaan yang dapat diberikan pada
pasien dengan cancer mammae adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
berkurang atau dapat mentolerir nyeri.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengontrol rasa nyeri.
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri).
4. Menyatakan merasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri secara 1. Informasi memberikan data dasar
komprehensif, termasuk lokasi, untuk mengevaluasi kebutuhan/
karakteristik, durasi, frekuensi, keefektifan intervensi.
maupun kualitas. 2. Memungkinkan pasien untuk
2. Berikan pengalihan seperti reposisi berpartisipasi secara aktif dan
dan aktivitas menyenangkan seperti meningkatkan rasa control.
mendengarkan music atau menonton 3. Evaluasi dilakukan setelah
TV. mengajarkan teknik pengalihan,
sehingga mengetahui kebutuhan klien.
4. Nyeri adalah komplikasi sering dari
3. Evaluasi keefektifan control nyeri.
kanker, meskipun respons individual
4. Kolaborasi dalam pemberian
berbeda. Saat perubahan penyakit/
analgetik.
pengobatan terjadi, penilaian dosis
dan pemberian akan diperlukan.

b. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh


Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan cemas
berkurang.
Kriteria hasil :
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas.
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menunjukkan teknik mengontrol cemas.
3. Vital sign dalam batas normal.
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
Intervensi Rasional
1. Pasien yang cemas memerlukan
teman dan ketenangan dalam
mengungkapkan kecemasannya.
1. Gunakan pendekatan yang
2. Prosedur, dampak dan segala yang
menenangkan.
berkaitan dengan terapi diberikan.
2. Jelaskan semua prosedur dan apa
Hal ini membuat pasien tahu
yang dirasakan selama prosedur.
mengenai dampaknya, dan dapat
3. Dorong pasien untuk
mengambil keputusan yang tepat.
mengungkapkan perasaan,
3. Memberikan kesempatan untuk
ketakutan, persepsi.
memeriksa rasa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang
diagnosis.
c. Resiko infeksi nosokomial berhubungan dengan lingkungan operasi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
2. Jumlah leukosit berada pada batas normal.
3. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan pencegahan
infeksi.
Intervensi Rasional
1. Lingkungan yang bersih
meminimalkan jumlah bakteri.
1. Bersihkan lingkungan setelah
2. Lindungi pasien dari sumber-
dipakai pasien lain.
sumber infeksi, seperti pengunjung
2. Cuci tangan sebelum melakukan
dan staf yang mengalami ISK.
tindakan. Pengunjung juga
3. peningkatan suhu terjadi karena
dianjurkan melakukan hal yang
berbagai faktor, misalnya efek
sama.
samping kemoterapi, proses
3. monitor temperature
penyakit, atau infeksi.
4. tingkatkan istirahat adekuat/periode
4. Membatasi keletihan, mendorong
latihan
gerakan yang cukup untuk
5. kolaborasi dalam pemberian
mencegah komplikasi
antibiotik
5. diberikan secara profilatik pada
pasien dengan imunosupresi.

d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya informasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien
dapat mengetahui tentang penyakitnya.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainnya.
Intervensi Rasional
1. Memvalidasi tingkat
1. Berikan penilaian tentang
pemahaman saat ini, dan
tingkat pengetahuan pasien
memberikan dasar
tentang proses penyakit
pengetahuan diamana pasien
yang spesifik.
membuat keputusan
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
berdasarkan informasi.
dan hubungannya dengan anatomi
2. Informasi akurat dan menditail
fisiologi dengan cara yang tepat.
dapat membantu menghilangkan
3. Diskusikan perubahan gaya hidup
ansietas dan membuat
yang mungkin diperlukan untuk
keputusan.
mencegah komplikasi dimasa yang
3. Gaya hidup memberi pengaruh
akan datang.
yang penting dalam mencegah
4. Minta pasien untuk umpan balik
komplikasi
verbal, dan perbaiki kesalahan
4. Kesalahan konsep tentang kanker
konsep tentang tipe kanker dan
lebih mengganggu dari kenyataan
pengobatan
dan mempengaruhi pengobatan

e. Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah kulit/


jaringan.
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam waktu
penyembuhan kulit meningkat.
Kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan baik.
2. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjdinya cedera berulang.
3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawaatan alami.

Intervensi Rasional
1. Penggunaan balutan tergantung
luas pembedahan dan penutupan
luka. Drainase terjadi ketika
1. Kaji balutan/ luka untuk
trauma prosedur dan manipulasi
karakteristik drainase. Monitor
banyak pembuluh darah dan
jumlah edema, kemerahan, dan
limfatik pada area tersebut.
nyeri pada insisi dan lengan, serta
Pengenalan dini terjadi ketika
suhu.
infeksi dapat memampukan
2. Tempatkan pada posisi semifowler.
pengobatan dengan cepat.
3. Jangan melakukan pengukuran TD,
2. Membantu drainase cairan melalui
injeksi obat, atau memasukkan IV
gravitasi.
pada lengan ynag sakit.
3. Meningkatkan potensial konstriksi,
4. Anjurkan untuk memakai pakaian
infeksi, dan limfedema pada posisi
yang tidak sempit/ ketat, perhiasan
yang sakit.
atau jam tangan pada tangan yang
4. Menurunkan tekanan pada jaringan
sakit.
yang terkena, yang dapat
memperebaiki sirkulasi/
penyembuhan.

f. Gangguan gambaran tubuh berhubungan dengan mastektomi


Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 24 jam citra tubuh kembali
efektif.
Kriteria hasil :
1. Gambaran tubuh positif.
2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh.
4. Mempertahankan interaksi sosial.
Intervensi Rasional
1. Dapat menyatakan bagaimana
pandangan diri pasien pada
perubahan.
2. Dapat menyatakan masalah
1. Kaji secara verbal dan non verbal penyakit sehingga membantu
respon klien terhadap tubuhnya. dalam mengambil keputusan.
2. Jelaskan tentang pengobatan, 3. Kehilangan bagian tubuh,
perawatan, kemajuan dan prognosis menerima kehilanga hasrat seksual
penyakit. sehingga pasien membuat rencana
3. Dorong klien mengungkapkna untuk masa depan.
perasaannya. 4. Memberikan tempat untuk
4. Fasilitasi kontak dengan individu pertukaran masalah dan perasaan
lain dalam kelompok keci. dengan orang lain yang mengalami
pengalaman yang sama dan
mengidentifikasi cara orang
terdekat dapat memudahkan
penyembuhan pasien.

g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


hipermetabolisme pada jaringan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selam 3 x 24 jam, diharapkan nutrisi
terpenuhi atau adekuat.
Kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
2. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.
3. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Intervensi Rasional
1. Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi.
2. Membantu dalam identifikasi
malnutrisi protein-kalori,
khususnya bila berat badan dan
1. Pantau masukan makanan seiap
hasil antropometrik kurang dari
hari.
normal.
2. Ukur tinggi badan, berat badan, dan
3. Membuat waktu makan lebih
ketebalan lipatan kulit trisep.
menyenangkan, yang dapat
3. Ciptakan suasana makan yang
meningkatkan masukan.
menyenangkan.
4. Sering sebagai distress emosi,
4. Dorong komunikasi terbuka
khususnya untuk orang terdekat
mengenai masalah anoreksia.
yang menginginkan member
5. Kolaborsi denga ahli gizi untuk
makan pasien dengan sering.
menentukan jumlah kalori dan
5. Memberikan rencana diet khusus
nutrisi yang dibutuhkan pasien.
untuk memenuhi kebutuhan
individu dan menurunkan masalah
berkenaan dengan malnutrisi
protein/kalori dan defisiensi
mikronutrien

4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana rencana
perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah
ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon
untuk menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Bambang. 2010. Kejadian Cancer mammae Masih Tertinggi. Antara News, A4.
Black, Joyce M. Matassarin & Esther. 1997. Medical Surgical Nursing. USA : W.B
Saunders Company. Depkes. 2013. Angka Kejadian Kanker Payudara Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2233. 2013. Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. Moorhouse, dkk. 1999. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Glasier, Anna & Gebbie, Alisa. 2005.
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC.
Kim, Mi Ja. 1995. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Lee. 2008. Cancer
Mammae.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19173/5/Chapter%20I.pdf, 2013,
chap. 1.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA. Yogyakarta : Medi Action Publishing.
Mulyani, Nina Siti & Nuryani. 2013. Kanker Payudara dan PMS pada Kehamilan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Pearce, Evelyne C. 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Romauli, Suryati & Vindari, Anna Vida. 2011. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta : Nugroho Medika.
Santoso, Satmoko Budi. 2009. Buku Pintar Kanker. Yogyakarta : Power Books
Ihdina.
Suryaningsih, Endang Koni & Sukaca, Bertiani Eka. 2009. Kupas Tunytas Kanker
Payudara. Yogyakarta : Paradigma Indonesia.
Townsend, Marry C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Psikiatri.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai