Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat


kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan
masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya.

Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan


tersebut, banyak yang harus diperhatikan.Yang paling penting adalah
pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah
menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah
mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
dimaksud.

Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa


perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah
kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah
menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut.
Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan
berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan
dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi,
penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran
disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu
khusus yang disebut dengan nama Epidemiologi.

Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan.Ditinjau


dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa
penyakit amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan
yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya
dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya

1
dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak
terlalu diperioritaskan penanggulangannya.

Demikianlah karena pentingnya soal penyakit ini, maka perlulah dipahami


dengan sebaik-baiknya hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit
tersebut.Kepentingan dalam epidemiologi paling tidak untuk mengenal ada
atau tidaknya suatu penyakit di masyarakat sedemikian rupa sehingga ketika
dilakukan pengukuran tidak ada yang sampai luput atau tercampur dengan
penyakit lainnya yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian serta tujuan epidemiologi dalam pelayanan
kesehatan reproduksi?
2. Bagaimana terjadinya penyakit kesehatan reproduksi?
3. Apa saja factor resiko terjadinya penyakit kesehatan reproduksi?
4. Apa saja Metode-metode Epidemiologi?
5. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi Kesehatan
Reproduksi?
6. Bagaiman Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan
Reproduksi?
7. Apa saja ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian serta tujuan epidemiologi dalam
pelayanan kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya penyakit kesehatan
reproduksi
3. Untuk mengetahui factor resiko terjadinya penyakit kesehatan
reproduksi
4. Untuk mengetahui Metode-metode Epidemiologi
5. Untuk mengetahui Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi
Kesehatan Reproduksi

2
6. Untuk mengetahui Penggunaan Metode Epidemiologi dalam
Kesehatan Reproduksi
7. Untuk mengetahui ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Epidemiologi dalam Pelayanan Kesehatan


Reproduksi

Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari


tentang distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit atau masalah kesehatan
reproduksi pada populasi atau kelompok. Distribusi dalam kesehatan
reproduksi adalah memahami kejadian yang berkaitan dengan masalah
kesehatan reproduksi,

Epidemiologi menggambarkan kejadian menurut karakter orang,


tempat dan waktu.Karakter orang meliputi umur saat hamil dan bersalin,
status perkawaninan, paritas, pekerjaan, ras, kelas sosial, dsb. Karakter
tempat meliputi kota, desa, provinsi, batas wilayah, letak geografis
(pegunungan/pantai). Misalnya persalinan dengan dukun di desa lebih tinggi
(63%) dibanding kota (32%) atau angka kejadian penyakit HIV/AIDS lebih
tinggi terjadi di provinsi Papua.

Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dsb.
Misalnya setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan 200.000
kematian di dunia atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu bersalin di
Indonesia. Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya
menguantifikasi kejadian atau mengukur besarnya masalah.Misalanya
persalinan dengan dukun 63%, K1 mencapai 87%, dan K4 70%.Determinan
dalam kesehatan reproduksi adalah mencari factor penyebab atau yang
memengaruhi suatu kejadian atau factor yang member risiko.

Epidemiologi memiliki manfaat yang sangat penting dalam kesehatan


reproduksi. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

1. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana dan
bagaimana

4
2. Sebagai metode/ pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan,
khususnya kesehatan reproduksi
3. Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan
morbiditas
4. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi
atau kelompok kejadian (misalnya : flu burung, SARS)

Tujuan digunakannya metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi


adalah:

1. Menentukan besarnya masalah kesehatan reproduksi. Langkah yang


diambil dalam menentukan besarnya masalah dengan menggunakan
pertanyaan sebagai berikut :
 Pada populasi spesifik mana masalah tersebut terjadi?
 Apa penyebabnya?
 Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?
 Bagaimana peran surveilansi
 Reduksi faktor resiko berdasarkan intervensi yang aman dan
efektif?
2. Mengenal faktor penyebab dan transmisi. Untuk mengenal terjadinya
penyebab masalah perlu dipikirkan bahwa :
 Penyakit merupakan salah satu gangguan dalam kehidupan
manusia dan kejadian sakit tidak terjadi secara acak
 Penelusuran sistematik dan cermat kelompok penduduk yang
berbeda dapat mengenal faktor-faktor penyebab dan pencegahan
terjadinya penyakit.
3. Menjadi dasar untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Contoh,
untuk menurunkan insiden preeklampsia/eklampsia dan kematian prenatal
dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan tentang nutrisi, tanda-
tanda preeklampsia/eklampsia dan perlunya antenatal care (ANC) bagi ibu
hamil. Evaluasi program, pada tahun 2003 sampai 2006 dilakukan
surveilans untuk menilai efek intervensi. Hasilnya preeklampsia/

5
eklampsia menurun dari 18 % menjadi 4 %. Kematian perinatal 10,8/1000
kelahiran menjadi 2/1000 kelahiran. Kesimpulan, intervensi berhasil
menurunkan komplikasi kehamilan yang disebabkan preeclampsia/
eclampsia.
4. Uji intervensi.
Contoh pada identifikasi masalah ditemukan 1 dari 3 wanita di
Amerika merokok, 1 diantara 4 wanita tetap merokok pada masa hamil
dan prevalensinya terus meningkat. Pada tahun 1988 dilakukan surveilans
di 4 negara bagian Amerika dengan pregnancy risk assessment monitoring
system.Intervensi : uji efek penghentian kebiasaan merokok melalui
konseling pada wanita yang ingin berhenti merokok, dibandingk
an wanita yang masih tetap merokok. Hasil: wanita yang berhenti merokok
sejak 5 bulan kehamilannya akan melahirkan bayi dengan berat badan
lahir normal yang sama dengan ibu yang tidak merokok, tetapi ibu yang
tidak berhenti merokok pada saat hamil akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR).

2.2 Terjadinya Penyakit / Masalah Kesehatan Reproduksi


1. Kaitan dengan Teori Segitiga Epidemiologi
Kaitan dengan teori terjadinya penyakit, yakni hubungan antara
agent, host, dan environment, ketiganya harus berada dalam keseimbangan
agar kondisi seseorang menjadi sehat.Pada KIA penjamunya adalah ibu,
bayi, dan anak balita.Maka kondisi ibu, termasuk ibu hamil, bayi dan
balita harus sehat jasmani rohani dan sosialnya.Hal itu bisa dicapai dengan
pemenuhan gizi, dan berbagai perilaku sehat lainnya seperti olahraga,
perilaku hidup bersih dan sehat, dll. Lingkungan hidup akan sangat
berkaitan dengan lingkungan dalam rumah tangga secara fisik, biotik,
sosial dan psikologis dari ibu, ayah, anak, tetangga, dan lainnya.

2. Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita.


Angka Kematian Ibu (Maternal mortality Rate) di Indonesia masih
tertinggi di Asia Tenggara yakni 307/100.000 kelahiran hidup yang berarti

6
50 ibu meninggal setiap hari karena komplikasi persalinan dan saat
melahirkan, itu menurut data tahun 2003. Namun pada tahun 2005 angka
tersebut mengalami penurunan menjadi 290,8/100.000 kelahiran hidup.
Tapi kondisi itu tetap tidak merubah status indonesia sebagai negara
dengan Angka kematian Ibu tertinggi di Asia Tenggara.
Untuk beberapa Negara, perang juga bertanggung jawab terhadap
angka kematian yang tinggi dinegara lain, termasuk sierra leonne, pantai
gading dan Liberia. Delapan puluh persen kematian anak balita di Afrika
disebab kan oleh malaria, diare, pneumonia dan kelainan sejak lahir.
Disebagian besar Negara di Afrika termasuk Botswana, Zimbabwe dan
Swaziland, ternyata AIDS juga menjadi pembunuh utama pada anak balita
dan inilah yang menjadi alasan utama mengapa negara-negara ini belum
mampu menurunkan angka kematian anak.
Save the Children menemukan bahwa Mesir mengalami 63%
penurunan kematian anak, dan keberhasilan ini sebagian karena adanya
komitmen untuk membangun akses jalan di daerah perdesaan, dukungan
strategi imunisasi, dan memastikan adanya bidan atau pekerja terlatih yang
terampil untuk mendampingi kelahiran.

2.3 Faktor Resiko Terjadinya Penyakit / Masalah Kesehatan Reproduksi


Istilah faktor resiko biasanya digunakan untuk menggambarkan
faktor-faktor yang positif berhubungan secara statistik dengan
perkembangan penyakit, tetapi belum tentu sebagai penyebab
penyakit.Faktor resiko didefinisikan sebagai karakteristik atau keadaan
yang diamati pada individu atau kelompok individu yang diketahui
mempunyai hubungan dengan resiko besar untuk menderita kesakitan,
kecelakaan atau kematian. Jadi faktor resiko adalah suatu mata rantai
proses terjadinya penyakit.
Faktor resiko dapat diamati dan diidentifikasi sebelum keadaan
sakit., contoh: kehamilan pertama, paritas tinggi, kehamilan usia mudan
dan tua, jarak kehamilan yang dekat, riwayat kematian bayi dan status gizi

7
buruk adalah faktor resiko yang universal dari hasil akhir proses
kehamilan yang kurang baik.
Faktor-faktor yang dapat menjadi faktor resiko (selanjutnya disebut
penyebab) dapat dikelompokan menjadi :
 Faktor Predisposisi adalah faktor yang dapat menciptakan status
kerentanan (susceptibility) terhadap agen penyakit, misalnya: umur,
jenis kelamin, penyakit sebelumnya, dan lain-lain.
 Faktor yang Memungkinkan (Enabling Factors) adalah faktor yang
mungkin menguntungkan untuk perkembangan penyakit atau tidak
membantu untuk menyembuhkan penyakit atau memelihara kesehatan
yang baik, misalnya: pendapatan yang rendah, gizi buruk, rumah tidak
sehat, pelayanan medis yang tidak cukup.
 Faktor yang Memastikan (Precipitating Factors)adalah faktor yang
dihubungkan dengan serangan suatu penyakit atau status kesehatan,
misalnya: keterpaparan terhadap agen infeksius atau agen keracunan.
 Faktor yang Memperkuat (Reinforcing Faktors) adalah keterpaparaan
yang berulang dan kerja berlebihan dapat memperberat penyakit yang
ada.

2.4 Metode-metode Epidemiologi


Terdapat 2 tipe pokok pendekatan (metode) dalam epidemiologi yaitu
epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik
1. Epidemiologi deskriptif
Epidemiologi deskriptif mempelajari tentang bagaimana
frekuensi peyakit berubah menurut perubahan variable-variabel
epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan
waktu (time).
a. Orang (person)
 Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam
penyalidikan epiemiologi. Angka kesakitan dan kematian
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur.
 Jenis kelamin

8
Angka pada data di luar negeri menunjukkan bahwa angka
kesakita lebih tinggi di kalangan wanita sedangkan
angka kematian lebih tinggi di kalangan pria pada semua
golongan umur.Tapi untuk Indonesia hal tersebut masih perlu
dipelajari lebih lanjut.
 Kelas social
Kelas sosial adalah variable yang sering dilihat
hubungannya dengan angka kesakita atau kematian, variable ini
menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
 Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan dalam timbulnya penyakit
melalui beberapa jalan. Penelitian mengenai hubungan jenis
pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjaan di Indonesia
terutama pola penyakit kronis, misalnya penyakit jantung,
tekanan darah tinggi dan kanker.
 Penghasilan
Seseorang kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk
membeli obat, membayar transport, dsb.
 Golongan etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda di dalam kebiasaan
makan,susunan genetika, gaya hidup dan sebagainya yang
dapat mengakibatkan perbedaan angka kesakitan dan kematian.
 Status perkawinan
Dalam penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara angka kesakitan maupun kematian dengan
status kawin, tidak kawin, cerai, dan duda/janda; angka kematian
karena penyakit-penyakit tertentu maupun kmatian karena
semua sebab makin meninggi dalam urutan tertentu.
 Besarnya keluarga

9
Pada keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita
karena penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak
orang.
 Struktur keluarga
Struktur keluarga mempunyai pengaruh terhadap kesakitan
(penyakit menular dan gangguan gizi) dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan.

b. Tempat (place)
Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit
berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.

Perbandingan pola penyakit sering dilakukan antara :


 Batas daerah pemerintahan
 Kota dan pedesaan
 Daerah atau tempat berdasarkan batas alam (pegunungan,
 Sungai, laut atau padang pasir)
 Negara –negara, dan
 Regional

Dalam memperbandingkan angka kesakitan atau kematian


antardaerah(tempat) perlu diperhatikan terlebih dahulu di tiap-
tiap daerah (tempat) :
 Susunan umum
 Susunan kelamin
 Kualitas data, dan
 Derajat representatif dari data terhadap seluruh penduduk

c. Waktu (time)
Mempelajari hubungan antra waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis. Oleh karena

10
itu, perubahan-perubahan penyakit menurut waktu
menunjukkan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Melihat panjangnya waktu terjadinya perubahan angka
kesakitan, maka dibedakan :
a) Fluktuasi jangka pendek
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi
umpamanya epidemi keracunan makanan (beberapa jam),
epidemi influenza (beberapa hari/minggu). Epidemi cacar
(beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemic ini memberikan
petunjuk bahwa : penderita terserang penyakit yang sama
dalam waktu bersamaan atau hampir bersamaan waktu
inkubasi rata-rata pendek
b) Perubahan-perubahan secara siklus
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan
timbul dan memuncaknya angka-angka kesakitan atau
kematian terjadi berulang-ulang tiap beberapa bulan, tiap
tahun atau tiap beberapa tahun, peristiwa semacam ini dapat
terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit
bukan infeksi.
c) Perubahan-perubahan angka kesakitan yang berlangsung
dalam Periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau
puluhan tahun yang disebut secular trends.
2. Epidemiologi analitik
Pendekatan/metode ini digunakan untuk menguji data dan
informasi- informasi yang diperoleh dari studi epidemiologi
deskriptif.

2.5 Sejarah dan Perkembangan Epidemiologi Kesehatan Reproduksi


Istilah reproduksi berasal dari kata re yang artinya kembali, kata produksi
yang berarti membuat atau menghasilkan. Sehingga istilah reproduksi
mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan

11
keturunan demi kelestarian hidupnya. Arti kesehatan reproduksi adalah suatu
kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
dimiliki seseorang. Pengertian sehat disini, tidak semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosial cultural.
Epidemiologi kesehatan reproduksi adalah ilmu yang mempelajari
tentang distribusi, frekuensi dan determinan penyakit atau masalah kesehatan
reproduksi pada populasi atau kelompok. Distribusi dalam kesehatan
reproduksi adalah memahami kejadian yang berkaitan dengan masalah
kesahatan reproduksi,
Epidemiologi menggambarkan kejadian menurut tempat, orang dan
waktu. Karakter orang meliputi umur saat hamil dan bersalin, status
perkawinan, paritas, pekerjaan, ras, kelas sosial dan sebagainya. Karakter
tempat meliputi kota, desa, provinsi, batas wilayah, letak geografis
(pegunungan/ pantai). Misalnya, persalinan dengan dukun di desa lebih tinggi
(63 %) dibanding dengan di kota (32%), atau angka kejadian HIV/AIDS lebih
tinggi terjadi di provinsi Papua.
Karakter waktu meliputi detik, menit, jam, bulan, tahun dan sebagainya.
Misalnya setiap tahunnya komplikasi persalinan menyebabkan 200.000
kematian di dunia atau setiap jam terdapat 5 kematian ibu bersalin di
Indonesia.
Frekuensi dalam kesehatan reproduksi adalah upaya menguantifikasi
kejadian dan mengukur besarnya masalah. Misalnya persalinan dengan dukun
63%, K1 mencapai 87 % dan K4 70 %. Determinan dalam kesehatan
reproduksi adalah mencari faktor penyebab atau yang mempengaruhi suatu
kejadian atau faktor yang memberi resiko. Misalnya, salah satu penyebab
terjadinya Hemoragi Post-Partum (HPP) adalah anemia pada ibu.

2.6 Penggunaan Metode Epidemiologi dalam Kesehatan Reproduksi


Epidemiologi memiliki manfaat yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tool (alat), selalu menanyakan siapa yang terkena, dimana dan
bagaimana

12
2. Sebagai metode/ pendekatan dalam penyelesaian masalah kesehatan,
khususnya kesehatan reproduksi.
3. Diagnosis komunitas untuk menentukan penyebab mortalitas dan
morbiditas
4. Melihat resiko individu dan pengaruhnya pada populasi atau kelompok
kejadian (misalnya : flu burung, SARS)

Tujuan digunakannya metode epidemiologi dalam kesehatan reproduksi


adalah:
1. Menentukan besarnya masalah kesehatan reproduksi. Langkah yang diambil
dalam menentukan besarnya masalah dengan menggunakan pertanyaan
sebagai berikut :
 Pada populasi spesifik mana maslah tersebut terjadi?
 Apa penyebabnya?
 Faktor resiko yang menyebabkan masalah tersebut?
 Bagaimana peran surveilans?
 Reduksi faktor resiko berdasarkan intervensi yang aman dan efektif?
2. Mengenal faktor penyebab dan transmisi. Untuk mengenal terjadinya
penyebab masalah perlu dipikirkan bahwa :
 Penyakit merupakan salah satu gangguan dalam kehidupan manusia dan
kejadian sakit tidak terjadi secara acak
 Penelusuran sistematik dan cermat kelompok penduduk yang berbeda
dapat mengenal faktor-faktor penyebab dan pencegahan terjadinya
penyakit.
3. Menjadi dasar untuk perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Contoh, untuk
menurunkan insiden preeklampsia/eklampsia dan kematian prenatal
dilakukan intervensi penyuluhan kesehatan tentang nutrisi, tanda-tanda
preeklampsia/eklampsia dan perlunya antenatal care (ANC) bagi ibu hamil.
Evaluasi program, pada tahun 2003 sampai 2006 dilakukan surveilans untuk
menilai efek intervensi. Hasilnya preeklampsia/ eklampsia menurun dari 18
% menjadi 4 %. Kematian perinatal 10,8/1000 kelahiran menjadi 2/1000

13
kelahiran. Kesimpulan, intervensi berhasil menurunkan komplikasi kehamilan
yang disebabkan preeclampsia/ eklampsia.

4. Uji intervensi
Contoh pada identifikasi masalah ditemukan 1 dari 3 wanita di Amerika
merokok, 1 diantara 4 wanita tetap merokok pada masa hamil dan
prevalensinya terus meningkat. Pada tahun 1988 dilakukan surveilans di 4
negara bagian Amerika dengan pregnancy risk assessment monitoring
system. Intervensi : uji efek penghentian kebiasaan merokok melalui
konseling pada wanita yang ingin berhenti merokok, dibandingkan wanita
yang masih tetap merokok. Hasil: wanita yang berhenti merokok sejak 5
bulan kehamilannya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal
yang sama dengan ibu yang tidak merokok, tetapi ibu yang tidak berhenti
merokok pada saat hamil akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).

2.7 Ruang Lingkup Penelitian Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi sangat luas, sehingga diperlukan suatu lingkup
yang focus ketika melakukan penelitian atau pengkajian yang lebih dalam.
Adapun ruang lingkup tersebut adalah kajian mengenai :
1. Perkembangan seksual
2. Kegiatan seksual
3. Kontrasepsi
4. Fertilita
5. Kehamilan yang tidak dikehendaki
6. Abortus
7. Mortalitas/morbiditas yang disebabkan dampak negative kesehatan
reproduksi
8. Alat reproduksi pria dan wanita
9. Layanan kesehatan ibu dan anak (KIA) dan keluarga berencana (KB)

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep epidemiologi kesehatan reproduksi adalah untuk mengetahui
frekuensi, distribusi dan determinan dari penyakit kesehatan
reproduksi. Metode epidemiologi digunakan dalam kesehatan reproduksi
adalah untuk mengidentifikasi, menganalisis, membuat perencanaan dan
evaluasi penyakit dan masalah kesehatan reproduksi.
Ruang lingkup tersebut adalah kajian mengenai : Perkembangan seksual,
kegiatan seksual, kontrasepsi, fertilitas, kehamilan yang tidak dikehendaki,
abortus

3.2 Saran
Penggunaan metode epidemiologi disarankan dalam pemecahan dan
penyelesaian masalah dan penyakit kesehatan reproduksi. Metode tersebut
meliputi analisis, identifikasi, perencanaan dan evaluasi masalah dan penyakit
kesehatan reproduksi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 2011. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara

Budiarto, Eko. 2014. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Mardiah, dkk. 2014. Epidemiologi untuk Kebidanan. Jakarta : EGC

Nugrahaeni, Dyan Kunthi. 2015. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC

Rajab, Wahyudin. 2012. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa


Kebidanan. Jakarta : EGC

Timmreck, Thomas C. 2011. Epidemiologi Suatau Pengantar. Jakarta : EGC

16

Anda mungkin juga menyukai